"Apa...! Ceraii..? Kita baru dua hari menikah, Ko, kenapa harus bercerai. Koko juga belum melakukan apapun pada aku. Apa salahku?" teriak Stela didalam kamar mewah saat mendengar kata talak dari William Danu Barata.
William mengangguk, "Koko, akan mengurus semua perceraian kita dan kamu masih dinafkahi secara baik, hingga mendapatkan suami lebih baik dari Koko."
Stela terlihat shock, wajah cantik keturunan blesteran Padang itu, masih tidak percaya dengan semua yang baru dia dengar. Bagaimana tidak, hubungan mereka selama ini baik, harus bercerai setelah menikah.
"Usiaku masih 22 tahun, Ko. Kenapa Koko tega sama aku? apakah Ko Wil sudah menikah dan memiliki anak, atau Koko sengaja menyakiti aku karena perdebatan panjang tadi malam sama, Papa?" tangis Stela menatap lekat iris mata William.
William memeluk tubuh Stela, dia enggan menjelaskan kenapa mereka bercerai, "Tidak ada hubungannya dengan Papa. Ini hanya kewajiban Koko dan harus dilakukan. Mulai besok, kamu harus terbiasa tanpa Koko. Maafkan Koko, permisi!"
Air mata Stela semakin deras membasahi pipi kemerahan alami, tanpa dia sadari ini sangat menyakitkan daripada putus cinta dengan pria batak bernama Landon.
"Brengsek kamu, Ko. Teganya menceraikan aku!" Stela melempar William dengan semua perkakas yang ada dimeja rias, tapi pria gagah itu masih tetap konsisten pada keputusannya.
Didalam apartemen mewah, dikamar luas pemberian William sebelum menikah, Stela bersimpuh dengan deraian air mata. Dia berteriak sekuat tenaga memanggil nama suaminya.
"Koko William brengsek, bajingan, sok cakep, sok keren. Lihat yah, aku bakal mencari sendiri informasi tentang Koko. Aku akan menghubungi semua orang kantor. Siapa Ko Wil, dasar cina jelek, cacing tanah, biawak, kepiting rebus. Aku sumpahi Ko Wil nggak akan dapat jodoh," Stela terus mengumpat, menyumpahi William.
Stela meraih handphone miliknya, bersandar dimeja rias dengan wajah masih menekuk sedih. Mencari nomor telepon Leonal, Papa tercinta.
"Angkat, Pa!" Stela semakin kesal, karena telpon tidak ada jawaban sama sekali.
Wanita cantik itu kembali keranjang peraduan yang dia harapkan akan menjadi saksi untuk malam pertamanya.
"Ko Wil, kok tega sih sama aku. Kita belum ngapa ngapain. Baru juga minum jamu kuat untuk melayani Koko, tapi harus cerai di tengah malam begini. Oogh, aku mencintai Ko Wil sampai kapanpun," Stela terlelap dalam kesedihannya.
Wajah sembab nan mulus, harus menerima kenyataan dengan status barunya sebagai janda perawan, tidak menghiraukan kamar yang berserakan setelah melampiaskan rasa sakit hatinya.
**
Stela Chaniago Leonal Alkhairi, adalah putri satu-satunya dari empat orang anak kembar keluarga Leonal Alkhairi dan Parassani Chaniago. Dia bekerja di bagian informasi di Badan Narkotika Internasional. Diusia 22 tahun, dia telah menyelesaikan semua tanggung jawabnya sebagai seorang anak dari keluarga terpandang.
Stela berhasil menyelesaikan kuliahnya sebagai Badan informasi internasional di Melbourne Australia, setelah mengikuti keluarga Oma Maride dalam pengawasan Laura dan Willion.
"Hmm, aku pikir pagi ini akan menjadi pagi paling romantis, mandi kembang tujuh rupa, ternyata masih sama," Stela bergumam dalam hati menatap wajahnya didepan cermin kamar mandi.
"Aku nggak jelek, Ko Wil juga aja yang cakep, tapi kenapa dia justru menalak aku?" dia masih terus berbicara sendiri, tanpa perduli getaran handphone miliknya, sambil membersihkan kamar.
Setelah lelah membereskan kamar, dia beranjak kedapur mencari beberapa makanan cepat saji, untuk dia santap.
"Ternyata menjadi seorang janda seumur aku, tidaklah buruk. Masih bisa mempersiapkan makanan sendiri, masih dinafkahi, tempat tinggal dikasih, mobil dilunasi, indahnya hidup tanpa suami."
BRAAAK....!
Suara pintu utama didobrak paksa oleh seorang pria bertopeng, tanpa tahu siapa mereka. Stela yang masih menggunakan pakaian tidur tipis, karena masih diberi izin cuti diseret oleh tangan kokoh putih bersih, terlihat tato wanita menari dilengan pria itu.
"Siapa kalian?" Stela berlari menuju lemari dapur, mencari senjata untuk melawan. Tangan mungilnya seketika menggigil, karena kehadiran orang yang tidak dia dikenal.
Pria bertopeng itu tersenyum tipis, melakukan perlawanan pada Stela, merebut pisau yang berada ditangan janda muda itu, "Jangan melawan Nona, jika tidak ingin kami sakiti."
"Aaaaagh," Stela seketika memberontak, saat tubuh mungilnya berhasil diraih oleh pria yang belum diketahui statusnya.
"Lepaskan aku!" teriak Stela histeris.
BHUUUUG...!
Seketika tubuh yang masih tercium aroma shampo itu tak sadarkan diri. Pria bertopeng itu menggendong tubuh mungil Stela, meninggalkan apartemen pemberian William mantan suaminya.
"Bawa dia, kita akan memberi kejutan luar biasa pada Yudas. Ini akan menjadi tamparan keras untuk Stefan dan Will, karena telah berani mengacak ranah kita," tawa mereka saat memasukkan tubuh Stela kedalam bagasi mobil.
Dua orang pria bertopeng itu, membawa Stela ke sebuah hotel, dimana Yudas telah menunggu mereka. Nyanyian keduanya saat didalam perjalanan sangat menggangu gendang telinga Stela hingga tersadar dari pingsannya, meringkuk didalam bagasi.
"Apakah kamu tidak tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Aku dengar dia adalah istri William, aku yakin pria satu itu tidak akan mencari istrinya, karena bisnis haramnya tengah ditahan," racau pria bertopeng itu dengan lantang.
Stela seketika terus menerus mengetuk, meronta dari dalam bagasi, agar terlepas dari tangan para bandit tidak jelas itu.
Tibalah mereka disebuah hotel, mobil terhenti. Terdengar dari luar suara seorang pria asing yang menunggu kedatangan mereka.
"Mana wanita itu? Tuan sudah menunggu kalian," pria bule bertubuh kekar membuka bagasi mobil.
BHUUUUG...!
Tendangan kaki kanan Stela, mengenai pria bertubuh besar itu, membuat laki laki bule sedikit oleng karena tendangan wanita oriental itu tepat mendarat didada.
"Bajingan," Pria bule itu kembali meraih tubuh Stela yang berusaha keluar dari bagasi mobil.
"Hmm, kemana kamu akan pergi Nona. Bos telah menunggumu dikamarnya, untuk menikmati keindahan tubuhmu," pria bule itu tertawa, sangat menakutkan bagi Stela Chaniago Leonal Alkhairi.
Dengan sangat mudah pria bule membopong tubuh Stela menuju private room yang telah disediakan oleh para pengawal. Stela terus meminta pertolongan, dengan raut wajah ketakutan. Dia memukul pria tegap, yang menggendongnya seperti karung beras.
"Brengsek kalian semua, aku akan melaporkan kalian kepada pihak berwajib!" teriak Stela dengan terisak ketakutan.
Benar saja, Stela Chaniago Leonal Alkhairi dibawa oleh para orang suruhan pria yang sama sekali tidak dia kenal. Dia yang hanya menggunakan pakaian tipis dengan paha terbuka didudukkan secara paksa disofa kamar hotel yang sangat mewah.
Wajah pria dewasa, sangat mengejutkan Stela, "Bagaimana mungkin pria ini mau menyakitiku. Apa masalah mereka?"
❤️
Wajah pria dewasa, sangat mengejutkan Stela, "Bagaimana mungkin pria ini mau menyakitiku. Apa masalah mereka?"
Stela semakin ketakutan saat pria dihadapannya dengan berani menyentuh paha mulusnya, menjepit dengan kedua kakinya. Tentu wanita berstatus janda itu, berteriak sekencang kencangnya agar ada orang yang menolong.
Pria itu dengan sangat mudah membopong tubuh Stela masuk kedalam kungkungannya, membawa Stela keranjang kingsize kamar hotel mewah berbintang lima.
"Jangan! Lepaskan aku!" Stela memberontak, menjambak rambut coklat itu dengan sekuat tenaga.
Pria itu semakin ganas diatas tubuh Stela, dia justru merobek paksa pakaian tipis yang menjadi pusat perhatiannya sejak awal Yudas membawanya.
"Siapa kau!" Stela masih berusaha menahan tangan pria itu yang sudah berani menyentuh bagian kenyal pribadinya.
Pria itu semakin kasar, dia membuka pakaiannya dengan sangat cepat melewati kenikmatan berbeda diatas tubuh indah Stela.
Stela berteriak keras, menangis sejadi-jadinya, kehormatannya direnggut paksa oleh pria yang tidak dia kenal. Air mata mengalir deras membasahi kelopak mata indahnya yang menerawang seketika menerima hantaman keras dibawah sana.
Dua jam berlalu, Stela berbalut selimut tipis, berusaha mencari seseorang untuk membantunya, agar keluar dari kamar hotel yang tidak dia kenali, "Dimana ini? Siapa mereka? Apa yang harus aku katakan pada keluarga?" tangisnya pecah saat melihat seprei kamar terdapat bercak darah.
"Mama," Stela semakin menangis keras, saat mengetahui dirinya benar benar tidak suci setelah perceraiannya dengan William.
Suara pintu kamar mandi terbuka, seorang pria tampan terlihat keluar dari arah kamar mandi, tersenyum sumringah kearah Stela.
"Hmm, kamu sudah bangun baby?" suara bariton pria itu membuat bulu kuduk Stela semakin meremang.
Pelan Stela menantang tatapan mata pria jahanam yang bertelanjang dada berdiri dihadapannya, "Siapa kamu, apa masalah kalian padaku?" air mata enggan mengering terus membasahi pipi mulusnya.
Pria itu mendekati Stela, "Saat ini kamu milikku baby, aku pikir kamu sudah tidur dengan Will, ternyata salah!"
Stela menautkan kedua alisnya, memukul keras wajah pria tampan itu sekuat tenaga.
PLAAAAK...!
"Apa salah ku padamu! kenapa kamu tega seperti ini. Aku tidak mengenalmu dan aku tidak mengetahui siapa kalian!" wajah Stela memerah menahan perih mengiris hati dan perasaannya.
Pria itu semakin tertawa, meraih wajah cantik alami wanita dihadapannya, "Jangan terlalu membenciku Nona. Kita akan menjadi partner dalam waktu dekat."
Pria itu memberikan satu kotak pakaian terbaik untuk Stela, meletakkan black card unlimited diatas nakas, "Jika kamu sudah pulih, sopir akan membantumu, baby. Semua ini adalah pemberian dariku, daripada kamu keluar hanya menggunakan underware tanpa busana. Aku permisi."
Pria gagah itu berlalu meninggalkan Stela, yang masih shock atas perlakuannya.
Stela meremas sudut selimut penutup tubuh indahnya, berteriak seperti wanita tengah kerasukan, tanpa tahu harus berbuat apa. Dia mencari handphone miliknya, yang tidak ditemukan, "Aaaagh, aku tidak membawa apa-apa selain baju ini," tangannya meremas kesal baju tipis berbahan satin.
"Ini bukan malam pertama, melainkan direnggut paksa oleh pria yang bukan berstatus suamiku," Stela menggeram berusaha turun dari ranjang dengan tertatih.
Perbuatan pria yang tidak dia kenal itu, menambah beban pikiran Stela, "Siapa dia, kenapa dia tega, apakah dia tidak memiliki saudara perempuan?"
Stela menatap lekat kearah cermin, memeriksa seluruh tubuh mulusnya, yang terdapat beberapa kissmark dari perbuatan pria itu.
"Jika aku tahu siapa dia. Aku orang pertama yang akan membunuhnya!" Stela masih berbicara sendiri seperti wanita hilang ingatan.
Mata Stela tertuju pada gelas yang berada tidak jauh dari marmer, seketika terbesit dipikirannya untuk memecahkan gelas kosong tersebut, kemudian mengiris nadinya hingga membuat dia mati sia sia, "Toh, tidak ada yang mengenalku."
Stela melangkah kebawah shower, menyalakan kran air hangat, mengguyur tubuhnya dengan deraian air mata. Malam pertama yang iya bayangkan indah bersama William Danu Barata, ternyata hanya mimpi. Dia harus menyerahkan secara paksa kehormatannya, selama ini dia jaga dari pria yang sama sekali tidak asing dimatanya.
Dua puluh menit Stela berdiri tegak dibawah guyuran air hangat, mata indah nan kini berubah sembab, merasakan sakit luar biasa dibawah sana, saat membersihkan bagian itu. Air matanya kembali mengalir deras, membayangkan wajah kedua orangtua dan semua keluarga yang sangat menyanginya selama ini.
"Ma, maafkan Stela. Ternyata Stela salah menilai Ko Wil," matanya masih terpejam dibawah guyuran air, membuat buku buku tangannya mengeriput, karena terlalu lama bermain air.
Stela beranjak dari tempatnya berdiri, meraih handuk putih nan wangi, menutup tubuh indahnya menggunakan handuk kimono tebal, merasakan kembali kehangatan yang mampu mendamaikan hati dan pikirannya.
Bergegas dia keluar dari kamar mandi, betapa terkejutnya Stela, melihat sosok seorang wanita muda nan tomboi telah menantinya sejak tadi.
"Selamat siang menjelang sore Nona. Saya diminta oleh Tuan muda, untuk menemani anda," suara tegas wanita cantik itu sedikit mengejutkan Stela.
Mata Stela semakin liar, melihat sekelilingnya, berjaga jaga jika ada orang lain selain wanita yang masih duduk disofa kamar hotel.
"Tuan muda, aku tidak mengetahui siapa Tuan kamu. Apa maksud kalian memperlakukan aku seperti ini?" Stela semakin menantang kesal.
Wanita tomboi itu hanya memijat pelipisnya, enggan berdebat dengan Stela, "Apa kamu tidak lapar, Nona?"
Stela mendengus kesal, dia meraih kotak yang berisikan pakaian. Mata indah itu seketika membulat, melihat mini dress berwarna putih dari brand terkenal yang merupakan langganan keluarganya.
"Kenapa pria itu sangat mengetahui kesukaanku. Apakah dia mengenalku?" Stela melirik kearah wanita, yang tengah asik dengan handphone pintar miliknya.
"Hei, Nona. Siapa kalian, siapa namamu?" Stela menatap lekat wajah oriental gadis dihadapannya.
Gadis tomboi itu berdiri, mendekati Stela, "Hmm, me? Perkenalkan, aku adalah Calita. Aku diutus untuk mengurus anda. Mengantarkan anda ke apartemen dengan selamat. Kamu mengerti Nona Stela Chaniago Leonal Alkhairi."
Mata Stela semakin menatap lekat wajah cantik itu dengan tatapan sinis, sambil menelan salivanya, "Hmm, apa kamu mengenal keluargaku?"
Calita hanya tersenyum dingin, dia kembali kesofa, memainkan jemari lentiknya pada layar handphone menghubungi sang tuan muda.
"Bersiaplah, Tuan sudah menunggumu diapartemen yang akan kalian tempati bersama," Calita menegaskan, menatap kearah Stela.
Wajah Stela semakin memerah, menahan perasaan sakit teramat dalam, bahkan tidak mampu menahan emosinya. Perlahan dia meraih pisau buah yang tersedia dimeja bulat ruang tengah kamar hotel, dengan sigap akan menghujamkan pisau itu pada tubuh Calita.
BHUUUUG....!
Seketika Stela terjatuh karena tendangan kaki kiri Calita. Pisau kecil yang berada digenggaman terlepas seketika.
"Sudah saya katakan pada anda, cepat bersiap. Jika tidak, saya yang akan menyeret anda ke parkiran," Calita memilih meninggalkan kamar hotel, karena enggan untuk menyakiti wanita keras kepala dihadapannya.
Stela kembali histeris, berteriak sejadi-jadinya, tidak terima diperlakukan seperti tawanan, apalagi simpanan orang yang tidak dia kenal.
❤️
Stela kembali histeris, berteriak sejadi-jadinya, tidak terima diperlakukan seperti tawanan, apalagi simpanan orang yang tidak dia kenal. Wajah blesteran Padang itu harus menerima kenyataan pahit, setelah pernikahan dadakan yang kandas dimalam pertama, kini harus menelan pil pahit dipaksa melakukan hal terkutuk oleh pria yang hingga kini masih belum diketahui statusnya.
Perlahan Stela menggunakan pakaian yang telah disediakan oleh pria tampan itu, "Ini sangat pas dan indah ditubuh ku," mata sembabnya masih sempat memuji diri sendiri.
Calita kembali masuk tanpa mengetuk dengan wajah sedikit jutek, "Cepat bereskan dandananmu. Tuan muda tidak ingin menunggu lama!" Kalimatnya seakan akan memberi perintah pada Stela, membuat wanita itu semakin jengkel saat berhadapan dengan gadis tomboi yang berkacak pinggang didepannya.
"Heii Nona! Kamu tahu siapa aku?" Stela kembali menantang Calita.
Calita tersenyum remeh, seakan akan tidak peduli siapa gadis dihadapannya, "Saya tidak peduli siapa anda, Nona. Yang saya tahu anda adalah tawanan Tuan muda," gadis itu membalikkan badannya, berlalu meninggalkan Stela.
"Iiiighs, aku juga nggak peduli siapa Tuanmu. Dasar kacung bodoh! Aku akan menuntut kalian, jika aku sudah mendapatkan informasi tentang kalian semua," Stela semakin menggeram dalam hati.
Stela bergegas mempersiapkan dirinya, agar tidak menjadi bulan bulanan gadis tomboi, yang sejak tadi menunggu diluar kamar, dengan pengawalan ketat. Kali ini dia benar-benar seperti tawanan, harus dijaga ketat oleh orang yang tidak pernah dia temui selama ini.
"Aku harus menghubungi Kak Stef. Beliau akan tahu siapa mereka sebenarnya," Stela bergumam sendiri.
Saat gadis itu melangkah keluar kamar, Calita menghampirinya, menggenggam erat lengan Stela, tanpa mau berbasa-basi.
"Lepaskan tanganmu dari kulitku!" Stela melirik tajam kearah Calita.
Calita tidak bergeming, dia justru menjulurkan lidah berwarna merah jambu, membuat Stela semakin kesal.
"Dasar wanita gila. Pasti kamu pecinta sesama jenis. Makanya jadi aneh begini. Cowok bukan, cewek bukan," Stela mengejek Calita.
Tentu gadis tomboi itu semakin kesal saat mendengar celotehan Stela, "Beraninya kamu mengatakan aku penganut lgbt! Aku normal yah!" Calita tersulut emosi.
"Haaah!" Stela semakin menantang.
Mereka tiba dilantai basemen, mendekati mobil velfire seri terbaru berwarna putih, berseri satu, terlihat jelas mobil itu bukanlah milik orang biasa.
Stela menaiki mobil tersebut, tanpa ada paksaan dari Calita, ataupun pria bule yang tadi dia tendang saat berada didalam bagasi. Wajah cantik itu, hanya menekuk. Tidak ingin bercerita selama perjalanan, karena dikepalanya masih banyak pertanyaan.
Mereka memasuki sebuah apartemen mewah, lebih mewah dari pemberian William pada Stela.
"Siapa kalian, apa mau kalian padaku?" Stela tidak kuasa menahan pertanyaan yang sejak tadi berkecamuk dikepalanya.
Calita tersenyum sumringah, "Tenang Nona, nanti juga akan tahu. Yang penting kamu tidak usah melawan Tuan muda kami."
Stela membuang pandangannya, mencari celah untuk melarikan diri, agar tidak terjadi pemaksaan seperti tadi.
Seorang pria bule, membukakan pintu untuk Stela, memegang sedikit kencang lengan wanita cantik itu.
"Lepaskan! Aku tidak akan kabur!" Stela menatap marah kepada pria bule yang tampak tenang menghadapi wanita sepertinya.
Calita berjalan lebih dulu, sementara Stela masih dalam genggaman pria bule yang menggunakan jas hitam seperti mafia terganteng di benua Eropa.
Mereka memasuki sebuah ruangan apartemen yang sangat mewah. Disambut seekor anjing kecil yang berlari menyapa Calita. Seorang pelayan paruh baya, menunjukkan arah Tuan muda yang berada diruang kerjanya, sambil melirik kearah Stela.
Stela mengikuti langkah Calita, menuju ruang kerja Tuan muda, yang baru merenggut paksa kehormatannya.
Pintu ruangan terbuka secara otomatis, pria tampan itu berdiri dihadapan kedua wanita cantik itu dengan senyuman bahagia.
"Selamat datang baby, aku menunggumu sejak tadi. Bagaimana keadaanmu?" Pria itu mendekati Stela, menjentikkan jari kearah Calita, agar keluar dari ruangannya.
Stela menatap tajam kearah pria yang sudah berada didepannya, "Apa maksud anda! Siapa kalian?" air matanya semakin tidak terbendung.
Pria itu memeluk Stela, mencoba menenangkan gadis cantik dengan caranya, tapi wanita blesteran Padang itu menginjak keras kaki pria jahat yang mendekap tubuhnya.
Dengan sigap Stela mengunci tangan pria tegap itu sesuai ajaran sang komandan, "Jangan sok manis, Tuan, katakan siapa anda!"
Pria itu tertawa saat tangannya terpelintir kebelakang, dengan tekanan sedikit kuat yang dilakukan Stela.
"Kamu mau tahu siapa aku?" Pria itu sedikit meringis, melirik kearah Stela.
"Lepaskan tanganmu, jangan mengunci ku seperti ini," suara bariton pria tampan itu semakin terdengar.
Stela mendorong tubuh pria dewasa itu kedepan, menjaga dirinya agar tidak dilecehkan kembali oleh pria yang tidak iya kenal.
"Cepat katakan!" teriak Stela, masih berusaha melindungi dirinya dari serangan mendadak yang sewaktu waktu akan dilakukan pria asing itu.
Pria itu menepuk tangannya, memberi kejutan pada siaran televisi yang menyala secara otomatis.
Sebuah tayangan menyebutkan nama William Danu Barata dan Stefan Leonal Alkhairi, membuat kedua bola matanya membulat seketika. Kaki serasa tidak mampu menopang tubuh sendiri setelah mengetahui siapa mantan suami dan saudara kembarnya.
Stela kembali menantang kearah pria itu, dengan mata berkaca-kaca, "Apa maksud anda memberitahu semua ini?"
Pria itu memberi sebotol air mineral kepada Stela, "Minumlah, kamu dalam pengawasanku, baby."
Stela meraih botol minuman dari tangan pria tegap itu, menenggaknya hingga habis tidak bersisa.
Pria itu semakin tertawa, melihat tingkah laku wanita dihadapannya, "Sepertinya kamu sangat haus, hingga menghabiskan satu botol air mineral dengan satu nafas."
Stela semakin kesal, menantang pria dihadapannya, "Dengar Tuan, jika anda hanya ingin memperlihatkan siapa mereka dihadapan saya, anda salah besar. Ini hanya akal akalan anda saja untuk menarik perhatian semua orang. Menjatuhkan nama baik Ko William dan Stefan."
Pria itu meraih sebuah amplop berwarna coklat, memberikan bukti secara tertulis, "Bisa anda baca, apa yang tertera disini. Saya tidak pernah bicara tanpa bukti, baby. Itu akan menjatuhkan nama baik saya."
Stela semakin penasaran, "Siapa anda, kenapa saya yang anda jadikan sebagai tawanan untuk mencari informasi tentang mereka? Bahkan anda sudah tega merenggut kehormatan saya, sementara kita tidak pernah saling mengenal, apalagi bertemu!"
Pria itu tersenyum, mengangguk, memahami apa yang ada dikepala wanita cantik itu, "Hmm, apa kamu benar benar tidak mengetahui siapa saya?"
Stela enggan menjawab, ingin sekali dia melarikan diri, dari apartemen milik pria tampan itu, melaporkan perbuatan mereka pada pihak berwajib.
"Saya akan melaporkan anda!" Stela mengancam dengan nada meremehkan pria tampan itu.
"Ya, silahkan melakukan hal apapun itu. Jika kamu sudah bosan bertemu dengan keluarga besar kamu," pria itu mematik sebatang rokok, menghempaskan bokongnya kesofa, menghembuskan asap rokok dengan santai, sambil menatap kearah Stela.
Stela hanya menahan rasa amarahnya, mendengar ancaman pria tampan yang sampai saat ini tidak mengatakan data dirinya. Seketika mata indah itu melirik kearah lembaran kertas yang berada dimeja kerja.
"Siapa dia? Apakah dia Adrian Martadinata?" Stela semakin mendekatkan wajahnya kearah lembar pertama, meyakinkan pandangannya, membaca nama yang tertulis.
❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!