NovelToon NovelToon

Cinta Terhalang Masa Lalu

BAB 1 ~ Asal Mula ~

Mikho tergesa-gesa masuk ke ruang OSIS, keringat mengalir di pelipisnya. Meski begitu, sedikit pun tak mengurangi ketampanan cowok yang satu itu. Justru menambah kesan seksi di wajahnya.

"Baiklah cukup sekian, untuk lebih lanjutnya silahkan baca sendiri pada materi yang udah saya bagikan tadi," ucap Celine sambil meninggalkan ruang OSIS.

Semua anggota OSIS tertawa tertahan, ini bukan pertama kalinya kejadian seperti ini. Mikho adalah ketua OSIS sementara Celine adalah Wakil Ketua OSIS. Namun mereka tak pernah bertemu, Mikho datang Celine langsung pergi.

"Gila lu, Mikho baru datang, lu langsung cabut. Nggak ada basa-basinya," ucap Tiara mengiringi langkah Celine

Celine tak berkomentar sedikit pun ucapan Tiara, gadis itu selalu mengabaikan ucapan-ucapan atau pendapat-pendapat orang tentang ketidak akuran antara dirinya dan sang Ketua OSIS. Namun kali ini Tiara tak mau tinggal diam lagi. Dia harus tahu penyebab Celine begitu membenci Mikho.

"Lu mesti cerita ke gue sekarang, penyebab kenapa lu membenci Mikho separah ini," tanya Tiara.

"Kenapa? Kenapa mau tau urusan orang?" jawab Celine cuek.

"Ya iyalah, kita ini satu organisasi kalau ada perpecahan, gimana organisasi bisa berjalan dengan baik?" tanya Tiara.

"Selama ini baik-baik aja tuh," jawab Celine.

"Nggak! Lu nggak liat orang-orang ngetawain Mikho? Di mana wibawa dia sebagai Ketua kalau Wakilnya aja nggak menghargai dia, organisasi ini udah nggak sehat," ucap Tiara berapi-api.

Celine menghela nafas, ucapan Tiara akhirnya mengusik pikirannya.

"Tapi tetap aja gua nggak bisa cerita," jawab Celine.

Celine masuk ke kelas dan langsung duduk di bangkunya. Sementara Tiara lanjut berjalan sendiri menuju kelasnya. Mereka adalah para pengurus OSIS di SMU itu.. Namun, tak sekelas begitu juga dengan pengurus OSIS lainnya. Beruntung Celine dan Tiara alumni SMP yang sama jadi mereka sudah saling mengenal.

Mikho masih terduduk di ruang OSIS, lagi-lagi Celine menghindarinya. Di depan semua anggota, gadis itu kembali mempermalukannya. Tunggu sebentar saja, hanya untuk menghargai kedatangannya, gadis itu benar-benar tidak mau.

Apa kesalahanku? Kenapa dia begitu membenciku? batin Mikho dalam hati.

Mikho termenung, berpikir keras apa kira-kira yang membuat gadis itu marah padanya. Sejak bertemu di sekolah itu hanya sekali gadis itu tersenyum padanya. Itu juga karena tidak sengaja. Begitu sadar detik itu juga senyumnya menghilang. Semua itu terjadi saat nama-nama mereka terpampang menjadi pengurus OSIS dan pertama kalinya berkumpul untuk saling mengenal, karena mereka adalah utusan dari kelas masing-masing.

Mikho tersenyum pada semua pengurus yang terpilih dan tentu saja pada Celine. Gadis itu yang awalnya tertawa ceria saat dia dan sahabatnya Tiara terpilih jadi pengurus OSIS. Langsung terdiam saat Mikho berdiri di depan memperkenalkan diri sebagai Ketua.

Raut wajah gadis itu berubah, Mikho yang tersenyum padanya merasakan perubahan suasana hati gadis itu. Tapi tidak tau apa sebabnya hingga saat ini.

Aku harus menanyakannya sekarang, harus! jerit hati Mikho.

Mikho melangkah menuju kelas Celine, gadis itu terlihat sedang membaca buku. Masih ada waktu beberapa menit lagi sebelum kelas dimulai. Mikho berdiri di samping meja Celine. Gadis-gadis di kelas itu langsung berbisik-bisik. Mendapat kesempatan memandang Mikho dari jarak dekat. Selama ini para gadis di SMU itu hanya bisa memandang pemuda tampan itu dari jauh atau hanya bisa sekedar menggosipkan Mikho.

Mereka selalu bertanya-tanya siapa cewek yang bisa memenangkan hati idola sekolah itu. Seketika kelas terasa riuh dengan bisik-bisik dan sapaan gadis-gadis di kelas itu. Celine terusik, gadis itu melihat siapa yang berdiri di samping mejanya. Terkejut karena mendapati Mikho telah berdiri diam memandanginya.

Mikho menarik tangan gadis itu dan membawanya keluar kelas. Mikho tak tahan lagi diperlakukan seperti itu. Dia benar-benar ingin mengetahui alasan Celine bersikap dingin padanya.

"Apa salahku padamu?" tanya Mikho tanpa basa-basi.

Celine membuang muka tak mau menatap wajah Mikho. Mikho semakin kesal, laki-laki itu menangkup wajah Celine memaksa gadis itu untuk memandang wajahnya.

"Jawab pertanyaanku?" tanya Mikho semakin gusar.

Celine menatap mata Mikho tajam, hanya itu yang dilakukannya. Sedikitpun gadis itu tidak mau mengeluarkan suaranya untuk laki-laki itu. Mikho terpaku, menatap tatapan itu, tatapan yang seperti pernah dikenalnya. 

Ada perasaan aneh yang muncul saat melihat tatapan mata itu. Mikho justru merasa merindukan tatapan itu. Mikho yakin mengenal tatapan itu, tapi di mana, kapan. Mikho masih terpaku, Celine menarik kedua tangan Mikho untuk melepaskan tangan laki-laki itu dari wajahnya. Masih dengan tatapan dingin Celine melangkah kembali ke kelasnya meninggalkan Mikho begitu saja.

Celine duduk tertunduk di bangkunya. Bulir bening jatuh di pangkuannya. Seisi kelas riuh, gadis-gadis di kelas itu langsung bergosip. Tiara menatap Celine yang hanya tertunduk. Gadis itu tadinya ingin meminjam buku catatan Celine tapi justru melihat adegan itu.

Kalau gitu nanti malam gue harus ke rumahnya, bisik hati Tiara.

Sementara Mikho melangkah ke kelasnya dengan langkah gontai, tak lama kemudian bel berbunyi kegiatan belajar mengajar pun dimulai.

Di kediaman Celine, terdengar ibunya memanggil dari balik pintu kamar. "Sayang, ada Tiara di bawah," ucap mama Celine setelah masuk ke kamar anak gadisnya.

"Malam-malam begini?" tanya Celine heran.

"Baru jam 7 sayang, ya udah sana samperin," ucap mamanya sambil keluar kamar.

Celine mengambil ponselnya, lalu menekan kontak Tiara.

"Ke atas aja sih," ucap Celine singkat meminta Tiara langsung ke kamarnya saja.

"Tok, tok!" ucap Tiara sambil tersenyum.

"Ada apa, malam-malam gini datang ke sini mau ngapel lu?" tanya Celine mengingat malam ini adalah akhir pekan.

"Mau minjam catatan," jawab Tiara.

"Kan bisa di sekolah, tinggal telpon besok gue bawain" sahut Celine.

"Sebenarnya sekalian pengen ngomong sih, gue pengen tau kenapa sih lu benci banget sama Mikho?" tanya Tiara dengan wajah serius. Sementara itu Celine langsung memalingkan wajahnya.

"Tadi gue liat dia nyamperin lu, gue kasian liat dia. Napa sih lu tega? Gue nggak pernah liat lu sekejam itu sama siapa pun," lanjut Tiara.

Celine tertunduk, gadis itu berdiri dari kursi belajarnya, bergerak ke ranjang dan duduk di samping Tiara. Raut wajahnya terlihat murung.

"Gue sakit hati karena ucapannya," jawab Celine tertunduk.

"Kapan? Gue bahkan nggak pernah liat kalian bicara," tanya Tiara heran.

"Dulu, waktu kelas 6 SD," jawab Celine.

"Apa? Kelas 6 SD, lu udah kenal dia sejak kelas 6 SD?" teriak Tiara kaget.

Celine mengangguk. Teringat saat pertama kali berbaris di lapangan. Saat itu Celine baru saja naik ke kelas 6. Gadis kecil itu melihat seorang anak laki-laki yang belum pernah dilihatnya. Berbaris di barisan anak laki-laki di kelasnya.

"Itu siapa, anak baru ya?" tanya Celine iseng.

Itu saja, hanya bertanya itu saja. Sejak itu Celine di ledek teman-teman sekelasnya. Celine dituduh naksir anak baru itu, setiap hari anak- anak di kelas itu menjodohkan mereka.

Celine merasa frustasi, malu. Apalagi laki-laki itu terlihat tak peduli padanya. Anak laki-laki itu seperti tak menyukai dijodohkan oleh  teman-temannya. Celine bahkan menangis meminta teman-temannya untuk berhenti menjodohkan mereka. Celine takut laki-laki itu semakin membencinya, merasa terganggu oleh olokan teman-teman sekelasnya.

...~  Bersambung  ~...

Bab 2 ~ Kisah Masa Lalu ~

Celine frustasi, merasa sangat malu apalagi laki-laki itu terlihat tak peduli padanya. Anak laki-laki itu jelas tak menyukai dijodohkan dengannya. Celine memohon hingga menangis meminta teman-temannya untuk berhenti menjodohkan mereka. Celine takut laki-laki itu semakin membencinya, merasa terganggu oleh olokan teman-teman sekelasnya.

Kadang Celine melihat raut kesal dari laki-laki itu. Terlihat jelas setiap kali mereka diteriaki pacaran. Celine menyesal, kenapa bertanya saat itu, kenapa bertanya tentang anak laki-laki itu. Kenapa harus melihatnya, kenapa iseng bertanya. Kenapa bertanya pada Wanda yang menyebalkan itu.

"Kenapa nanya-nanya, kamu suka ya, hei teman-teman Celine suka sama anak baru itu," teriak Wanda yang tak sempat dihentikan Celine. 

Teriakan itu langsung disambut riuh oleh teman-teman sekelasnya. Mereka tertawa-tawa dan sejak itu hari-hari Celine di sekolah menjadi terasa sulit. 

Hingga puncaknya saat pelajaran olahraga. Teman-teman sekelas yang tak mau berhenti menjodoh-jodohkan mereka mendorong mereka untuk berdiri berdekatan. Celine didorong anak-anak perempuan itu untuk berdiri mendekati anak baru itu dan anak baru yang ganteng itu pun didorong oleh anak-anak laki-laki mendekati Celine.

Kesal, panik dan malu itulah yang mereka berdua rasakan. Celine pun melihat wajah kesal itu, Celine tak mau anak baru itu semakin marah padanya. Memohon pada teman-temannya untuk menghentikan olokan mereka. Namun, mereka tak peduli, tak mau menghentikan candaan mereka, hingga akhirnya tercetuslah ucapan itu.

"Lonteeee!" teriak anak baru itu pada Celine, anak-anak laki-laki di belakangnya langsung tertawa.

Anak-anak perempuan di belakang Celine pun ikut tertawa, Celine termangu karena tak mengerti arti kata itu. Celine hanya merasa sedih karena kata-kata yang tidak dimengertinya itu, semua orang menertawainya. Saat di kelas Celine bertanya apa arti kata itu, seorang temannya menjawab itu adalah sebutan untuk perempuan yang nggak bener, perempuan yang murahan.

Mendengar itu Celine langsung menangis. Tak menyangka ucapan seperti itu ditujukan padanya. Anak itu sangat tega menyebutnya dengan panggilan seperti itu. Sejak saat itu Celine selalu menghindar dari semua teman-temannya. Saat istirahat gadis kecil itu akan langsung bersembunyi di belakang sekolah sambil menangis seorang diri.

Setiap hari Celine menyesal, seandainya waktu bisa terulang, dia akan diam, tak menanyakan anak baru itu. Andai teman-temannya tak usil padanya. Seandainya dia bisa pindah dengan mudah ke sekolah lain, seandainya dia tak perlu ke sekolah, seandainya dia bisa menghilang.

Andai aku mati saja, batin Celine tak tahan merasakan rasa pedih di dadanya.

"Anak baru itu adalah Mikho?" tanya Tiara setelah mendengar seluruh cerita dari sahabatnya itu.

Celine mengangguk, air mata gadis itu mengalir, hingga saat ini perasaannya masih terasa pedih. Setiap kali melihat wajah Mikho hati Celine terasa perih.

"Itu hanya ucapan anak kecil Cel, jangan diambil hati," bujuk Tiara.

"Saat itu gue juga anak kecil Ra, gue juga belum bisa berpikir dewasa. Tapi kenapa gue harus merasakan sakit Ra. Kenapa dia tega berkata seperti itu? Meski dia benci gue, kenapa harus mengucapkan itu. Anak laki-laki itu menganggap gue ini cewek murahan Ra. Itu nggak bisa gue lupain begitu saja. Sakit Ra, sakit sekali rasanya, sampai sekarang gue nggak bisa lupa. Sampai sekarang masih tetap terasa sakit," ucap Celine sambil terisak-isak.

Tiara memeluk Celine, meski tak melihat secara langsung kejadian itu. Namun, mendengar suara Celine yang bergetar, Tiara bisa merasakan sakit yang dirasakan Celine benar-benar sangat dalam.

"Gue selalu tersiksa dengan ucapan itu, gue menjalani hari-hari di sekolah dengan perasaan sedih dan gue nggak bisa cerita ama orang tua gue. Gue bahkan berharap mati aja Ra," ucap Celine sambil menepuk dadanya, gadis itu terisak.

Tiara tercengang mendengar ucapan Celine lalu kembali mendekat dan memeluk Celine. Tiara prihatin dengan cerita Celine. Gadis itu bertekad akan membantu mereka menyelesaikan masalah ini. Tiara pun sangat ingin mendengar penjelasan dari Mikho.

"Gue harus tanyain soal ini–"

"Nggak! Jangan pernah usik lagi masa lalu gue. Jangan pernah bicara tentang ini apalagi padanya. Kalau lu nekat berbuat itu, gue nggak mau kenal ama lu lagi!" teriak Celine.

"Trus gimana dong? Kalau dia nggak tahu kesalahannya, bagaimana dia akan minta maaf. Mungkin sekarang dia telah menyadarinya dan menyesal–"

"Nggak! Pokoknya nggak! Sampai kapan pun gue nggak mau bahas ini lagi. Gue percaya ama lu, makanya gue cerita. Kalau enggak, gue bakal bawa cerita ini sampai mati," ucap Celine berdiri dan menatap taman dari balik jendela kaca kamarnya.

"Kenapa sih Cel? Lu nggak kasih kesempatan orang untuk perbaiki kesalahan. Apalagi itu kesalahan di masa kecil. Dia sendiri belum tentu tahu apa arti kata-kata itu," ucap Tiara.

"Gue masih ingat tatapan matanya saat menyebut gue dengan panggilan itu. Sangat merendahkan, sangat menghina. Gue yakin dia tahu artinya, karena itu memanggil gue dengan cara seperti itu karena dia kesal, dia menganggap gue cewek murahan Ra. Sejak saat itu gue merasa bersedih atas diri gue. Apa iya gue ini murahan? Apa iya karena menyukainya gue harus di cap seperti itu? Kenapa Ra? Kenapa gue harus ketemu dengan dia lagi. Gue benci, gue bener-bener benci dia," ungkap Celine dengan tersedu-sedu.

Tangannya tak henti-hentinya menghapus air matanya yang terus mengalir. Dadanya yang terasa sakit seperti diremuk, terhimpit, tertekan. Celine berpikir jika dirinya bercerita beban itu akan berkurang tapi ternyata tidak. Beban itu terasa sama. Tetap sangat berat. 

Tiara tak menyangka, gadis yang begitu cantik, ceria, di sukai siapa saja. Ternyata menyimpan beban luka sejak masih sangat kecil.

"Apa karena itu lu nggak mau pacaran? Karena menurut lu, semua orang akan menganggap lu cewek murahan, iya 'kan?" tanya Tiara. Celine hanya diam, Tiara langsung  menutup mulutnya tak percaya.

"Ya ampun Cel, sampai segitunya?" tanya Tiara tak percaya.

"Lu nggak pernah digituin 'kan? Lu nggak tahu gimana rasanya 'kan? Sampai sekarang gue masih ingat seperti apa ekspresinya. Itu benar-benar melukai hati gue. Luka yang sangat dalam dan berbekas," ucap Celine sambil mengerjapkan matanya untuk menghilangkannya air kembali menggenang di pelupuk matanya.

Tiara tak tahu lagi harus berbuat apa. Gadis itu tak tahu harus bagaimana menolong sahabatnya itu karena Celine sendiri tak ingin menuntaskannya bersama Mikho.

Keesokan harinya Celine melangkah ke sekolah itu dengan perasaan yang tak menentu. Sejak menceritakan tentang masa lalu itu pada Tiara, Celine merasa seperti telah membuka aibnya. Menceritakan bagaimana pandangan seseorang terhadapnya membuat Celine merasa seperti sedang dinilai oleh orang-orang.

"Gue ingin bicara sama loe," ucap Mikho tiba-tiba berdiri menghadang Celine.

Gadis itu hanya diam, Mikho tak sabar lalu menggenggam erat lengan Celine hingga membuat gadis itu terpaksa ikut kemana langkah kaki Mikho. Laki-laki itu ingin membawa gadis itu ke samping gedung sekolah. Begitu lengannya dilepas Celine langsung berupaya melarikan diri. Mikho langsung mendesak gadis itu ke dinding.

"Gue bilang, gue ingin bicara sama loe."

"Nggak ada yang perlu gue bicarain sama loe," balas Celine.

"Ada! Ini tentang masa lalu," ujar Mikho.

Celine tercenung, mengira Tiara telah tega membahas tentang masa lalu yang ingin disimpannya dan Mikho sekarang telah mengetahuinya. Celine merasa Mikho akan semakin memandang rendah dirinya.

...~   Bersambung  ~...

Bab 3 ~ Mati Kutu ~

Mikho datang lebih cepat dari biasanya demi bisa bertemu dengan Celine. Ketos tampan itu ingin bicara empat mata dengan wakilnya. Wakilnya? Terdengar seperti bawahannya tapi dalam kenyataannya Celine sama sekali tak seperti bawahannya. Jangankan bawahan, sejajaran aja enggak!

Celine justru terkesan meremehkannya. Apa pun yang dilakukan Mikho ditentang oleh Celine, mending kalau ditentang secara langsung. Gadis itu hanya tinggal berkata 'tak setuju' maka anggota lain akan ikut ucapannya.

Semua berawal dari perkenalan semua anggota OSIS yang terpilih. Saat Mikho sebagai Ketos yang terpilih laki-laki itu maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Semua orang bertepuk tangan menyambut Ketua OSIS baru itu. Di mana Mikho di gosipkan adalah Ketos paling tampan sepanjang sejarah sekolah itu.

Tak hanya tampan, cowok bertubuh tinggi atletis itu juga berasal dari keluarga kaya raya. Bisa dipastikan seluruh kegiatan yang melibatkan masalah keuangan akan bisa di handle olehnya. Mikho, seperti sebuah harapan bagi para penghuni sekolah.

Harapan apa? Jangankan dia turun tangan dalam setiap kegiatan. Semua ide Mikho ditentang habis oleh wakilnya tanpa bicara langsung dengannya. Semua hanya langsung setuju pada ide sang waketos.

Ada yang aneh dengan gadis itu, saat gue sapa dia langsung cemberut. Emang gue ini salah apa? Kenal juga enggak, emang gue pernah nyenggol dagangan dia atau dia pernah kena cipratan dari roda motor gue? Aaaah kayak sinetron aja. Nonton juga nggak, tapi serasa hidup di sinetron, cewek dan cowok gondok-gondokan nggak jelas, batin Mikho.

Cowok ganteng itu mondar-mandir menunggu Celine. Rasa kesalnya sudah naik hingga ke ubun-ubun, tinggal lepas landas bisa naik ke angkasa. Gara-gara pertemuan terakhir Mikho yang telat. Pertemuan anggota OSIS itu pun bubar tepat saat dia berada di depan kelas.

Dia itu sengaja permalukan gue, kalau datang terlambat, pertemuan bubar tak masalah tapi anggota lain yang langsung ketawa itu membuat gue malu setengah hidup. Apa dia sadar itu? Apa dia terlahir untuk permalukan orang? Cantik sih cantik tapi kejam betul, gerutu Mikho dalam hati.

Begitu melihat Celine yang melangkah sambil menunduk. Mikho langsung menghampirinya, tak cukup sampai di situ, Mikho mengajaknya ke samping gedung sekolah agar bisa bebas menginterogasi gadis itu.

"Gue ingin bicara sama loe," ucap Mikho tiba-tiba berdiri menghadang Celine.

Gadis itu hanya diam, Mikho tak sabar lalu menggenggam erat lengan Celine hingga membuat gadis itu terpaksa ikut kemana langkah kaki Mikho. Laki-laki itu ingin membawa gadis itu ke samping gedung sekolah. Begitu lengannya dilepas Celine langsung berupaya melarikan diri. Mikho langsung menangkap pergelangan tangan gadis itu.

"Gue bilang, gue ingin bicara sama loe."

Celine tak peduli. Gadis itu tetap ingin melangkah menuju kelasnya. Alhasil dengan sedikit pemaksaan, Mikho berhasil menyeret gadis itu ke samping gedung sekolah.

"Ini tentang masa lalu."

Kata-kata itu berhasil membuat Celine tercenung.

Eh bisa diem juga dia? Emangnya kenapa dengan masa lalu? Apa itu password untuk menjinakkannya? Tapi aneh, kenapa setiap kali melihat dia, perasaan kok kayak pernah kenal dia? Tapi di mana ya? Batin Mikho bertanya-tanya.

"Apa? Ayo cepetan bicara!" ujar Celine dengan wajah kesal.

Ditambah lagi posisi Mikho yang mendesaknya ke dinding gara-gara Celine mencoba untuk kabur. Seperti di film romantis, cowok ganteng itu membuat Celine menempel di dinding, karena kalau di amplop itu perangko, kalau di surat perjanjian itu meterai.

"Kenapa … itu … kamu … waktu itu …."

Aaahhh, kenapa jadi susah bicara begini sih? Tapi ... cantik banget, makin dekat makin cantik, batin Mikho terpana.

Laki-laki itu mendekat, ingin melihat lebih dekat lagi. Ternyata semakin dekat memang semakin cantik. Mikho terus mendekat, mendekat, semakin mendekat, lebih dekat lagi, lalu menempelkan bibirnya di bibir gadis cantik itu. Celine diam, Celine tak menolak bahkan melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu dan membalas ciuman Mikho.

Apa itu mungkin? Mungkin saja, karena itu khayalan Mikho. Tak ada yang bisa mencegat khayalannya hingga sejauh apa pun tapi kenyataannya tentu berbeda. Melihat Mikho yang menatapnya begitu lama, Celine justru mendorongnya. Dengan tatapan mata yang tajam gadis itu berjalan meninggalkan Mikho yang termangu.

Bicara, bicara, bicara, katanya mau bicara. Tentang masa lalu lagi uuuhhh, hampir saja jantungku copot. Giliran disuruh bicara malah bengong kayak orang goblok. Kadar kegantengannya meningkat pesat, kadar otaknya yang merosot drastis, batin Celine sambil melangkah dengan kesal hingga menghentak-hentakkan kakinya.

Bukan cuma Celine yang kesal sendiri, Mikho pun kesal. Cowok ganteng itu bahkan meninju dinding gedung. Untung saja Mikho anak tunggal kalau adiknya Clark Kent bisa hancur itu gedung.

"Goblok! Goblok! Goblok!"

Jika Celine tahu, gadis itu akan tertawa mendengar umpatan Mikho. Baru kali ini Celine setuju dengan ucapan ketos ganteng itu. Jika saja laki-laki itu berkata seperti itu di depan anggota OSIS, Celine akan mengangguk setuju dengan penuh semangat.

"Sial! Kenapa sih? Udah bela-belain pasang alarm dari semalam, bangun pagi, nggak sarapan, lari-larian ke kelasnya. Eeeh, begitu ketemu malah … aaahhh, dia cantik banget sih. Bikin otakku tanpa izin traveling dulu. Aaahhh, kapan lagi mau bicara, gimana cara tahu isi hatinya? Nggak mungkin pakai dukun, nggak keren amat sih," umpat Mikho.

Laki-laki itu melangkah gontai kembali ke kelasnya. Begitu menyesal hingga menelungkupkan wajahnya di atas meja. Sahabatnya Rifo langsung menepuk pundak laki-laki itu.

"Jangan ganggu gue!" bentak Mikho.

"Ho.. ho.. ho.. ada yang lagi kesal nih, nggak mungkin ditolak cewek kan? Apa gara-gara anak IPS itu lagi?" tebak Rifo.

Mikho akhirnya mengangkat kepalanya. Rifo tertawa melihat mata Mikho yang terlihat sendu. Sahabatnya itu langsung duduk di samping Mikho.

"Kenapa?"

"Dia cantik banget." Rifo tertawa, bukannya menjelaskan masalahnya, sahabatnya yang tampan itu justru memuji gadis yang selalu membuatnya kesal itu.

"Cewek cantik emang banyak di IPS, apa kita pindah jurusan aja?" tanya Rifo.

"Bukan itu masalahnya! Gue pengen masalah gue sama dia itu tuntas. Gue udah nyusun daftar pertanyaan yang ingin gue tanyain, tapi begitu dia berdiri di hadapan gue … gue … gue mati kutu."

"Baguslah! Nggak gatel lagi," ucap Rifo langsung tertawa.

Mikho langsung menoleh dengan tatapan mata yang tajam ke arah sahabatnya itu. Mikho tahu laki-laki itu mengerti apa yang dimaksudkannya. Setiap kali ada masalah dalam organisasi siswa itu khususnya melibatkan Celine, Rifo adalah tempat curahan hatinya. Jika Rifo sok berlagak sibuk, tak segan-segan Mikho menyeretnya sekedar untuk mendengarkan keluh kesahnya. Lagi pula kesibukan Rifo cuma satu, menggoda siswi-siswi IPS yang manis-manis.

Sekarang sahabatnya sedang patah semangat lagi. Mumpung tak ada objekkan, Rifo menghampiri Mikho dan benar saja cowok ganteng itu lagi-lagi bermasalah dengan wakil ketos-nya.

"Gue rasa … gue jatuh cinta sama dia."

Ucapan Mikho membuat mulut Rifo ternganga. Rifo merasa ada yang tak beres dengan kepala Mikho. Gadis yang jelas-jelas suka mempermalukannya itu justru membuatnya jatuh cinta. Rifo terperangah, terduduk, nyaris terkapar.

...~  Bersambung  ~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!