NovelToon NovelToon

I Love You, My Secretary

bab 01

cerita ini adalah karya pertama aku, jika terdapat kesalahan dalam penulisan mohon di maklum dan bisa di sampaikan di kolom komentar...

salam kenal dari Ranucha...

happy reading...

...----------------...

Brakk

"Kamu bisa kerja tidak hah!!!"

Aku terperanjat kaget mendengar gebrakan mejanya. Hampir saja jantung ku melompat keluar saking kagetnya.

Belum cukup mengejutkan ku dengan sebuah gebrakan, atasan berperut buncit dan kepala plontos ini membentak ku. Dia pikir apa? tentu saja aku bisa bekerja sembarangan saja merendahkan ku seperti itu.

Aku kan hanya melakukan sedikit kesalahan. Entah kenapa pak tua ini heboh sekali seolah perusahaan ini baru saja roboh.

"Kamu dengar saya tidak?!!!" Bentaknya lagi karena aku hanya terdiam. Bukan tidak mendengar sih nanti kalau aku menjawab emosinya akan tersulut lagi jadi lebih baik membiarkannya menumpahkan segala emosi dulu kan?.

"Ah bapak Maaf kan saya, tapi saya tidak salah. Ada yang mensabotase komputer saya" jelas ku.

"Berani kamu bilang bukan salah mu? Ini apa hah?!!!"

Brak

Tuh kan ngamuk lagi.

Lagi lagi pak tua ini membentak ku dia juga melemparkan berkas ke muka ku. Huft.

Ini terjadi karena data yang akan di gunakan untuk meeting terdapat kesalahan penulisan hingga membuat perusahan rugi. Padahal aku selalu mengecek tiap angka dan huruf yang ada di data entah kenapa lagi-lagi aku melakukan kesalahan.

Ini bukanlah kesalahan ku yang pertama. pertama kali aku berkerja di sini, aku sudah melakukan kesalahan yang membuat perusahan merugi. Belum cukup sampai di situ, aku juga terlibat perkelahian dengan salah satu karyawan di sini. Dia menjengkelkan selalu menyindir ku dengan ucapan-ucapan yang pedas jadi apa mau di kata aku tidak bisa menahan diri waktu itu alhasil kami mendapat surat peringatan lagi.

Dan kali ini aku rasa aku tidak akan baik-baik saja.

"Kamu saya pecat!!!" Bagai tersambar petir di siang bolong, kata yang paling aku takutkan akhirnya terucap juga. Ini buruk!.

"Kamu saya pecat tanpa pesangon apalagi gaji. Itu untuk menutup kerugian yang sering kamu lakukan"

"Tidak!!! Jangan gaji pak, saya mohon!"

"Heh!!! Masih untung ini semua saya tidak bawa ke jalur hukum. Masih berharap punya gaji kamu?"

Pada akhirnya aku keluar tanpa pesangon sepeserpun. Menyebalkan sekali padahal 2 Minggu ini aku selalu lembur tapi bau upah lembur nya pun tidak bisa tercium. Huaaaa... aku harus mencari pekerjaan baru.

"Tidak ada gaji? ....kalau begitu berilah saya 200 ribu pak, setidaknya untuk ongkos pulang" ujar ku sebelum menarik handel pintu. Aku sudah tidak bekerja di sini jadi sedikit meledek pak tua yang satu ini tak masalah kan?

"Tidak ada!! Keluar sekarang juga!!!" Bentaknya lagi. Suka sekali teriak-teriak.

"Iya pak iya, jangan marah-marah Mulu Napa pak. Kejang-kejang di sini bisa bahaya nanti kalau se-"

Brak

Segera ku tutup pintu saat melihat mukanya sudah memerah dan matanya sudah melotot seperti mau keluar dari tempatnya. Masih ku dengar teriakannya dari luar aku hanya terkekeh. Yah, anggap saja itu hiburan karena pemecatan tak berperasaan ini.

Sampai di luar aku melihat banyak karyawan yang melihat ku dengan tatapan sinis, ada juga yang tersenyum mengejek. Ku tatap satu persatu wajah yang terlihat senang atas pemecatan ini.

Pasti salah satu di antara mereka ada yang menjahili ku. Ku rasa ini gedung perkantoran untuk bekerja, tapi yang di rasa selama di sini justru kejahilan-kejahilan mereka. Aku seperti sedang ospek. Huft.

Awas aja! Aku tandai muka mereka satu persatu. Menyebalkan!!

Aku mengemasi barang-barang, kemudian gegas pergi kembali ke kost ku. Apa yang akan aku lakukan sekarang? Hari masih siang tapi aku sudah berada di kost an.

Ouh!! aku hampir lupa.. namaku Anastasya Putri.. sekertaris manager. Tapi itu beberapa saat yang lalu, sekarang aku pengangguran. Usia ku 25 tahun, tapi aku baru mulai bekerja 2 bulan yang lalu.

Tiba di sebuah gedung kecil yang hanya berlantai 3. Ini adalah gedung kost an yang aku sewa untuk 6 bulan kedepan. Untungnya meski aku sekarang pengangguran aku masih memiliki tempat tinggal setidaknya sampai 4 bulan kedepan.

Gedung kost ini memiliki 5 kamar di tiap lantainya. Kamar mandi kami pakai bersama, karena hanya ada 2 di tiap lantainya.

Selain itu, kami juga di fasilitasi dapur dan tempat menjemur pakaian yang juga kami pakai bersama. Namun di lantai 3 tempat kamar ku berada, tidak ada kompor di dapur jadi tidak bisa menggunakan tempat itu.

Kamar ku berada di ujung dekat balkon, ruangan nya tidak terlalu besar. Hanya muat beberapa perabotan saja. Aku sudah mengisinya dengan lemari plastik, tv, kasur kecil yang hanya muat untuk satu orang, ada meja kecil juga untuk membantu pekerjaan jika harus ku bawa pulang.

Ya, seperti ini lah kehidupan di rantau. Walau semua serba pas-pasan, namun aku sangat menikmatinya.

Ku hempaskan tubuh ini di atas kasur. Mulai membuka ponsel mencari aplikasi tentang info kerja.

Beberapa alamatnya sudah ku kantongi. Besok aku akan ke sana memberikan surat lamaran ku.

Kruyukkkkk

Saat sedang sibuk menscrol aplikasi, perut ku tiba-tiba saja ribut. Ah aku lupa mengisi perut. Saking asyiknya menonton film. Saat pandangan terarah pada jendela ternyata langit sudah menunjukan semburat warna jingga menandakan jika hari sudah sore. Pantas saja cacing di perut ku demo.

.

.

.

Tiba di indoapril setelah sebelumnya mengisi perut di warteg, aku memasukan beberapa cemilan dan minuman kemasan pada keranjang yang ku pegang. Aku adalah perempuan yang suka sekali cemilan, karena itu aku selalu menyetok banyak makanan ringan di kamar. Karena hal ini lah pengeluaran ku juga termasuk boros. Mau bagaimana lagi, kebiasaan buruk yang satu ini susah di rubah atau sebenarnya aku yang enggan berubah. Entahlah!

Ku buka pintu lemari pendingin tempat berbagai jenis minuman kemasan bertengger.

Aku memilih beberapa di antaranya yang menurut kantong ku murah. Maklum anak kost, pengangguran lagi. Hadeuh...

Saat-saat seperti ini lah yang aku suka. Di tempat ini aku biasa berlama-lama untuk menghilangkan panas karena cuaca dari luar. Bahkan hanya untuk membeli sebotol air minum aku bisa menghabiskan waktu lebih dari setengah jam.

"Keripik, susu, kopi, buah, roti, minuman, hmmm sip sudah komplit saatnya bay-"

Bruk

Prang...

"TIDAK!!!" Pekik ku menatap nanar belanjaan yang berhamburan terutama cairan yang sudah membanjir.

Reflek ku usap satu persatu belanjaan yang tercecer. Karena asik menunduk aku tidak menyadari jika ada punggung seseorang di depan ku. Jadilah insiden ini terjadi.

Ku lihat beberapa pembeli memperhatikan aku, namun tidak ada yang mendekat sekedar menanyakan keadaan ku.

"Lo punya mata ngga??!!"sebuah suara menggema menarik perhatian para pembeli lagi, termasuk aku.

Hampir saja aku tidak menyadari ada orang yang berdiri di hadapan ku saking sibuknya dengan belanjaan ku.

Ku dongakkan kepala ku menatapnya tajam siap mengajak nya adu mulut. Walau aku tau aku salah, tapi jelas aku tidak mau di salahkan. Setidaknya dia tidak boleh membentak ku sembarangan seperti ini apalagi di tempat umum.

Namun, ketika pandangan kami bertemu..

Deg .

Tiba-tiba Jantungku... Jantungku kenapa berdetak begitu cepat? Sangat terasa hingga mampu menggetarkan dadaku.

Seketika kemarahan yang hendak ku tunjukan padanya lenyap begitu saja. Ada apa dengan ku? Kenapa badan ku jadi kaku seperti ini?

Aku memang belum pernah merasakan pacaran, tapi sama sekali tidak ada rasa canggung berdekatan dengan kaum Adam. Tapi dengan pria ini? Di pandangan pertama aku sudah benar-benar tidak bisa berkutik. Apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?.

Dia begitu rupawan, aku bahkan kehabisan kata-kata menggambar kan wajahnya. Matanya yang tajam dan terkesan dingin, alisnya tegas, hidung mancungnya, bibirnya yang penuh... Ah bibir itu pasti merdu jika menyebut namaku.

Badannya tinggi proporsional apalagi dada bidangnya. Walaupun tertutup tapi aku yakin di balik itu ada roti sobeknya.

Pandanganku menilik dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. Ku lakukan hal itu berulang, sempurna!!. Dia ciptaan Tuhan yang teramat indah.

"Heh!!!" Sentaknya mengejutkan khyalan aneh yang baru saja hendak ku bangun.

"Apa liat-liat?!! Tidak sopan!" Ujarnya ketus. Uh suaranya sexy sekali.

Aku kembali terpana pada wajahnya, lebih tepatnya pada tatapan matanya. Sama sekali tidak menghiraukan ucapan nya.

"Aduh... Aduh... Mataku..." Pekikku sambil memegang sebelah mata.

"Aduh mataku.. mataku sepertinya ada masalah!" Lanjutku.

"Apa? Kenapa?" Ah dia panik juga ternyata, padahal tadi marah-marah.

"Mataku sepertinya bermasalah, soalnya waktu liat kamu tiba-tiba aku meyakini kalau kamu adalah jodoh ku" ujar ku seraya tersenyum manis sambil memberikannya finger heart.

Dia yang tadi panik tiba-tiba terpaku mendengar rayuan ku. Ah! aku sama sekali tidak bisa mengontrol ucapan ku jadi malu kan sekarang. Aneh! aku yang menggombal aku juga yang malu. Hahahah

Harus nya aku tidak seagresif itu langsung menunjukan ketertarikan ku. Basa basi menanyakan nama dulu mungkin, tapi yang ada di otak ku justru hal aneh seperti itu.

"Dasar sinting!" kecamnya dia berlalu begitu saja tak lagi memperdulikan ku atau sekedar mengganti rugi makanan ku yang rusak.

Dasar aneh, jelas dia langsung mengataiku seperti itu, memang aku yang terlihat begitu...

Hahahaha

.

.

.

Bersambung....

...----------------...

Bantu Like dan komen karya Ranucha ini yah readers biar aku nya semangat ngetik...

**jangan lupa rate bintang 5 nya yah...

😉😉😉**

Bab 02

**jangan lupa kasih Ranucha dukungan dengan cara, like komen dan Rate 5 yah...

Happy Reading**...

...----------------...

Hari ini setelah hampir satu bulan keluar masuk gedung perkantoran, akhirnya ada satu perusahaan yang menghubungiku. Ah senangnya posisinya pun sama dengan yang terakhir, sekertaris. Jika yang kemarin aku hanya sekertaris Manager, kali ini aku menempati posisi sekertaris General Manager.

Pagi ini aku sangat bersemangat, setelah bersiap aku kemudian membuka ponsel untuk memesan ojek.

Semoga hari ini adalah hari baik ku!.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya kendaraan yang ku pesan sampai juga. Aku pun mengkonfirmasi alamat yang akan di tuju. Motor melaju membelah keramaian jalanan ibu kota di pagi hari.

Saat di atas kendaran roda dua ini entah kenapa ingatan ku tiba-tiba tertuju pada kenangan hari itu. Hari di mana aku di pecat dengan tidak hormat. Sampai sekarang aku masih meyakini kalau ada seseorang di balik ini. Entah karena alasan apa, beberapa di antara mereka tidak menyukaiku.

Bahkan selama bekerja di sana aku tidak memiliki satu teman pun. Rasanya seperti di asingkan.

"Hey kalian yang kemarin suka sekali membully ku lihat lah aku mendapatkan posisi yang lebih baik dari pada di tempat itu gajinya pun jauh di atas perusahaan tempat kalian bekerja!!. Buahahahaha"

Aku bermonolog di dalam hati dan tertawa jahat. Jika ada orang yang melihat ku mungkin mereka akan mengira aku gila, karena senyum-senyum sendiri. Untungnya, saat ini aku sedang di bonceng tukang ojek jadi tidak ada yang tau dengan ekspresi yang ku buat.

Aku bertekad untuk kali ini aku tidak akan ceroboh. Aku harus hati-hati, orang-orang di dalam gedung itu ternyata tidak seramah kelihatannya jadi aku harus benar-benar waspada. Tidak ingin kejadian kemarin terulang, itu sungguh memalukan dan juga mengenaskan.

Apalagi perusahaan kali ini termasuk perusahaan terbesar di negara ini. Herold Grup namanya, sebuah perusahaan yang bergerak di beberapa bidang salah satunya ada di fashion. Baru-baru ini Herold Grup juga sudah merambah di sektor transportasi baik darat, laut maupun udara. Betapa hebatnya orang yang berhasil mendirikan perusahaan besar itu.

Aku menatap kagum bangunan kokoh yang menjulang tinggi. Apa ini adalah tempat kerja ku yang baru? Menakjubkan!.

Gedung yang ku taksir 20 lantai ini akan menjadi saksi perjalanan ku berikutnya. Dari sini semoga aku bisa mewujudkan cita-cita yang selama ini ingin sekali ku gapai.

Setelah membayar jasa ojek, aku melangkah dengan senyum sumringah memasuki gedung ini.

Di bagian dalam ternyata tak kalah menakjubkan. Desain yang modern dan juga tempatnya sangat luas. Di lantai satu ada beberapa ruang yang di sekat oleh kaca entah ruangan apa, tidak ada petunjuknya.

Ku langkahkan kaki menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruangan Kepala HRD. Aku harus melapor dulu sebelum mulai bekerja.

Saat sedang menanyakan maksud ku, resepsionis ini tiba-tiba membungkukkan badannya menyapa seseorang di belakang ku yang ia panggil tuan. Tentu saja aku langsung berbalik untuk melihat siapa yang di sapanya.

Betapa terkejutnya aku, ketika pandangan menangkap sosok pria gagah dengan memakai stelan jas berwarna hitam dan kemeja biru muda di dalamnya.

Laki-laki itu yang waktu itu tak sengaja ku tabrak ketika di indoapril. Tidak salah lagi itu memang dia, aku ingat betul seperti apa kontur wajahnya. Karena, beberapa hari aku tidak bisa menghapus bayangan kejadian waktu itu.

"Dia siapa mba?" Tanya ku pada resepsionis yang masih terpesona meskipun laki-laki tadi sudah pergi lumayan jauh.

Dia terkesiap mendapatkan pertanyaan dari ku. Sudah jelas sih dia sedang melamun.

"Eh, itu.. sungguh kamu tidak tahu? Dia tuan Abidzar. Abidzar Akhriz Herold. pemilik perusahaan ini. Tuan juga sudah sering keluar masuk pemberitaan Tv karena di usia yang masih muda, beliau mampu mengembangkan perusahaan sedemikian pesat. Pun wajah nya yang tampan membuat banyak majalah bisnis sering memasang berita tentangnya." Terangnya panjang lebar.

Oh jadi dia pemilik perusahaan ini, artinya aku akan sering bertemu dengannya. Ah senangnya, kalau kaya gini sih di jamin bakalan sangat betah kerja di sini. Tiap hari bakal di suguhkan pemandangan yang menyejukkan mata seperti itu.

Jodoh memang tidak akan kemana!.

Aku ingin sekali mengejarnya untuk sekedar mendengar suaranya. Tapi Tuan Abi sudah lebih dulu masuk ke dalam lift bersama satu pria yang mengikuti nya di belakang. Kurasa itu asistennya.

Ya sudahlah, lain kali saja kan masih banyak hari yang lain. Sekarang aku harus bergegas pergi ke lantai 12. Menurut resepsionis cantik tadi, ruangan yang aku tuju ada di lantai tersebut.

Seperti dugaan ku gedung ini memang memiliki 20 lantai.

Ting

Pintu lift terbuka mengantarkan ku pada lantai yang banyak berjejer ruangan-ruangan tertutup namun beberapa nya ada juga yang di sekat kaca sama seperti yang ada di bawah tadi.

Ternyata di sini ada beberapa Divisi, salah satu yang tertangkap Indra pengelihatan ku adalah Divisi Desain Produk. Karena perusahaan ini pun membuat beberapa kebutuhan pokok masyarakat.

Ruangan kepala HRD ada di sebelah Divisi pemasaran. Langsung saja ku ketuk pintu, setelah di persilahkan masuk aku pun menarik handel pintu ini dan melangkah dengan pasti walau sedikit gugup.

Dari mejanya aku tahu namanya adalah Pandu. Belum terlalu tua, namun cukup matang. Mungkin baru memiliki 1 orang anak atau justru belum berkeluarga. Entah lah aku tidak ingin tahu.

Aku pun mengatakan maksud kedatangan ku dan dengan senang hati ia mengantarkan ku ke ruangan GM, sebagai atasan ku.

Ternyata ruangan GM ada di lantai 14 bersama beberapa ruangan yang lain. Entah lah aku tidak begitu memperhatikan.

Pak Pandu membuka pintu setelah sebelumnya sudah mendapat izin dari dalam ruangan itu.

Tiba di dalam aku melihat ruangan yang cukup luas. tidak banyak di isi barang sehingga ruangan ini tidak terlalu sesak. Cukup nyaman. ada sofa dan juga meja, rak-rak buku dan sepasang kursi kerja yang sedang di duduki oleh seorang pria yang menurutku cukup tampan lah. Atasan ku mulai dari sekarang. Di atas mejanya ada setumpuk berkas dan juga komputer.

"Selamat pagi pak, ini Tasya sekertaris bapak yang baru" pak Pandu memperkenalkan ku. Aku pun membungkukkan sedikit badan ku sembari tersenyum manis.

"Selamat pagi, pak"

Cukup lama dia memandangiku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Jujur aku sedikit gugup kalau dia ini atasan ca**l seperti yang ku dengar dari orang-orang bagaimana?.

"HM.. terimakasih pak Pandu. Maaf merepotkan" ujarnya ramah.

Setelah cukup puas memandangi ku seperti itu akhirnya dia membuka suara juga.

Suaranya terdengar merdu di telinga ku, tapi serasa tidak asing. Aku seperti pernah mendengar suara seperti ini tapi di mana ya? Aku lupa.

Setelah pak Pandu undur diri. Kini, tinggal kami berdua. Atasan ku ini bernama Zayn tertulis di mejanya, Zayn Pranata.

"Anastasya Putri?" Ujarnya.

"Iya, pak"

"Selamat bergabung di perusahaan kami, semoga anda betah dan bekerjalah dengan sungguh-sungguh, karena kami tidak membutuhkan karyawan yang tidak bisa serius." ujar nya terdengar ramah namun penuh penekanan.

Tentu saja aku pasti akan sungguh-sungguh, karena mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang itu sangat susah. Bisa di terima di perusahan besar seperti ini tentu aku akan bekerja dengan giat.

Sejauh ini meskipun kami hanya berdua tapi ia tidak menunjukan tanda-tanda yang aneh. Ia bersikap biasa selayaknya atasan. Ku rasa fikiran ku terlalu jauh!

"Terimakasih, pak"

"Baiklah, untuk sekarang saya minta data ulang jadwal saya hari ini"

"Segera laksanakan! kalau begitu saya permisi." Pamit ku undur diri.

Aku tidak perlu menanyakan dimana letak ruangan ku karena tadi sebelum masuk, pak Pandu sudah menunjukan nya.

Di ruangan ini masih nampak kosong ternyata hanya ada 4 buah kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Bentuk kursinya pun unik aku sangat menyukainya.

Selain itu, tentu saja ada meja kerja untuk ku dan komputer di atasnya. Segera ku kerjakan apa yang di perintahkan pak Zayn.

Kesan awal bertemu dengannya aku belum bisa menganalisa seperti apa sikapnya. Hanya saja aku merasa wajah itu, suara itu aku sungguh tidak asing. Tapi aku benar-benar lupa.

Aku adalah tipe manusia yang susah menghafal wajah dan juga arah jalan. Tapi pak bos pengecualian. Aku pun heran wajah nya serasa menari-nari di kepala ku.

Padahal sebelumnya butuh beberapa kali pertemuan supaya aku benar-benar bisa menghafal bentuk wajah seseorang.

Tok..tok..tok...

"Masuk" terdengar jawaban dari dalam ruangan yang ku ketuk.

"Pukul 10 nanti jadwal anda meeting dengan pak Frans di cafe x, pak" ujar ku melaporkan kegiatannya hari ini. Seperti yang ia minta.

"HM"

Sudah hanya itu saja? Seperti itu responnya? Hanya deheman yang keluar? Tidak bisa kah dia bilang terimakasih? Aneh sekali memang!

"Hanya itu?" Tanyanya

"Iya, pak"

"Lalu untuk apa kau masih ada di sini? Kembali bekerja!!" Ujarnya ketus.

Aku pun kembali tenggelam dalam kesibukan. Aku merindukan suasana seperti ini, sungguh. Sejak tadi senyum ku tak pernah surut. Aku sangat menikmatinya.

Tanpa terasa hari sudah siang, cacing di perut ku pun sudah berteriak meminta makan. Aku membereskan kertas yang berserakan di atas meja sebelum pergi makan siang.

Namun, saat kaki ini akan melangkah pintu ruangan ku di buka seseorang tanpa mengetuknya. Tentu saja aku terkejut.

Pak Zayn masuk dengan menenteng dua box makanan yang berlogo cafe tempat ia meeting tadi. Ku rasa ia membawa dari sana. Tapi maksudnya apa coba? Dia membawanya ke sini? Mengajak makan siang bersama kah?

Aku memicingkan mata curiga ke arahnya. Dia menyadari tatapan ku dan menghela nafasnya sebelum mengatakan maksud kedatangan nya.

"Duduklah" perintahnya. Padahal ini kan ruangan ku kenapa juga dia yang menyuruh ku duduk?

"Aku membungkus makanan tadi di sana. Karena aku sedang tidak ingin makan di luar, jadi ku bawa ke sini. Tapi ternyata makanan yang aku pesan sedang promo, Buy 1 get 1. Jadi ini untukmu!" ujarnya menjelaskan. Namun serasa tidak masuk akal, kenapa aku? Bukankah lebih enak jika makan di tempat? Kenapa harus repot-repot?

"Cepat makanlah. Jangan memandang ku seperti itu!. Aku tidak meletakan apa-apa dalam makanan mu!" Ujarnya ketus.

"Bapak yakin tak memberikan sesuatu pada makanan saya? Pelet mungkin? Supaya saya bisa jatuh cinta sama bapak?" Ujar ku. Dia meringis mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Kau pikir dirimu semenarik apa sampai saya harus repot-repot, memberi mu hal seperti itu?"

Iya juga sih, aku kan tidak cantik apa lagi menarik. Sepupu ku bilang body ku seperti penggaris. Tinggi tapi depan belakang rata

Pada akhirnya kami makan bersama, untuk pertama kalinya. Walau masih terasa aneh dengan sikap nya yang berubah menghangat, Tapi ya sudahlah ku nikmati saja makanan yang di berinya. Lumayan kan Ge... Ra.. tis...

.

.

.

Bersambung...

Bab 03

sebelum baca mohon dukung Ranucha dengan Like dan komen nya yh readers...

Hapoy reading all ❤🤗

...----------------...

Setelah segudang pekerjaan yang melelahkan di hari pertama, akhirnya aku bisa pulang juga. Huft melelahkan tapi aku menyukainya.

Keluar dari kantor aku membuka ponsel kemudian memesan ojek namun sebuah mobil hitam berhenti di depan ku. Aku mengernyit bingung, perasaan aku tidak pesan taksi online.

Kaca mobil terbuka menampakkan sosok lelaki yang sikap nya aneh hari ini. Dia menatap ku datar.

"Masuk," katanya dingin. Apa apaan sih dia ini, berbicara pada ku kah? Kalau iya seharusnya kan tidak seperti itu. Tentu siapa pun yang di ajak bersamanya dengan caranya seperti itu akan ketakutan duluan, dia ini aneh memang.

Aku sama sekali tidak bergeming, toh dia tidak jelas sedang mengajak ku atau siapa. Aku lebih memilih menunggu ojek pesanan ku.

"Kamu tuli ya? Cepat masuk!" Ujarnya ketus. Karena aku sama sekali tidak merespon.

"Bapak mengajak saya?"

"Ya iya lah, di sini ada orang lain selain kamu?" Fix sih dia ini memang aneh.

"Maaf tapi saya sudah pesan ojek, itu dia sampai," aku menunjuk sepeda motor yang di kendarai Abang berjaket hijau.

Setelah berpamitan padanya aku pun berjalan menuju kang ojek yang sudah menunggu. Namun belum juga aku menerima helm yang di sodorkannya padaku, helm tersebut lebih dulu di rebut oleh sebuah tangan.

"Maaf mas, dia saya yang akan antar. Sebagai kompensasi saya akan tetap bayar kerugian masnya." Tukas lelaki ini sambil menyodorkan kembali helm yang di beri kang ojek padaku kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dompetnya.

Baik aku dan juga kang ojeg sama-sama terperangah dengan apa yang di lakukan bos ku ini. Iya, dia adalah pak Zayn. Sejak tadi sikapnya sangat aneh, sulit di tebak. Apa dia salah minum obat? Atau kepalanya kepentok pintu?.

Pak Zayn menarik ku menuju mobilnya. Aku pun mengikuti nya tanpa memprotes.

Mobil melesat membelah jalanan yang padat. Karena bertepatan dengan jam pulang kantor tentu saja jalanan pasti macet. Aku merasa sangat mengantuk apalagi dari tadi pak Zayn sama sekali tidak mengajak ku berbicara sekedar menanyakan dimana aku tinggal. Dia fokus pada jalanan. Tak tahu kemana ia akan membawaku.

Aku tidak peduli, kalau dia macam-macam akan ku sleding kepalanya nanti. Walau begini aku lumayan bisa bermain bola jadi masalah sleding men sleding mah hal kecil.

.

.

.

Sayup-sayup aku merasakan usapan lembut di pipi, entah nyata atau tidak tapi rasanya nyaman. Perlahan ku buka mata ini yang sebelumnya tertutup rapat. Pemandangan yang pertama kali ku lihat adalah jalanan yang terhalang kaca walau masih buram tapi aku yakin apa yang ku lihat itu. Iya, ini masih di mobil. Tapi...

"Hah!!!" Sentak ku panik ketika kesadaran ku sudah kembali sepenuhnya.

Iya aku ingat tadi kan aku sedang di mobil bersama pak Zayn, berdua. Ku periksa pakaian yang melekat di badan. Takut sesuatu yang di pikirkan benar.

"Huft," aku menghembuskan nafas lega, pakaian ku masih lengkap artinya tidak ada yang terjadi. Tapi.. ini di mana, kok seperti kenalnya aku mengenal tempat ini?.

"Ngapain kamu rusuh begitu?" Sebuah suara yang terdengar dingin menyadarkan ku dari lamunan.

"Bapak?" Ujar ku berusaha menutupi rasa gugup ku.

"Aku tidak pernah merasa menikahi ibu mu, berhenti panggil aku bapak!" Ujarnya ketus. Apa salah ku? Dia kan memang atasan ku.

"Terus bapak mau saya panggil apa? Sayang?" Tanya ku melantur. Mungkin efek baru bangun tidur jadi masih belum sadar.

"Boleh!" di luar dugaan dia justru mengiyakan pertanyaan ku tanpa berfikir. Wow! mencengangkan aku sampai terperangah tak percaya. Apa dia benar menyukai ku? Soalnya dari tadi sikapnya aneh. Namun, kata katanya berikutnya menampik semua dugaan konyol ku.

"Boleh, kalau kamu mau saya pecat!" tukasnya.

"Turun!!! Mau sampai kapan kamu memelototi aku seperti itu? Mau di colok matamu itu ya?" Aku mengerjap mendengar suaranya. Saking syok nya sampai tak sadar kalau aku melotot ke arahnya. Benarkah?.

Akhirnya aku pun turun setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih. Ini kan tempat tinggal ku selama di sini, dari mana dia tau aku tinggal di sini? Apa dia seorang penguntit? Terserahlah dia kan memang aneh, ngapain juga aku pikirkan.

.

.

.

Keesokan harinya seperti hari kemarin, aku masih semangat menjalankan rutinitas ku di salah satu gedung pencakar langit. Ketika aku sampai hari masih cukup Pagi hanya ada beberapa karyawan yang tak sengaja berpapasan.

Aku menyapa mereka satu persatu, hingga tanpa sengaja netra ini menangkap sosok lelaki yang penting di perusahaan ini. Tuan Abi, ia baru saja tiba di dampingi asisten nya. Aku ingat, sejak kemarin belum sempat menyapanya.

Ku langkahkan kaki menghampirinya yang hendak menekan tombol lift khusus petinggi perusahaan.

"My jodoh!! Eh maksudnya Tuan bos!!" Pekik ku membuatnya berhenti dan menoleh. Bukan cuma dia yang kupanggil tapi juga orang-orang yang mendengar teriakan ku pun ikut menarik perhatian mereka. Aku tersenyum canggung membalas tatapan mata mereka.

"Tunggu, Tuan bos!"

"Selamat pagi" sapa ku ramah ketika sudah berhenti di depannya.

"apa?" Ujarnya datar. Dia ini sama dengan bos yang plin plan rupanya. Dingin.

"Tuan melupakan sesuatu, sebentar saya cari dulu," ujar ku sembari merogoh saku di baju dan celana ku. Kebetulan hari ini aku memakai celana.

Sudah ku periksa satu persatu saku di pakaian ku namun benda yang ku cari tak kunjung ku temukan.

"Mana ya?" Gumam ku sembari berfikir.

"Oh!!!" Aku ingat, benda itu aku simpan di tas.

Ku lihat Tuan Abi masih memperhatikan ku dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya. Melihat gayanya yang seperti itu sungguh membuat jiwa jomblo ku meronta.

Ku rogoh isi di dalam tas, dan akhirnya aku pun menemukannya.

"Mana?" Tanyanya tak sabar.

"Ini," aku menyodorkan jari telunjuk dan jempol yang ku tautkan membentuk love seperti yang sedang ngetren sekarang apa itu namanya? Finger love, yah kalau tak salah. Aku menujukan Finger love sembari tersenyum manis.

Ku lihat dia mengerutkan alisnya bingung. Begitu juga dengan asistennya yang ternganga tak percaya. Mungkin heran orang yang baru di lihat sudah berani menggoda bosnya seperti ini.

Ternyata bukan hanya mereka berdua yang terheran-heran tapi juga teman-teman kerja yang mendengar percakapan kami pun ikut kaget. Aku jadi heran apa aku seaneh itu?.

"Dasar Sinting!" kecamnya padaku tapi sungguh itu sama sekali tidak menurunkan kadar ketampanan nya. Ia menendangi ku dengan tajam dan tatapan itu berhasil membuat kerongkonganku terasa tercekat. Aku gugup sekali, namun sebisa mungkin aku mencoba bersikap biasa saja.

"Kau..kau bukannya perempuan yang di indoapril itu kan?" Tanyanya berhasil membuat aku berbinar takjub. Dia mengingatku. Sungguh? Ini sangat mencengangkan. Bagai mana tidak? Seorang pebisnis muda yang sukses mengingat ku yang hanya remehan rempeyek sisa hajatan warga ini, sungguh mencengangkan.

"Tuan bos masih ingat saya?"

"Tentu saja! Cuma kamu satu-satunya orang aneh yang saya temui. Sedang apa kamu di sini? Ngikutin saya ya?" Tukasnya pede sekali. Dia ternyata selain dingin, narsis juga ya. Tapi tak apa aku suka.

"Duh Tuan bos saya tidak mengikuti anda, mungkin ini yang di namakan jodoh. Hari ini kita bertemu di sini siapa tau nanti kita bertemu didepan penghulu," ujar ku santai, ku lihat dia meringis geli.

"Mulai dari kemarin saya bekerja di sini tuan, jadi kita akan bertemu setiap hari" lanjut ku.

"Kamu kerja di sini? Ku rasa matanya pandu sudah rabun. Bagaimana bisa orang gila seperti mu bisa bekerja di perusahaan saya?" Aku mencebikan bibir mendengar ucapannya. Yang benar saja masa aku di sama kan dengan orang gila?.

"Heh! Dengar ya nona... Anastasya Putri!" panggilnya setelah membaca id card yang sudah ku pakai.

"Bekerja di sini harus disiplin, terampil, cekatan, dan sopan jangan hanya bisanya omong kosong dan cinta-cintaan saja yang ada di kepala mu, mengerti?!"

"Aish, tuan isi kepala saya kan hanya masa depan kita bukan cinta-cintaan yang tuan bilang itu," ujar ku dia hanya geleng-geleng kepala.

"Bicara dengan mu membuat kepala saya pusing," tukasnya sembari berbalik badan hendak meninggalkan ku.

"Tidak usah di pikirkan tuan. Saya tidak minta macam-macam kok cuma mau mahar bahagia selalu bersama mu, hehe."

"Dasar gila!"

Setelah kepergian nya aku sama sekali tidak bisa menghentikan tawa ku. Lucu sekali bisa menggoda bos pagi-pagi seperti ini. Tapi apa sikap ku berlebihan? Nanti kalau dia tersinggung terus aku kembali di pecat bagaimana? Tapi aku sama sekali tidak bisa menahan diri jika bertemu dengannya. Akh!!! Bagaimana ini? Aku tidak ingin pengangguran lagi. Tidak lucu kan, masa baru bekerja 2 hari sudah di pecat.

Bod* ah! Lebih baik aku bekerja saja dengan benar. Semoga dengan hasil pekerjaan ku yang memuaskan bisa menyelamatkan ku dari ancaman kehilangan pekerjaan. Yah semoga saja..

.

.

.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!