NovelToon NovelToon

Nur

Kapan Penantian panjang ini berakhir..??

Hadirnya momongan sangat lah diidam idamkan oleh hampir semua pasangan suami istri kebanyakan.

Bahkan mereka rela melakukan apa saja, ikhtiar kesana kemari, bahkan jalur herbal maupun medis mereka tempuh untuk mendapatkan momongan.

Sama halnya dengan pasangan Zivana dan suaminya Marsel.

Mereka sudah menikah kurang lebih hampir 5 tahun lamanya.

Tapi Tuhan masih belum berkenan menitipkan seorang anak kepada mereka.

Zivana dan Marsel tak berhenti berusaha.

Semua mereka lakukan agar Zivana segera hamil.

Beruntung bagi Zivana, suaminya orang yang sabar dan sangat mencintainya.

Bahkan cemoohan dari orang orang disekitar, bahkan dari orang tua Marsel yang sering kali membuat Zivana down akan di sembuhkan dengan senyuman dan pelukan Marsel.

"Mungkin kita belum mampu, jadi Allah belum menitipkan anak kepada kita, insyaallah, hari itu akan datang, cepat atau lambat", ucap Marsel memeluk Zivana dalam pelukannya.

Zivana memandang langit sambil meneteskan air mata.

Langit tampak gelap gulita tanpa adanya bintang.

Mungkin langitpun tau kesedihan hatiku sudah sampai pada akhirnya, gumam Zivana memejamkan matanya di dada suami yang sangat ia sayangi.

Masih terngiang ngiang perkataan mertuanya setiap kali Zivana dan Marsel mengunjungi mereka.

Zivana harus rela meninggalkan Marsel jika memang ia mencintainya.

Perkataan itu selalu saja menusuk hatinya setiap saat.

"Demi Allah, aku tak mau berpisah denganmu mas..!!", seru Zivana terisak isak di dada suaminya.

"Hey..!!, bicara apa kamu, jangan berfikiran macam macam, aku hanya milikmu, jika pun kita berpisah, hanya maut yang memisahkan kita", ucap Marsel mengusap air mata di pipi Zivana.

Zivana hanya terdiam dan mengangguk.

Dia tau suaminya sangat setia padanya, tapi orang tuanya akan melakukan segala cara untuk memisahkan mereka berdua.

Memang maut yang akan memisahkan kita mas, tapi jika aku bisa memberimu keturunan, tapi jika tidak, mungkin orang tuamu akan mendahului maut untuk memisahkan kita, gumam Zivana dalam hati sambil memegang perutnya, berharap ada keajaiban esok hari.

"Sudah larut, kita masuk yuk", ucap Marsel mengajak istrinya meninggalkan taman belakang rumah mereka.

"Aku masih ingin disini mas, menghabiskan waktu bersamamu lebih lama lagi, besok kamu akan keluar kota, aku akan sangat merindukanmu", ucap Zivana semakin erat memeluk suaminya.

Marsel pun tersenyum tanpa berkata apa apa.

Zivana tidak butuh kado spesial ataupun emas berlian.

Ia hanya menginginkan bisa menghabiskan waktu dengan suaminya saja untuk waktu yang lama.

Marsel adalah pebisnis sukses.

Tak heran ia sering pulang pergi keluar kota untuk menjalankan bisnisnya.

Saat Marsel pergi, Zivana akan sendirian di rumah menanti setiap jam, hari, bahkan minggu, menunggu suami tercintanya pulang dan tersenyum dihadapannya.

Mengecup keningnya dan mengelus jilbabnya.

"Oh ya sayang, hari rabu mami akan datang kesini", ucap Marsel membuat Zivana kehilangan senyumannya.

"Tumben mas...??", tanya Zivana heran.

"Gak tau, mungkin akhirnya mami mau nerima kamu", ucap Marsel.

Zivana hanya tersenyum menjawab ucapan suaminya.

Zivana tau, mami tidak akan semudah itu menerimanya.

Aku harus siap mulai dari sekarang dengan caci maki yang akan ku terima nanti, gumam Zivana memegang tangan suaminya.

"Yukk ah, aku kedinginan nih, kamu gak mau apa beri aku kenang kenangan sebelum aku pergi besok", ucap Marsel menggoda Zivana.

Pipi Zivana pun memerah dibuatnya.

"Apa,an sih mas...!!", ucap Zivana tersipu malu.

Marsel pun menggendong Zivana dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Mereka habiskan malam itu untuk mencurahkan cinta mereka dan bersiap untuk berpisah esok hari untuk sementara waktu.

___#___#__#

"Mas, semuanya dah aku masukin di koper ya, charger, baju, jas, kemeja, dokumen perusahaan, labtop dan......", ucapan Zivana dihentikan oleh Marsel.

"Ia sayang ..!!, aku emang bisa andelin kamu, semua pasti beres ditangan kamu", seru Marsel mencium bibir Zivana.

"Kamu bisa aja mas, yuka ah sarapan, aku udah masakin makanan kesukaan kamu", ucap Zivana berjalan bersama sang suami menuju meja makan.

"Emmmm, aromanya udah bikin aku laper..!!", seru Marsel langsung duduk dan bersiap menyantap sarapan yang dihidangkan oleh istrinya.

"Makan yang banyak ya mas", ucap Zivana melayani suaminya.

"Aku pulang satu minggu lagi, kamu baik baik ya di rumah", ucap Marsel menyelesaikan Sarapannya.

"Iyaa mas, kamu juga hati hati ya", ucap Zivana mengambil koper suaminya dari dalam kamar.

"Tuan, mobilnya dah siap", ucap bang Danu supir pribadi mereka.

"Iyaa bang, bentar ya", ucap Marsel meneguk habis susu digelasnya dan beranjak dari tempat duduknya.

"Telfon aku kalau mas udah sampai ya", ucap Zivana mencium punggung tangan suaminya.

"Pasti, aku pamit dulu ya, Assalammualaikum", ucap Marsel berjalan masuk ke dalam mobilnya.

"Walaikumsalam", ucap Zivana melambaikan tangannya ke arah mobil suaminya yang kian hilang dari pandangannya.

"Kapan penantian ini berakhir ya Allah..??", ucap Zivana mengelus perutnya berharap ia akan segera mengandung demi kaberlangsungan rumah tangganya.

Bakti yang tak dihargai

Tokkk tokk...

Terdengar suara pintu diketuk.

Nampak seorang wanita paruh baya berdiri tak sabar di depan pintu rumah sambil terus mengetuk pintu.

Zivana segera bergegas dari dapur menuju ke pintu depan.

Ia membuka pintu dan langsung mencium punggung tangan wanita itu.

"Lama banget sih...!!", seru Wanita itu yang ternyata ialah ibu dari Marsel.

"Maaf mi, saya sedang memasak tadi, untuk menyambut mami, mami mau langsung makan atau istirahat dulu..??", ucap Zivana membawa beberapa tas dan koper yang di bawa oleh mertuanya itu.

Dengan susah payah ia membawanya masuk ke dalam rumah dan meletakkannya di kamar tamu.

Bu Rukmi sapaannya sehari hari, ia merupakan salah satu keluarga tepandang di kotanya.

Ia keras dan seenaknya sendiri.

Awal mula pernikahan Zivana dan Marsel sebenarnya terjadi karna perjodohan yang diatur oleh dirinya sendiri dengan Bu Rasya, ibu dari Zivana, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Tapi hubungan mereka kian merenggang karna sudah sekian lama Zivana tak bisa memberi bu Rukmi seorang cucu, terlebih ambisinya itu karna ia hanya memiliki seorang anak semata wayang yaitu Marsel.

Ia sangat berharap garis keturunannya tidak terputus sampai disini.

Segala cara ia lakukan untuk memisahkan Zivana dan Marsel, tetapi selalu gagal dan gagal.

Bu Rukmi berkeliling rumah dan melihat semuanya dengan seksama.

Tak ada debu sedikitpun, aroma rumah pun harum dan menenangkan, sejuk dan nyaman.

Lalu ia berjalan ke arah kamar mandi.

Terlihat rapi dan bersih tanpa sedikitpun kerak.

Ia kemudian berjalan ke arah dapur dan meja makan.

Emmm, aromanya...!!, sebenarnya aku sangat lapar, rumah bersih, semuanya bersih, dapur terurus, makanan apa lagi, lalu gimana aku bisa alasan marahi dan kerjain dia..??, gumam Bu Rukmi dalam hati sembari duduk di kursi meja makan.

"Sebenarnya dia itu paket komplit, tapi..??ahhh..., tetep aja dia itu gak bisa kasih aku cucu", seru bu Rukmi meneguk air dalam gelas sampai habis.

"Mi, aku masak tumis hati ayam kesukaan Mami, aku ambilin piringnya ya", ucap Zivana turun dari tangga, ia telah selesai merapikan barang barang bu Rukmi serapi mungkin sesuai kebiasaan mertuanya.

"Boleh deh..!!", ucap Bu Rukmi seakan terpaksa mengiyakan tawaran Zivana.

Zivana melayani bu Rukmi dengan tlaten, rasa masakannya tidak pernah bisa ditolah oleh bu Rukmi.

Saat suapan pertama, bu Rukmi langsung dibuat meleleh dengan rasa masakan Zivana yang meledak di mulutnya.

Emmm, sungguh nikmat, gumam bu Rukmi dalam hati, memejamkan matanya sambil mengunyah makanannya.

"Gimana mi..??", seru Zivana membuyarkan kenikmatan yang sedang bu Rukmi rasakan.

"Kurang garem mungkin", ucap Bu Rukmi menutupi kekagumannya akan masakan Zivana.

"Ohhh, ya nanti kalau masak aku tambahin garem lagi", ucap Zivana menuangkan air kegelas kosong maminya.

"Gak usah gak usah..!!, nanti malah keasinan lagi, biarin kurang asin ketimbang keasinan", ucap Bu Rukmi mencari alasan untuk berkelit.

"Mami mau mandi dulu, siapin semuanya ya..!!", ucap Bu Rukmi berjalan masuk ke kamarnya.

Zivana pun menyiapkan keperluan mertuanya untuk mandi.

Seperti kebiasaan bu Rukmi ketika mandi, tidak ada yang bisa mengatasinya sebaik Zivana selama ini, bahkan pembantunya di rumah kapok dengan permintaan mami yang aneh aneh.

Zivana menyiapkan semua keperluan mami dengan cepat, ia segera menyalakan kran air panas dan dingin di kamar mandi.

"Gimana...??", ucap Bu Rukmi masuk ke kamar mandi.

"Sudah mi, silahkan", ucap Zivana memegang handuk untuk maminya.

"Ya udahh makasih", ucap Bu Rukmi menyuruh Zivana keluar dari kamar mandi.

Dengan segera bu Rukmi masuk kedalam Bathup yang telah terisi air hangat dan bunga.

"Hmmmm, nikmatnya", ucap Bu Rukmi memejamkan matanya.

Hangatnya pas, busanya wangi, aroma terapinya sungguh favoritku, aku heran, kenapa Zivana sangat mengenal kesukaanku,..??, gumam bu Rukmi dalam hati.

Selesai mandi bu Rukmi menghampiri Zivana yang tengah menyetrika baju baju Marsel.

"Gak usah sok jadi menantu sama istri yang baik deh didepan mami, mami tuh udah bulat tekad ya, Marsel sama kamu harus pisah..!!", ucap bu Rukmi berkacak pinggang.

"Astagfirulah mi, Allah itu membenci perceraian", ucap Zivana.

"Allah aja gak sayang sama kamu..!!, gak usah sok alim deh, buktinya cuma anak aja kamu gak dikasih..!!", seru bu Rukmi menunjuk nunjuk muka Zivana.

"Apakah baktiku belum cukup mi, sehingga mami tak pernah menghargainya..??", ucap Zivana tak bisa lagi membendung air matanya.

"Mami itu hanya ingin cucu..!!, ngerti..!!", seru Bu Rukmi berjalan meninggalkan Zivana yang terisak isak.

"Kuatkan imanku ya Allah", ucap Zivana mengusap air matanya dan kembali meneruskan pekerjaannya.

Ia hanya berharap ada pelangi setelah hujan badai di hidupnya.

Pulang lebih awal

Marsel menarik kopernya masuk ke dalam mobil.

Senyumnya seakan menandakan kebahagian karna sebentar lagi ia akan berjumpa dengan istrinya tercinta.

"Jalan bang..!!, oh ya, kamu gak kasih tau istri saya kan kalau kita pulang lebih awal..??", ucap Marsel menepuk pundak bang Danu.

"Beres tuan, saya juga punya binik, jadi sedikit ngerti lah masalah kejut kejutan gitu", ucap bang Danu terkekeh.

"Bisa aja kamu bang, yuk ah jalan", ucap Marsel memeriksa jam tangannya.

Beberapa jam lagi kita bertemu cintaku, gumam Marsel dalam hati sambil menyalakan ponsel dan melihat foto pernikahan mereka di layar ponsel.

"Gimana sih bang rasanya punya anak..??", ucap Marsel merasa sedih, tapi jika dihadapan Zivana ia akan berusaha baik baik saja.

"Ya seru tuan, lelah kita bekerja langsung hilang saat ketemu dia", ucap bang Danu mengintip majikannya itu dari kaca kemudi, ia merasa iba dengan duka dari majikannya.

"Doain ya bang, semoga kami segera punya momongan, dan mami bisa bersikap lembut pada Zivana", ucap Marsel mengelus foto cantik Zivana yang tengah tersenyum di ponselnya.

Gadis secantik kamu, sesempurna kamu, harus menderita karna memiliki mertua seperti orang tuaku, maafkan aku sayang, gumam Marsel dalam hati lalu membuka kaca mobilnya, ia menikmati sejuknya angin yang menerpa wajahnya, ia mencoba melepaskan semua kegundahan di dalam hatinya, dan menyerahkan semuanya pada Allah.

Tepat pukul 4 sore, mobil Marsel sudah mendekati arah menuju rumahnya.

Seikat bunga sudah siap ditangan Marsel untuk menambah kejutan bagi istrinya.

Saat mobil Marsel memasuki gerbang rumahnya, terlihat Zivana sedang sibuk merawat bunga bunganya sampai ia tak menyadari bahwa suaminya telah datang.

"Bang, mobilnya berhenti disini aja..!!", seru Marsel turun dari mobilnya dan mengendap ngendap ke arah Zivana yang berada di taman samping rumah mereka.

Marsel menutup mata Zivana dengan kedua tangannya.

Zivana terkejut dan menjatuhkan semua bunga yang telah ia petik.

"Siapa...!!, bik rumi..??, mami..??", seru Zivana mencoba meraba tangan yang menutup kedua matanya.

Zivana pun tersenyum mengenali tangan yang menutupi matanya dan berbalik badan memeluknya.

"Mas...!!, kamu kok gak kabari aku kalau mau pulang...??", ucap Zivana bahagia.

"Kejutann...!!", ucap Marsel mencium dahi istrinya.

"Bunga yang cantik, untuk istriku yang cantik", seru Marsel memberikan seikat bunga yang telah ia persiapkan untuk istrinya.

"Makasih sayang", seru Zivana mencium bunga pemberian suaminya.

"Kamu gak inget ini hari apa..??", tanya Marsel.

"Emmm, gak mungkin dong aku gak inget mas", ucap Zivana dengan senyumnya yang menawan.

"Lalu...??, kenapa kamu gak kepo dan nyuruh aku pulang saat aku keluar kota, seperti para istri teman temanku", ucap Marsel.

"Mas, kamu pergi kan juga untuk aku, jadi aku gpp kalau kamu gak inget sekalipun", ucap Zivana selalu dengan sikap lemah lembutnya.

"Kamu emang yang terbaik sayang..!!, selamat hari jadi ke 5 ya sayang, make question..!!", ucap Marsel memegang kedua tangan istrinya.

"Semoga kita segera dapat momongan", ucap Zivana memeluk suaminya.

"Amin....", ucap Marsel mengecup jilbab sang istri dengan penuh harap semoga permohonan mereka tahun ini terkabul.

Di sisi lain.

Bu Rukmi menyaksikan keromantisan anak dan menantunya dari dalam rumah.

Ia tak suka akan semua itu.

Hatinya sudah sangat tertutup untuk menganggap Zivana sebagai menantunya lagi.

"Mau tak mau, mereka harus berpisah dan Marsel harus menikah dengan gadis pilihanku yang lainnya", ucap Bu Rukmi berjalan masuk menuju kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!