NovelToon NovelToon

Cinta Dalam Do'A

Piring Terbang.

"Aku terima nikahnya dan kawinnya Khairunnisa Binti H.Syarifuddin dengan... Tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

"Saaaaah."

Prok prok prok

Semua undangan yang hadir pun bersorak gembira. Semua tamu undangan menikmati hidangan yang di sajikan, mereka makan dengan lahapnya.

"Sekarang kalian sudah resmi jadi suami istri. Mudahan Alm. papamu senang Nadim, akhirnya kau bisa mewujudkan impiannya menjodohkan mu dengan anak pa Syarif, sahabat akrab ayahmu," ucap mama Nadim.

"Iya Ma, aku akan berusaha," jawabnya.

Sebenarnya Nadim punya banyak pacar, namun karena mamanya tidak pernah merestui hubungan mereka akhirnya mereka putus begitu saja. Hari semakin sore, para tamu undangan pun sudah pulang.

"Ayah, besok kami akan pulang ke kota, karena aku hanya cuti seminggu," ucap Nadim pada mertuanya.

"Jaga Nisa dengan baik, dia hanya gadis Desa yang tidak pintar memasak, mungkin terlalu banyak bergaul," ucap Ayah Nisa.

"Iya Ayah."

Selesai makan mereka pun dipersilahkan ke kamar.

"Nis, apa kau mau ikut ke kota bersamaku?"

"Tentu saja aku ikut Bang, kau kan suamiku," jawab Nisa.

Malam ini Nisa tampak menyelimuti tubuhnya rapat, seakan dia sangat takut dengan yang namanya malam pertama. dan akhirnya Nadim pun tak berdaya, dia tertidur dengan sama sama membelakangi.

***

Pagi hari di kota.

Tring tring tring( suara sendok di hentakkan di atas piring)

"Apa ini? rasanya seperti garam semua. Mengapa kau tak pintar masak? apa kau tidak belajar?" Nadim memukul keras piringnya dengan sendok makan.

"Aku lupa naruh garamnya Bang, lalu aku tambah lagi," ucap Nisa istrinya.

"Apa kau tidak mencicipiny? hari ini hari pertama aku kerja setelah cuti menikah, malah dapat sarapan seperti sampah ini" ucap Nadim.

"Bang, bukankah dulu udah aku bilang, aku nggak pandai memasak, katanya bisa belajar, ini aku lagi belajar Bang,"ucapnya lagi.

"Tapi tak begini juga kalee, masa rasanya garam semua, udah ah, malah terlambat kerja."

Nadim pun berjalan keluar meninggalkan meja makan, Sementara Nisa menutupi makanan dengan tuding saji. dan menyambar kerudung lalu memasangnya seadanya.

Tap

Tap

Tap

Bruk

"Aduh"

Nisa terjerembab ketika mengejar suaminya yang sudah sampai di muka pintu.

"Nisaaaaaa ,eeeeeh, kamu ini, sudah masak asl asalan, jalan sembarangan, belajar anggun coba, ini juga pakaianmu, nggak usah lah terlalu panjang begini heh?"

"Maaf Bang."

Nisa hanya seorang gadis sederhana yang slalu menuruti orangtuanya, begitu juga ketika orangtuanya menyuruhnya berhijab dia pun patuh, padahal dia hanya sekolah SMK, karena itu syarat dia mau berhijab asal sekolah SMK nggak mau mondok.

Namun walau demikian, Nisa slalu di bawa mamanya ke majlis ta'lim, dan melarangnya bergaul bebas. orang tuanya membatasi Nisa untuk berteman di luaran, sehabis pulang sekolah dia hanya di rumah membantu mamanya jualan sembako di depan rumah.

"Bersihkan rumah! dan bergaulah dengan tetangga, supaya kau bisa seperti mereka melayani suami."

"Baik Bang!" Nisa pun salaman dan mencium pipi suaminya, seperti yang pernah suaminya minta dulu.

#Sayang, nanti kalau kita menikah, tiap pagi antar aku ke depan pintu, lalu kau cium pipiku ya. Biar aku bersemangat bekerja.

-Iya Bang.

-Sekarang boleh icip sedikit nggak, cium dong,

-Nggak Bang, dosa#

Nisa sangat ingat itu.

Nadim pun berangkat dengan menahan lapar perutnya.

Sesampainya di parkiran motor. karena Nadim hanya karyawan biasa, dia hanya punya Motor matic.

"Mas Nadim, tunggu!"

"Sarah! Ada apa?" Sarah adalah sekretaris Pak Ceo di perusahaan tersebut.

"Udah kerja lagi, gimana cutinya? maaf aku nggak bisa datang di pernikahan Mas, takut patah hati, ha ha ha." Sarah terlihat bercanda sambil terus berjalan beriringan, namun sebenarnya sarah sudah sangat lama menaruh hati pada Nadim.

"Benarkah? kenapa tak kau katakan kalau kau menyukaiku hihi." Nadim pun tampak menanggapi candaan Sarah.

"Oh iya, hari ini Mas di panggil Ceo ke ruangannya jam 10, ada yang ingin beliau sampaikan,"

"Ada apa? apa aku ada salah?" Nadim tampak merasa takut, karena Ceo perusahaan itu sangat dingin dan terlihat kejam.

"Tidak, kau akan dapat promosi jadi maneger. tenang saja."

"Benarkah?"

"Iya," udah ya, udah nyampai nih.

Mereka pun berpisah di muka ruangan Sarah, karena ruangan mereka berbeda.

Ceklek

"Selamat Honeymoon."

Suara teman temannya pun serentak mengagetkan Nadim yang baru masuk.

"Terimakasih semuanya, terimakasih."

"Kau hebat Dim, pandai dalam memilih wanita, pacaran sama yang obralan, eh menikah sama yang bungkusan hihi." ucap salah satu sahabatnya.

"Ha ha ha." Nadim pun tertawa renyah.

"Apa itu bungkusan Bro?" tanya kawannya yang lain.

"Yang di bungkus alias nggak obralan, tentu saja yang berhijab Bro." Jawabnya.

"Hahaha, ada ada aja kau, " Jawab Nadim lagi.

"Oh iya, sekarang udah jam 10 ya, aku mau ke ruangan Bos dulu, katanya tadi aku disuruh ke sana."

"Hayoooo, hati hati Dim, dia kan galak dan suka suka dia kalau mau nendang orang."

"Benarkah? memang seperti apa dia?"

"Dia sangat tampan bahkan seperti cantik juga, hati-hati kau akan tergoda juga hahaha."

"Ih, jijik, masa terong sama terong, lagian aku udah ngerasain belah, duren hahaha."

"Hahaha." Mereka pun tertawa bersama.

Nadim berjalan dengan semangat menuju ruangan Ceo. Karena dapat bocoran dia akan mendapatkan promosi untuk naik jabatan, tentu saja itu ulah Sarah yang mempromokan agar Nadim naik pangkat.

"Mas, ayo aku antar."

Sarah yang memang Mejanya berada di depan Ceo itu mendahului Nadim.

Ceklek

"Pak, Pak Nadim sudah datang."

Sarah membukakan pintu dan melapor.

"Masuk." Ceo dingin itu pun mempersilahkan Nadim masuk

"Duduklah!"

"Aku mendapatkan laporan tentang kinerja mu yang bagus, dan karena perusahaan ini kekurangan manager kerja lapangan, maka aku menaikkan jabatan mu untuk menjadi manager di perusahaan ku ini."

"Ooh! Apa itu benar, Pak?" Suara Nadim tertahan seakan tidak percaya.

"Selamat, ini SK pengangkatan mu, ruangan mu nanti akan di urus Cs, silahkan kembali ke ruangan mu.

Nadim pun berdiri.

"Terimakasih banyak pak, sungguh saya sangat terharu, terimakasih."

Nadim pun berulang kali membungkukkan tubuhnya di depan Ceo-nya itu.

"Berterima Kasihlah pada Sarah, karena dia yang mempromosikan mu."

Ucap Ceo itu.

Nadim pun memandang Sarah yang sedang duduk di kursi belakangnya. Sarah hanya tersenyum dan mengangkat jempolnya.

Nadim pamit dan keluar, di ikuti sarah.Ceklek.

Sarah menutup pintu ruangan Ceo.

"Sarah, terimakasih banyak, waaah aku tidak tau apa yang harus aku katakan padamu,"

"Traktir aku makan, malam ini."

"Makan? tapi aku belum gajihan, lagian aku juga baru menikah dan banyak utang Sar!"

"Kalau begitu, kita makan di rumah Mas aja, biar aku dan istri Mas yang masak, sekalian aku mau kenalan sama dia, kita makan bersama."

"Di rumahku? istriku yang masak? wah maaf, istriku tak pandai memasak, pagi ini aja aku hanya makan garam, "

"Makan garam?"

"Iya...semua makanan yang dia masak semua terasa garam."

"Oooh hahaha. Nanti aku temenin masak, aku sering masak kok, karena aku ngekos, tentu saja aku mandiri."

"Baiklah? aku setuju, tapi nanti kalau gajih ku udah naik, aku janji akan traktir makan di luar. Oh iya, mau masak apa? biar istriku yang beli bahannya."

"Stik daging dan capcai, sop jamur, kita aja yang belanja siang ini, mungkin istrimu kurang tau bahan, kalau dia tidak bisa masak."Ajak sarah.

"Baiklah, sekalian makan siang jam 11.30 ya."

"Oke"

Mereka pun berpisah.

***

"Ma, lihatlah! apa itu Nadim suami Nisa? kok dia jalan sama cewek lain ya? ceweknya juga terlihat mesra pegang pegang lengan Nadim, apa mereka pacaran?"

Sasa yang kebetulan belanja dengan mamanya di minimarket yang sama kaget melihat ulah Nadim. Sasa adalah sahabat Nisa, mereka sekolah di SMK yang sama walau didikan mereka berbeda, Sasa slalu pakai jeans ketat 1/8 dan pakai kaos ketat.

"Oh iya, kasian Nisa, ayo foto saja, Nisa harus tau,"

Cekrek cekrek cekrek.

Klok

Terkirim.

Nisa 14.00

"Pesan dari Sasa? Hah? Mas Nadim? mengapa dia bersama wanita lain? siapa wanita ini?"

Nisa kaget melihat Foto suaminya sedang di gandeng seorang wanita be rok mini putih mulus dan sangat cantik. Hatinya seketika down, sakit sekali, pernikahan mereka baru satu minggu, mereka pun baru belah duren

kemaren.😍🥰☺.

prang prang prang

Nisa yang sedang merapikan piring basah dan menyusunnya di tempatnya pun sangat jengkel dan melempar beberapa piring kelantai. Pecah hancur berantakan.

BERSAMBUNG....

Kesel Bang

"Nisaaaa, aku pulang, kamu di mana?" Nadim pun masuk tanpa mengucap salam bersama Sarah, mereka nyelonong menuju dapur.

"Astagaaaa, Nisaaaa, di mana kau?"

"Iya Bang."

"Kenapa dapur berantakan begini? ada apa?"

"I..itu Bang tanganku licin, dan piring yang ku pegang pun jatuh."

"Mengapa tak kau bereskan? ayo cepat, ada tamu nih."

Nisa pun memandang wanita seksi yang ada di hadapannya, dia memindai tubuh wanita itu jeli.

"Nisaaaa, hey, malah melamun"

"Iya Bang."

Nisa pun mengambil sapu dan juga bak sampah untuk membuang beling yang berserakan.

"Ayo Sar, kamu tunggu di ruang tamu dulu, atau kau mau mandi dulu? ayo, aku antar ke kamar tamu."

Rumah Nadim mempunyai 2 kamar, kamar dirinya dan Nisa juga kamar yang masih kosong. Rumah mungil dengan tipe 36 tersebut adalah rumah yang masih dia cicil di Bank.

"Aku mandi dulu deh Mas, oh iya Mas, aku boleh nginap nggak? soalnya kan aku juga ngekos nggak ada juga yang nunggu aku pulang." Ucap Sarah.

"Baiklah, lagian kamar ini juga kosong, ini kamarmu, kalau perlu sesuatu panggil saja aku. Kamar mandinya ada di dekat dapur ya."

"Terimakasih Mas." Sarah pun masuk kamar.

"Bang, dia siapa?" Tanya Nisa heran, kini suaminya membawa wanita seksi ke rumah mereka.

"Dia sekretaris Ceo di perusahaan ku, oh iya, kau harus hati hati berbicara padanya, dia telah mempromokan jabatan ku dan hari ini aku naik jabatan jadi manager lapangan, kita harus berterima kasih padanya."

"Kenapa Abang bawa ke sini?" Tanya Nisa dengan nada protes.

"Sebenarnya dia minta traktir karena telah mempromosikan aku, tapi kan kau tau, aku belum gajihan dan keuangan kita menipis, dia pun meminta untuk makan bersama di sini malam ini."

"Apa? makan di sini? bukankah Abang tau, aku tidak bisa memasak? dan hari ini aku juga lagi puasa, makanya pagi tadi tidak bisa icip icip makanan." protes Nisa lagi

"Kau puasa?" Tanya Nadim.

"Iya Bang, bayar utang ramadhan kemaren, bagaimana ini bang? masak apa?" Nisa jadi panik sendiri, mana nggak ada sayuran dalam kulkas, karena dia belum belanja.

"Kau tenang saja, dia pintar masak kok, itu di atas meja juga belanjaan yang kami beli di pasar tadi, itu pun pakai uang dia, makanan yang akan kita masak malam ini, kau bisa belajar padanya." Nadim oun duduk dan mengambil minum.

"Ooooh, baiklah, aku mau menyiapkan makan buat aku buka puasa dulu Bang, abang mandi saja." Ucap Nisa kemudian.

"Kamar mandinya mana?"

Tiba tiba Sarah muncul sambil menggunakan handuk di dada dan di atas pahanya, dan membawa baju ganti di tangannya.

Nadim pun kaget dan terpana, kulit mulus putih bersih dan belahan buah da** yang tampak terlihat sedikit. membuat Nadim terpana dan tak mampu bergerak.

Nisa menyadari itu.

Bruk

"Maaf, Bang, ayo ke kamar!" Nisa pun menarik tangan suaminya. Sementara Sarah tersenyum puas.

Nadim, sebentar lagi kau akan jadi milikku, sekarang tidak ada lagi kendala tentang status pekerjaanmu, pasti orang tuaku merestui, kalau kita menikah, kalau dulu mengapa aku tidak bisa menggoda mu, karena pekerjaanmu tidak selevel denganku.

Bathinnya.

"Bang, mengapa wanita itu mandi di sini?"

"Dia bermalam di sini Nis, dia anak Kos, kalau dia makan di sini mungkin dia akan kemalaman pulang ke kosnya, kosnya lumayan jauh dari sini." Ucap Nadim meminta Nisa untuk perduli.

"Mengapa dia berpakaian tidak sopan? mengapa memakai handuk di depanmu Bang?" Nisa terus protes.

"Mana aku tau? sudahlah Nis, jangan cemburu tanpa alasan, dia telah membantuku menaikkan jabatan ku, kami hanya teman sekantor, nanti kalau gajih ku naik, kau juga yang akan menikmatinya heh? ayo cepat, bereskan semua pekerjaanmu." Titah Nadim

Nadim pun kembali keluar dan menuju teras.

Ya tuhaan, cobaan apa lagi ini?

Bathin Nisa kesal.

Nisa pun kembali ke dapur dan memasukkan belanjaan Nadim ke dalam kulkas. menyapu semua beling, dan kembali memasak untuk persediaan buka puasa.

"Mas."

Sarah duduk di samping Nadim di kursi kayu panjang.

"Oh Sarah, udah selesai?"

Sarah yang memakai babydoll di atas lutut itu sengaja duduk dan menyilangkan kakinya, hingga nampak lah pa ha mulusnya.

"Iya nih, seger banget, setelah seharian bergalut dengan pekerjaan yang membosankan." Ucapnya.

Nadim sebagai lelaki normal tentu saja sangat merasa ada yang lain dengan dirinya, detak jantungnya yang tak karuan pun memicu adrenalin nya.

"Bang, cepat mandi!"

Nisa yang tiba tiba datang dari balik pintu mengagetkan ke duanya.

"Oh iya, kamu sudah mandi Nis?" Nadim guguo karwna tercyduk sedang menatap pa ha Sarah.

"Abang duluan saja, aku masih beres beres." Ucapnya. Dia pun menatap Sarah dan merasa bahwa wanita itu memang sengaja ingin menggoda suaminya.

"Kamu aja Mbak mandi duluan, lagian kan mbak puasa, nanti keburu azan." Ucap Sarah.

"Nggak, nanti aja, aku meriang kalau mandi sore selagi puasa." Sahut Nisa lagi.

"Baiklah, aku tinggal dulu ya." Selagi Nadim berdiri, dia pun sempat sempatnya melirik

pa ha mulus itu, membuat hati Nisa terasa terbakar.

Astagfirullah

Zikirnya dalam hati.

Akhirnya Nadim pun masuk dan mandi.

"Bang, hem wangi banget." Ucap Nisa di depan Sarah, dia sengaja seakan mencium aroma dengan mendenguskan hidungnya ke udara. lewat jarak yang lumayan dekat dengan suaminya.

"Apaan sih, malu maluin kalau habis mandi emang begini, aneh, biasanya nggak pernah kok dengus kayak anjing cium tulang aja."

"Kenapa malu, biasa kan kalau penganten baru emang pengen slalu dekat. Oh ya, mbak Sarah udah menikah?" Tanya Nisa

"Belum lah, kalau dia sudah menikah tentu saja dia tidak mungkin ngekos kan?" Sahut Nadim.

"Aku nanya dia Bang, cepetan Mbak menikah, enak kok ada yang nemenin hi hi." Ucap Nisa lagi. Dia pun mengekori suaminya masuk kamar.

"Ada apa sih Niiis? malu tau, di depan tamu, lagian kamu juga jangan mikir macam-macam." Ucap Nadim ketus.

"Abang tu yang bawa tamu cewe ke sini, seksi lagi." Nisa terus saja protes, berharap Nadim mengerti.

"Ya kamu kan juga bisa seksi, coba gaya berpakaianmu ini di ubah, pasti kamu nggak kalah cantik ama dia." Puji Nadim.

"Udah ah. hampir bukaan tuh." Nisa pun mengalah dan keluar menuju dapur. Nisa sangat kesal dan duduk manis di depan meja makan, sementara suaminya duduk santai di depan ruang tamu menikmati cemilan dan nonton TV.

"Mas, kalau istrimu kurang suka aku di sini, nggak papa kok nanti malam aku pulang aja," Ucap Sarah pura pura bersalah.

"Nggak papa kok, dia emang begitu," sahut Nadim.

Nisa yang mendengar pembicaraan mereka semakin di tambah kesal dibuatnya.

"Allahu akbar Allahu akbar." Azan berkomandang dengan merdu.

"Alhamdulillah."

Nisa pun berbuka dengan seiris buah apel, dan secangkir teh hangat. Selesai makan buah dan kue seadanya dia pun mengambil wudhu.

"Bang, ayo!"

"Sarah, ayo sholat, mau ikut berjamaah?"

"Aku nggak bawa mukena nih," Sahutnya.

"Nis pinjamkan mukena mu ya, tolong amnilkan" perintah Nadim

"Iya Bang,"

Nisa pun ke kamar dan mengambil mukena lainnya.

Mereka bertiga sholat berjamaah.

Ya Allah, izinkan aku memilikinya untuk menjadi imam ku.

Do'a Sarah setelah selesai sholat. Doa yang terdengar jahat, doa yang bertujuan baik namun sangat jahat karena dia adalah suami orang oooi.

Selesai sholat Nisa pun salim dan di cium mesra oleh Nadim di jidad nya, karena itu kebiasaan mereka selama seminggu menikah ini.

"Kita masak sekarang Yuk!" Ajak sarah.

mereka pun ke dapur, Nadim juga ikut memotong sayur dan lainnya.

BERSAMBUNG....

Kecewa

Sarah dan Nisa pun memulai memasak dan memotong berbagai sayur mayur.

"Biar aku saja ya yang kasih bumbu, kata Mas Nadim kamu sering ke asinan kalau kasih garam."

Ucap Sarah, walau mungkin terdengar biasa, namun hati Nisa sangat sakit, suaminya itu telah tega menjelekkan namnya pada orang lain.

"Nisa, kamu liat tu cara masak Sarah, biar kamu bisa masak juga, jangan ke asinan, nanti aku malah cepat tinggi darah dan stroke." ucap Nadim lagi, menambah image nya rusak di mata orang lain.

Setelah beberapa waktu berlalu.

Nisa hanya diam menahan sakit di hatinya.

"Nah semuanya udah beres, ayo kita makan!" Ajak Sarah ketika Nisa mau mengambilkan lauk untuk suaminya.

"Ini Mas, di cicipi dulu." Ternyata Sarah sudah mencuri star lebih dulu dan mengambil nasi juga lauk untuk Nadim, yang di kira Nisa awalnya untuk dirinya sendiri.

"Terimakasih Sar, ini lasti enak. Hemmm dari wanginya saja terasa sangat enak nih." Ucap Nadim, dia pun mulai melahap makanannya.

"Hemmm enak sekali, ini kayak makanan restauran, benar benar enak. Nisa, kayaknya kamu perlu berlatih kursus nih sama Sarah, biar kamu juga pinter masak." Ucap Nadim.

"Oke, boleh, aku mau kok ngajarin Nisa, dan bermalam di sini." Sarah mah senang bisa makin dekay sama Nadim.

"Hah? nggak usah, nanti aku belajar lewat google aja, aku nggak mau ngerepotin mbak." Ucap Nisa. Menolak keras.

"Nggak ngerepotin kok, lagian aku juga nggak ada siapa siapa di rumah, kalau di sini kan aku bisa temenin kamu." Sarah terlihat memaksa.

"Nggak mbak, aku nggak enak, kasian mbaknya, nanti biar mama aku aja yg aku suruh ke mari, untuk belajar masak." Sahut Nisa lagi. Padahal itu cuma alasan saja.

"Nggak papa kok, lagian aku bisa sekalian nebeng Mas Nadim ke kantor, ia kan Mas?" Tanya Sarah minta persetujuan.

"Oh iya benar, bisa kok, nggak papa kok Nis, Sarah orangnya baik kok." Jawab Nadim.

Nisa sangat jengkel pada suaminya yang tak mengerti maksudnya. Nisa pun diam dan menghabiskan sisa makanannya. setelah selesai dia pun ngeloyor ke kamar dan mengambil baju ganti untuk mandi. Dia kan tadi belum mandi karena buka puasa.

Byur

Byur

Byur

Nisa selesai mandi dan masuk kamar kembali, dia sangat kesal dengan ulah suaminya, selesai sholat dia pun berbaring dan coba memejamkan mata, namun tidak bisa.

Ceklek

Pintu kamarnya di buka, Nisa pun pura pura tidur.

"Nis! Kamu tidur? kok cepet amat, biasanya juga nonton televisi dulu." Ucap Nadim, namun Nisa tak menghiraukan, suaminya pun sholat magrib sendirian, padahal biasanya mereka sholat berjamaah, walau suaminya nggak terlalu alim, tapi bisalah di andalkan jadi imam.

Tok tok tok

"Mas, apa kalian sudah tidur?" Tiba tiba suara Sarah terdengar dari balik pintu luar. Nisa yang mendengar pun menajamkan telinganya sambil tetap merem.

"Tidak, ada apa?" Ucap Nadim sambil membuka pintu.

"Bisakah kita ngobrol sebentar di luar?" Pinta Sarah.

"Tunggu, baiklah,.....Nis aku keluar sebentar ya," Nadim izin, tali Nisa tetal diam.

Ceklek

Tap tap tap

Terdengar langkah Nadim menjauh dari balik kamar. Hati Nisa sangat sakit, bagaimana bisa dia memiliki suami yang sangat tidak perhatian dan mengerti begitu. Nisa pun berdiri dan coba mendengar pembicaraan dua orang itu dari balik jendela kamarnya.

"Mas, kamu kan udah naik jabatan nih, gajihmu pasti nggak kurang dari 10 juta, apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Sarah. Nisa yang mendengar pembicaraan mereka pun terbelalak saat mendengar itu.

10 juta? apa benar gajih Bang Nadim akan naik 10 juta?

Lirih hatinya.

"10 juta? Masa gajihku naik drastis?" Nadim kaget.

"Iya Mas, semua Maneger di perusahaan itu gajihnya rata rata,10 juta. apalagi kalau Mas pintar bermain." Ucap Sarah.

"Bermain? apa maksudnya?" Nadim yang tak mengerti pun jadi bingung. Apa yang dimaksud Sarah.

"Yaa bisa cari luaran gitu, kan mas kerja lapangan enak tuh bisa nyelundupkan barang, dan menjualnya dari gudang." Ucap Sarah.

"Ah Sarah jangan bilang gitu dong, takut ketahuan kalee." Balas Nadim.

Deg

Hati Nisa yang mendengar pun sangat kecewa, bagaimana bisa suaminya Punya teman seperti wanita itu.

"Mas, sebenarnya istri Mas itu pacar Mas atau gimana?" Sarah tambah kepo.

"Awalan ya sih,di jodohkan, trus aku mencoba pedekate, ternyata cocok, ya aku mau aja dinikahkan," cerita Nadim pada Sarah.

"Berarti kamu nggak cinta kan? cuma karena cocok saja." Selidik Sarah lagi.

"itu sih bisa tumbuh pelan pelan kan?" Ucap Nadim.

Kini muka Sarah terlihat masam, namun dia coba menguasai diri.

"Berarti masih ada peluang orang lain masuk doong." Ucapnya lagi sambil menatap wajah tampan Nadim.

Deg

Nisa yang mendengar pembicaraan mereka pun tersentak kaget, bagaimana bisa wanita itu berucap demikian.

Apa wanita itu menyukai Bang Nadim?

Gumamnya dalam hati.

Nisa harus melakukan sesuatu.

"Aku harus berbuat sesuatu, agar Bang Nadim tak terpengaruh dengan wanita itu." Ucapnya.

Dia pun membongkar lemari bajunya.

"Di mana ya? kemaren rasanya di sini kok! tapi nggak ada?" Gumamnya.

Dia terus mencari.

"Mmmmm ini dia," Nisa tersenyum dan mengambil benda yang di carinya itu.

Ceklek

Tap

Tap

Tap

"Bang, ayo masuk!" Nisa sudah berdiri tegak di depan pintu rumah.

"....?????" Nadim dan Sarah pun terbelalak saat melihat Nisa tiba tiba datang dan berdiri di depan pintu .

BERSAMBUNG....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!