NovelToon NovelToon

Jodohku Duda Muda

Tawaran Menikahi Duda

Demi penduduk bumi yang penuh dan sesak, Gadis bersumpah tak akan menoleh ke belakang lagi, seorang pemuda telah dia campakan begitu saja.

 Tidak, dia membela dirinya,bukan dia yang mencampakan pemuda itu, tapi pemuda itu yang membuat dia melakukan hal mengerikan itu hari ini, seumur hidup dia selalu menjadi korban yang bertopeng pelaku.

 “Gadis, jangan dengarkan mereka!” dia berucap tegas pada dirinya sendiri.

 “Ingatlah kalau pemuda itu yang berselingkuh kemarin malam, bukan kamu!”

 Gadis Helena Permata Dewi, empat nama untuk satu orang wanita yang tengah berjalan di lorong sunyi kantor Mukti Group ini. Dia bisa dipanggil Gadis, bisa juga Helen, atau mungkin kalau sudah kenal dengan dia terlalu akrab, cukup katakan ‘Dis’, sudah.

 Baru saja pertengkaran sengit terjadi, dia bahkan membayar orang yang dia sewa cukup mahal hanya untuk memutuskan kekasihnya yang baru dua minggu berjalan itu. Kebanggaannya menjadi kekasih orang adalah hal mutlak diusianya yang sudah menginjak angka 29 tahun, tapi ada saja yang membuat hubungan mereka kandas, terlebih lagi pemuda-pemuda itu tak mau meninggalkan atau memutuskan hubungan mereka bersama Gadis, mau tidak mau seperti hari ini, dia berpura-pura sudah menemukan jodoh terbarunya hanya untuk mengakhiri hubungan cinta itu seolah dia yang nakal.

 “Apa!” Gadis lempar berkas di tangannya. “Kalian tidak sedang membual, kan?”

 Rena bergeleng, begitu juga dengan Sifa, mereka itu teman terbaik Gadis selama bekerja di sini, walau sudah menikah, mereka tetap berhubungan baik dan mendengarkan Gadis seperti adik mereka sendiri meskipun tahu Gadis itu dua tahun lebih tua dari mereka berdua.

 “Pak Nuh yang mau kamu ke ruangannya, kamu harus tahu, Dis ... ada kabar buruk di kantor ini, cucu pak Nuh itu, dia baru saja berpisah dari istrinya dan sekarang pak Nuh sedang mencarikan dia jodoh dari kantor ini!” Rena berbisik.

 “Terus, hubungannya sama aku apa?” Gadis waspada.

 Plak!

 “Kami khawatir kalau dia memanggilmu itu, tidak lain untuk mengenalkan kamu dengan cucunya, bos muda di kantor ini ... maksudku yang menikah kemarin, kan ada tiga bos muda di sini, Dis. Kamu ingat’kan, yang kamu datang bersama Gi-“ dengan cepat Gadis bekap mulut Sifa, dia tak mau mendengarkan nama itu diulang di telinganya, mereka sudah putus.

 Mencarikan jodoh dari kantor ini, yang benar saja?

 Tidak ada yang berhasil menemukan alasannya, untuk apa juga mencarikan jodoh kalau itu seorang bos muda, lalu statusnya yang duda itu menurut mereka cukup mengerikan, terlebih lagi pernikahan bos muda itu masih berjalan dua bulan.

 “Kenapa dia berpisah dengan istrinya? Dia baru menikah dua bulan, kan?” Gadis bahkan ingat setelah datang ke pernikahan itu, mantan kekasihnya selingkuh. “Apa dia punya kelainan?” 

 “Pria setampan itu dan berkelas, masa iya punya kelainan?”

 Rena dan Sifa tidak tahu pasti, yang jelas sore ini pak Nuh ingin bertemu dengan Gadis di satu ruangan yang tertutup, info yang mereka dengar tadi, pak Nuh ingin berbicara serius dengan Gadis, bukan sebagai atasan dan bawahan, melainkan seperti keluarga.

 Tidak, ini gila!

 Apa aku separah itu sampai harus dijodohkan dengan duda? Ahahhahahah, Tuhan tidak akan pernah salah menuliskan takdir hamba-Nya.

 Namun, pemikiran itu hancur dan runtuh ketika pintu ruangan khusus pak Nuh terbuka, masa depan Gadis diatur mulai detik itu.

 ***

 “Ibu, dengarkan aku ... aku mohon dengarkan aku!” Gadis mengejar ibunya, tahu begitu dia tak akan bercerita soal lamaran pak Nuh untuk bos muda kepadanya tadi. “Dia itu duda, Bu. Kenapa Ibu bisa setuju begitu, apa tidak kasihan padaku, hah?”

 Ibu melengos, “Memangnya kasihan apa, hem? Kamu itu sudah tua, mau 30 tahun, Dis ... sampai kapan Ibu dan bapakmu pura-pura diam kalau tetangga tanya, berlaga bisu di depan mereka, kamu itu jadi gosip di komplek ini. Sudah, tidak masalah kalau duda, lagipula dia itu orang kaya dan Ibu yakin dia pria yang baik, mungkin istrinya saja yang kurang bersyukur!”

 Lah, baru sekali bicara saja, ibu sudah langsung setuju dan suka, bahkan mau pak Nuh segera ke rumah.

 Gadis memohon pada bapaknya, ini tidak adil namanya, dia masih perawan dan sumpah demi apapun sekalipun dia berganti-ganti pacar, dia belum pernah berciuman atau apa, hubungannya tak pernah lebih dari satu bulan, sudah dikhianati sepihak.

 “Aku tidak mau menikah dengan duda!” Gadis menolak.

 “Uhuuk, uhuk ... Dis, sudah menikah sama dia saja, Bapak lihat dari fotonya itu dia anak baik-baik kok. Ya, mungkin belum jodohnya kalau sama yang dulu, kamu mungkin jodohnya, Nak ....”

 Sampai malam dia tidak bisa tidur, dia buka kembali surat yang dia lipat di dalam tas kerjanya. Entah dari mana pak Nuh dan timnya tahu kalau kondisi keluarganya sedang sulit,rumah yang mereka tempati sekarang adalah hak waris keluarga, mereka akan mengusir keluarga Gadis dalam waktu dekat, tidak ada rumah untuk singgah, sekalipun itu kontrak, maka yang didapatkannya hanya kecil.

 Gadis menjadi tulang punggung di rumah ini, sejak operasi besar di jantungnya, bapak tak lagi bekerja, ibu hanya menjadi karyawan laundry yang suka izin karena mengeluh punggungnya sakit, belum lagi adiknya yang masih sekolah SMK.

 Pak Nuh akan menjamin semua yang keluarga Gadis butuhkan dan kebahagiaan Gadis bersama cucunya kalau Gadis menerima lamaran mendadak ini, semua perjanjian itu tertulis lengkap dan rinci, bahkan pak Nuh menuliskan hak waris yang akan jatuh kepadanya kalau sampai cucunya itu berani berbuat nakal dan kasar pada Gadis.

 “Baru kali ini terpaksa menikah, justru jadi ratunya, apa aku tidak salah ya?” Gadis masih terjaga. “Tidak, aku akan tetap menolaknya, aku masih bisa bekerja keras untuk keluarga ini, lagipula Sandro kan sudah kelas dua SMK, jadi dua tahun lagi itu tidak berat, semangat, Dis, semang-“

 Uhuk, uhuk, uhuk!

 Suara batuk dari kamar sebelah membuat kedua bahunya melorot, setelah operasi besar itu banyak sekali keluhan bapaknya, hampir setiap malam selalu saja batuk seperti ini sampai ibu susah tidur, Sandro pun terkadang tidur di teras rumah agar besok bisa bangun pagi. Seharusnya, dia membawa bapak ke rumah sakit untuk pemeriksaan ulang, tapi apa daya.

 Gadis baca ulang surat perjanjian yang pak Nuh berikan itu, tawaran menikah dengan duda, maksud Gadis itu cucu pak Nuh. Kalau dia berkenan, besok tepat tanggal merah, Gadis bisa datang ke alamat yang ditentukan setelah sebelumnya menghubungi kontak yang tertera di lembaran itu.

 “Apa aku harus menikah dengan duda itu? Huh, tapi kan aku masih perawan sih!”

***

Dukung Gadis, please!!

Tambah ke favorit dan jangan lupa review, okay!!

Follow me @rinrinirosyida, call me BuCil

Hanya Satu Bulan

Gadis berada di ruangan pak Nuh, dia pimpinan utama perusahaan ini, usianya yang sudah senja tak membuatnya patah semangat dan tetap aktif diberbagai urusan perusahaan dan lainnya.

 Ini, seperti ini mengurusi nasib pernikahan para cucunya, ada tiga pemuda yang dikatakan bos muda kantor Mukti Group, salah satunya akan dinikahkan dengan Gadis.

 Dia, yang paling pojok dan yang paling muda, usianya terpaut empat tahun di bawah Gadis, hanya karena tubuhnya besar dan tinggi, lalu dia memakai setelah kemeja kerja, itu saja membuatnya tampak dewasa, wajahnya masih bocah, mana duda lagi.

 “Jadi, kamu sudah setuju menikah dengan cucu saya?” tanya pak Nuh sambil tersenyum.

 Tidak, sebenarnya jawaban itu jelas tidak, tapi dia butuh, dan orang kecil selalu kalah dalam urusan uang.

 Gadis mengangguk, dia melihat wajah senang di sana, bocah duda itu, maksudnya bos muda yang akan menikah dengannya asik senyum-senyum sambil melihatnya. Gadis yakin pemuda itu gila sampai menikah dan diceraikan istrinya hanya dalam waktu dua bulan menikah, hati Gadis yakin dia akan bernasib sama, tidak lama dia menjadi janda.

 “Gadis, selamat ya, semoga kamu bisa menjadi pasangan yang betah dan tahan banting dengan Andra. Dia sedikit menyebalkan, tapi walau begitu dia pekerja keras, semangat!” ujar bos muda tingkat kedua, yang ada di tengah, namanya pak Gana.

 Semangat kepalamu!

 Gadis hanya tersenyum setelah mengutuk pria itu dalam hati, satu lagi dari tingkat yang pertama, wajahnya yang paling serius karena mungkin dia punya tanggung jawab yang besar di Mukti Group ini, dia bernama pak Hikam.

 “Semoga kalian selalu bahagia,” ujarnya sambil menepuk lengan Gadis pelan.

 “Heh!” suara lantang itu membuat Gadis dan pak Hikam terkejut. “Jangan sentuh dia, mau mati ya!” 

 Bedebah satu ini, dasar!

 Belum-belum Gadis sudah dibuat kesal dengan duda itu, maksudnya calon suaminya, pria yang akan dia nikahi karena lamaran mendadak pimpinan utama perusahaan ini dan dia butuh semua isi perjanjian itu, sial.

 Pak Hikam bergeleng sambil berlalu, meninggalkan ruangan itu yang hanya tersisa tiga orang saja. Gadis bersama pak Nuh dan duda itu, pak Andra biasa dia memanggil.

 “Andra, jangan bersikap begitu, kamu bisa membuat Gadis takut!” pak Nuh mengingatkan cucunya. “Gadis, kemarilah, kalian perlu berkenalan dekat, bukan?”

 Gadis masih mengunci kedua kakinya, dia butuh isi perjanjian dan jaminan itu, tapi melihat wajah Andra membuat dia mau berlari ke luar saja, menyebalkan sekali menjadi manusia di muka bumi ini, di wajah Andra sama sekali tak ada penyesalan atau mungkin trauma karena ditinggalkan sang mantan istri, dia seperti tidak punya beban saja.

 Keduanya duduk berhadapan, pak Nuh tentu saja ada di samping Andra, dia melihat ketertarikan dari Andra pada Gadis, dia rasa tidak salah membawa Gadis dan memilihnya.

 “Kalian punya waktu satu bulan untuk berkenalan sebelum menikah,” ujar pak Nuh tanpa dosa.

 “Apa?!” Gadis berdiri, tapi dia segera duduk begitu sadar. “Maaf.”

 “Ahahahahahah,” tawa meledak dari Andra. “Aku suka dia, Kek. Kenapa harus satu bulan, nikahkan saja aku dengannya hari ini, bisa kan?”

 Heh, bedebah sialan!

 Pak Nuh lihat kedua tangan Gadis terkepal, tapi begitu indahnya wajah Gadis yang berusaha tak menunjukkan emosi sama sekali, bahkan masih ada tarikan senyuman di wajah itu. Gadis menunduk ketika tahu pak Nuh mengawasinya, dia harus ingat sesak yang bapaknya rasakan.

 “Mulai hari ini, kalian boleh bertukar kabar. Andra, jangan sampai membuat Gadis sebal padamu, mengerti!” pak Nuh tepuk bahu Andra, pemuda itu mengangguk, pemuda yang jadi duda. “Baiklah, berikan nomor hapemu ke Gadis, biar dia bisa membalas pesanmu nanti, jangan sampai dia tidak membalas hanya karena nomormu tidak dikenal, ayo!”

 “Helen,” panggil Andra, panggilan yang biasanya hanya Gadis berikan pada kekasihnya, itu pun kekasih pertama, yang lain tidak ada yang mau memanggilnya begitu. “Helena kan namamu?” ulangnya.

 “Iy-iya, Pak.”

 Pak Nuh terkejut, dia lantas berbicara, “Panggil dia namanya saja, Andra, panggil itu saja!”

 Gadis mengangguk, “Iya, Andra?” aku pasti sudah gila, yakin.

 Andra tertawa lagi, dia tengadahkan satu tangannya ke depan Gadis, meminta ponsel Gadis agar dia bisa menuliskan nomornya di sana.

 Bruk!

 Gadis menarik napas dalam-dalam dan panjang, ini gila dan gila, dia harus menerima pernikahan mendadak bersama bos muda duda itu, ditambah lagi dia tak mempunyai waktu untuk sekadar bersiap, mereka juga yang akan berjalan ke pengurus setempat untuk mengatur surat-surat pernikahan dirinya dan Andra.

 “Kenapa bukan pak Hikam atau pak Gana saja, mereka kan jauh lebih tua dan sudah dewasa, mereka lebih siap menikah dibandingkan pak Andra, iya kan?” Sifa berspekulasi sendiri. “Dia memanggilmu Helle?”

 “Iyaaaaaaa ... ya ampun, aku mau mati saja kalau begini, apa tidak ada racun di kantor ini, hah?” frustrasi.

 Rena tarik tangan Gadis, dia goyangkan dan membuat Gadis duduk lebih tegak dari sebelumnya.

 “Jangan gila mau bunuh diri, apa kamu tidak sayang mereka yang ada di rumah, Sandro masih butuh kamu untuk sekolahnya, belum lagi mimpinya kuliah, hiduplah sebentar lagi!” ujar Rena.

 “Lalu, setelah itu baru aku mati apa?” Gadis merengek. “Kalian tidak tahu wajahnya tadi, bocah yang sudah jadi duda itu, dia senyum-senyum padaku dan berkata pada pak Nuh-“ dia menirukan gaya Andra tadi. “Aku suka dia, Kek!”

 Brak!

 “Dia itu gila, aku bersumpah dia gila!” Gadis menjatuhkan kepalanya lagi ke meja, angkat tangan. “Selama ini aku menyembah banyak lelaki dan mereka selalu meninggalkan aku, baru ini langsung mengaku suka, dia pasti kebanyakan obat dari efek depresinya bercerai itu, iya tidak?” Gadis menerka-nerka.

 Hanya satu bulan waktu yang pak Nuh berikan kepadanya, mempersiapkan pernikahan dan juga mengenal siapa Andra, setiap hari dia harus bersama Andra dan menuruti apa saja yang Andra mau. Gadis pejamkan matanya, dia bahkan sudah menyerah sebelum memulai semua ini.

 Satu pesan masuk ke ponselnya, hari ini dia harus pulang lebih cepat, Sandro memberikan dia kabar kalau baru saja tertabrak sepeda motor dan bapak syok mendengarnya, keduanya sedang ada di rumah sakit bersamaan.

 “Saya izin pulang cepat ya, Pak!” dia memohon pada atasannya.

 Pak Herlambang berdecak, “Heh, Dis. Sana minta izin sama pak Andra, kamu kan sudah disebarkan bakal satu bulan lagi menikah sama dia, jadi ibu negara di perusahaan ini, sana!” malah mengusir.

 “Saya izin ke pak Andra?” Gadis menganga.

 Pak Herlambang mengangguk, “Kalau dia setuju, sudah pergi sana, kalau dia melarang kamu, ya nikmati saja tidur di kantor ini, Dis!”

 “Aaarrrrghhhh, Bapak!”

Menantu Idaman

Ibu sudah menangis di ruang tunggu UGD, anak dan suaminya sedang berada di dalam sana, mereka menunggu penanganan berikutnya sambil menunggu kehadiran Gadis sebagai penjamin di sini. Ada tunggakan di iuran asuransi mereka hingga tak bisa mendapatkan penanganan berikutnya, terlebih lagi bapak sepertinya harus opname dengan sederetan pemeriksaan, bom waktu seakan meledak di sini.

 “Ibu!” Gadis berseru sambil berlari mendekat.

 “Dis, Nak ... Sandro sama bapakmu, Dis, mereka-“ ibu sudah tak bisa menjelaskan karena panik sedari tadi.

 Namun, tangisnya berhenti saat dia melihat bersama siapa Gadis datang hari ini, putrinya tidak sendiri, dia bersama seorang pemuda yang berpakaian begitu formal dan tampan, bahkan sudah memberikan senyuman ramah padanya.

 “Dis, ini-“

 “Perkenalkan, saya calon menantu Anda, Nyonya. Nama saya Andra,” ujar Andra dengan penuh percaya diri.

 Calon menantu? Hih, ingin Gadis jitak saja kepalanya, beruntung dia lebih pendek dari Andra.

 Mata ibu sontak berbinar, sesuai dengan foto yang dia lihat kemarin dari Gadis, ini yang dinamakan foto itu pembohong sejati karena yang dia lihat jauh lebih sempurna dari gambar cetakan itu, Andra begitu sempurna di mata ibu, terlebih lagi kesan pertama di senyuman Andra sudah membuat bunga di hatinya bermekaran.

 “Kamu tunggu Ibu di sini saja, aku yang akan mengurus administrasinya!” ujar Andra.

 Gadis mengangguk, dia harus ingat isi perjanjian yang diberikan pak Nuh sebelum persetujuan itu ada, semua akan dijamin termasuk apa saja yang terjadi pada keluarga Gadis, kondisi bapak dan sekolah adiknya, bahkan kedamaian keluarganya.

 Gadis peluk ibunya, dia hanya memandang punggung tegap Andra yang tak gentar menemui deretan petugas rumah sakit itu, dari satu bilik ke bilik lainnya. Gadis hanya tahu setelah Andra selesai, adik dan bapaknya dibawa ke ruangan lain untuk perawatan selanjutnya.

 “Kamu mau minum?” tawar Gadis, dia lihat bibir Andra kering dan dia berkeringat. “Aku belikan di sana kalau kamu mau, bagaimana?”

 “Duduk sini!” Andra minta Gadis duduk di sebelahnya.

 Gadis menurut, dia duduk tepat di samping Andra, anggap saja ini untuk membayar apa yang sudah Andra lakukan pada adik dan bapaknya hingga bisa dirawat dengan cepat.

 “Heh!” 

 Andra mendadak menjatuhkan kepalanya di bahu Gadis, kedua tangannya bahkan melingkar di lengan kiri Gadis, seperti anak yang manja pada ibunya.

 Tapi, kan aku bukan ibumu!

 Lagi-lagi Gadis tidak nyaman diperlakukan seperti ini oleh Andra, pria ini misterius sekali, hanya sekali pandang dan pilih langsung mengungkapkan isi hati, lalu ingin menikah cepat dengannya.

 Jangan-jangan, aku menikah dengan calon orang gila ini!

 “Nanti ikut aku beli minyak wangi, Helen!”

 Apa! Apa aku bau?

 “Aku punya di rumah, bau ya, hah? Sudah sana!” menyingkir kalau perlu, kenapa jadi seperti merawat bayi. Gadis.

 “Aku itu bos-mu, Helen. Jangan membantah, mau aku-“

 “Iya, aku ikut beli minyak wangi nanti, janji!” potong Gadis, bisa gawat kalau jaminan adik dan bapaknya dicabut mendadak, bisa apa dia. “Katanya bau, sana, jangan nempel begini!”

 “Siapa yang bilang bau, kan kamu sendiri!” balas Andra, dia kembali menjatuhkan kepalanya di bahu Gadis.

 Ibu dan Sandro yang sudah sadar itu dengan wajah isengnya, cekikikan di balik tirai, mereka sengaja mengintip aksi Gadis dan Andra, selama ini tidak pernah ibu melihat ada pemuda yang begitu dekat dengan Gadis, menyapanya saja tidak begitu tahu Gadis hanya anak dari orang biasa dan punya banyak tanggungan.

 Dari ekspresi ibu dan Sandro, bapak yang juga baru sadar itu mengulas senyum, dia minta ibu memanggil keduanya ke sini, bapak ingin menyampaikan terima kasih dan menyambut kedatangan Andra di keluarga ini.

 Sama seperti tadi, Andra berikan senyuman ramah dan hangat pada Sandro dan bapak, wajah bapak sontak berbinar seperti orang yang sehat sempurna, pucatnya hilang begitu berkenalan dengan Andra.

 “Kenapa Bapak tidak bertanya soal alasan dia bercerai dari mantan istrinya itu, hem? Kan, itu bisa jadi bahan pertimbangan Bapak nerima dia jadi mantu idaman?” Gadis mengitrogasi bapak selagi Andra ikut ibu ke kantin membeli makanan.

 Bapak tersenyum, dengan suara lembutnya dia menjawab, “Orang itu kelihatan dari matanya, dia tulus atau tidak kalau lagi senyum ke kita. Bapak lihat nak Andra sangat tulus, dia tidak memandang Bapak ini sebelah mata, kalau kamu sudah kenal baik sama dia, nanti kamu bakal tahu sendiri kenapa dia sampai berpisah sama mantan istrinya, padahal masih dua bulan. Tidak semua orang yang berpisah itu buruk, Dis. Dan tidak semua perpisahan itu laki-lakinya yang salah!”

 “Bapak yakin banget sih, baru juga sekali ketemu!” Gadis masih bertahan dengan penilaiannya.

 “Idaman, dia itu mantu idaman, Dis.” Bapak memuji sekali lagi.

 Gadis membuang muka pada Sandro, dengan senangnya dan kompak, adiknya itu ikut mengiyakan penilaian bapak, terlebih lagi dengan ringannya tadi Andra meminjamkan ponsel mahalnya pada Sandro, tidak takut rusak atau terbajak lagi, ponsel seperti peyek ikan teri saja.

 Kira-kira, kenapa dia berpisah dari mantan istrinya ya?

 Pertanyaan itu masih berputar di benak Gadis, dia akui Andra itu menyebalkan sekali pandang, tapi tadi saat Andra meletakkan kepala di bahunya, seberkas rasa iba mendadak muncul di hati Gadis, walau dia belum tahu pasti kenapa.

 “Loh, ahahahahah ... Nak Andra jangan repot-repot begitu, Ibu jadi tidak enak kalau begini, baru ketemu Nak Andra sudah dibuat repot, mana beli buah dan kue banyak, nanti Ibu bilang ke Gadis buat ganti rugi ke kamu ya!” ibu malu-malu memberikan beberapa kantong makanan ke tangan Andra.

 “Ibu tenang saja, kalau perlu bisa menghubungi saya kapanpun itu, saya akan datang, hitung-hitung latihan jadi menantunya Ibu kan ya, ahahahah ....”

 Plak!

 Tangan ibu selalu ringan kalau sudah gemas, entah berapa kali sudah dia memukul bahu dan lengan Andra.

 “Kamu itu memang menantu idaman!” ibu berganti mengusap lengan Andra.

 Andra tersenyum sambil bergeleng-geleng, dia bawakan banyak kantong makanan itu sambil melirik tajam orang-orang yang berjalan asal endak menabrak calon ibu mertuanya itu.

 Heh, ini apa?

 Gadis melongo melihat hasil jalan sehat ibu dan Andra ke kantin tadi, dia tarik Andra ke luar ruang inap, berkacak pinggang dan siap memaki Andra.

 “Aku tidak tahu apa alasanmu dan ancamanmu itu, soal perjanjian pak Nuh. Tapi, kalau hanya untuk sementara saja dan uji coba, tolong ... aku minta jangan terlalu dekat dengan mereka!” Gadis takut itu hanya harapan sebelum dia jadi janda terbuang. “Aku mungkin bisa bertahan saat bom waktu itu meledak, tapi mereka tidak,” imbuhnya getir.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!