“Permisi...paket...” teriak seorang kurir pengantar barang tepat di depan pagar sebuah kos-kosan perempuan.
Kos-kosan tersebut tampak sepi. Semua pintu yang berjajar tampak tertutup.
“Ini yang mana satu kamar pemilik paket?”
Kurir itu membaca nama yang tertera di paket tersebut. “Keyla. Ah, pake acara COD lagi. Kalau udah lunas bisa titip tetangga.”
“Permisi...Nona Keyla...paket...” teriak si kurir lagi sambil celingak celinguk melihat pintu-pintu kos yang masih tertutup dari atas motor matic nya.
Tak lama seorang wanita berusia kurang lebih 30 tahun keluar dari salah satu kamar kos dengan berpakaian rapi dan sudah menyandang tas seperti hendak pergi keluar.
“Cari siapa, Mas?” tanya wanita itu saat akan keluar dari pagar kosannya.
“Ini, Mba. Saya mau anterin paket atas nama Mba Keyla. Apa Mba kenal sama Mba Keyla?” jawab kurir berbadan tinggi itu.
“Paket? Mas ini kurir, ya?” tanya wanita itu lagi sambil memperhatikan pria di depannya dari atas sampai bawah.
Dih, biasa aja kali Mba, lihatnya. Kayak nggak pernah lihat orang ganteng aja. Batin si kurir.
“Iya, Mba. Saya kurir, mau anterin paket atas nama Mba Keyla. Mba tau Mba Keyla?” tanya kurir dengan berusaha ramah.
“Oh, Keyla. Penghuni baru kos ini, ya?”
Ya mana saya tau. Memang saya petugas sensus?! Gerutu kurir dalam hati.
Wanita itu lalu menunjuk pintu kamar orang yang dicari. “Keyla kamarnya yang itu, Mas. Yang pintunya ada cat putihnya dikit. Mas kesana aja, gedor kamarnya. Dia biasa bangun siang. Kalau gak digedor, Mas bisa karatan nungguin dia disini.”
“Memangnya boleh masuk kesana ya, Mba?”
“Kalau masuk ke kamarnya ya nggak boleh lah. Disini aturannya ketat, Mas. Mas bisa diarak warga keliling kompleks nanti kalau berduaan sama penghuni kos di kamar. Kalo gedor pintu kamarnya aja gak masalah.”
“Oh, gitu. Oke, Mba. Terimakasih infonya. Kalau gitu saya coba gedor dulu. Kebetulan ini paketnya COD, belum dibayar, jadi harus saya antar langsung ke yang punya.”
“Iya, gedor aja gih sana! Semoga si Keyla cepet buka pintunya.”
Wanita itu pun pergi meninggalkan kurir itu dengan paket di tangannya.
Kurir itu membuka helmnya lalu meletakkan helmnya di atas motor. Setelah itu ia masuk ke dalam pagar dan mengetuk pintu yang ditunjuk wanita tadi.
Tok tok tok.
“Permisi...Paket....”
Dari dalam kamar tampak seorang gadis sedang mondar mandir menggigit ujung jari jempolnya sambil memegang handphone. Wajah gadis itu terlihat sedang rungsing memikirkan suatu hal.
Mendengar ada yang mengetuk pintu, gadis itu tersentak dan terkejut. Gadis itu adalah Keyla Andriani. Bertubuh langsing, berkulit putih, rambut hitam panjang dengan potongan segi. Wajahnya sangat cantik dengan bulu mata yang lentik dan bibir merah jambu. Gadis itu mengintip dari balik jendela siapa yang datang mengetuk pintu kamarnya.
Keyla tertegun melihat seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan tepat di depan pintu kamarnya. Pria yang memakai celana jeans hitam dan jacket hoodie hitam itu tampak sedang memegang sebuah paket.
Apa dia kurir pengantar barang?
Keyla terdiam sejenak. Ia kembali melihat handphone-nya sekejap.
Lumayan juga pria di depan. Sepertinya aku punya ide agar bisa terhindar dari perjodohan ini.
Entah apa rencana yang ada di kepalanya sekarang, tiba-tiba ia bersembunyi di balik pintu kamarnya.
“Permisi...Mba Keyla...Paket...” panggil kurir itu lagi sambil mengetuk pintu.
“Iya, masuk aja. Pintunya nggak dikunci,” sahut Keyla dari dalam kamar.
Eh, apa-apaan suruh masuk segala? Bisa digrebek warga nanti. Batin si kurir.
“Maaf Mba, bisa keluar sebentar? Saya cuma mau mengantarkan paket saja, Mba. Kebetulan ini paketnya harus dibayar juga,” kata si kurir lagi.
“Aduh...Mas, tolong, kaki saya sakit. Nggak bisa jalan, Mas. Masuk aja sebentar, nanti saya bayar.”
Keyla tetap kekeuh merayu kurir agar mau masuk ke kamarnya.
Pria itu melihat jam tangannya. Mengantarkan satu paket saja sudah menyita waktunya selama ini. Belum lagi dengan paket-paket yang lain. Akhirnya pria itu luluh juga. Ia berniat memberikan paket, menerima uangnya, lalu pergi dari tempat itu secepat mungkin.
“Baik, Mba. Saya ijin masuk, ya.”
Pria itu memegang gagang pintu lalu membuka pintu dengan perlahan. Pintu itu memang tidak dikunci. Ia membuka pintu lebih lebar dan melihat ke dalam kamar yang bernuansa serba pink itu.
Loh, kok sepi?
“Mba Keyla...Hallo....” panggil pria itu dari depan pintu. Dia tidak tau saja Keyla sedang susah payah bersembunyi dibalik pintu yang ia buka.
“Kemana perginya? Tadi ada suaranya kok nyaut dari dalam. Nggak mungkin itu suara se*tan. Pagi-pagi begini mana ada se*tan.”
Dih, sembarangan! Masa aku dikatain se*tan, sih. Gerutu Keyla dalam hati.
Pria itu masuk selangkah ke dalam. Ia melihat ada kamar mandi di dalam yang pintunya tertutup. Tiba-tiba dia teringat tadi Keyla mengatakan bahwa kakinya sakit.
“Apa jangan-jangan dia jatuh di kamar mandi? Tadi dia bilang kakinya sakit. Aku harus cek, nih.”
Karena khawatir, pria itu segera masuk berniat mengetuk pintu kamar mandi. Tapi tak lama dia terkejut saat bunyi suara pintu ditutup dari belakang.
Braakkkk.
Keyla dengan cepat menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Pria itu terkejut lalu berbalik. Lagi-lagi pria itu terkejut melihat gadis berparas cantik memakai dress di depannya. Sungguh pemandangan yang menyejukkan mata.
Keyla juga sempat terkejut. Ia tak menyangka, pria ini ternyata sangat tampan. Sepertinya dia memang tidak salah berniat menjebak pria di depannya.
“Maaf, kenapa pintunya ditutup? Anda yang bernama Keyla? Ini paket anda, tolong bayar uangnya. Setelah itu saya akan pergi,” kata pria itu sambil memberikan paket yang ada di tangannya.
Keyla dengan cepat mengambil paket itu lalu membuangnya sembarangan.
“Aku tidak butuh paketnya. Aku butuh kamu.”
Hah?
Belum sempat pria itu berbicara, Keyla tiba-tiba mendorong pria tersebut dengan sangat kuat. Karena tidak mengira akan mendapat serangan mendadak, pria itu langsung jatuh ke atas ranjang dengan Keyla di atasnya. Tidak hanya itu saja, Keyla pun dengan cepat bangkit dan duduk di atas perut pria itu.
“Hei, apa yang kamu lakukan? Apa kamu gila? Kita bisa dituduh berbuat yang macam-macam kalau seperti ini,” hardik pria tersebut.
“Baguslah. Memang itu yang ku tunggu,” jawab Keyla acuh.
“Menyingkir atau aku akan berbuat kasar padamu!” ancam pria tadi dengan serius.
“Tidak! Kamu harus bantu aku dulu,” bantah Keyla sambil bergerak di atas perut pria itu sehingga membuat pria itu merasa panas dingin karena ada yang bergejolak dibawah sana.
“Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam sampai harus mengantar paket pembawa petaka itu padamu?! Berhentilah bergerak. Aku tidak mau keperja*kaanku hilang olehmu!” bentak pria tersebut yang sudah kewalahan menahan dirinya.
“Dih, apa hubungannya? Aku hanya minta kamu menolongku,” pinta Keyla lagi sambil tetap bergerak.
Oh, Tuhan...Yang benar saja. Apa aku harus merelakan per*jakaku hanya karena mengantar paket si*al pembawa petaka itu? Keluhnya dalam hati.
Tak lama terdengar suara-suara dari depan pintu kamar. Keyla mengenal suara itu. Itu suara orang tuanya. Tiba-tiba Keyla langsung berusaha menarik jaket pria tadi dan membuka kaos polosnya juga sehingga terpampanglah perut sixpack yang atletis itu. Tentu saja itu tidak mudah Keyla lakukan. Ia terpaksa menggelitik pria itu sampai akhirnya ia berhasil melakukan apa yang ia rencanakan.
Tak sampai disitu, Keyla juga menarik paksa kancing depan dress bagian atas yang ia pakai sehingga dadanya terlihat dengan jelas di mata sang pria.
Glekkk.
Pria itu menelan salivanya dengan susah payah. Entah apa dosa yang dia lakukan sampai harus disuguhi hal yang menggoda seperti itu di depan matanya.
“Key...Keyla...” terdengar suara seorang wanita paruh baya memanggil namanya sambil mengetuk pintu.
Sementara itu di dalam kamar, pria itu berusaha kabur dari Keyla. Sayangnya Keyla malah menggelitik lagi pria itu sehingga ia kesusahan lari dari Keyla yang masih berada di atas tubuhnya.
Mendengar ada suara pria dari dalam, orang tua Keyla jadi curiga. “Keyla...buka pintunya! Suara siapa itu di dalam?”
Kebetulan ibu pemilik kos lewat dan bertanya apa keperluan orang tua Keyla datang kesana. Ibu kos pun dapat mendengar suara pria di dalam. Padahal itu kos khusus perempuan saja.
Akhirnya ayah Keyla mau tak mau terpaksa mendobrak pintu itu atas persetujuan ibu kos.
Braakkkk.
Pintu terbuka. Pemandangan yang pertama kali terlihat adalah di atas ranjang ada Keyla berada dibawah seorang pria sambil mengalungkan tangannya pada leher pria yang tak berbaju itu.
“Keyla, apa yang kamu lakukan?”
Bersambung...
***
Hai semua 🤗 Selamat membaca novel baruku.
Jangan lupa like, comment dan vote ya. Thank you.
“Keyla....buka pintunya! Suara siapa itu di dalam?”
Keyla dan pria itu melihat ke arah pintu saat suara dari ibunya Keyla berteriak lebih keras memaksa agar Keyla membuka pintu itu.
Saat Keyla sedang lengah, pria itu dengan cepat berusaha kabur dari Keyla. Ia membalikkan badannya sehingga saat ini Keyla lah yang berada di bawahnya.
“Dengar ya, Nona. Aku tidak peduli kamu ada masalah apa. Yang jelas aku tidak mau terlibat apapun,” ketus pria itu.
Baru saja ia hendak bangkit, tapi Keyla malah mengalungkan tangannya ke leher pria itu dan melingkarkan kedua kakinya ke pinggang sang pria sehingga pria itu susah bergerak.
Dan di saat itu juga, brakkk! Pintu kamar didobrak paksa dari luar.
“Keyla, apa yang kamu lakukan?” tanya ibu dari Kayla dengan mata melotot yang hampir keluar karena melihat anak gadisnya berada dalam posisi seperti itu.
Bukan hanya ibunya saja yang terkejut. Ayahnya dan juga ibu pemilik kos juga tak kalah terkejut dibuatnya.
“Apa-apaan kalian ini? Mau berbuat mesum di kos milik saya?” tuduh ibu kos.
Akh, si*al! Kenapa jadi begini?! Batin si kurir.
Dia pun segera bangkit dari ranjang itu dan memakai kaos beserta jaketnya. Sementara Keyla juga ikut-ikutan mengancingi dress bagian atasnya, lalu merapikan rambutnya yang berantakan dengan tangannya.
“Keyla, sini kamu!” Keyla ditarik kasar oleh ibunya agar lebih mendekat.
“Ngapain kamu sama laki-laki ini berduaan di dalam kamar kos kamu? Apa yang kalian lakukan? Jawab!” bentak ibunya.
“Maaf, Ma,” ucap Keyla pelan nyaris tak terdengar.
“Apa? Maaf? Jadi kalian benar sudah melakukannya?” tanya ibunya yang semakin emosi.
Keyla pun mengangguk pelan. Melihat Keyla mengangguk, pria tadi malah menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tidak mau dituduh macam-macam.
“Tunggu, tunggu, maksud Tante melakukan apa? Kami nggak melakukan apa-apa,” sanggah pria itu.
“Tante, tante, sejak kapan saya nikah sama Om kamu? Kamu sudah berbuat tidak senonoh sama Keyla tapi tidak mau mengaku, ya,” hardik ibunya Keyla.
“Sumpah, Nyonya. Saya nggak melakukan apa-apa. Ini ada kesalahpahaman. Hei, Keyla, jelaskan sama mereka kita nggak berbuat apa-apa,” desak pria itu dengan wajah panik.
“Tapi...kan kita memang sudah melakukannya,” ucap Keyla dengan wajah menunduk.
“Apa? Laki-laki kurang ajar!”
Bugh!
Sebuah pukulan dari ayah Keyla mendarat mulus di pipi kiri sang kurir yang menjadi korban dari Keyla. Mata Keyla melebar, tangannya spontan menutup mulutnya. Dia tak menyangka ayahnya akan memukuli pria itu.
Saat ayahnya hendak memukuli pria itu, Keyla dengan cepat menghadang ayahnya. Ia merentangkan tangannya tepat di antara sang ayah dan pria tersebut.
“Papa, cukup! Keyla mohon jangan pukul dia lagi,” Keyla memohon dengan wajah memelas.
“Minggir kamu! Papa mau kasih pelajaran sama pria breng*sek ini. Kamu juga mau-mau saja berhubungan sama laki-laki miskin seperti dia. Sudah bagus Papa jodohin kamu sama Hendry yang sepadan sama kita, ini kamu malah pilih laki-laki ini. Apa bagusnya dia dibanding Hendry?” omel ayahnya panjang lebar.
Pria yang disebut miskin itu mendengus kasar. Kalau tidak ingat ayahnya Keyla sudah berumur, mungkin sudah dari tadi dia membalas pukulannya. Tapi walaupun miskin, dia masih punya sopan santun yang tinggi. Dia tak ingin bersikap kurang ajar dengan orang yang lebih tua.
“Tapi Pa, Keyla cinta sama dia. Lagian Keyla juga udah gitu-gituan barusan sama dia,” jawab Keyla tanpa pikir panjang.
“Heh, Key, kamu apaan, sih? Kita ketemu aja barusan. Cinta darimana? Gitu-gituan gimana maksudnya?” Pria itu nyaris frustasi dibuat Keyla.
“Kalian kalau mau berbuat mesum jangan di kontrakan saya! Bisa ikutan apes saya nanti. Mba Keyla, maaf saya nggak bisa terima Mba lagi tinggal disini. Sekarang juga kemasi barang Mba, keluar dari sini!” usir pemilik kos.
“Sekarang?” ulang Keyla. “Tapi......”
“Permisi,” ucap seorang pria yang usianya kurang lebih sama dengan ayah Keyla. Pria itu tiba-tiba datang dengan beberapa warga lainnya.
“Loh, Pak RT? Ada apa datang kemari, Pak?” tanya pemilik kos dengan raut wajah terkejut.
Rupanya keributan di kos itu didengar oleh warga lain, lalu warga itu melapor kepada RT setempat.
“Maaf, saya kesini karena mendengar laporan warga kalau disini sudah terjadi tindakan asusila. Apa benar begitu, Bu?” tanya Pak RT langsung ke intinya.
Panjang nih urusan kalau udah ada RT. Ni gara-gara paket 200 ribu jadi panjang ni urusannya. Gumam si kurir dalam hati.
Duh, kok jadi begini, sih? Aku kan padahal cuma mau pura-pura depan Papa sama Mama aja. Kenapa jadi melebar kemana-mana? Keyla tampak ketakutan. Ia tak berani mengangkat wajahnya.
Ibu pemilik kos bingung harus menjawab apa. Satu sisi dia tidak ingin nama kos-kosannya jadi buruk di mata warga. Tapi di sisi lain dia juga tidak bisa membenarkan perbuatan Keyla dan pria yang disangka kekasih Keyla itu.
“Be-benar, Pak RT,” jawab pemilik kos dengan berat hati.
“Wah, gak bisa dibiarkan ni Pak RT. Kita arak keliling kompleks aja gimana? Biar mereka tau rasa, Pak RT!” seru salah seorang warga yang sengaja memercik api kemarahan warga.
“Betul, Pak RT!”
“Setuju. Kita arak aja!”
Wajah Keyla mendadak pucat. Ia mendekat ke ayahnya seolah minta tolong agar terlepas dari amukan warga. Tapi ayahnya justru bersikap acuh karena masih kesal padanya, apalagi ibunya itu yang hanya ibu tiri. Tak ada sama sekali niat untuk membantu Keyla. Sementara warga semakin ramai berdatangan.
“Tenang dulu, tenang! Sabar!” kata Pak RT yang kewalahan menghadapi warga.
Pria itu lalu menatap bergantian ke arah Keyla dan si kurir.
“Maaf, nama Mba siapa?” tunjuk Pak RT pada yang perempuan.
“Ke-Keyla, Pak,” jawab Keyla dengan gugup.
“Kalau Mas?”
Pria itu diam sejenak menghela nafas panjang. “Saya Shaka,” jawabnya singkat.
“Baik, kalau begitu ada dua pilihan untuk Mas Shaka dan Mba Keyla. Pertama, kalian harus menikah saat ini juga disaksikan warga yang lain lalu pindah dari tempat ini. Atau yang kedua, dengan berat hati kalau kalian menolak pilihan pertama, maka terpaksa kalian kami arak tanpa menggunakan sehelai benangpun,” jelas Pak RT.
“Apa? Menikah? Diarak? Apa tidak ada pilihan lain, Pak? Saya tidak mencintai wanita ini,” bantah kurir yang ternyata bernama Shaka itu.
“Tidak cinta tapi berbuat mesum! Arak aja udah, Pak!” sahut salah seorang warga.
“Betul, arak aja!”
“Ya, Pak. Arak aja!”
“Tenang dulu, tenang! Kita tidak boleh gegabah. Mas Shaka, ini bukan masalah cinta atau tidak. Kalian sudah berbuat asusila. Kalian harus tanggung jawab!” kata Pak RT.
“Asusila apa, Pak? Ya Tuhan...” Shaka tampak frustasi lalu memijit keningnya yang mendadak pusing dengan keadaan itu.
“Key, please. Aku mohon. Bilang ke mereka kita nggak ngapa-ngapain. Please, Key,” pinta Shaka pada Keyla.
Keyla sebenarnya tak sampai hati pada Shaka. Apalagi mereka sampai harus menikah. Tapi Keyla juga tidak ingin dibawa pulang oleh orang tuanya. Ia melihat orang tuanya sekilas, lalu melirik ke arah Shaka.
“Maaf...tapi...semua memang sudah terjadi,” ucap Keyla sembari menundukkan wajahnya.
Maaf, Shaka. Aku terpaksa bilang begini. Aku nggak mau dijodohkan sama orang tua aku. Setelah kita dinikahkan, kita akan cerai secepatnya lalu menjalani hidup kita masing-masing. Batin Keyla.
Dengan perkataan Keyla barusan, Shaka tak dapat mengelak lagi. Daripada diarak oleh warga, mau tak mau dia terpaksa menikahi gadis yang baru saja ia temui beberapa menit ini. Tapi dalam hatinya mendendam, ia ingin membalas perbuatan Keyla karena sudah menjebaknya.
Awas kamu, Keyla! Lihat nanti pembalasanku!
***
“SAH!”
Suara pengesahan dari para saksi dan warga yang hadir menjadi saksi pernikahan Shaka dan Keyla yang terpaksa dilakukan saat itu juga. Dengan mas kawin uang tunai sebesar seratus ribu rupiah, Keyla telah resmi menjadi istri dari Shaka.
Saat Keyla disuruh mencium tangan Shaka sebagai tanda penghormatan kepada suaminya, Shaka sempat berbisik,” Tunggu tanggal mainnya. Aku pasti akan membalas perbuatanmu ini.”
Keyla mendongak menatap sang suami. Bukannya takut akan ancaman dari suaminya itu, ia malah terkesima akan ketampanan pria di depannya.
“Ternyata kamu tampan juga,” ucap Keyla dengan polos yang membuat Shaka melonjak kaget.
Bersambung...
“Selamat ya, Mas Shaka. Semoga pernikahan kalian langgeng selalu,” kata Pak RT memberi ucapan selamat pada Shaka setelah pria itu resmi menjadi suami Keyla.
“Nggak usah kasih selamat segala, Pak. Saya udah bilang saya nggak cinta sama Keyla. Ini nikah juga karena terpaksa biar nggak diarak warga,” ketus Shaka.
“Tapi kan kalian sudah resmi menikah dan sah di mata agama maupun negara. Bahkan orang tua Mba Keyla juga sudah hadir. Tidak ada salahnya coba jalani dulu, Mas. Jangan sia-siakan wanita yang sudah sah menjadi istri Mas sekarang. Sebagai suami, saya doakan Mas bisa membimbing Mba Keyla lebih baik lagi,” kata Pak RT lalu menepuk pundak Shaka dan pergi meninggalkan tempat itu.
Warga lain yang tadi hadir juga tampak meninggalkan tempat itu satu per satu.
Gimana bisa membimbing, suka aja nggak sama perempuan itu. Aku nggak habis pikir. Bisa-bisanya dia menjebak aku demi menyelamatkan dirinya sendiri. Gumam Shaka sambil menatap penuh dendam pada Keyla.
Shaka lalu melihat Keyla ditarik kasar keluar ruangan oleh ibunya, diikuti oleh ayahnya di belakang. Karena jarak mereka tidak terlalu jauh, Shaka masih bisa mendengar Keyla dimarahi habis-habisan oleh ibunya.
“Kamu benar-benar bikin malu keluarga! Susah-susah saya urus kamu sejak ibu kandung kamu meninggal, lalu ini balasan kamu pada saya dan Papa kamu?!” bentak ibu tirinya.
“Key...Key minta maaf, Ma, Pa. Key kan udah bilang kalau Key nggak mau dijodohkan sama Hendry,” jawab Keyla pelan sambil terus menunduk. Ia tak berani melihat wajah wanita di depannya itu.
“Apa kurangnya Hendry? Dia pengusaha sukses, tampan, mandiri. Lagipula Papa kamu sudah janji sama Papanya Hendry agar kalian dijodohkan. Dengan begitu Papanya Hendry akan memberikan banyak proyek buat perusahaan Papamu. Kamu tau kan perusahaan Papamu sekarang bagaimana keadaannya? Sudah sepi proyek, nyaris bangkrut,” jelasnya dengan berapi-api.
“Apa Mama tega menukar Keyla dengan proyek, Ma? Hendry itu suka main perempuan. Keyla nggak bisa hidup sama laki-laki seperti dia,” bantah Keyla yang kini menatap ibunya.
“Dia begitu karena belum nikah. Kalau sudah nikah, dia pasti berubah.”
“Nggak, Ma. Key nggak mau. Key nggak sudi nikah sama Hendry apapun alasannya.”
“Kamu tu anak tidak tau diuntung! Tidak tau diri, sama seperti ibu kamu dulu!”
“Cukup, Ma! Key nggak suka Mama bawa-bawa nama almarhum ibu.” Keyla merasa tak suka saat ibu tirinya itu mulai menghina ibu kandungnya yang sudah meninggal saat ia berusia 7 tahun.
“Kenapa? Kalian memang sama-sama tidak tau diri. Tidak ibu, tidak anak, tidak tau balas budi. Apa salahnya tinggal menurut saja apa kata saya, sih?” hardik ibu tirinya lagi.
“Kalau Mama mau jodohin, jodohin aja anak Mama sendiri, jangan bawa-bawa Keyla.”
Plaakkkk.
Satu tamparan yang terasa pedas mendarat di pipi Keyla. Matanya terasa memanas karena airmatanya sudah mulai menggenang. Ibu tirinya merasa tersinggung saat Keyla menyebut-nyebut anak kandungnya. Itu sama saja seperti membuka luka lama yang ia pendam.
“Jangan kurang ajar kamu! Jangan bawa-bawa anak saya!” bentak ibu tirinya dengan suara bergetar. Marah dan sedih mengingat anaknya bercampur jadi satu.
“Sudah! Cukup! Sudah Ma, kita pulang saja sekarang! Kalau memang laki-laki itu yang dia pilih, kita lihat sampai dimana dia bertahan dengan laki-laki miskin itu,” kata ayah Keyla yang akhirnya bersuara.
“Pa...” panggil Keyla dengan suara bergetar karena menahan tangisannya.
“Cukup Keyla! Kalau kamu tidak mau menuruti apa kata Papa dan Mama, silahkan urus diri kamu sendiri dan jangan pernah kembali ke rumah,” kata sang ayah yang begitu mengiris hati Keyla.
“Papa usir Keyla?” tanya Keyla dengan berlinangan airmata.
Ayahnya tampak menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. “Anggap saja begitu. Selama kamu masih bertahan dengan pilihan kamu, kamu juga harus terima konsekuensinya.”
“Kamu dengar itu! Jangan harap kamu bisa pulang ke rumah! Dasar anak tidak tau diri!” tambah ibu tirinya sembari mendorong Keyla agar tidak menghalangi jalannya. Lalu mereka pun pergi meninggalkan Keyla sendirian disana.
Keyla masih terisak. Ia melihat punggung orang tuanya yang kian menjauh tanpa berbalik lagi menatapnya.
Tak lama sebuah tangan terulur memberikan tissue pack kecil pada Keyla yang masih menangis hingga matanya bengkak dan hidungnya terlihat memerah. Keyla melihat tissue itu lalu mendongak ke arah empunya tissue.
“Kamu udah jelek, makin nangis makin jelek. Hapus airmata kamu!” kata Shaka sambil mendekatkan tissue itu di depan Keyla. Tapi Keyla malah diam saja melihat wajah Shaka.
“Ambil, cepat! Kamu mau jadi bahan tontonan orang karena nangis terus disini?” tanya Shaka saat melihat Keyla hanya terus menangis.
Sebenarnya ada rasa kasihan yang muncul di benak Shaka saat melihat Keyla diperlakukan seperti tadi oleh orang tuanya, terutama ibu tirinya. Bahkan Keyla sempat ditampar oleh wanita itu, sementara ayahnya hanya diam tak membelanya. Shaka pun baru tau kalau itu adalah ibu tirinya, bukan ibu kandung.
Akhirnya mau tidak mau Keyla pun mengambil tissue itu dan mengelap airmatanya yang membasahi wajahnya.
Shaka berbalik hendak meninggalkan Keyla. Tapi kemudian Keyla menghentikannya.
“Tunggu!” panggil Keyla.
“Apa lagi?” tanya Shaka tanpa membalikkan badannya. Ia hanya menolehkan kepalanya ke samping.
“Apa aku boleh ikut sama kamu?” tanya Keyla ragu-ragu.
Shaka sontak berbalik menghadap Keyla.
“Ikut sama aku? Tinggal bersama maksud kamu?” tanya Shaka mencoba memastikan.
Keyla mengangguk. “Kan kita sudah resmi nikah, aku juga sudah diusir dari rumah,” ucap Keyla pelan.
Shaka mendadak pusing mendengar ucapan Keyla. Apa iya dia harus tinggal bersama dengan gadis yang baru saja dijumpainya? Meskipun mereka memang sudah sah sebagai suami dan istri, tapi pernikahan itu karena terpaksa, bukan atas dasar cinta.
Keyla masih setia menatap Shaka yang sedang memijit keningnya yang mendadak pusing. Ia menunggu apa jawaban yang akan keluar dari mulut Shaka.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!