NovelToon NovelToon

Calon Ratu

01

Sebuah kerajaan besar sedang di panda dengan kericuhan dan kegaduhan di pagi hari yang bahkan masih terasa dingin karena memang matahari yang baru mulai akan terbit. Pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi heboh hanya karena seorang gadis yang tiba-tiba hilang dari kamarnya.

Padahal penjagaan sudah sangat ketat di depan kamarnya, tapi siapa yang berani melakukan penculikan terhadap putri ke sayangan raja menghilang.

"Bagaimana ini Yang Mulia? di mana putri kita?" ucap seorang wanita yang tak lain istri dari sang Raja.

"Tenanglah adik Zie, putri kita pasti akan baik-baik saja" ucap istri lainnya dari sang Raja ikut menenangkan.

"Iya adik tenanglah, Zhia pasti akan segera di temukan" ucap sang Ratu.

"Kalian tenanglah, bawa Zie ke kamarnya, kami akan segera menemukan keberadaan Zhia" ucap sang Raja pada ketiga istrinya.

Ya, Raja kerajaan Month memang memiliki 3 orang istri. Namun ketiganya di nikahi secara resmi dan tidak di beri gelar selir, karena bagi Raja Hilaa sendiri gelar selir hanya akan membeda-bedakan derajat para istrinya saja.

Jadi di putuskannya hanya memberikan gelar Ratu pada istri tertua, dan gelar permaisuri untuk kistri ke dua dan ke tiga. Biarlah ia di anggap anrh karena memiliki dua permaisuri yang terpenting baginya adalah kedamiaan keluarganya.

Dan jika tidak dalam situasi acara resmi maka mereka akan memanggil dengan sebutan adik kakak saja dan saling menjaga dan menghormati satu sama lainnya.

Begitupun dengan anak-anak mereka, tidak ada pembedaan kasih sayang di sana. Namun bagi di bungsu baru berbeda karena hanya dia anak perempuan satu-satunya. Jadi sudah pasti putri Zhia sangat di sayangi oleh ayah dan ketiga ibunya, begitupun dengan ke empat kakak laki-lakinya.

Setelah ketiga ibu itu pergi ke kediaman mereka, maka sang Raja langsung bergerak ikut mencari dimana keberadaan putri tersayangnya itu.

"Apa kalian sudah menemukannya?" tanya Raja Hilla pada kepala prajurit yang memimpin pencarian putrinya.

"Maaf Yang Mulia, kami belum menemukan keberadaan tuan putri, bahkan jejaknyapun belum ada" sahutnya menunduk takut, karena segala hal yang berhubungan dengan sang putri Mahkota harus di laksanakan dengan sempurna.

Apa lagi ini bukan kali pertama sang putri Mahkota menghilang, besar dengan keempat saudara laki-laki membuatnya memiliki sifat yang tomboy. Tidak ada kesan anggun sama sekali dari Putri Zhia, walau parasnya cantik namun sikapnya bertolak belakang dengan wajahnya.

"Cari di tempat biasa dia berada, dan lakukan penyisiran di segala sudut untuk menemukannya" marah Raja Hilla karena sudah dua jam lamanya mereka mencari hingga matahari sudah terang, namun keberadaan putrinya belum juga di temukan.

"Ayah! apa Zhia sudah di temukan?" tanya pangeran tertua Ballu.

"Hah, belum, apa kalian juga belum menemukannya?" tanya sang raja balik pada keempat anak laki-lakinya yang sejak tadi ikut mencari keberadaan kesayangan mereka.

"Kami juga belum menemukannya ayah, di tempat biasa juga tidak ada" sahut pangeran kedua Jagar.

Tempat biasa yang di maksud itu adalah tempat latihan para pengeran, yang terdapat tempat memanah, berlatih pedang dan latihan lainnya. Biasanya sang putri selalu lari kesitu jika sudah tidak di temukan di mana-mana.

Namun sekarang tempat itu kosong, bahkan penjagapun tidak melihat kedatangan putri kesayangan itu.

"Kemana ya dia perginya?" gumam pangeran ke tiga Jagir. Jagar dan Jagir adalah anak kembar dari istri kedua sang Raja.

"Ah! aku tahu! mungkin dia di sana" seru pangeran keempat Zhio yang tak lain saudara kembar dari putri Zhia. Mereka anak dari istri ketiga sang Raja, sedangkan bersama istri pertama Raja Hilla hanya memiliki satu anak saja yang akan di angkat menjadi putra Mahkota nantinya.

"Siapa? dimana?" tanya keempat pria di sana dengan kompaknya yang tak lain Raja Hilla, pangeran Ballu serta Jagar dan Jagir.

"Ayo" ajak Zhio yang segera bergerak menuju suatu tempat di ikuti oleh yang lainnya.

Mereka mengikuti Zhio kebelakang kamar Zhia yang terdapat sebuah taman yang sagat cantik dan luas. Mereka menghampiri sebuah pohon besar yang cukup rimbun yang tak lain adalah pohon buah apel.

Zhio berdiri di bawahnya dan menendang bagian bawah pohon yang sedikit menonjol. Hingga akhirnya tersibaklah dedaunan di atas dan menampakkan sesuatu di atas sana yang membuat mereka langsung bernapas lega di buatnya.

Orang yang sejak tadi membuat gempar sedang asik tidur di atas sana dengan nyenyaknya tanpa terusik sedikitpun. Karena memang taman di belakang kamarnya tidak bisa di masuki orang lain selain keluarga dan para pekerja yang merawatnya.

Jadi suasananya sangat tenang dan memang sangat cocok untuk bersantai menenangkan pikiran.

"Itu dia!" tunjuk Zhio pada gumpalan di atas sana yang hanya menampakkan kain putih dan rambut yang sedikit menjutai ke bawah.

"Kau yakin itu dia Zhio! jangan-jangan hantu lagi" ucap Jagir kurang yakin, karena bisa saja mereka tertipu dengan adik kecil mereka yang cukup cerdik itu.

"Tenanglah kak Jagir, aku sangat yakin kalau itu pasti dia, kalian bersiaplah di bawah" sahut Zhio dengan penuh percaya diri.

Zhio memutuskan untuk menaiki pohon itu dengan untaian tangga dari tali yang menjuntai ke bawah saat daun tersibak. Pintar juga adik mereka itu membuat hal seperti ini pikir keempat pria itu.

Zhio yang sudah sampai di atas langsung mendaratkan kakinya pelan-pelan di dekat tubuh Zhia yang masih nyenyak tidur itu. Zhio terkekeh geli tanpa suara sembari memberi kode jempol pada ketiga saudaranya juga ayahnya yang ada di bawah sana. Kalau di pembuat onar memang ada di sana.

Mereka semakin merasa lega saja namun juga sedikit khawatir karena kesayangan mereka tidur di atas pohon. Walau dahannya besar dan cukup untuk menutupi tubuhnya, namun kemungkinan terjatuh akan tetap ada.

"Bangunkan dia Zhio, atau dia bisa jatuh kalau tidur di sana" ucap Raja Hilla menatap khawatir putrinya.

Bukannya menuruti ucapan ayahnya, Zhio malah berjongkok di samping Zhia, membuat yang ada di bawah heran. Kenapa Zhio malah terlihat santai di atas sana dan bisa berjongkok tanpa takut jatuh pikir mereka.

Zhio kembali terkekeh tanpa suara lalu mengulurkan kedua tangannya meraih tubuh Zhia ke dalam gendongannya.

"Tangkap kak" ujarnya seraya melemparkan tubuh Zhia ke bawah di mana para saudara serta ayahnya dengan sigap langsung berusaha menangkap tubuh Zhia.

Zhia sendiri yang kaget kerena tiba-tiba melayang langsung berteriak karena dikiranya tubuhnya jatuh sendiri akibat dirinya lasak dalam tidur. Namun saat tubuhnya mendarat di dalam gendongan sang kakak tertua, Zhia jadi diam saja malah begong.

Kok ada kak Ballu pikirnya tanpa melihat yang lainnya dan masih menatap wajah tampan kakak tertuanya itu.

"Kenapa?" tanya Ballu pada Zhia yang masih diam.

Sedangkan di atas sana, Zhio sudah tertawa sejak mendengar teriakan Zhia, juga aksi saling rebut hendak menangkap tubuh Zhia yang di lakukan saudara dan ayahnya sangat lucu baginya. Bagaikan merebutkan berlian paling berharga. Padahal bagi mereka memang Zhia sangat berharga.

Mendegar suara tawa kembarannya Zhia langsung melihat ke sumber suara dan masih dalam mode diamnya karena baru bangun tidur dengan keadaan membingungkan.

Setelah sadar dengan situasi kalau dia habis di kerjai oleh kembarannya itu, langsung saja Zhia kesal. Dan hendak melompat dari gendongan kakaknya untuk membalas Zhio, tapi di tahan oleh di sulung.

"Zhioo kurang ajar" pekiknya hendak melompat.

"Eh mau kemana lagi kau hem?" ucap si sulung membuat Zhia menatapnya.

"Mau tangkat Zhio kak, tuh lihat dia nakal" ucap Zhia berusaha lagi berontak di gendongan pangeran Ballu.

"Tidak bisa, sekarang ikut kakak menemui para ibu, mereka sangat mengkhawatirkanmu" tegas Pangeran Ballu membuat Zhia cemberut, apa lagi dia melihat kalau Zhio mengejeknya.

02

"Kak turunin Zhia" ucap Zhia mulai meronta di gendongan kakak sulungnya.

"Tidak" sahut Ballu tenang dengan wajahnya sudah kembali datar lagi seperti biasanya saat melewati banyak pelayan dan prajurit yang sudah kembali pada aktivitas mereka masing-masing.

Setelah si pembuat keributan tertangkap mereka semua kini sudah bisa tenang sejenak, karena pembuat onarnya sedang di jaga oleh kelima prianya. Namun entah nanti bagaimana jadinya beberapa jam yang akan datang.

"Turun" kekeh Zhia.

"Tidak"

"Turun"

"Tidak"

"Tur..."

"Pilih turun atau di kurung di kamar" ucap Raja Hilla memotong ucapan putrinya.

Pria paruh baya itu cukup pusing di buat oleh anak gadis satu-satunya itu yang sangat di luar nalar tingkahnya.

Perasaan para putri lainnya sangat anggun dan penurut, kenapa putriku sangat bar-bar batin Raja Hilla bingung.

"Kok gitu sih ayah! semalam sore di kurung, sekarang mau di kurung lagi, emangnya Zhia burung apa" cemberut Zhia dengan tangan yang di sedekapkan di dada walau posisinya di gendongan Pangeran Ballu.

"Ya kau memang burung, burung gagak yang sangat berisik kalau buka mulut" ucap Zhio yang sangat senang mengganggu Zhia.

"Diam kau hantu gentayangan jelek" balas Zhia.

"Mana ada hantu gentayangan setampan aku, kau yang burung gagak berisik, hitam lagi" sahut Zio lagi.

"Kak Jagir! lihat tuh si hantu gentayangan" adu Zhia pada Jagir yang memang lebih memanjakannya dengan sikapnya yang sangat lembut itu.

Sedangkan Jagar walaupun orangnya cuek tapi dia sangat menyayangi keluarganya terutama adik perempuannya itu.

"Huhuhu dasar tukang ngadu" ejek Zhio.

"Kak Jagir" ucap Zhia lagi.

"Berhenti mengejek adikmu Zio" kata Jagir yang selalu membela Zhia.

"Anak manja" cibir Zhio pelan.

"Kak Ballu" rengek Zhia lagi.

"Cukup Zhio atau nanti ibu Vela menceramahimu" tegas si sulung.

Si jahil Zhio melengos saat di lihatnya Zhia tersenyum penuh kemenangan karena mendapat pembelaan dari para kakaknya sedangkan Zhio di nistakan.

"Awas saja kau" ancamnya yang sebenarnya tidak nyata alias bercanda. Sedangkan yang di ancam hanya menjulurkan lidahnya mengejek Zhio.

Zhia memang anak yang bar-bar tapi kalau sudah berkumpul bersama keluarganya, maka sikap manjanya akan keluar walau jarang.

Hingga mereka tiba di sebuah tempat di mana para orang tua mereka tinggal. Bangunan besar dan mewah itu memang di gunakan ketiga ibu dan ayah mereka yang tidak ingin tinggal sendirian di satu kediaman tertentu. Apa gunanya punya istri kalau harus tinggal sendirian dan tidur sendirian itu katanya saat ada temannya yang bertanya.

Melihat kedatangan suami beserta anak-anak mereka membuat ketiga ibu itu langsung berdiri menyambut.

"Astaga sayang kamu dari mana aja nak!, ibu khawatir sama kamu" ucap permaisuri Zie memeluk putrinya sayang.

"Dia di taman belakang bu, tidur di atas pohon" adu Zhio kali ini.

Sontak saja hal itu membuat ke tiga wanita paruh baya itu memekik antara kaget dan tidak percaya.

"Benar apa yang katakan kakakmu itu Zhia?" tanya Ratu Mira yang memang lebih tegas pada anak-anak mereka tapi dia yang paling di sukai oleh Zhia.

"Iya bu" sahut Zhia santai.

Dan...

"Akhh ampun bu ampun..." pekik Zhia seraya memegangi tangan ibu Zie yang menarik telinganya.

Itu memang selalu menjadi andalah wanita satu itu jika ada anak-anak mereka yang nakal atau melakukan kesalahan. Maka telinga mereka yang akan jadi sasaran hukuman darinya, namun Zhia yang paling tidak pernah jera dengan itu.

"Kamu itu perempuan nak, kenapa malah tidur di atas pohon?" ucap permaisuri Zie geram.

"Kamu kan selalu ibu bilangin Zhia jangan jadi kayak kakak-kakakmu, mereka itu laki-laki jadi wajar kalau mereka melakukan sesuatu yang berbeda dengan perempuan, sedangkan kamu seorang gadis, jadi bertingkahlah selayaknya gadis anggun dan menawan sayang, jangan jadi gadis bar-bar, kapan kamu akan menikah kalau seperti ini terus Zhia, kami para ibumu ini juga ayahmu itu sudah ingin sekali memiliki cucu nak" ucap permaisuri Vela yang memang paling cerewet tapi perhatian.

"Namanya juga tidak sengaja bu" sahut Zhia sembari memegang telinganya yang panas akibat jeweran dari ibu kandungnya tadi.

"Tidak sengaja! bahkan hari masih cukup gelap kamu sudah menghilang dari kamarmu dan itu kamu bilang tidak sengaja!" pekik permaisuri Vela tidak habis pikir.

"Astaga dulu aku ngidam apa ya waktu hamil anak ini" keluh permaisuri Zie melihat anak gadisnya yang sangat antik ini.

"Tapi Zhia tidak jatuh kok bu! beneran, malah tadi Zhio yang jatuhin Zhia dari atas pohon, untung kakak Ballu sama yang lainnya di bawah" kata Zhia yang kembali memantik kekesalan kedua ibu mereka.

"Ya ampun Zhio! kamu mau bunuh adikmu hah! kalau tidak ada kakak-kakakmu gimana nasib adikmu ini hah!" kesal permaisuri Zie kembali menjewer anak laki-lakinya.

"Sakit bu, lagian Zhio lakuin itu karena memang ada kakak di bawah kok" elak Zhio mencari pembenaran.

"Itu artinya kamu sengaja kan! kalau tadi kakak-kakakmu tidak bisa menangkap Zhia bagaimana Zhio? kamu kok tega banget sih sampe adik sendiri di jatuhin dari atas pohon, kamu mau memangnya di gituin hm! atau kamu mau kalau di lemparkan dari tebing!" kesal permaisuri Vela juga.

"Ampun bu tidak lagi deh, janji" kata Zhio memasang wajah memelas agar di maafkan.

"Kamu harus tetap di hukum" kata Ratu Nila tenang tapi tegas.

"Kok Zhio sih bu yang di hukum! kan yang salah Zhia karena udah buat keributan dan hilang pagi-pagi buta" ucap Zhio tidak terima.

"Zhia juga akan di hukum, nanti setelah sarapan pergi ke ruang baca istana dan jangan keluar sebelum ibu sendiri yang kesana menjemputmu, dan untuk Zhio, kamu pergi ciptakan ramuan baru untuk obat" ucap Ratu Nila.

Zhio memang ahli dalah hal pengobatan dan medis lainnya, tapi tak membuatnya lemah akan peperangan. Justru keahliannya itu memberikan keuntungan bagi pihak mereka jika ada pemerontak. Tanpa mengeluarkan banyak tenaga musuh bisa di lumpuhkan dengan cepat.

"Kok di ruang baca sih bu! kan bosen" rengek Zhia yang memang paling anti dengan yang namanya buku ataupun ruang baca karena baginya itu sangat membosankan.

"Tidak ada bantahan Putri Zhia, kamu harus nurut sama ibu kali ini" tegas Ratu Nila membuat Zhia hanya bisa cemberut tanpa komentar lagi.

"Sudahkan! ayo kita sarapan sekarang" ucap Raja Hilla sembari beranjak dari duduknya.

Memang kalau masalah anak-anak yang nakal ia tidak pernah ikut campur dalam hal menasehati. Kecuali jika memang sudah sangat di luar batas kewajaran barulah Raja Hilla akan buka suara. Namun jika masalah kecil seperti itu, maka para istrinyalah yang akan mengatasi bersama, tanpa pandang bulu dan membeda-bedakan anak kandung atau bukan, bagi mereka semua anak sama.

Mereka semua bergerak menuju ruang makan yang sudah di sediakan banyak makanan di atas meja. Zhia yang memang duduk di dekat ayahnya dan tepat di hadapan Ratu Nila dengan sang ibu kandung di sisi kanannya.

Tapi kali ini Zhia lari dari posisi duduk yang seharusnya, gadis itu memilih duduk kursi samping Jagar yang memang duduk di pinggir.

"Kok duduk di sini Zhia?" tanya Jagar heran.

"Mau di sini sama kak Jagar aja" sahut Zhia santai dan tidak ada yang mempermasalahkannya.

03

Di sinilah sekarang putri Zhia berada, di ruang baca istana yang cukup besar dan luas namun sangat membosankan bagi Zhia yang sama sekali tidak suka membaca. Sudah cukup baginya dulu ia belajar sewaktu kecil tentang segala pengetahuan yang harus di miliki oleh seorang putri. Bahkan Zhia masih sangat mengingat semua pelajaran yanh pernah berikan padanya.

Memang dasarnya Zhia yang kurang suka terlihat feminim dan anggun. Apa lagi kalau hanya untuk menarik lawan jenis supaya suka dan tertarik, itu bukan tipe Zhia sama sekali. Putri Raja satu ini lebih suka tampil apa adanya saja, namun di saat-saat tertentu juga tetap harus tampil anggun karena ia satu-satunya putri di kerajaan Month, tapi tidak banyak orang luar yang tahu akan hal itu karena memang Zhia tidak terlalu suka ikut pergi kunjungan ke kerajaan lain atau hanya sekedar menampakkan diri.

Hanya beberapa kali saja Zhia ikut terlibat dalam kunjungan kerajaan, itupun di istana sendiri saja ketika banyak dari kerajaan lain yang datang.

Zhia melihat kanan kirinya yang terdapat beberapa pelayan di sekitarnya. Jangan lupakan juga para prajurit penjaga yang ikut di dalam sana dan yang sedang berjaga di luar. Bukan jumlah yang sedikit penjaga yang di berikan untuk Zhia.

Jika di hitung ada sekitar sepuluh pelayan dan dua puluh orang prajurit penjaga di sekitarnya. Berlebihan sekali pikirnya.

Tapi bagi ketiga ibunya itu bukan hal yang berlebihan mengingat si bungsu mereka ini sangat nakal dan memiliki banyak cara untuk bisa kabur. Penjagaan sepuluh orang saja Zhia masih bisa kabur tadi malam dari kamarnya, apa lagi di tempat luas seperti itu, pasti ia akan mudah mengecoh penjaganya.

"Bisakah kalian sedikit menjauh? aku gerah jika terus di kelilingi seperti ini" gerutu Zhia pada para pelayan yang masih setia di sekelilingnya berdiri.

Aku bukan tahanan jerit batin Zhia kesal.

"Maaf tuan putri, ibu Ratu meminta kami untuk selalu waspada di dekat tuan putri" sahut pelayan yang menjadi penanggung jawab penjagaan Zhia.

"Ck! tapi tidak usah terlalu dekat, geser sana yang jauh, mengganggu konsentrasi saja" kesal Zhia.

"Konsentrasi apa?" tanya seseorang membuat Zhia menatap ke asal suara begitupun para pelayan yang lainnya.

"Salam ibu Ratu" ucap para pelayan menunduk hormat.

Sedangkan Zhia sudah memasang wajah masam dan cemberutnya menatap ibunya.

"Masih berencana mau kabur sayang?" tanya Ratu Nila pada Zhia yang langsung menggembungkan pipinya karena rencananya di ketahui.

"Tidak" kilahnya.

"Bagus kalau tidak, karena kali ini ibu akan lebih tegas lagi padamu jika kamu kabur lagi" ucap Ratu Nila.

Zhia bangkit dari duduknya mendekati Ratu Nila yang sudah berada di dekat meja tempatnya duduk tadi.

"Ayolah ibu, aku hanya ingin jalan-jalan sebentar saja" rengek Zhia.

"Sudah cukup petualangannya Zhia, sekarang saatnya kamu belajar menjadi wanita yang anggun, sudah cukup selama ini kamu ibu bebaskan dengan segala tingkah lakumu yang bar-bar itu"

"Itu bukan bar-bar ibu, tapi keren" ucap Zhia dengan mengangkat jempolnya di hadapan wajahnya, jangan lupakan juga ekspresinya yang nampak sangat senang dengan dirinya sendiri.

"Tapi nilai kerennya seorang gadis bukan seperti itu sayangku, kamu harus bisa menunjukkan bakatmu sebagai seorang gadis yang anggun dan berkharisma"

"Aku bis.."

"Bukan bermain pedang atau apapun yang pernah kami pelajari dari kakak-kakakmu" sela Ratu Nila yang tahu akan kalimat sang anak selanjutnya.

"Ibu.." cemberut Zhia memeluk Ratu Nila manja.

"Hah, kalau di luar kamu sangat garang tapi kalau bersama keluarga kamu sangat manja, apa lagi dengan ibu" kata Ratu Nila menatap Zhia lembut.

"Kan beda ibuku sayang, kalau di luar kita harus tegas, tapi kalau di sinikan Zhia putri kesayangan" manja Zhia yang membuat Ratu Nila tersenyum lembut padanya.

"Baiklah, sekarang ikut ibu, ada beberapa pelajaran yang harus kamu pelajari hari ini"

Kalimat itu membuat Zhia mendengus malas, entah pelajaran apa lagi yang harus ia pahami dan pelajari hingga harus di karantina seperti ini. Bahkan pengawalanpun sudah sangat ketat seperti tahanan yang paling berbahaya saja pikirnya.

"Belajar apa bu?" tanya Zhia mengikuti langkah wanita paruh baya itu menuju bagian tengah ruang baca itu.

"Berdiri di sana" tunjuk Ratu Nila tepat di pertengahan lingkaran karpet.

Zhia menurut dan berdiri di tempat yang di minta, ia menatap ibunya tampa bicara, menunggu apa yang akan di berikan padanya. Ratu Nila mengambil tiga buku yang cukup tebal lalu menatap Zhia.

"Sini"

Zhia mendekat dan menurunkan tubuhnya berlutut di depan Ratu Nila sesuai arahan. Hingga akhirnya Ratu Nila meletakkan ketiga buku tebal itu di atas kepala Zhia. Kening Zhia mengkerut heran dengan apa yang di lakukan ibunya ini.

"Untuk apa ini bu?" tanyanya heran.

"Tenanglah, ibu akan mengajarimu caranya menjadi gadis yang anggun"

"Tapi itu tidak perlu bu, Zhiaa..."

"Tidak ada bantahan Zhia, ini demi kebaikanmu" Kening Zhia semakin mengkerut dalam mendenga ritu.

Demi kebaikan dirinya? apa maksud dari ibunya ini batin Zhia.

"Berdiri lalu berjalan kelilingi karpet ini tanpa menjatuhkan bukunya" ucap Ratu Nila.

"Itu mudah ibu, kalau hanya seperti itu di mana letak untuk kebaikannya dan menjadi anggunnya" protes Zhia namun tetap melakukan apa yanh di katakan Ratu Nila.

"Eits, cara jalannya bukan seperti itu Zhia" Zhia menghentikan langkahnya, lalu melihat Ratu Nila dengan gerakan cepat padahal buku masih di kepalanya.

Alhasil ketiga buku itu jatuh dan salah satu yang paling tebal menimpa kakinya.

"Akh sakit sakit sakit..." Zhia melompat-lompat kecil karena kesakitan akibat jari kelingking kakinya di hantam buku.

Para pelayan berusaha sekuatnya menahan senyuman mereka melihat tingkah tuan putri mereka itu. Sedangkan Ratu Nila hanya geleng kepala melihat kecerobohan anaknya.

"Fokus Zhia, ibu tidak sedang main-main" trgas Ratu Nila membuat Zhia cemberut dan mengangguk lalu kembali mengambil ketiga buku dan meletakkannya di atas kepala.

"Pelayan! tunjukkan pada tuan putri bagaimana cara berjalan seorang gadis seharusnya" kata Ratu Nila di angguki oleh pelatan pribadinya.

"Baik ibu Ratu"

Pelayan itu maju lalu mulai melangkah selayaknya seorang wanita, roknya juga sedikit di angkat agar terlihat langkah kakinya. Zhia yang melihat itu menghela napas, hanya begitu saja kenapa harus ada buku di kepala batinnya.

"Ya baiklah Zhia sudah mengerti" ucap Zhia percaya diri.

"Ya sudah, coba lakukan" tantang Ratu Nila pada putri tomboynya itu yang bahkan berjalanpun seperti laki-laki.

Zhia mengangkat sedikit roknya lalu mulai menitu cara berjalan pelayan ibunya. Karena sepele Zhia berjalan dengan cepat hingga akhirnya dirinya jatuh akibat kakinya saling sangkut.

"E eeee a a akh"

BRUK

Suara jatuhnya buku dan tubuh Zhia terdengar di ruang baca itu.

"Aduhhh untung aja jatuhnya di karpet" ucap Zhia seraya mengusap kepalanya yang sedikit membentur karpet.

"Jangan pernah menganggap sesuatu itu mudah hanya dari melihat saja Zhia, apa lagi sesuatu itu tidak pernah kamu rasakan atau kamu lakukan juga alami, jangan menilai mudah dan gampang suatu pekerjaan kalau kamu sendiri tidak pernah menyentuhnya, karena bisa jadi hal yang kamu anggap sepele itu bisa lebih melukaimu atau bahkan membahayakan dirimu" nasehat Ratu Nila pada Zhia yanh masih duduk di karpet.

"Iya ibu maaf" lirih Zhia.

"Ini juga salah roknya nih, harusnya Zhia pakai celana aja tadi kayak biasanya" lanjutnya pelan agar suaranya tidak di dengar sang ibu.

Tapi terlambat, Ratu Nila sudah mendengarnya.

"Apa? celana? jadi kamu sering pakai celana!" kaget sang Ratu menatap tajam putrinya.

"Eh itu bu.. ehmm" Zhia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Zhia memang selalu menggunakan gaun kalau di hadapan keluarganya, dan baru boleh menggunakan celana kalau ikut para kakaknya latihan. Namun beberapa minggu terakhir Zhia sudah tidak di bolehkan lagi ikut latihan, entah apa sebabnya.

"Pelayan! pergi kekamar putri dan ambil semua celana itu" titah sang Ratu.

"Baik Ibu Ratu" para pelayan itu pergi berlalu.

"Jangan jangan, jangan diambil, ibu jangan di ambil celananya, Zhia suka celananya ibu" rengek Zhia lagi bahkan kini kepalanya ia letakkan di atas pangkuan wanita itu.

"Tidak akan ibu berikan jika kamu tidak patuh, dan celana-celana itu ibu sita sebagai jaminan kamu tidak kabur lagi, karena kalau kamu berani selangkah saja kabur maka celana-celana itu hanya tinggal abu" ancam Ratu Nila yang mampu membuat Zhia mengangguk pasrah.

Dari pada celana-celana kesukaanku jadi abu, nanti tidak bisa latihan lagi pilirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!