NovelToon NovelToon

Benteng Penghalang Kita

Reuni

"Haii"

Sapaan laki-laki tampan yang tersenyum ramah saat aku membuka pintu. Dia kekasihku, dan kami sudah menjalani hubungan selama 3 tahun lamanya.

"Mau masuk dulu?" tanyaku pada pria itu, dia tersenyum dan mencium keningku. Sudah menjadi rutinitas rutin saat kami bertemu atau akan berpisah.

"Tidak usah, keburu siang. Salam saja untuk orang tuamu"

Aku mengangguk mendengar jawaban itu, aku segera memakai heels ku. Aku bekerja di perusahaannya dan di sana kisah kami di mulai.

Aku menggandeng tangannya dan berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumahku. Dia membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk. Dia memang memperlakukanku bak seorang ratu. Sungguh aku begitu beruntung memilikinya.

"Pakai sabuk pengamannya Sayang"

Aku mengangguk dan segera menuruti perintahnya itu. Dia mulai menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan halaman rumahku.

"Ganesh, nanti pas pulang kerja aku ada reuni sekolah. Kayaknya aku pulang agak telat deh, kamu duluan aja ya"

Dia terlihat berfikir, sudah pasti dia ingin ikut. Toh nyatanya dia memang seposesif itu padaku. Selalu ingin tahu kemana aku pergi dan apa kegiatanku. Tapi, aku sama sekali tidak keberatan dengan sikapnya itu. Aku tahu dia bersikap seperti itu karena terlalu mencintaiku.

"Aku ada pertemuan sore ini, mungkin juga sampai malam. Hah.. Aku tidak bisa menemanimu" desahnya begitu kecewa

Aku tersenyum mendengarnya "Yaudah si, lagian cuma ke reuni sekolah. Kamu gak ikut juga gak papa, lagian aku gak mungkin macam-macam di sana"

Dia melirik ku sekilas lalu kembali fokus ke jalanan di depannya "Baiklah, ingat jangan macam-macam kamu di sana. Kamu sudah punya aku"

Aku mengangguk lalu menyandarkan kepalaku di bahunya "Iya Sayang"

Mobil telah masuk ke parkiran perusahaan, aku turun dari mobil setelah Ganesh membukakan pintu untuk ku. Kegiatan ini bahkan sudah sering di saksikan oleh rekan kerja yang lain. Tentu sudah menjadi rahasia umum jika kita memang mempunyai hubungan khusus.

Jadi, tidak aneh lagi melihat kami yang seperti ini. Berjalan masuk ke dalam perusahaan dengan bergandengan tangan. Semua karyawan mengangguk hormat saat bertemu dengan Ganesh tentunya, bukan denganku. Ya.. Karena aku hanya karyawan biasa di sini, entah ada keberuntungan apa yang membuatku bisa di cintai oleh pria si pemilik perusahaan ini.

Masuk ke dalam lift yang di khususkan untuk oara petinggi perusahaan. Terkadang aku merasa tidak enak dengan karyawan yang lain. Mereka yang menggunakan lift khusus karyawan, sementara aku selalu menggunakan lift khusus bersama Genesh. Meski Ganesh selalu mengatakan jika ini wajar karena aku adalah karyawan spesial di perusahaan ini. Dasar.. Memang ada-ada aja Ganesh ini.

"Nanti makan siang bersama ya" kata Ganesh

"Oke" aku membulatkan jari telunjuk dengan ibu jari membentuk hurup O dengan tersenyum ceria padanya.

Ganesh mengusap kepalaku dengan gemas sampai rambutku kusut "Aaa.. Jangan merusak rambutku"

Ganesh terkekeh mendengar rengekan ku itu. Aku tahu jika dia selalu gemas dengan tingkahku. Terlihat saja dati senyumannya.

Ting..

Pintu lift terbuka di lantai tempat aku bekerja, aku menoleh ke arahnya "Selamat bekerja Sayang"

Aku memberikan kepalan tanganku yang di angkat ke atas, memberinya semangat. Ganesh tertawa melihat tingkahku itu. Seperti biasa dia akan mencium keningku terlebih dahulu, tidak peduli jika banyak orang yang berlalu lalang di depan lift yang pintunya telah terbuka itu.

"Malu Sayang ihh" kesalku sambil memukul dadanya

"Mereka tahu kau adalah pacarku" jawabnya santai, selalu saja seperti itu.

Aku keluar dari dalam lift dan berjalan menuju tempat kerjaku. Sementara Ganesh kembali menutup lift dan menuju lantai dimana ruangannya berada.

Aku menyapa beberapa teman kerjaku dan kembali ke meja kerjaku. Pertempuran akan segera dimulai, saatnya untuk fokus bekerja dan lupakan setiap masalah ya ada. Hehe..

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Waktu pulang kerja telah tiba, aku segera membereskan beberapa berkas di mejaku. Mengambil tasku yang tersampir di pinggir kursi yang aku duduki. Meraih ponselku yang berada di atas meja.

Reuni sekolah akan di adakan jam 5 sore ini, dan aku tidak punya cukup waktu untuk pulang dulu ke rumah. Akhirnya aku memperbaiki riasanku yang sedikit luntur di kamar mandi sebelum aku siap pergi ke acara reuni sekolah.

Setelah memastikan semuanya sempurna, aku segera menuju parkiran perusahaan untuk menunggu taxi online yang telah aku pesan. Tidak lupa aku juga mengabari Ganesh jika aku sudah akan berangkat ke acara reuni.

Aku sedang menunggu taxi, sudah mau berangkat ke acara reuni

Pesan yang aku kirim pada kekasihku. Namun sepertinya Ganesh sedang sibuk dan tidak bisa membuka ponsel karena pesanku belum.juga di baca.

Taxi online yang aku tunggu datang juga, si supir taxi keluar dan menghampiriku "Dengan Mbak Seira?"

Aku mengangguk "Iya"

Supir taxi itu membukakan pintu mobil bagian belakang dan aku pun segera masuk ke dalam mobil itu.

"Sesuai di aplikasi Mbak"

"Iya Pak"

Setelah itu, aku hanya diam melihat ke arah luar jendela mobil. Pohon-pohon dan beberapa ruko dan toko terlihat berlalu cepat seiringnya mobil yang aku tumpangi melaju melewatinya.

Sampai di tempat acara di adakan, aku segera turun dari taxi. Aku telah membayarnya dengan transfe.

Aku melangkah masuk ke aula hotel tempat acara di adakan. Ramai dengan suara orang yang mengobrol dan yang melepas rindu dengan teman lama sudah terdengar di telingaku. Aku tersenyum melihat teman sekolahku berada disana. Masa-masa remaja dulu langsung melintas di fikiranku.

Aku melangkah mendekat ke arah mereka yang sedang mengobrol sambil minum dan makan cemilan yang ada.

"Hai.." Aku menyapa mereka dengan senyuman ramahku. Mereka langsung bersorak melihatku datang, terutama para wanita yang dulu adalah temanku berghibah cowok-cowok tampan di sekolah. Haha.. Masa-masa remaja memang paling menyenangkan bagi semua orang.

"Apa kabar kalian semua?" tanyaku sambil duduk di salah satu kursi kosong di sana. Tim perempuan yang aku duluan datangi, karena tim laki-laki berada di meja bundar yang berbeda.

"Baik, aku baik" jawab Renia

"Secara lahir aku baik, tapi secara lahir aku tersiksa" Wanda yang menjawab dengan begitu dramatis membuat aku tertawa melihatnya.

"Tersiksa bagaimana?" tanyaku penasaran, bisa-bisanya temanku ini membahas batin yang tersiksa. Haha.. Ada-ada saja memang.

"Biasalah Ra, jomblo dari lahir" Qila ikut menimpali dengan kekehan mengejek pada Wanda atas ucapannya itu.

Aku dan yang lainnya ikut tertawa mendengarnya. Kami terlibat obrolan yang mengasikan. Dari masa-masa sekolah dulu sampai masa sekarang. Bertemu teman lama memang selalu membuat lupa waktu.

Bersambung

Di tunggu dukungannya ya.. Kisah baru yang tentu akan berbeda dengan yang lainnya.. Perjuangan hubungan mereka yang terlalu banyak rintangan...

Teman Lama

Suasana di aula hotel berbintang ini masih begitu ramai. Belum ada tanda-tanda akan bubar dalam waktu dekat. Aku juga cukup menikmati suasana kali ini. Cukup menghilangkan penat setelah seharian berkutat dengan pekerjaan di kantor.

Saling menyapa dan mengobrol satu sama lain. Menceritakan masa dulu hingga sekarang. Semuanya terasa menyenangkan.

"Hai.. Seira"

Aku menoleh saat seseorang menyapaku, aku mengerutkan kening menatap bingung pria tampan yang berdiri di samping meja kami. Mencoba mengingat-ngingat teman sekolahku waktu dulu.

Sampai ingatanku terpaku pada sosok pria tampan di kelasku. Seorang ketua kelas dan capten team basket yang selalu di gemari banyak siswi. Dan.. ya.. aku juga pernah begitu mengaguminya.

"Alex??" Tanyaku memastikan jika tebakanku tidak salah.

Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku "Iya, apa kabar Ra?"

Aku segera berdiri dan menjabat tangannya "Baik, aku baik. Bagaimana denganmu?"

Alex mengangguk kecil "Ya, cukup baik sekarang"

Aku tersenyum menanggapinya, sungguh aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan idola sekolah ini. Karena sudah beberapa kali acara reuni, dia tidak datang. Entah apa alasannya, aku juga tidak tahu.

"Emm. Boleh aku duduk?" Tanya Alex sambil menatap kursi kosong di sampingku.

Aku mengangguk kecil "Ya, silahkan"

Di meja kami ada 4 kursi, dan satu kursi lagi kosong karena Wanda pergi bertemu dengan teman yang lain. Qila dan Renia sibuk dengan tofik obrolan mereka.

"Kamu kerja di mana Ra?" Tanya Alex

"Emm. Di perusahaan GE"

Alex mengangguk paham "Udah lama ya gak ketemu"

Aku mengangguk, entah kenapa suasana menjadi terasa sedikit canggung "I-iya"

Astaga ada apa denganku? Kenapa aku jadi gugup?

"Weekend ini ada acara gak?"

Aku menoleh saat Alex menanyakan itu, apa maksudnya dia akan mengajakku jalan?

"Aku ada janji dengan pacarku"

Entah aku salah lihat atau apa, tapi aku melihat wajahnya berubah kecewa. Apa dia kecewa karena aku tidak bisa jalan dengannya? Entahlah..

"Ohh. Sudah punya pacar ya, kapan-kapan boleh kenalin dong" kata Alex dengan sedikit terkekeh meledek ku.

Aku tertawa kecil "Iya deh, kapan-kapan aku perkenalkan sama kamu"

"Emm. Sudah berapa lama pacaran?"

"Tiga tahun" jawabku santai sambil meminum minumanku.

"Wah sudah lama juga ya, kapan menikah nih? Undang-undang ya kalo nikah"

Uhuk..

Aku tersedak minuman mendengar ucapan Alex. Menikah? Apa bisa aku dengan Ganesh sampai di titik itu. Perbedaan kami yang terlalu jauh, akan sangat sulit untuk bersatu sampai ke titik pernikahan.

"Kenapa Ra?"

Alex tentu bingung dengan reaksi ku. Aku mengambil dua lembar tisue dan mengelap bibirku. Aku tersenyum ke arahnya dan menggeleng pelan "Gak papa Lex, cuma gak sengaja keselek aja"

"Hati-hati makanya"

Alex tiba-tiba mengelus kepalaku. Hal yang dulu pernah dia lakukan. Astaga.. Sadar Seira, kau sudah mempunyai Ganesh. Kenapa malah gugup karena perlakuan teman lamamu ini.

Aku sedikit menghindar dari tangan Alex yang masih berada di kepalaku "Emm.. I-iya"

Lagi-lagi aku menjawab dengan gugup. Ohh.. Tuhan ada apa denganku?

"Emm. Ra, boleh minta nomor teleponnya" kata Alex sambil menyodorkan ponselnya ke arahku.

"Emmm. Iya boleh"

Tidak mungkin 'kan aku menolak permintaannya itu. Lagian kita hanya teman lama, tidak ada hubungan apapun antara aku dan dia. Hatiku tetap milik Ganesh sepenuhnya.

Aku mengambil ponselnya dan mengetikan nomor ponselku di sana. Setelah di save, aku kembalikan ponselnya pada Alex.

Dia terlihat senang, atau hanya penglihatanku yang salah.

"Terimakasih"

Aku mengangguk saja, perbincangan kami terhenti saat ada teman laki-laki Alex yang memanggilnya dan menyeret paksa pria itu untuk gabung bersama mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Akhirnya setelah cukup lama acara ini berlangsung, kini saatnya kami berpisah dan kemabali ke kegiatan masing-masing.

Aku berjalan keluar dari dalam hotel, menyapa beberapa teman yang sudah pergi dengan jemputan mereka atau yang membawa kendaraan sendiri.

Aku berdiri di depan hotel, membuka ponselku dan mengecek pesan yang aku kirim ke Ganesh. Masih belum terbaca. Sepertinya pria itu benar-benar sedang sibuk.

Hari sudah cukup larut, apa masih ada taxi jam segini? Aku jadi bingung sendiri bagaiaman pulang malam ini. Aku mencoba memesan taxi online, tapi dari tadi belum ada yang kosong di dekat hotel ini.

Aku fokus pada ponselku sampai keberadaan seseorang di sampingku cukup mengejutkan. Aku menoleh dan ternyata dia adalah Alex. Apa dia belum pulang ya? Aku celingukan ke sekeliling, memang sudah sepi semuanya sudah pulang tinggal aku dan dia yang masih berada di sini.

"Gak di jemput pacarnya Ra?" Tanya Alex

Aku menggeleng pelan "Dia lagi sibuk kerja, ada pertemuan penting malam ini katanya"

Alex mengangguk paham "Mau bareng sama aku?"

Emmm... Aku sedikit bingung, jika aku pulang bersama dengannya. Akan sedikit canggung aku rasa, tapi sudah larut begini cari taxi juga susah.

"Gak ngerepotin nih?" Tanyaku berbasa basi.

Alex terkekeh kecil "Enggaklah, kayak sama siapa aja. Itung-itung merayakan pertemuan kita setelah sekian lama"

"Emm.. Yaudah deh, aku ikut kamu"

"Yuk.."

Apa? Alex menggandeng tanganku dengan santainya. Dia menarikku menuju dimana mobil dia terparkir. Aku berjalan mengikuti langkahnya dengan tatapanku terpaku pada tangannya yang menggenggam tanganku.

"Ayo masuk Ra"

Aku tersadar dari fikiranku, menoleh ke arah Alex yang memberi isyarat dengan matanya agar aku segera masuk ke dalam mobilnya.

"I-Iya, terimakasih"

Aku masuk ke dalam mobilnya di ikuti oleh Alex. Aku terkejut saat tiba-tiba Alek berada di depan wajahku, wajahnya benar-benar berada tepat di depan wajahku. Deg..Deg.. Bahkan suara jantungku yang terkejut karena ulah pria itu begitu terdengar nyaring.

"Sabuk pengamannya di pasang Ra"

Aku mengerjap kaget, aku memalingkan wajahku yang tiba-tiba terasa begitu panas. Alex telah kembali ke posisinya, dia mulai melajukan mobilnya meninggalkan kawasan hotel.

Setelah cukup lama perjalanan kami, akhirnya sampai juga di rumahku. Jangan tanyakan apa Alex tahu alamat rumahku, karena dulu dia sering ke rumahku. Entah kebetulan apa yang membuat kami selalu berada di satu kelompok dan itu membuat Alex selalu datang ke rumahku untuk mengerjakan tugas kelompok kami.

Aku turun dari mobilnya, Alex membuka jendela mobilnya dan menatap ke arah rumahku. Mungkin dia aneh dengan suasana rumahku yang tidak ada perubahan sejak beberapa tahun lalu.

"Semuanya masih sama ya"

Aku mengangguk saja menanggapi ucapannya, sambil sedikit melirik ke arah halaman rumahku. Memang tidak ada yang berubah, semuanya masih sama.

"Kapan-kapan boleh ya aku main ke rumah, kangen juga sama Tante dan Om"

"Iya, kamu ngilang si setelah kita lulus SMA"

Alex tersenyum tipis "Yaudah, sana kamu masuk. Salam untuk orang tuamu"

Aku mengangguk lalu masuk ke pekarangan rumahku. Mobil Alex masih di sana, karena aku belum mendengar suara mobilnya melaju dari sana.

Aku menoleh dan memang benar jika Alex masih di sana. Pria itu melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum. Aku juga ikut melambaikan tangan padanya sebelum aku benar-benar masuk ke dalam rumah.

Bersambung

Jangan lupa dukungannya... like komen di setiap chapter..

Pembahasan Yang Tidak Aku Inginkan

"Gimana acara reuni nya kemarin?" Tanya Ganesh

"Ya gitu-gitu aja si, seperti reuni sebelum-sebelumnya"

Saat ini kami sedang berada di dalam mobil. Seperti biasa, Ganesh akan menjemputku setiap pagi untuk berangkat bersama ke perusahaan.

Ganesh mengangguk kecil "Emm.. Weekend ini kita gak jadi jalan ya"

Aku langsung menoleh ke arahnya, bingung kenapa tiba-tiba Ganesh membatalkan acara akhir pekan kita yang selalu kita habiskan bersama.

"Kenapa?"

Ganesh melirik sekilas ke arahku "Ada acara keluarga di Bogor. Jadi kita jalan-jalannya ke sana aja"

Aku tersenyum mendengarnya. Aku kira tidak jadi jalan berdua, padahal 'kan akhir pekan adalah waktu kita bersama lebih lama. Biasanya Ganesh selalu sibuk dengan pekerjaan, aku juga begitu.

"Ohh begitu,  baiklah"

Ganesh tersenyum sambil mengelus kepalaku dengan sayang. Aaa.. Dia memang selalu bisa membuatku tersanjung dengan segala sikapnya. Dia begitu mencintaiku dan aku pun begitu.

"Oh ya, ada acara apa di Bogor?"

"Kakek ingin liburan di sana, kami memiliki villa disana dan sengaja sekalian acara kumpul keluarga besar" jelas Ganesh

Aku menangguk mengerti, keluarganya memang keluarga besar. Jika kumpul keluarga seperti ini, sudah di pastikan akan sangat ramai.

Mobil telah terparkir di parkiran perusahaan. Ganesh turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil untuk ku. Segera turun dari mobil dengan tersenyum manis pada pria yang sangat aku cintai setelah ayahku.

"Semangat bekerja Sayang"

Aku memberinya semangat dengan kecupan lembut yang aku berikan di pipi putih nya itu. Ganesh tersenyum mendapatkan kecupan hangat dariku, aku tahu jika dia selalu merasa lebih bersemangat jika aku sudah memberinya ciuman bahkan hanya sekedar kecupan. Terlihat dari matanya yang selalu berbinar memancarkan kebahagiaan.

Ganesh mengusap kepalaku dengan gemas, aku suka ekspresinya yang seperti ini. Merasa gemas dengan tingkahku, dia terlihat begitu mencintaiku.

Kami berjalan dengan bergandengan tangan, tidak ada kata malu atau apapun itu saat Ganesh menggandeng tanganku yang hanya seorang karyawan di perusahaan miliknya. Dan aku merasa begitu berharga untuknya.

Sudah menjadi rahasia umum bagi semua karyawan perusahaan GE tentang hubunganku dengan Ganesh.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Akhir pekan telah tiba, nanti sore aku akan pergi ke villa keluarga Ganesh di daerah Bogor. Bahagia,, tentu saja karena Ganesh sama sekali tidak menyembunyikan hubungan kami dari siapapun. Termasuk dari keluarga dan rekan kerja lainnya.

"Ayo berangkat Ra" ajak Ayah kepadaku yang masih duduk di sofa menunggu mereka siap untuk pergi beribadah ke tempat kami menyembah tuhan kami.

Aku mengangguk dan segera berdiri, mengikuti langkah Ayah dan Ibu yang sudah berjalan keluar rumah. Masuk ke dalam mobil dan siap berangkat ke tempat tujuan kami.

Seperti biasa, setiap di akhir pekan aku akan menjalankan ibadah seperti seemestinya. Menyembah Tuhan kami, dengan segala keyakinan yang keluargaku miliki.

Selesai dengan kegiatan beribadah kami, aku berserta Ayah dan Ibu segera kembali ke rumah. Ayah seorang kepala devisi di sebuah perusahaan yang cukup terkenal juga di negara ini. Sementara Ibuku seorang guru sekolah dasar, dia mengajar di sekolah khusus untuk agama kami bersekolah.

"Nanti sore kamu akan pergi dengan Ganesh?" Tanya Ayah

Aku mengangguk "Iya, ada acara keluarga di Bogor. Kayaknya aku juga nginep di sana Yah"

Ayah mengangguk sambil tetap fokus dengan kemudinya "Baiklah, salam saja untuk keluarganya"

"Iya Yah, nanti aku sampaikan"

"Masih mau bertahan Sayang?"

Suara lembut Ibu yang membuat aku terdiam, aku tentu tahu maksud dari perkataan Ibu. Namun, aku masih belum siap untuk membahas semua ini. Meski sudah tiga tahun lamanya, tapi aku masih takut menghadapi kenyataan dalam hubungan kami.

"Jangan dulu membahasnya Bu, aku masih belum siap untuk membicarakan nya"

Aku masih ingin memungkiri kenyataan ini, kenyataan jika aku dan Ganesh berbeda. Kami tak sama, aku ingin melupakan perbedaan itu untuk sesaat. Bahkan jika bisa aku ingin menghancurkan Benteng Penghalang Kita yang bahkan sangat sulit untuk kita gapai.

Terdengar Ibu menghela nafas "Kita dan keluarganya berbeda Ra, kamu harus memikirkan itu baik-baik"

"Iya Bu" jawabku dengan suara lemah, jelas aku tidak suka dengan pembahasan ini. Kami yang berbeda selalu menjadi tofik obrolan yang aku hindari sejak dulu. Aku hanya ingin Ganesh dan hidup bersama Ganesh.

Mobil telah sampai di pekarangan rumah kami, aku segera turun tanpa berkata apapun lagi. Aku selalu sensitif dengan pembahasan hubunganku dengan Ganesh yang terlalu banyak perbedaan.

Aku naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarku. Menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur, menyembunyikan wajahku di atas bantal.

Hiks..Hiks..

Akhirnya pecah juga tangisanku, bagaimana aku bisa kuat tanpa Ganesh. Bagaimana aku bisa hidup bahagia tanpa Ganesh. Aku sangat mencintainya, dia adalah yang terbaik untuk ku.

Hiks..Hiks..

"Kenapa harus aku Tuhan? Apa aku tidak boleh mencintainya? Dia yang berbeda denganku"

Rasanya aku ingin menyalahkan takdir saat ini. Kenapa? Kenapa perbedaan di antara kami terlalu jauh dan tidak akan bisa untuk di satukan. Benteng Penghalang Kita terlalu tinggi untuk bisa di gapai.

Aku memukul kasur dengan kesal dan penuh dengan rasa marah yang terpendam.

Hiks..Hiks..

Kenapa harus seperti ini? Kenapa kami harus berbeda? Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi semuanya terasa sulit untuk bisa kami lewati.

Drett..Drett..

Ponsel yang bergetar di dalam tas selempangku menghentikan tangisanku. Aku bangun dan duduk di pinggir tempat tidur. Mengambil tas yang tergeletak di atas tempat tidur. Merogoh ke dalamnya dan mengambil ponsel yang terus berdering dan bergetar.

Ganeshku

Nama yang aku berikan di nomor telepon Ganesh dengan emotikon love di belakangnya. Aku mengusap air mataku dan segera mengangkat telepon itu.

"Ha-hallo"

"Ada apa dengan suaramu? Apa kamu menangis?"

Tangisan kembali pecah saat aku mendengar suara Ganesh. Betapa kami saling mencintai dan selalu merasakan perasaan satu sama lain.

"Kenapa? Ada apa Ra?"

"Ibu.. Selalu membahas soal itu"

Terdengar helaan nafas berat di sebrang sana, mungkin Ganesh juga sama terbebani dengan keadaan ini.

"Yasudah, jangan terlalu di fikirin. Nanti kita bicarakan solusinya"

"Iya" jawabku lemah, solusi apa? Jelas tidak ada solusi untuk hal ini. Perbedaan kami terlalu jauh, Ganesh hanya membuat ku sedikit merasa tenang dengan masalah yang sedang kami hadapi.

"Sudahlah, kau siap-siap ya. Nanti aku jemput. Kakek dan keluargaku sudah berangkat"

"Baik"

Bersambung

Jangan lupa dukungannya.. like komen di setiap chapter.. kasih hadiahnya dan votenya juga..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!