kriiiinggg.....
Suara bel istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar dengan semangat untuk istirahat, tetapi beda halnya dengan Dara ia lebih memilih berdiam diri di kelas sambil membaca buku.
Ia merupakan anak yang rajin membaca dan juga pintar tidak heran orang-orang menyebutnya kutu buku karena temannya tiada lain hanyalah sebuah buku.
"Dara ayo ke kantin..." ucap sahabatnya Masya sambil menarik tanganya
" gakk aahh aku mau disini aja" jawabnya dengan lembut
" kenapa?" tanyanya penasaran
" kamu kan tau aku gak suka keramaian" jawabnya sambil dengan melepaskan genggaman Masya
" yaa udahhh nanti aku beliin km makan dehhh siapa tau nanti di kantin ada cowok-cowok ganteng" ucapnya sambil cengengesan
"Dasar kamu yaa centil bangett sii... tapi makasii banget loo udah selalu jadi sahabat terbaik aku" jawabnya dengan senyum
"Kamu kayak siapa aja sii kita kan udah kayak saudara jadi gak usah sungkan... yaaa udahh aku pergi dulu yaa.. byeee" pergi dengan muka centilnya
Beda halnya dengan dara yang memiliki sifat pemalu dan juga introvert masya merupakan anak yang ceria dan juga sedikit centil tapi dia anak yang baik dan peduli dengan sahabatnya, dia tidak pernah membiarkan orang lain menidas sahabatnya yang polos dan lugu itu.
dia selalu ada untuk Dara baik senang maupun susah, meskipun memiliki kepribadian yang bertolak belakang bukanlah halangan bagi hubungan pertemanan mereka.
setelah beberapa menit kemudian Masya kembali dari kantin dengan membawa makanan untuk Dara dengan langkahnya yang keras menghampiri Dara
" nihhh makan giih nanti keburu masuk lagi" ucapnya dengan muka sok asiknya
" uuuhhh makasiii Masyaku sayangg" jawabnya dengan senang hati
tidak lama kemudian jam istirahat pun selesai dan semua murid belajar seperti biasanya, suasana sekolah menjadi hening untuk sementara waktu para guru mulai mengajar di kelasnya masing-masing, dengan semua materi dan buku tebal yang dibawanya membuat para murid menjadi lesu dan tak bersemangat.
setelah beberapa jam waktu sekolah pun telah usai semua murid dipersilahkan untuk pulang kerumah masing-masing,disitu semua murid berhamburan untuk pulang.
Dengan berjalan kaki sambil menghirup udara segar, Dara yang pulang bersama Masya tak sengaja bertemu dengan teman sekolahnya yang suka membuli.
"eehhh ada kutu buku nihhh" ucapanya dengan sinis
yang yang penakut hanya bisa diam dan menunduk saat di ejek teman-temannya tetapi tidak dengan masya dia sangat pemberani dan selalu bertidak dengan lugas, tentunya dia tidak akan membiarkan temannya di buli
" jangan macem-macem lo sama temem gue" jawabnya dengan menunjuk mereka
" uuuhhh takut kutu buku ada pahlawanyaa" katanya sambil menterwakanya dengan ledekan
"eehhh jauh-jauh lo dari temen gue atauu gue habisin lo" jawab masya dengan keras
"gak usahh ikut campur lo " kata mereka sambil mendorongnya
para pembuli itu langsung mendorong Dara hingga terjatuh dan menginjak buku yang dibawanya, tentunya Masya tidak tinggal diam dia langsung mendorong mereka semua dan melawannya dengan berani hingga mereka semua pergi
" awaaass lo berdua yaa" kata pembuli itu dengan kesal dan pergi meninggalkan mereka
" lo pikir gue takutt" jawab Masya dengan berani
" udahh gak usah di ladenin orang kayak gitu" ucap Dara dengan sabar
" orang kayak gitu harus di beri pelajaran biar gak seenaknyaa lagian kamu juga sii kenapa gak lawan mereka sii" jawab Masya dengan geram
"kamu kan tau aku kayak gimana aku mana berani lawan mereka dan mereka juga orang berpengaruh di sekolah aku di bandingkan mereka mahh gak ada apa-apanya" sahut Dara dengan muka sedih
" iyaa juga sii kamu mana berani lawan mereka tapi tenang aja selama ada aku kamu pasti aman" jawab Masya dengan gayanya yang cool
" tapi kamu juga jangan cari masalah sama mereka nanti kamu susah sendiri loo" ucap Dara
" iyaa iyaa siapp boss,,, yaa udahh ayukk kita pulang" jawab Masya
" yaaa udahh yukk" balas Dara
mereka pun akhirnya pulang tetapi masya tidak pulang ke rumahnya melainkan ke rumah Dara karena masya merupakan anak yatim piatu dan dia hanya tinggal bersama pamanya, tapi pamannya bukanlah orang yang baik setiap hari hanya suka berjudi dan mabuk- mabukan, hal itu membuat masya tidak betah tinggal di rumah.
" Dar gue nginep dirumag lo yaa... gue lagi males ni pulang kerumah" ucap Masya dengan suara yang terdengar sedih
" bolehhh dong .. aku malah seneng kalo ada temennya biar gak bosen" jawab Dara dengan senang
" thank you yaa" ucap Masya dengan senyum
" kamu ini udah kayak siapa aja sii yukk masuk" jawab Dara dengan lembut
mereka berdua pun masuk kerumah itu, rumah yang lumayan berukuran besar merupakan rumah milik orang tua dara, Dara memiliki kehidupan yang berkecukupan dia berasal dari keluarga yang kaya ayah merupakan pemegang saham di perusahaan besar dan ibunya juga merupakan pembisnis yang hebat, orang tuanya setiap hari bekerja ke luar kota dan keluar negeri untuk perjalan bisnis sehingga tidak ada waktu untuk menemani putrinya, yang mereka berikan hanyalah sebuah materi tetapi Dara tidak pernah mendapat kasih sayang yang selayaknya di dapat dari orang tua terhadap anaknya.
Dara hanya tinggal bersama pembantunya yang selalu menjaganya setiap hari itu sebabnya dia sangat kesepian dan jarang bergaul.
Dengan adanya masya sahabatnya dari kecil membuatnya merasakan sedikit kehangatan dalam hatinya, tidak hanya itu Dara sudah menganggap masya seperti saudaranya sendiri, apapun yang ia punya ia selalu berikan juga pada sahabatnya itu. Mereka saling suport satu sama lain, saling memberi, saling menjaga perasaan dan selalu menempel kemanapun mereka pergi sudah bagaikan saudara kembar.
tidak heran orang- orang juga iri melihat persahabatan mereka yang begitu erat karena tak semua orang bisa memdapat sahabat yang benar-benar tulus, biasanya orang hanya ada di saat kita senang dan pergi di saat kita dalam kesulitan, karena banyak teman yang palsu di dunia ini hanya ingin memanfaatkan teman untuk kepentingan sediri.
orang- orang seperti itu seharusnya di musnahkan saja dari muka bumi ini agar tidak ada lagi yang mengotori bumi ini dengan sifatnya, tetapi Dara orang yang beruntung bisa mempunyai sahabat yang benar- benar tulus padanya.
meskipun tidak ada orang yang mau berteman denganya dia tidak bersedih karena dengan kehadiran satu sahabatnya ini aja udah cukup mejadikan hidupnya lebih berarti dibandingkan dikelilingi orang-orang yang hanya ingin memanfaatkanya.
karena hari sudah malam mereka memutuskan untuk tidur setelan menonton film, karena terlalu ngantuk mereka pun tidur tanpa mematikan film yang di nontonnya, tidur dengan posisi saling memeluk membuat heran pembantunya yang datang memeriksa kamar Dara dengan tersenyum pembantu itu meninggalkan mereka.
Matahari sudah mulai muncul mereka berdua pun terbagun dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah,seperti biasa mereka sarapan terlebih dahulu setelah itu berangkat ke sekolah.
Menjalani rutinitas sekolah memang membosankan tetapi tidak untuk Dara,seorang murid yang suka belajar ini sangat menikmati hari-harinya itu.
"aduhhh bosen banget sii setiap hari belajar mulu mana pelajaranya susah banget lagi " keluh Masya
" gakk kok kalo kamu menikmatinya pasti gak akan bosen, makanya kamu harus rajin belajar biar gak di marahin guru terus" sahut Dara dengan senyum tipisnya
" yeeee ngomong sii enakk ngejalaninya yang susah boro-boro belajar lihat buku aja udah mumet ni otak" sahutnya dengan frustasi
" yaa udahh nanti aku ajarin dehhh nanti istirahat kita ke perpus yaa" jawabnya dengan polos
" yaa dehhh" katanya dengan malas
Dara tersenyum tipis melihat ekspresi sahabatnya yang penuh dengan kerutan di wajahnya,
kriiingggg.....
jam istirahatpun di mulai dan mereka berdua pun pergi ke perpustakaan, seperti biasa disana merupakan tempat yang tenang dan nyaman, tempat yang cocok untuk belajar dengan suasanya yang sunyi.
Baru beberapa menit belajar Masya sudah mengatuk dan tertidur, Dara yang melihatnya menggeleng kepala dan tersenyum tipis
" Dasar anak ini yaa" ucapnya dengan pelan
sembari sahabatnya yang tertidur Dara memutuskan untuk melihat-lihat buku yang ada disana, dengan menelusuri setiap rak yang disana tak sengaja ia melihat seoranga pria yang sangat bercahaya bagaikan matahari begitu tinggi dan juga tampan.
Melihatnya dari balik buku membuat gadis yang pemalu ini menjadi tak bisa berkedip dan bernafas normal, baru pertama kalinya ia melihat sosok pria yang begitu elegan dan karismatik.
Tak sengaja ia menjatuhkan buku yang ada disana membuat orang-orang di sekitarnya terkejut, ia pun menjadi panik ketika sosok pria itu mulai mendekatinya dengan langkah yang panjang dan elegan, semakin dengan dengannya membuat Dara semakin panik. Dengan tak karuan Dara mengambil buku yang terjatuh dan pria itu pun tiba-tiba sudah di depan mata membatunya mengambil buku yang di pegangnya juga, dengan kaget Dara langsung melepas buku itu dengan wajah yang menerah tak berani berkata-kata ataupun melihat wajah pria itu, ia hanya menundukan kepala dan segera berdiri.
Pria itu belum sempat mengakatakan sepatah kata pun Dara sudah langsung kabur karena ia sangat panik dan canggung waktu itu.
" ayukk kembali ke kelas" ucapnya dengan wajah panik dan ketakutan berjalan dengan cepat tanpa menoleh ke sampingnya
Masya yang baru bangun kebingungan melihat tingkah sahabatnya yang begitu aneh
" lo kenapa Darrr" sahutnya dengan suara yang baru bangun
tanpa menjawab apapun Dara terus berlajan tanpa memperhatikan apapun.
" Darr tungguiin guee lo kenapa sii jalannya cepet banget" ucapnya dengan mengikuti Dara yang terus tak memperdulikannya
seletah beberapa saat mereka pun sampai di kelas, sesampainya di kelas Dara yang begitu aneh langsung duduk di tempatnya dengan wajah yang masih panik dan pucat itu, ketika Masya ingin bertanya kepada Dara tentang apa yang terjadi padanya sehingga dia menjadi aneh seperti ini tiba-tiba saya guru sudah memasuki kelasnya hal itu mengurungkan niat Masya untuk bertanya dan kembali duduk dengan wajah penasaran dan terus memperhatikan sahabatnya itu.
Kelas pun mulai seperti biasanya semua murid belajar dengan suasana yang sepi dan sunyi, setelah beberapa jam kelas pun telah usai dan waktu pulang telah tiba, para murid berhamburan pulang seperti biasanya dengan suasana yang ramai dan riuh suara murid- murid yang bersemangat untuk bergegas pulang.
Setelah beberapa saat Dara sampai dirumah dan langsung masuk kamar, berdiam diri sejenak di kamar sambil menenangkan diri atas kejadian yang baru saja di alaminya, kejadian itu selalu saja terngiang- ngiang di otaknya sehingga membuat pikirannya menjadi kacau tak fokus terhadap hal apapun.
selagi menenangkan diri tiba- tiba suara ketukan pintu terdengar.
Tok...Tok...Tok...
" non ayukk makan dulu, non sudah daru tadi belum keluar juga" ucap bibinya dengan lembut
Dara pun keluar dengan tak semangat berjalan menuju meja makan dan langsung duduk, dengan melalun hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa menyantapnya sedikit pun, karena dalam hatinya masih saja memikirkan pria yang baru di temuinya itu, Dia begitu mengagumi pesonanya yang begitu menawan tetapi tidak berani menghadapinya apalagi bertatap muka dengannya.
Baru pertama kalinya bertemu dengan orang asing membuatnya tak karuan, perasaannya campur aduk karena biasanya dia tak pernah berhadapan dengan orang lain selain dengan sahabatnya itu.
" dia itu siapa yaa kenapa aku belum pernah melihatnya, sepertinya dia bukan dari sekolah ini dehhh" pikirnya dalam hati
Dara yang masih bingung dengan suasana hatinya akhirnya menceritakan semua kejadian itu pada Masya dengan harapan bisa meredakan suasananya, tapi tak di sangka begitu mendengarnya bukannnya memberikan solusi dia malah tertawa terbahak-bahak.
" hahahahahhaha" ketawanya dengan sangat puas
"kalo gue jadi lo yaa pasti udah gue pepet, gue ajak kenalan minta no whatsap, terus dia bantuin bantuin itu gue pegang tangannya biar kayak di drama korea gitu" ucap Masya dengan penuh hayalan
" iihh apaan sii kamu ini " balas Dara dengan malu
setelah bercerita panjang lebar akhirnya suasana hatinya pun mulai membaik, memang yaa ketika punya suatu hal yang menggangu pikiran itu harus segera di utaran kepada orang yang dapat di percaya agar gak jadi beban di hati karena kalau di pendam sendiri bisa jadi penyakit juga untuk tubuh kita tapi kembali lagi gak semua orang punya niat yang baik dan tulus pada kita makanya harus pinter- pinter menilai orang.
keesokan harinya Dara pun bersekolah seperti biasanya akan tetapi ketika sampai gerbang sekolah ia mulai terbayang lagi dengan kejadian kemarin yang membuatnya kembali gugup.
"hhhuuuuhhhh"
menghela nafas dalam dan memberanikan diri melewati harinya di sekolah, dengan tatapan yang tegang berjalan menuju kelas dan tiba-tiba terdengar suara dari belakang
"Daarrrr" suara panggilan yang terdengar samar
wajahnya mulai panik dan sedikit bergemetar tidak berani menoleh kebelakang untuk memastikan siapa yang memanggilnya ia langsung saja berjalan dengan cepat dan gugup karena dalam pikirnya pria itu yang memanggilnya
Dari belakang, sebuah tangan memegang bahunya seketika ia menjadi kaku.
" ka........ka.....ka.. mu.. si...siapa.." katanya dengan gagap
memberanikan diri menoleh ke belakang dengan memejamkan matanya dan membukanya dengan perlahan dan membuatnya terkejut.
"baaa....." mengagetkan Dara
sudah begitu merasa panik dengan orang yang memanggilnya tidak di sangka suara misterius itu berasal dari sahabatnya sendiri.
" aasstagaa ternyata kamu Masya aku kira siapa bikin panik aja sii" jawabnya dengan menghela nafas dalam
" emang lo kira siapaa ayooo..." balasnya dengan menggoda sahabatnya
" gak siapa-siapa.. udahh ayuk ke kelas" sahutnya tersipu malu
" siapa ayooo..." menggodanya lagi
" iiss apaan sii" balasnya dengan salting dan menarik Masya mengajaknya ke kelas
bel masuk pun berbunyi dan semua murid memasuki kelasnya masing-masing.
Hari ini merupakan hari minggu dimana hari yang paling di tunggu-tunggu para murid tapi untuk Dara sumua hari sama saja baginya dinama hanya ada waktu untuk belajar, hidup yang seperti itu tentunya sungguh membosankan untuk anak-anak seusianya.
Pada masa remaja tentunya harus menjalaninya dengan penuh warna yang indah, ia tak pernah bermain ataupun jalan-jalan menikmati keindahan dunia luar.
suatu pagi yang indah ketika Dara berdiri di atas balkon dengan merenggangkan tangan dan menguap karena baru saja bangun tidur, tiba-tiba saja terdengar suara Masya yang memanggilnya dari bawah.
"Daaarrrr" panggilnya dengan melambaikan tangan
ketika melihatnya Dara langsung saja bergegas turun dan menemuinya
" ada apa ni tumben pagi-pagi banget udah kesini" ucapnya dengan wajah yang masih ngantuk
" ini kan hari minggu yuk kita jalan-jalan ke mall" jawabnya dengan semangat
" aduhhh gak ahhh aku mau belajar lagian ujian akhir udah deket lo tinggal minggu depan lagi"
balasnya dengan tak bertenaga
" sekali-kali aja lah emang lo gak bosen apa setiap hari sama buku terus, ujian masih minggu depan juga masih ada waktu kok" jawabnya dengan membujuk
" gimanaaa yaaa" balasnya dengan berfikir
" ayoo lahhh sekali iniiii aja,,,,, pleaseee....." dengan rayuan mautnya
" yaaa dehhh tapi kali ini aja yaaa" jawabnya dengan pasrah
" yeeee gitu dong" balasnya sengan senang
" yaaa udah aku ganti baju dulu" jawbanya dan langsung pergi menuju kamarnya
" yaaa cepatan yaaa" balasnya dengan senyum senang
setelah beberapa menit menunggu akhirnya mereka pun pergi ke mall dengan perasaan senang dan bebas.
beberapa jam kemudian mereka telah sampai di mall yang di tuju dengan perasaan senang mereka mengunjungi sebuah permainan
" waahhhh ayoo Dar main ini" dengan senang menarik Dara menuju game pumt it up
" kamu aja dehhh aku gak bisa, aku lihat disini aja"
balasnya dengan perasaan ragu
" ayoookkk gampang kok nanti gue ajarin" dengan terus membujuknya
Dengan ragu-ragu Dara berjalan menuju game itu perlahan melangkahkan kakinya dan memulai permainan dengan perlahan, Masya yang sudah berada di sampingnya tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya itu, tak lama kemudian mereka pun bermain dengan amat senang Dara yang awalnya ragu mulai menikmati semua ini bahwan menjadi lebih bersemangat di bangdingkan Masya.
Dengan gerakan kaki yang begitu lincah dan tertawa lepas seperti tak ada beban dalam hidupnya, perasaan seperti ini sudah lama tak ia rasakan bahkan ia tak ingat lagi kapan ia terakhir kali ia merasakan kebebasan itu.
Masya yang melihat sahabatnya yang begitu antusias dan bahagia juga ikut merasa senang untuknya karena biasanya ia selalu murung dengan ekspresi yang datar tanda adanya aura kebahagian.
Tak hanya bermain pumt it up mereka juga memcoba semua permainan yang ada di sana dengan canda dan tawa mereka berdua sangat menikmati kebahagiaan hari ini.
Tidak terasa saking asiknya bermain mereka sampai lupa waktu dan haripun sudah gelap dan akhirnya memutuskan untuk pulang, karena hari sudah gelap mereka memutuskan untuk naik taksi agar lebih cepat sampai rumah.
beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah seperti biasa Masya mengantar Dara terlebih dahulu.
" Thank you yaa syaa udahh nganteriin, aku masuk dulu yaa... byeee" dengan melambaikan tangan
" kamu hati-hati di jalan yaaa" ucapnya lagi
" iyaa..... gue balik dulu yaaa" balasnya
Menutup kaca pintu mobil taksi itu dan langsung pergi.
Dara yang berbalik dan masuk kerumahnya berjalan dengan senang hati dan membuka pintu, tetapi hal yang tak terduga terjadi
" Darimana saja kamu jam segini baru pulang" tiba-tiba terdengar suara ayahnya yang marah
Dara yang syok dan kaget ketika melihat ayahnya tiba-tiba ada di rumah, yang dimana harusnya masih di luar kota
" Haa.... bis... ma... in... sa.. sa... ma temen pahh" jawabnya dengan gemetar dan panik
" pa... pahh .. kapan pulang.." sahutnya lagi
" kenapa gak ngabarin mau pulang... " tanyanya lagi
Tak berani menatap ayahnya yang sudah marah.
" bagus yaa jam segini baru pulang" ayahnya yang sudah emosi
" untuk apa pergi bermain sebentar lagi kamu itu mau ujian harusnya kamu belajar, ini malah keluyuran gak jelas" ucapnya lagi
" mau jadi apa kamu nanti" dengan keras membentak Dara
" kalo papah gak pulang hari ini pasti papah gak akan tau kelakuan kamu di rumah"
" Mulai hari ini kamu gak boleh keluar rumah selain untuk sekolah gak usah main-main sama temen kamu yang gak jelas itu" ucapnya sekali lagi dengan sangat marah
Dara yang tak bisa menahan bendungan di matanya akhirnya meneteskan air matanya.
" ini gak adil kenapa aku gak boleh main kayak temen-temen yang lain aku juga mau merasakan dunia luar pah..." berusaha membela dirinya
" kamu itu masih muda gak tau apa-apa soal dunia luar jadi gak usah ngelawan papah " bentak papahnya
" tapi paahhh.... " jawabnya lagi
" gak usah tapi tapian masuk ke kamar kamu dan belajar dengan baik biar dapet nilai yang bagus jangan sampek papah liat kamu keluyuran lagi kayak gini" bentaknya lagi
Dara yang menangis dengan tersedu-sedu berlari menuju kamarnya dan membanting pintuknya dengan keras.
Di dalam kamar membanting tas yang di bawanya dan menangis di dalam selimut, merenung kanapa dirinya tak bisa seperti orang lain yang bisa menikmati masa remajanya dengan bebas dan melakukan yang disukanya.
Beda hal dengannya yang hanya selalu memenuhi keinginan orang tuanya tanpa bisa melakukan hal yang disukanya, karena dimata orang tuanya menjadi yang terbaik dan terpintar adalah hal yang utama, sebagai keluarga terpandang reputasi adalah hal yang utama.
Disisi lain ayahnya yang mengelus dad setelah memerahi anak satu-satunya itu, menenangkan diri bersandar di atas sofa yang mewah dan empuk itu.
" anak ini baru beberapa bulan di tinggal sudah berani melawan orang ayahnya" ucapnya dengan mengeluh heran
" kalau begini terus mau jadi apa anak ini" keluhnya lagi
wajah yang penuh dengan amarah terus memikirkan putrinya itu dan merasa heran karena biasanya dia adalah anak yang penurut dan rajin belajar, tidak pernah melakukan hal aneh-aneh apalagi main sampai malam.
pertengkaran antara anak dan ayahnya itu menimbulkan suasana yang tak nyaman dalam keluarga ini, tekanan batin yang di alami Dara makin bertambah dimana yang awalnya dia hanya menginginkan sebuah kehidupan yang sederhana, bebas dan kehangatan keluarga yang selalu ada menemaninya di masa- masa remaja yang masih labil tapi yang di dapat selama ini hanyalah kebuah kasih sayang berupa materi tanpa tau arti keluarga yang sesungguhnya.
Tuntutan-tuntutan untuk menjadi yang terbaik membutanya sangat tertekan dan sesak, tanpa bisa mengeluarkan semua isi hatinya dan menjalani hidup yang di inginkan melainkan hanya bisa membuatnya patuh dan pasrah menjalani semua ini
hidup bagaikan boneka yang mematuhi kehendak orang lain bukannya kehendak diri sendiri
yang orang tua inginkan mungkin memang untuk kebaikan kita sendiri tetapi belum tentu sepenuhnya baik untuk diri kita, hal yang menurut orang lain benar belum tentu benar untuk kita karena tidak ada yang bisa lebih mengenal kita sebaik diri kita sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!