NovelToon NovelToon

Because Of You

Prolog

Tubuh Kania bergetar, kedua matanya terpejam erat seiring hembusan nafas beraroma mint itu menyapu wajahnya.

"Lihat aku sayang..."

Suara lembut nan maskulin itu terdengar begitu mendayu di telinga Kania.

Dan kedua lutut Kania seolah berubah menjadi jeli saat ia merasakan kecupan bertubi di sepanjang leher dan sekeliling rahangnya.

Begitu melenakan dan menyesatkan Kania yang memang tidak pernah merasakan sentuhan menyenangkan dari seorang pria.

"Wangi ini...aku begitu merindukan wangi ini yang selalu membuatku gila sepanjang hari...bagaimana denganmu?" tanya pria itu, namun Kania tak berani bersuara, bahkan gadis itu terlampau takut untuk membuka mata.

Pria di hadapannya terlampau menawan, dan Kania tidak yakin jika ia tidak akan tergoda bila terlalu lama menatap wajah yang kini tengah menatapnya dengan tatapan memuja.

"Baiklah, aku tau apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu bersuara..."

Dan Kania di buat tak berdaya saat merasakan pinggangnya yang di peluk semakin erat, ia yang masih sibuk mengatur nafas menderu-deru pun merasa tak siap saat bibirnya di bungkam oleh pria yang kini tengah menghimpit tubuhnya.

Bahkan kerasnya dinding yang menjadi sandarannya kini seolah tak mampu menopang tubuhnya yang terasa semakin limbung dan melayang.

Membuat Kania meraih bahu lebar yang ada di hadapannya, mencengkramnya erat seolah ia akan terjatuh bila melepaskannya.

Sentuhan pria ini begitu lembut meski sedikit menuntut, membuat Kania yang awalnya mencoba menolak di buat terlena dan tanpa sadar mulai mengikuti gerakan bibir yang sejak tadi menjajahnya.

Terasa manis...dan semakin manis saja saat Kania mulai merasakan lesakan lidah menyapu seluruh isi mulutnya.

Decapan yang tercipta dari pagutan pria itu kini terdengar begitu syahdu, membuat Kania semakin terlena dan tanpa sadar membiarkan pria itu menguasainya.

Kania bahkan ingin menjerit saat rasa yang begitu menggelitik mendadak muncul saat merasakan gerakan di perutnya yang rata.

Bahkan kaos yang gadis itu kenakan sudah naik ke atas, memampangkan perut rata dengan kulit putih mulusnya yang tak pernah terekspos selama ini.

"Aku juga merindukan ini..." gumam pria itu dengan mata sayu, tatapan mereka bertemu saat Kania memberanikan diri menatap wajah pria yang sudah berhasil menggoyahkan kewarasannya.

Dan di detik berikutnya Kania hampir menjerit saat sapuan lidah pria itu dengan cepat berpindah ke dadanya yang entah sejak kapan terbuka.

"Ahhhh..." Kania mendesah dan hanya bisa menggigit bibirnya sendiri untuk meredam suaranya.

"Kamu menyukainya?...ya...aku tau kamu menyukai saat aku menyentuhnya, karena aku juga suka." bisik pria itu dan kembali memainkan bibir dan lidahnya di dada Kania, bergantian ke sana kemari tanpa berniat menyudahinya saat melihat respon Kania yang sepertinya juga begitu merindukannya.

Entah kemana perginya kewarasan Kania yang berniat menghindar saat berhadapan dengan pria ini.

Karena faktanya kini Kania begitu menikmati sentuhan dan cumbuan yang ternyata memberikan efek memabukan di tiap jengkal tubuhnya.

¤¤¤¤¤ \#\#\#¤¤¤¤¤

Pagi ini matahari seolah enggan menunjukan sinarnya.

Berganti dengan rintik gerimis yang seakan tak ingin pergi menyambut hari.

Namun hal itu tak menyurutkan semangat seorang gadis bernama Kania.

Seperti biasa, Kania akan bangun pagi membantu bi Lastri di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi mereka.

Ya, Kania selalu senang melakukan itu setiap hari, memasak sarapan pagi untuk ayahnya sebelum dia berangkat kuliah adalah hal wajib yang harus Kania lakukan.

Memastikan Ayahnya menikmari sarapan lezat dari hasil masakannya.

Meskipun ada bi Lastri sebagai pelayan di rumah itu, tak lantas membuat Kania manja dan menyerahkan semua pekerjaan rumah pada pelayan yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri.

"Wah... aromanya benar2 lezat, masak apa hari ini?" tanya pak Dedi yang sudah berdiri di samping dan mengagetkan Kania.

"Ayah sudah bangun?" Kania menoleh memberikan senyuman manisnya pada sang ayah.

"Bagaimana Ayah tidak bangun kalau mencium aroma masakan selezat ini." Pak Dedi berlalu dan menarik kursi di meja makan sambil membuka koran yang ada di sana.

"Baiklah Ayah, minum ini dan Kania akan segera menyajikan sarapan spesial buat Ayahku tersayang." Kania menyodorkan segelas air madu yang di tambah perasan lemon untuk ayahnya.

Minuman wajib yang selalu Kania siapkan untuk menjaga kesehatan sang Ayah.

"Di minum sampai habis Ayah..." seru Kania ketika melihat isi gelas di tangan pak Dedi hanya berkurang sedikit saja.

"Kamu ini sangat cerewet seperti ibumu." Pak Dedi mengambil gelas itu lagi dan segera meminumnya hingga kandas.

"Jangan lupakan kalau anakmu ini juga cantik seperti ibu." imbuh Kania sembari mengerling manja ke arah sang Ayah.

Pak Dedi tertawa lebar " Tapi bagi Ayah tetep ibumu yang paling cantik."

"Kalau itu Kania setuju." ucap Kania sambil menata meja makan.

Menyadari jika sang adik belum juga muncul, Kania melirik ke arah lantai dua di mana kamar Rian berada "Apa Rian belum bangun?"

Kemudian Kania berjalan menuju kamar adiknya.

Tok tok tok...

" Rian! kamu tau sudah jam berapa ini" teriak Kania diiringi ketukan pintu yang tak berniat ia akhiri.

"Iya kak aku sudah bangun kok, selamat pagi kakak ku yang cantik..." wajah tampan sang adik muncul begitu pintu terbuka.

Dan kecupan di kening Kania pun mendarat, hal yang tak pernah Rian lewatkan setiap pagi sebagai bentuk rasa sayangnya pada kakak perempuan yang selalu menjaganya selama ini.

"Kenapa kamu selalu bertambah tinggi setiap harinya, kakak mu ini sampai harus mendongak setiap ingin melihat wajah tampanmu." ucap Kania saat mereka berjalan turun menuju dapur.

"Adikmu ini bukan anak kecil lagi kak, ya jelas lah Rian makin tinggi." Rian mengalungkan tangannya di bahu Kania.

"Ck, entah kenapa kakak hanya tidak rela melihatmu terlalu cepat dewasa." ucap Kania bila mengingat keinginan adiknya yang ingin melanjutkan kuliah di luar negri setelah lulus SMA.

Rian menoleh dan mengeratkan pelukannya pada sang kakak.

Pemuda itu paham betul apa yang Kania khawatirkan saat ini.

"Rian janji bakal jadi anak baik, bakal buat Ayah dan juga kak Kania bangga suatu hari nanti." bisik Rian hingga membuat mata Kania berkaca-kaca.

"Kalau mau mimpimu terwujud, ayo kita mulai sarapan kita pagi ini, Ayah udah laper nungguin kalian dari tadi." potong pak Dedi yang tak ingin larut dalam suasana haru.

Kedua kakak beradik itu menoleh bersamaan melihat sang Ayah yang mulai menyendok nasi dengan tidak sabar, keduanya kompak tertawa dan segera menarik kursi masing-masing.

"Selesaikan pendidikanmu dan lakukan semua hal yang membuatmu bahagia selama itu positif, apapun itu kakak dan Ayah akan selalu mendukungmu." ucap kania sambil menyendokan nasi dan lauk di atas piring adiknya.

"Iya kak Rian akan ingat itu." Rian pun langsung melahap sarapannya.

"Oh ya, apa Kakakmu tidak jadi pulang minggu ini?" tanya pak Dedi sambil menyuapkan sepotong tempe goreng ke mulutnya.

"Ayah, lebih baik sekarang kita makan dan jangan membahas hal tidak penting di meja makan, Kania benar2 tidak ingin merusak selera makan kita pagi ini." ucap Kania tanpa melihat ke arah sang Ayah.

"Tapi dia itu tetap kakak kalian." Pak Dedi mencoba membujuk Kania.

"Ayah..." ucap Kania dengan raut wajah yang seketika berubah kesal.

"Baiklah maafkan Ayah, ayo kita lanjut makan lagi, Ayah sudah tidak sabar menghabiskan semua makanan ini." sebisa mungkin pak Dedi menghindari perdebatan yang muncul setiap kali mereka membahas putri sulungnya.

Pria paruh baya itu tau jika Kania tidak akan berubah pikiran meskipun selama ini pak Dedi selalu berusaha membujuknya untuk bisa akur dengan kakak perempuannya, yang tak lain adalah saudara kembar Kania.

Pak Dedi adalah seorang pensiunan PNS yang mempunyai tiga orang anak.

Salah satunya Kania Dwi Amanda yang mempunyai saudara kembar bernama Tania Dwi Amalia.

Dan terakhir anak bungsunya yang bernama Rian syahputra yang masih duduk di kelas Xl.

Bukan tanpa alasan Kania tidak menyukai Tania.

Itu berawal dari meninggalnya ibu mereka setelah melahirkan Rian.

Sejak saat itu Tania selalu menyalahkan Rian dan membencinya.

Tania menganggap Rian adalah penyebab kematian ibu mereka.

Sehingga harus hidup tanpa keberadaan sosok ibu disamping mereka.

Kania merasa sikap Tania sudah terlalu kelewatan.

Dia tidak terima bila Tania harus melampiaskan kemarahannya pada Rian adik mereka.

Meskipun hidup mereka begitu berat tanpa adanya seorang ibu.

Namun Kania selalu ikhlas dan menyayangi Rian sebagai kado terindah yang ibunya berikan di akhir hidupnya.

Dan hal itu yang membuat Tania memutuskan pergi dari rumah untuk mengejar karirnya dan juga melepaskan diri dari keluarga.

Hanya sesekali Tania datang untuk menjenguk sang Ayah.

Itu pun Tania lakukan bila pak Dedi sedikit memaksa untuk bertemu ketika merindukan anak sulungnya itu.

"Rian sudah selesai sarapan, ayo kak.. Rian antar kakak ke toko." ajak Rian setelah menghabiskan sarapannya.

"Baiklah kakak juga sudah selesai, Kania pergi dulu ya Ayah, ingat jangan terlalu lelah saat di tempat pemancingan nanti, jangan melewatkan makan siang.

Kania akan pulang agak telat hari ini, Tapi Kania akan memastikan untuk pulang sebelum jam makan malam." Kania mencium punggung tangan ayahnya.

Dan disusul oleh Rian yang juga melakukan hal yang sama sebelum mereka pamit pergi.

"Rian juga pergi Ayah." ucap Rian.

"Jalanan masih agak licin sehabis hujan, jadi pelan-pelan saja bawa motornya Rian." teriak pak Dedi sambil mengantar kedua anaknya sampai depan pintu.

"Iya ayah... " jawab Kania dan Rian bersamaan.

Sebelum berangkat kuliah Kania selalu menyempatkan singgah ke toko kue yang saat ini dia kelola.

Toko kue ini adalah peninggalan almarhumah ibu Kania.

Dan dari sinilah Kania bisa membiayai kuliahnya dan juga keperluan hidupnya sendiri.

Selain itu Kania juga bisa membantu biaya sekolah adiknya.

Dan untuk kehidupan mereka selama ini pak Dedi juga mengandalkan dana pensiun dan beberapa rumah kontrakan yang dimiliki keluarga mereka.

Meskipun mereka bukan berasal dari keluarga berada, namun atas usaha dan gaya hidup yang sederhana, kini mereka bisa dibilang lumayan berkecukupan.

Sampailah mereka didepan toko Roti yang searah dengan jalan menuju sekolah Rian.

"Ingat...hati-hati kalau bawa motor, jangan melakukan hal-hal aneh yang akan membuat Ayah kecewa." Kania tak pernah bosan mengingatkan, sementara Rian hanya bisa tersenyum sembari merapikan rambut sang kakak setelah membantu gadis itu melepaskan helm.

"Iya kakak ku sayang..." Rian kembali mengecup kening Kania sebelum melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

"Enggak minta uang saku?" tanya Kania sebelum Rian pergi.

"Uang yang kemarin masih ada kak, lagi pula Rian juga bawa bekal kok, jadi kak Kania jangan terlalu mikirin Rian, sekali kali kakak pakai uang kakak untuk beli kosmetik, biar tambah cantik." goda Rian sambil mencubit hidung Kania.

"Tanpa kosmetik kakak juga sudah cantik." ucap Kania kesal.

"Iya Rian tau, kak Kania memang paling cantik...Tapi Rian mau kakak sekali kali mikirin kebahagiaan kakak sendiri, jangan mikirin Rian terus kak... Rian juga pengen liat kak Kania bahagia." ucap Rian tulus.

"Bahagianya kakak itu ngelihat kamu dan Ayah bahagia, udah sana berangkat, ntar kamu telat loh." Kania menepuk lembut punggung adiknya.

"Ya udah Rian pergi dulu ya kak, telpon Rian kalau kak Kania perlu apa-apa " teriak Rian saat melajukan motornya.

"Iya, hati-hati." Kania menatap punggung adik kesayangannya.

Bagi Kania Ayah dan Rian adalah segala-galanya, Kania adalah gadis cantik dan sederhana.

Membahagiakan Ayah dan Adiknya lebih penting dari pada harus hidup berfoya-foya.

Untuk itu dia lebih memilih menabung penghasilannya guna biaya pendidikan adiknya kelak.

"Selamat pagi..." Sapa Kania pada semua karyawan yang bekerja di toko rotinya.

"Pagi juga mbak Kania..." jawab mereka bersamaan menyambut atasan mereka yang cantik dan baik hati itu.

"Bagaimana dengan pesanan hari ini, apa semua bahan yang saya tulis kemarin sudah mbak Dina siapkan? tanya Kania pada Dina karyawan yang bertanggung jawab untuk urusan bahan-bahan kue dan Roti di toko itu.

"Sudah mbak..., ini semua bahannya sudah saya sediakan di sini." Dina menunjuk lemari di mana mereka biasa menyimpan semua bahan dan keperluan toko itu.

"Terima kasih ya mbak, oke semua lanjut ke kerjaannya masing masing ya..." ajak Lissa karena harus membuat beberapa pesanan kue ulang tahun untuk hari ini.

"Memangnya mbak Kania nggak kuliah?" tanya Dina.

"Kuliah kok...tapi masuk kelas siang, jadi masih ada waktu untuk membereskan semua pesanan kita hari ini, oke semua... semangat!" seru Kania kepada semua karyawannya.

"Semangat..." jawab mereka bersamaan.

Dimata karyawannya Kania adalah atasan yang baik dan ramah.

Sehingga mereka semua merasa nyaman dan menyayangi Kania seperti Kania yang menganggap mereka seperti keluarganya sendiri.

"Oke semuanya udah beres, mbak Dina bisa panggil pak ujang untuk mengantarkan semua pesanan ini, Kania nggak mau konsumen kita kecewa karena kelamaan nunggu." ucap Kania setelah selesai menghias semua kue pesanan.

"Siap mbak Kania, aku panggil pak Ujang dulu ya." ucap Dina sambil melempar senyum pada kania.

Setelah membereskan semua tugasnya di toko, Kania langsung bergegas menuju kampusnya.

Dengan hati yang riang Kania berharap hari2 kedepannya akan selalu berjalan mudah seperti saat ini.

Sehingga cita2nya untuk membahagiakan Ayah dan adiknya segera tercapai.

Perkenalan

Dengan menaiki ojek online, Kania pergi menuju kampusnya.

baginya naik ojek lebih efisien dan tidak memakan banyak waktunya.

"Terima kasih ya pak." ucap Kania sambil memberikan uang lembaran lima puluh ribuan.

"Duh, saya nggak ada kembalian nih mbak." ucap bapak itu sambil menggaruk kepalanya.

"Udah kembaliannya buat bapak aja." sahut Kania menarik kedua sudut bibirnya.

"Terima kasih banyak ya mbak." Bapak itu pun pergi dengan wajah sumringah meninggalkan Kania yang begegas menuju gerbang kampusnya.

Namun dari arah belakang terlihat mobil mewah yang melaju agak kencang, dan Kania tidak sempat mengelak saat cipratan dari genangan air hujan berhambur membasahi pakaian dan wajahnya.

Sontak saja Kania langsung kaget dan berteriak sekencangnya memaki pengendara mobil itu.

Bukannya berhenti dan meminta maaf, pengendara mobil itu malah berlalu tanpa menggubris Kania yang kesal menerima kenyataan jika pakaiannya basah dan sedikit kotor.

"Kenapa gadis itu, pasti dia sedang mengalami hari yang buruk sampai berteriak seperti orang gila." batin Daniel saat melihat Kania dari spion mobilnya.

Tanpa menyadari jika hari buruk Kania adalah hasil dari perbuatannya.

Daniel putra Atmaja adalah pewaris dari keluarga Atmaja, pemilik perusahaan besar yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis dinegara ini.

Dia adalah putra sulung dari dua bersaudara.

Daniel memiliki adik perempuan yang bernama Sofie Aprilia Atmaja yang juga menempuh pendidikan di kampus yang sama dengan Kania.

Saat ini Daniel merupakan seorang Pengusaha muda yang memiliki jejak karier yang tidak bisa diremehkan.

Meskipun dia terlahir dari keluarga kaya, Daniel memulai kariernya dari bawah sebagai seorang karyawan biasa hingga sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaanya.

Penampilannya yang tampan dan menawan, juga didukung dengan latar belakang keluarganya yang kaya raya, membuat Daniel di gilai oleh banyak kaum hawa.

Meskipun begitu, Daniel dikenal tertutup soal kehidupan pribadinya, terlebih soal asmaranya.

Hingga saat ini tidak ada yang tau siapa wanita yang sedang dekat dengannya.

Meskipun kabarnya Daniel sedang dekat dengan seorang wanita yang sampai saat ini belum pernah dia kenalkan pada keluarga dan teman-temannya.

Kembali ke Kania....

Dengan hati yang kesal Kania berjalan menuju toilet di kampusnya.

Namun di tengah jalan Kania bertemu dengan kedua sahabatnya.

Mila dan Reyhan adalah sahabat Kania semenjak SMA.

Hingga mereka memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama sampai sekarang.

"Kania.." teriak Mila dan diikuti oleh Reyhan.

"Aku buru buru nih, kalian duluan aja gih." ucap Kania berlari menuju toilet.

"Kania tunggu...baju kamu kenapa?" tanya Reyhan sambil menahan pergelangan tangan Kania.

"Kamu bisa lihat kan, tadi itu ada orang gila yang bikin baju aku jadi kotor gini." ucap Kania kesal, bahkan matanya berkaca-kaca menahan tangis mengingat kesialannya pagi ini.

"Trus kamu mau kemana sekarang?" tanya Reyhan.

"Aku mau ke toilet lah, buat bersihin nih baju, kenapa, kamu mau ikut?" seloroh Kania yang tak habis pikir mendengar pertanyaan Reyhan.

Memangnya mau kemana lagi dia dengan baju kotor seperti ini, pulang kerumah untuk mengganti pakaian pun lebih tidak mungkin mengingat waktu kuliah yang sudah mepet.

"Iya aku mau ikut, ayo aku anterin ke toilet." Reyhan menarik tangan Kania.

"Serius kamu Rey ?" tanya Kania heran dengan kedua mata membulat sempurna.

"Serius lah, emang kamu liat aku lagi becanda." ucap Reyhan menatap Kania dengan wajah serius.

"Kamu mau ngapain disana, ngintipin cewek2 disana?" ledek Mila yang menatap heran ke arah Reyhan.

"Dasar otak mesum, kamu pikir aku cowok apaan, udah ayo buruan ntar lagi kelas mau mulai loh, memangnya kamu mau telat dan di omelin Dosen." ucap Reyhan sambil meneruskan langkahnya menarik tangan Kania.

"Eh eh eh tunggu, kamu jangan main-main ya Rey!" pekik Kania berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Reyhan.

"Apa kamu juga mikir sama seperti Mila." Reyhan menyentil kening Kania.

"Sakit Rey..." Kania menggosok keningnya penuh drama, tentu saja sentilan Reyhan tak sesakit itu.

"Aku cuma mau ngelepas kaosku untuk kamu pakai, kamu mau masuk angin make baju basah gitu?" tanya Reyhan gemas dengan tuduhan kedua temannya.

"Owh, bilang dong dari tadi..." ujar Kania disertai cengiran khas gadis itu.

"Kirain, ya udah deh aku tunggu kamu di kelas aja." ucap Mila meninggalkan kedua sahabatnya.

Kania pun langsung mengikuti Reyhan ke toilet guna melepas kaos di balik kemejanya untuk menggantikan pakaiannya yang basah.

Reyhan memang selalu perhatian kepada Kania semenjak mereka bersahabat dari waktu SMA dulu.

Lebih tepatnya Reyhan adalah pelindung Kania dari cowok-cowok yang mencoba iseng pada Kania.

Maklum saja, paras Kania yang cantik memang selalu menarik perhatian bagi lawan jenis.

Tak sedikit yang mencoba mendekati Kania hingga saat ini, namun Kania selalu berusaha menghindar karena dia tidak mau hidupnya di buat ribet dengan urusan asmara.

Bagi Kania keluarga adalah yang utama, sehingga sampai saat ini Kania belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta apalagi pacaran.

Hanya Reyhan lah cowok yang dekat dengan Kania selama ini.

Bersama Reyhan, Kania merasa aman dan nyaman meski dia hanya menganggap hubungan mereka sebatas sahabat.

Namun lain halnya dengan Reyhan, hubungan persahabatan mereka yang sangat dekat lama kelamaan menumbuhkan rasa yang lebih pada Reyhan.

Namun hingga saat ini Reyhan tidak pernah mau mengutarakan perasaannya pada Kania.

Karena dia tidak mau merusak persahabatan mereka, lagi pula Reyhan juga tau kalau Kania belum mau menjalin hubungan serius pada cowok manapun hingga lulus kuliah, setidaknya itulah yang pernah Kania sampaikan pada Reyhan.

"Makasih ya Rey, nggak tau deh tadi kalau nggak ada kamu, bisa-bisa kisut nih badan kedinginan." ucap Kania sambil merapikan kaos yang Rey pinjamkan meski terlihat kedodoran di tubuh rampingnya.

"Iya, udah ayo buruan ntar kamu ketinggalan kelas loh." ajak Reyhan sambil menarik tangan Kania.

Mereka akhirnya menuju kelas mereka masing-masing, Kania mengambil jurusan bisnis dan manajemen sementara Reyhan mengambil jurusan tehnik.

Setelah beberapa jam berlalu Kania dan Mila yang memang mengambil jurusan yang sama memutuskan untuk singgah di kafe milik sepupunya Mila.

"Habis ini kamu ada acara nggak?" tanya Mila saat kedua gadis itu keluar dari kelas.

"Mmm... biasalah paling dari sini aku mau langsung ke toko, emang kenapa?" tanya Kania sembari menggulung lengan kaos yang ia kenakan agar tidak terlalu kelihatan kedodoran.

"Temenin aku ke kafenya kak Kevin yuk, hari ini kebetulan kak Kevin lagi ngeresmiin kafe barunya, Jadi kita bisa makan-makan gratis deh disana, gimana mau kan?" ajak Mila penuh semangat.

"Ih nggak mau ah...malu tau, masa iya kita ke sana makan gratisan, yang ada ntar sepupu kamu itu bangkrut gara-gara kita " jawab Kania merasa sungkan.

"Ya ampun Kania, hari ini tuh kak Kevin emang gratisin semua menu untuk semua pengunjung, bukan ke kita doang, besok-besok sih bayar..., ini tuh cuma perayaan dan wujud syukur kak Kevin aja karena usaha kafenya yang makin sukses di mana-mana dan lagian nih ya, tadi itu kak Kevin udah nyuruh aku ngajak kamu sama Reyhan kesana." ucap Mila menerangkan sembari merapikan riasannya dari kaca kecil yang ia ambil dari dalam tas.

"Beneran nih, tapi aku malu Mila...kan aku nggak terlalu kenal sama sepupu kamu itu, ketemu juga cuma baru beberapa kali pas di rumah kamu doang." elak Kania penuh pertimbangan.

"Udah ayo nggak usah banyak alesan deh, lagian kak Kevin itu baik kok, ntar aku kenalin biar makin kenal." paksa Mila sambil menarik tangan Kania.

"Trus Rey gimana?" tanya Kania.

"Ntar dia nyusulin kita ke sana, cepetan ayo." Mereka pun berjalan menuju parkiran dimana supir Mila menunggu dengan mobilnya.

Tak butuh waktu lama bagi mereka tiba di sana, karena jarak kampus mereka dengan kafe yang menjadi tujuan hanya menghabiskan waktu beberapa menit saja.

"Ini tempatnya?" tanya Kania saat mereka sudah sampai di depan kafe yang lumayan besar dan terlihat berkelas meski di lihat dari luar.

"Iya, bagus kan? kak Kevin emang paling jago ngeliat peluang, liat aja tempatnya strategis gini, enggak heran kak Kevin makin sukses dari bisnis kafenya yang udah punya cabang di mana-mana." ucap Mila sedikit menyombongkan sepupunya.

"Bisa banget sombongnya neng." ledek Kania dengan wajah malas.

"Kapan lagi bisa nebeng sombong..., udah ah masuk yuk!" Mila menggandeng Kania untuk memasuki kafe yang mulai ramai dengan teman-teman dan kolega bisnis Kevin.

Mila mengajak Kania duduk di salah satu sudut kafe yang kursinya belum terisi.

Mata Mila menoleh kesegala penjuru untuk mencari Kevin sepupunya.

"Kak Kevin!" teriak Mila saat menemukan sosok pria dengan tubuh atletis dan wajah yang tampan di antara kumpulan temannya.

Mila pun tak henti melambaikan tangannya guna memanggil Kevin untuk datang ke tempat di mana mereka duduk.

"Hai Mila, baru dateng? kakak udah nungguin kalian loh dari tadi." ucap Kevin sambil melirik ke arah Kania.

"Iya nih kak, sory habisnya Mila juga baru pulang kuliah, nih disempetin kemari." ucap Mila dengan wajah di buat seimut mungkin hingga membuat Kania jengah melihatnya, meski tak ayal gadis itu ikut tersenyum sekilas ke arah Kevin sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kamu yang namanya Kania kan?" tanya Kevin saat melihat Kania yang hanya terdiam menikmati suasana kafe.

"Eh iya kak ." ucap Kania gugup.

"Kevin, saudara sepupunya Mila." sambil menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Kania.

"Mmm.. saya Kania kak." sambut Kania sambil tersenyum canggung

"Mila banyak cerita tentang kamu." ucap Kevin santai sambil membalas senyuman Kania dengan senyuman yang tak kalah mempesona.

Kania hanya tertunduk malu, sesekali gadis itu melirik Mila dan bertanya-tanya apa saja yang sudah Mila ceritakan tentang dirinya pada Kevin.

"Gila nih cewek manis banget sih..." gumam Kevin dalam hati sembari mengagumi wajah rupawan Kania, meski ia tau jika saat ini Kania merasa kurang nyaman di balik sikap santainya saat ini.

Tapi hal itu tak membuat Kevin menyerah, ia hanya perlu lebih mengenal Kania dan pemuda itu yakin dengan seringnya mereka bertemu, suatu saat Kania pasti akan lebih sedikit membuka diri.

"Nyaman banget ya kak tempatnya, dekornya juga cantik...bikin betah." ucap Mila mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe.

"Iya...cantik banget malah." jawab Kevin yang sedari tadi justru tak mengalihkan tatapannya guna memandang gadis yang saat ini ada di hadapannya.

Membuat Kania yang merasa di perhatikan harus berkali-kali memperbaiki posisi duduknya dengan wajah gugup dan juga malu.

"Ih..kak Kevin!" Mila menepuk lengan Kevin hingga membuat pemuda itu berjengit saat menyadari maksud kakak sepupunya karena tak lepas memperhatikan Kania.

"Apaan sih Mil? beneran cantik kok." ucap Kevin sambil menggosok lengannya yang sakit karena pukulan Mila.

"Ya jangan ngomong di depan orangnya juga kali kak, tuh lihat...Kania jadi grogi kan dengerin gombalan kak Kevin, udah ah...Mila sama Kania udah laper nih, buruan suruh pelayan kakak bawain makanan sama minuman yang enak dan banyak, soalnya temen Mila satu lagi juga ntar nyusulin kesini." ucap Mila sambil mendorong tubuh Kevin.

"Iya sabar cerewet... kalian tunggu disini ya, kakak kesana dulu pesenin makanan untuk kalian sekalian nyamperin temen kakak yang disana, ntar kakak balik lagi kesini, di bawa santai dan nikmati makanannya ya Kania..." ujar Kevin lembut sebelum berlalu meninggalkan Mila dan Kania.

"Memangnya kamu cerita apa aja sih sama kak Kevin Mil, nggak penting deh." ucap Kania saat Kevin sudah menjauh dari meja mereka.

"Siapa bilang kamu nggak penting, kamu sama Reyhan itu sahabatku, jadi wajar dong aku sering ceritain kalian ke kak Kevin, eh iya Kania, sejak aku sering cerita tentang kamu, kak Kevin itu makin penasaran pengen kenal sama kamu." bisik Mila ke telinga Kania.

"Ih apaan sih kamu Mil, tau gitu tadi aku males kesini." ucap Kania kesal.

"Jangan ngambek-ngambek neng, ntar cantiknya ilang loh..." ledek Mila mencubit gemas pipi Kania.

"Biarin!" Kania mengalihkan wajahnya saat sadar Kevin dari jauh masih memperhatikan ke arah mereka.

"Astaga...itu kak Kevin juga kenapa sih ngelihatin terus dari tadi, bikin jantungku lemes aja." batin Kania berusaha menutupi keresahannya.

Kania yang Dingin.

Kania dan Mila sedang sibuk menikmati makanan mereka, diselingi obrolan dan candaan yang membuat kedua gadis itu terlihat tertawa lepas tanpa beban.

Sampai akhirnya Mila dikejutkan oleh kedatangan Rey yang dengan sengaja menepuk keras bahu gadis itu dari belakang tubuhnya.

"Reyhaaan!" teriak Mila sekencangnya yang membuat pengunjung lain menoleh ke arah mereka.

"Idih...nih mulut ngalahin emak-emak kompleks, bisa nggak sih kamu ngomong nggak pake teriak, teler nih kuping jadinya..." ucap Reyhan sembari menggosok kedua telinganya.

"Enggak bisa! lagian jadi orang seneng banget bikin orang jantungan, emang mau lihat aku mati trus jadi kuntilanak perawan yang tiap malem datengin kamu minta tanggung jawab." ketus Mila kesal.

"Ogah, ngapain juga minta tanggung jawab ke aku? kalau bidadari yang minta tanggung jawab mah aku mau..." jawab Reyhan yang langsung memilih duduk disebelah Kania.

Kania di buat terbahak sampai harus menutup mulutnya dengan kedua tangan "Emang ada ya hantu perawan." ucap Kania tak henti-hentinya tertawa.

"Ga tau juga deh...eh Rey lama banget sih kamu datengnya, makanan kamu jadi dingin nih, aku pikir tadi kamu bakal cepet nyusulin kita kesini, aku minta ganti makanan yang baru aja ya." ucap Mila hendak memanggil pelayan di kafe itu, tapi dengan cepat Reyhan menahan Mila.

"Udah nggak apa-apa aku makan ini aja, seneng bener buat orang repot." ujar Reyhan sambil mulai menikmati makanan yang ada di hadapannya.

"Serius kamu Rey nggak mau aku pesenin makanan yang baru?" tanya Mila memastikan.

"Kamu nggak lihat makanan itu udah mau habis di buat Rey, itu artinya makanannya masih baik-baik aja Mil, jadi ngapain mau pesen lagi sih, nggak malu apa sama kak Kevin." imbuh Kania merasa tidak enak hati.

Pasalnya makanan sebanyak ini bisa mereka nikmati dengan cara gratis, dan hal itu membuat Kania berpikir sebanyak apa kekayaan yang Kevin miliki untuk menjamu semua pengunjung yang hadir tanpa harus membayar sepeser pun.

Orang kaya mah bebas, slogan itu ternyata bukanlah isapan jempol belaka, dan Kania sudah membuktikannya hari ini.

"Laper atau doyan kang, makan sampai nggak noleh kanan kiri.. " ejek Mila heran melihat Rey yang makan dengan begitu lahap.

"Aku makan Mil, bukan mau nyebrang jalan, jadi ngapain juga aku harus noleh kanan kiri, lagian aku dah laper banget dari tadi belum makan." jawab Reyhan dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.

"Pelan-pelan aja makannya Rey, ntar perut kamu sakit baru tau rasa." Kania mengambil tisue dan menyapu makanan yang menempel di sudut bibir Rey.

"Eh .." ucap Rey kaget dengan wajah tersipu mendapatkan perhatian tak terduga dari Kania.

"Yeey...awas ada yang baper." Mila menatap malas pada Reyhan yang memasang wajah menjijikkan dengan ekspresi terpesona pada Kania yang tak bisa pemuda itu tutupi.

"Ehkeem..ekheem..., kakak boleh gabung nggak nih..." Tiba2 Kevin yang entah muncul sejak kapan meminta ijin bergabung dengan Kania dan teman-temannya.

"Mmm..boleh dong kak, apa sih yang nggak buat kakak Mila yang cakep ini." jawab Mila dengan nada manja.

"Yakin nih, kakak nggak ganggu kalian kan?" tanya Kevin memastikan, apalagi saat melihat kedekatan Kania dan Reyhan yang layaknya seperti sepasang kekasih.

"Iya udah sini duduk, oh ya kak nih kenalin Reyhan sahabat Mila yang paling rese." ucap Mila menunjuk Reyhan yang langsung menyapu bibirnya dengan tisue.

"Kevin, sepupunya Mila." Kevin menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Reyhan.

"Reyhan kak." Reyhan pun menyambut uluran tangan Kevin.

"Oh ya makasih ya udah mau singgah ke sini, seneng bisa kenal sama kalian semua." ucap Kevin dengan mata yang berbinar.

"Kita yang harusnya ngucapin makasih kak, udah di undang datang disini makan gratis pula." celetuk Reyhan sambil tersenyum dan melirik Kania yang memilih menunduk dan menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Iya sama-sama, sering-sering main ke sini biar kafe ini makin rame." ucap Kevin sambil melirik Kania yang tak banyak bicara.

"Siap pak bos, asalkan tetep dapat gratisan mah kita seneng-seneng aja." ucap Mila sambil terkekeh.

"Tenang aja, pokoknya mulai hari ini kalian masuk dalam daftar tamu istimewa di kafe ini." ucap Kevin.

Kania menendang kaki Mila dari bawah meja.

Dia benar-benar merasa sungkan dengan kebaikan Kevin.

Mila yang kaget dengan tindakan Kania hanya bisa membesarkan matanya menatap Kania yang terlihat kesal.

"Jadi kalian bertiga aja nih, nggak ngajak yang lain?" tanya Kevin pada ketiga sahabat itu.

"Ya iyalah, memangnya kita mau ngajak siapa lagi." jawab Mila sambil menyeruput jus dihadapannya.

"Pacar kalian mungkin..." ucap Kevin asal, namun tak ayal memperhatikan reaksi Kania yang sedikit kaget sebelum memutuskan tatapan mereka yang sesaat tadi sempat tertaut.

"Ada yang salah ya?" tanya Kevin bingung dengan kebisuan dari ketiga orang yang ada di hadapannya.

"Enggak ada yang salah kok, tapi masalahnya kita semua nih masih pada jomblo kak...sih Reyhan lagi tuh, udah di obral juga...masih aja enggak laku-laku." ucap Mila dengan nada penuh ejekan ke arah Reyhan yang langsung melotot tak terima.

"Enak aja kita, kamu aja kali yang nggak laku, aku mah cuma belum dapet yang cocok aja, lagi pula aku nggak mau pacar-pacaran kak, maunya langsung nikah aja." celetuk Reyhan sembari menggosok tengkuknya dan melirik ke arah Kania.

Dan hal itu pun tak luput dari perhatian Kevin sejak tadi.

"Eh kang somay, emang siapa yang mau nikah sama kamu, yang ada tuh cewek-cewek pada kabur kamu ajak nikah." tambah Mila.

"Ya kalau mereka pada kabur, kan masih ada Kania, kamu mau kan nikah sama aku?" Reyhan menatap lekat mata Kania.

Uhuk...uhuk..., mendengar ucapan Reyhan, Kania yang kebetulan sedang minum pun langsung tersedak karena kaget.

"Pelan2 Kania" Reyhan pun dengan sigap menepuk nepuk punggung Kania.

"Ceh, kamu lihat tuh Kania aja langsung sawan denger ucapanmu, sembarangan bener ngajak nikah anak orang." ucap Mila diiringi tawa lebar.

"Memangnya kalian pacaran?" tanya Kevin penasaran sambil menatap Kania dan Reyhan bergantian.

"Enggak!" teriak Kania spontan.

Reyhan hanya terdiam, pandangannya masih belum beralih dari wajah Kania.

"Oh..kirain, jadi masih ada kesempatan dong..." ucap Kevin penuh arti.

"Kesempatan apa nih kak?" tanya Mila penasaran.

"Kesempatan buat kenalin kalian ke temen-temen kakak, ya siapa tau aja ada yang kecantol, biar nggak jadi jomblo terus..." jawab Kevin sekenanya.

Padahal dalam hati pria itu bersorak begitu tau Kania belum memiliki kekasih dan berdoa agar di berikan kesempatan untuk mendapatkan hati gadis itu, gadis yang membuatnya jatuh hati semenjak pertemuan pertama mereka yang tanpa sengaja di rumah Mila beberapa waktu lalu.

Dan sejak saat itu, Kevin yang selama ini di kenal sebagai casanova di buat penasaran oleh seorang gadis sederhana yang jauh dari kebanyakan wanita yang dikenalnya selama ini.

"Emangnya kak Kevin udah punya pacar apa, pake mau cariin kita jodoh segala." ucap Mila.

"Belum sih...tapi kakak sekarang udah punya calonnya, tinggal nunggu waktu yang tepat aja nembaknya kapan." Kevin kembali melirik Kania, dan hatinya semakin meleleh kala mendapati gadis itu juga tengah mencuri pandang dengan senyuman semanis madu yang tersunging dari bibir merah alami meski tanpa polesan lipstik seperti gadis kebanyakan.

"Yang bener kak, siapa? kenalin ke Mila dong..." Mila melingkarkan tangannya ke lengan Kevin, menggoyangnya cukup keras dengan rasa penasaran yang semakin menjadi.

"Iya gampang, ntar juga kamu tau siapa orangnya." Kevin tersenyum, dan lagi-lagi tatapannya bersambut karena Kania juga tengah melihat ke arahnya.

Drrt... drrt..."Eh bentar ya, aku angkat telpon dulu." Kevin merogoh ponsel di kantongnya dan terlihat berbicara sambil menoleh ke arah lain disudut kafe.

Dari jauh terlihat pria tinggi dengan wajah tak kalah tampan yang masih mengenakan setelan kerja, lengkap dengan jas berwarna navy yang melekat begitu pas di tubuhnya.

Penampilannya yang menawan dan berkelas cukup menjelaskan bahwa pria itu bukanlah pria sembarangan.

Membuat siapa saja yang melihat tak mampu menutupi rasa kagum karena pria itu terlihat begitu sempurna tanpa celah.

Dan dengan langkah lebar pria itu berjalan kearah Kevin masih dengan ponselnya yang menempel di telinga.

"Eh itu ada temen kakak, kalian enggak keberatan kan kalau dia ikut gabung disini." tanya Kevin pada ketiga orang yang duduk di hadapannya.

"Boleh...boleh, wah...dia siapa kak ganteng banget." ucap Mila yang langsung terpana saat melihat dari jauh pria itu berjalan ke arah mereka.

Kania melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Mila...aku pamit duluan ya, udah sore banget ini, mau singgah ketoko lagi soalnya." bisik Kania sambil bersiap bangkit dari duduknya.

"Loh mau kemana?" tanya Kevin sedikit kecewa.

"Mmm...udah sore kak, udah waktunya pulang." jawab Kania tak enak hati, namun ia tak punya alasan untuk tinggal lebih lama, terlebih sikap Kevin yang jujur membuat jantung Kania bertalu tak karuan.

Membuat ia harus sesegera mungkin menghindar, entah apa alasannya, yang jelas gadis itu tak ingin terlalu di buat percaya diri kala mendapati tatapan Kevin yang berbeda terhadapnya.

"Bentaran lagi ya Kania, temenin aku dulu disini, ntar aku anterin kamu pulang deh." bujuk Mila.

"Nggak bisa Mila, Ayah juga pasti udah nungguin aku di rumah. Oh ya kak Kevin, makasih banyak udah undang kita kesini, maaf kalau udah buat kakak repot, dan sukses buat kafenya. Aku permisi duluan ya kak, dah Mila." ucap kania buru-buru berpamitan pulang.

"Aku anterin ya, sekalian aku juga mau pulang. Makasih buat makanannya ya kak Kevin, sampai ketemu lagi." Reyhan pun ikut pamit dan segera menyusul Kania.

"Oh iya lain kali jangan lupa main lagi kesini." teriak Kevin yang dibalas senyuman manis saat Kania membalikkan setengah badan dan menoleh ke arahnya.

"Mil...lihat toko perhiasan enggak di deket sini?" tanya Kevin tiba-tiba dengan pandangan lurus kedepan mengikuti jejak Kania hingga gadis itu menghilang dan tak terlihat.

"Toko perhiasan? buat apaan?" tanya Mila yang kini di buat bingung oleh sikap sepupunya.

"Cari cincin buat ngelamar anak orang." Kevin tersenyum dan beralih ke arah sahabatnya yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Hei bro...sory baru bisa dateng sekarang." ucap pria bernama Daniel sambil bertos ala pria dan diakhiri dengan pelukan persahabatan seperti yang biasa mereka lakukan setiap kali bertemu.

"Gua pikir lo nggak bakal dateng." jawab Kevin sembari mempersilahkan Daniel duduk setelahnya.

"Nggak mungkin lah, nih buktinya gua udah ada disini kan, walaupun gua harus batalin janji penting sama klien, jadi awas aja kalo sampe lo nggak kasih gua servis yang memuaskan di sini." canda Daniel dengan nada ancaman.

"Lo emang sohib gua yang paling the best, eh lo sendirian aja nih, cewek lo kok nggak di ajak?" tanya Kevin.

Bukannya menjawab Daniel malah meringis sembari memainkan ponsel yang ada di tangannya.

"Mau sampai kapan lo umpetin tuh cewek, sekali kali lo kenalin ke gua gitu, pelit bener sama sahabat sendiri." ucap Kevin pura-pura kecewa.

Eheem...eheem..., Mila yang sedari tadi mendengar percakapan kedua orang itu merasa di cuekin dan kesal pada Kevin.

"Ups... sory, nih kenalin adik sepupu gua Mila." ucap Kevin pada Daniel.

Daniel hanya menatap Mila sebentar dan tersenyum tipis sambil menganggukan kepalanya pada Mila, namun tak lama karena pria itu kembali mengalihkan perhatiannya ke layar ponselnya.

"Dia ini sahabat kakak dari jaman SMA, namanya Daniel." ucap Kevin pada Mila yang masih menatap wajah Daniel dengan penuh pesona.

"Ganteng..." bisik Mila pada Kevin agar tak terdengar oleh Daniel yang duduk di hadapan mereka.

"Dasar ganjen, dia itu udah punya pacar, lagian kalau belum dia juga nggak bakal mau sama anak kecil macem kamu." ledek Kevin.

"Sialan!" Mila memukul lengan Kevin.

"Eh lo mau makan apa, biar gua pesenin." tanya Kevin pada Daniel.

"Yang paling enak dan paling mahal di kafe lo ini." ucap Daniel terkekeh tanpa memperdulikan Mila yang masih menatapnya penuh harap.

Kevin pun tersenyum memanggil pegawainya untuk menyiapkan menu sesuai selera sahabatnya.

"Gimana rasanya jadi bos, pasti seneng kan lo makin banyak aja cewek-cewek cantik yang ngintilin." ucap Kevin.

"Seneng apaan, yang ada gua makin risih, lo macem nggak kenal gua aja." jawab Daniel datar, membayangkan tatapan memuja dari para gadis yang ditemuinya sepanjang waktu.

Tak terkecuali Mila yang mungkin sebentar lagi meneteskan air liurnya karena begitu terpesona oleh ketampanan Daniel.

Kevin pun tertawa terbahak di buatnya "Cepetan nikahin tu cewek rahasia lo, keburu anyep entar kelamaan di umpetin." ledek Kevin.

"Sialan...lo sendiri gimana, masih betah aja ngejomblo." umpat Daniel tak mau kalah.

"Siapa bilang, doain aja gua bakal lebih dulu nikah ketimbang lo." jawab Kevin sombong.

"Emang udah punya calon, kok lo nggak pernah kasih tau gua?" tanya Daniel.

"Ya gua juga baru kenal sama tuh cewek, tapi kali ini gua yakin kalau dia itu jodoh yang Tuhan kirim buat gua." ucap Kevin yakin.

"Ntar kamu bantuin kakak ya Mil..." imbuh Kevin melirik ke adik sepupunya.

"Maksud kak Kevin, kakak naksir sama Ka.." belum selesai Mila melanjutkan ucapannya, Kevin keburu menutup mulut Mila dengan tangannya.

"Husst...jangan kenceng-kenceng Mil." potong Kevin mendengar teriakan Mila.

"Tapi kan.." tentu saja Mila kaget menyadari Kevin yang ternyata menaruh hati pada sahabatnya yaitu Kania.

Meskipun jujur Mila bahagia karena dia tau sepupunya itu orang baik dan pastinya akan sangat cocok dan mampu membahagiakan Kania.

Namun Mila juga tau kalau Kania belum mau terikat hubungan apapun dengan pria.

Dia takut sepupunya hanya akan merasakan kekecewaan seperti pria-pria yang selama ini coba mendekati Kania, karena Kania akan secara terang-terangan memberikan penolakan pada semua pria yang coba mendekatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!