NovelToon NovelToon

Tante Melinda

Orkes Dangdut

Tahun 1994.

Musik orkes dangdut terdengar sangat meriah dari rumah pak lurah.

Kemarin, Pak lurah menikahkan anaknya. Dan malam ini adalah jadwal hiburan untuk rakyat di desanya. Dengan mengelar acara orkes dangdut, yang tentu saja, sangat jarang ada di daerahnya, karena biaya untuk acara tersebut tidak sedikit.

Hanya orang-orang tertentu saja, yang bisa membuat acara pesta dengan hiburan musik orkes dangdut yang besar, dengan artis-artis penyanyinya.

Dan artis penyanyi dangdut tersebut, tentu saja sangat cantik dan seksi-seksi.

Meskipun sebenarnya, artis-artis itu bukanlah artis kota, dan terkenal seperti yang ada di televisi. Tapi, tetap saja tampak berbeda, di banding dengan masyarakat biasa.

Apalagi penampilannya di atas panggung. Sangat mengiurkan untuk mata para laki-laki. Baik dewasa, remaja, hingga manula sekalipun.

Acara seperti ini memang jarang ada. Oleh sebab itu, orkes ini sudah lama dinanti-nanti oleh masyarakat sekitar. Tidak hanya penduduk di desa tempat pak lurah tinggal.

Di gang sebelah gang rumah pak lurah. Ada sebuah rumah yang sangat sederhana.

Tok tok tok!

"Lin. Linda!"

"Lin, jadi ikut nonton orkes dangdut di rumah pak lurah gak?" panggil seseorang, yang datang ke rumahnya Melinda.

Melinda, yang biasa di panggil Linda, ditanya temannya. Dia membuka pintu rumah, dan melihat temannya itu sudah siap menjemputnya.

Melinda baru berusia tujuh tahun. Dia juga baru duduk ke bangku sekolah dasar, kelas dua. Sama seperti temannya, yang saat ini datang bertanya padanya.

Temannya itu, adalah tetangga Linda juga.

"Gak ahhh. Gak ada temannya."

Linda menjawab dengan ogah-ogahan. Dia merasa tidak nyaman, karena tidak ada orang tuanya, yang ikut serta menonton orkes dangdut tersebut.

Kedua orang tuanya Linda, hanya petani biasa. Bahkan, sawah mereka juga cuma ada dua petak. Selebihnya, mereka hanya buruh tani, jika ada orang yang membutuhkan tenaga mereka, waktu musim taman atau panen.

"Kan ada Aku. Ada juga teman-teman yang lain. Rame lho Lin. Kapan lagi lihatnya?"

Linda meragu. Dia sebenarnya ingin ikut melihat tontonan orkes dangdut tersebut. Karena selama ini, dia tidak pernah sekalipun melihatnya.

Apalagi, memang sangat lama tidak ada tontonan seperti itu di desanya.

Jika ada pun, hanya layar tancep, yang digelar di lapangan sepak bola desa, tak jauh dari rumahnya.

Jika ada tontonan bioskop layar tancep seperti itu kedua orang tuanya Linda, ikut menonton. Dan yang tentu saja, Linda juga akan diajak pula.

Tapi untuk tontonan orkes dangdut seperti sekarang ini, orang tuanya Linda, memang tidak pernah ikut menonton.

"Coba tanya ibu Kamu. Boleh ikut gak? bilang saja ada banyak temannya, gitu!"

Temannya Linda, kembali membujuknya, supaya ikut menonton bersama dengannya. Karena dia memang tidak sendiri. Ada dua orang lagi, yang menunggu di jalan, di depan rumah Linda.

Mereka berdua, temannya yang menunggu di pinggir jalan, juga seumuran dengannya.

Linda melihat sekilas ke depan, di mana kedua orang yang dimaksud oleh temannya berada.

"Ya sudah. Tunggu ya, Aku pamit dulu sama ibu dan bapak."

Linda akhirnya tertarik, dan tidak bisa menolak ajakan temannya itu.

Dan tak lama kemudian, Linda sudah kembali ke luar rumah.

"Ayok!" ajak Linda, dengan penuh semangat, karena sudah mendapatkan ijin dari ibunya, yang saat ini sedang memijit kaki suaminya, yang katanya sedang pegal-pegal.

*****

Lirik lagu Kerinduan

Aku tahu kau menanti

Sabarkanlah hatimu sabarlah sayang

Aku segera kembali

Rita: Betapa hati rindu pada dirimu duhai kekasihku

Segeralah kembali pada diriku duhai kekasihku

Rhoma: Aku juga rindu lincah manja sikapmu

Aku sudah rindu kasih sayang darimu

Duet: Semoga kota dapatkan bertemu lagi seperti dahulu

Lagu dangdut yang dipopulerkan oleh Rita Sugiarto dan Roma Irama, dinyanyikan oleh dua orang, laki dan perempuan, yang memang anggota dari orkes tersebut.

Iramanya yang mendayu-dayu, membuat semua penonton ikut meresapi lagunya.

Banyak juga dari para penonton yang ikut bergoyang, bersama dengan artis penyanyi dangdut tersebut.

Apalagi, saat lagu berubah iramanya, menjadi lebih kencang dan cepat.

Semua orang berjoget dengan antusias. Apalagi, pakaian sang penyanyi, yang sangat minim, membuat pakaian dalamnya terlihat dari bawah panggung.

Tentu saja, ini membuat sebagian para laki-laki lebih bersemangat dan bergerak ke arah depan, di bawah panggung, supaya bisa mengintip pakaian segitiga cantik, sang artis.

Kakinya yang jenjang, dengan kulit yan putih mulus, membuat gairah laki-laki semakin besar.

Penonton yang hadir, selain laki-laki, ada juga para wanita, yang sekarang jadi tersenyum malu-malu, karena melihat tampilan artis di atas panggung saat ini.

Dengan goyangannya yang meliuk-liuk, membuat penonton juga ikut bergerak mengikuti musik dan lagunya.

Linda, yang menonton bersama dengan temannya, duduk di kursi-kursi yang tersedia, tak jauh dari samping panggung.

"Minggir! Aku mau duduk."

Tiba-tiba, muncul seorang laki-laki dewasa, yang meminta Linda, supaya berdiri, karena kursi yang dia duduki, mau dipakai orang tersebut.

Linda yang merasa takut, langsung berdiri, tanpa berani melihat ke arah laki-laki itu. Apalagi, dia juga tidak melihat keberadaan teman-temannya.

Dan ternyata, teman-temannya itu, sudah berdiri, dan ikut bergoyang bersama dengan para penonton yang lain.

Tapi yang lebih mengejutkan Linda adalah, laki-laki tersebut menariknya, untuk duduk di kursi, yang sekarang sudah diduduki laki-laki itu juga.

Jadi, posisi duduk Linda, dipangkuan laki-laki tersebut.

Linda yang merasa tidak mengenal orang itu, ingin pergi dan bergerak dengan gelisah.

Tapi sepertinya gerakan Linda yang sembarangan itu membuat laki-laki tersebut jadi on, untuk senjatanya.

Linda terkejut lagi, karena ada sesuatu yang mengganjal, di area tempatnya duduk.

Saat Linda ingin turun, laki-laki itu memegang tubuhnya dengan erat. Bahkan sekarang, tangan yang satunya lagi, memegang paha Linda dengan mencengkeram.

Linda tidak bisa bergerak. Dia terdiam di tempatnya duduk, dipangkuan laki-laki itu.

Saat laki-laki itu *******-***** kaki atasnya, dan terus menggerak-gerakkan sesuatu, yang saat ini diduduki oleh Linda.

Linda merasa khawatir, jika dia akan terluka. Dia takut, jika laki-laki itu orang jahat.

Linda kecil, yang polos dan lugu, tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya saat ini.

Dia hanya bisa terdiam di tempatnya, dengan keadaan yang sekarang dia alami.

Sesuatu yang baru dirasakan oleh Linda. Dan kejadian ini juga, yang akan membuat Linda akan terus mengingatnya.

Tapi juga ingin mengulanginya.

Linda kecil tidak tahu, jika telah terjadi sesuatu pada dirinya.

Sesuatu yang bisa merubah segala sesuatu yang ada pada perasaan, kelakuan dan hatinya juga.

Tapi, kejadian itu juga, yang akan merubah segala hal, termasuk rasa ketakutan yang dia miliki untuk jangka waktu yang cukup lama.

Air Hujan Dan Gerimis

Dua tahun kemudian.

Linda sudah berada di kelas empat sekolah dasar. Dia tumbuh semakin tinggi, dan tidak sama seperti kebanyakan teman-temannya yang lain.

Dia juga tampak lebih dewasa, dan tidak seperti usianya yang sebenarnya.

Hanya saja, sifat pendiam dan penakut Linda, yang masih tetap sama seperti dulu. Dia tidak seberani teman-temannya yang lain.

Jika sedang bermain di kebun, dan memanjat pohon jambu atau ceremai, Linda hanya berada di bawah, menuggu temannya yang ada di atas, untuk menerima beberapa buah pemberian mereka.

Dia tidak berani memanjat pohon, sama seperti teman-temannya yang lain.

Padahal, mereka juga sama seperti Linda. Seumuran dengannya, dan sama berjenis kelamin sama, yaitu cewek juga.

Itulah sebabnya, Linda yang sadar dia jika tidak bisa seberani dan segesit seperti yang lain, lebih banyak diam dan berada di rumah.

Linda hanya akan bermain-main, jika ada teman yang mengajaknya, dan menjemputnya ke rumah.

"Linda. Kamu gak main sama Maya?" tanya ibunya Linda, yang melihat anaknya hanya berdiam diri di rumah saja seharian ini.

Maya adalah teman sepermainan Linda. Teman sekelasnya juga, yang biasanya datang mengajak Linda bermain bersama.

"Gak Bu. Linda ada PR banyak, dan ada beberapa buku dari perpustakaan sekolah, yang harus Linda baca. Soalnya, dia hari lagi harus sudah dikembalikan."

Begitulah kebiasaan Linda. Dia akan lebih sering berada di rumah, dengan bacaan-bacaan buku, yang dia pinjam dari perpustakaan sekolahnya, yang tidak begitu besar.

Buku-buku tersebut juga tidak banyak ragamnya. Hanya cerita-cerita rakyat, atau sejarah dan budaya yang ada di Indonesia.

Tapi Linda sudah merasa senang, jika bisa membacanya. Dia merasa jika itu membuatnya lebih banyak tahu, akan hal yang belum tentu ada di dalam pelajaran sekolah biasa.

"Wah, gerimis. Linda, angkat jemurannya ya! Ibu mau menyusul bapakmu ke sawah. Biar cepat selesai dan bisa pulang sebelum hujan deras."

Dari arah luar rumah, ibunya Linda berteriak memangil dirinya.

"Iya Bu," jawab Linda, saat sudah berada di depan pintu.

Linda melihat ibunya, yang sudah pergi berjalan menuju ke arah jalan, yang menghubungkan pemukiman warga desa, dengan jalan ke arah persawahan.

Tak lama kemudian, Linda sudah mengangkat semua jemurannya ke dalam rumah. Dia juga menutup jendela, agar air hujan tidak bisa masuk ke dalam rumah.

Tak sengaja, Linda melihat bajunya yang dulu, yang pernah dia pakai, saat menonton orkes dangdut di rumah pak lurah, malam itu. Dan baju itu sudah sangat lama tidak dia pakai, ada diantara tumpukan baju-baju lama, yang biasanya menuggu untuk dijadikan lap, atau alat untuk membersihkan peralatan dapur ibunya.

Seperti ada sesuatu dalam tubuhnya, yang mengerakkan tangannya untuk mengambil baju tersebut.

Linda membawa baju lamanya itu ke dalam kamar. Mengendusnya, dengan memejamkan mata.

Linda seperti merasakan sensasi yang berbeda, saat dia mengingat kejadian malam itu, hanya dengan membayangkan saja.

Dan ini membuat Linda kelabakan sendiri.

Dia tidak tahu, apa yang terjadi pada dirinya, dan perasaan aneh, yang tiba-tiba muncul dan dia rasakan ini.

"Ahhh..."

Linda mendesah dengan mata yang masih terpejam.

Tok tok tok!

"Linda. Linda!"

Mendengar panggilan tersebut, Linda tersadar dari apa yang dia lakukan di dalam kamar.

"Maya? ada apa ya?" gumam Linda, dengan berjalan keluar dari dalam kamar.

Baju yang tadi dia pegang, dia campakkan begitu saja di tempat tidur.

Kriett!

Pintu rumah di buka Linda dari dalam. "Maya, ada apa? ini sudah gerimis. Aku tidak mau main ke kebun," ucap Linda, sebelum Maya mengatakan maksud kedatangannya ke rumah Linda.

"Bukan ke kebun. Tapi main ujan-ujanan."

Ternyata, Maya mengajak Linda untuk bermain-main dengan air hujan.

"Tapi masih gerimis May, belum hujan deras," sahut Linda, yang ingat dengan pesan ibunya sedari dulu.

Ibunya Linda berpesan pada Linda, jika ingin main hujan-hujanan, itu jika hujan sudah turun dengan deras.

Jika masih dalam keadaan gerimis, tidak diperbolehkan main hujan-hujanan, karena air hujan yang hanya gerimis itulah, yang seringkali membuat seseorang menjadi demam setelahnya.

"Memang kalau yang deras gak akan sakit?" tanya Linda pada waktu itu, lada ibunya, saat memberinya nasihat.

"Ya. Karena Kamu akan cepat berhenti dari main hujan, saat hujan deras, dibanding dengan saat gerimis."

Perubahan suhu yang awalnya normal menjadi dingin memaksa tubuh beradaptasi lebih cepat. Perbedaan suhu ekstrem inilah yang memengaruhi daya tahan tubuh. Air hujan yang menyirami kepala membuat suhu tubuh menjadi lebih dingin, terutama di bagian kepala. Akibatnya, kamu mengalami pusing setelah kehujanan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mandi hujan bisa membuat tulang semakin kuat. Ion negatif yang terkandung pada air hujan dipercaya bisa menghasilkan reaksi biokimia, menetralkan keasaman tubuh dan menghancurkan radikal bebas penyebab rapuhnya tulang.

Jadi, semuanya hanya sebatas kebiasaan seseorang, saat terkena air hujan saja.

Bukan soal hujan yang masih dalam keadaan gerimis, atau sudah deras.

Itu hanya sebuah alasan, agar Linda kecil tidak main hujan di saat hujan tersebut masih gerimis.

Karena di saat masih gerimis, Linda atau anak-anak yang lain, akan membuat alasan untuk bermain lebih lama lagi, di banding saat main hujan deras.

Waktu saja yang membedakan. Karena di saat hujan deras, waktu bermain hanya sebentar saja, dan sudah merasa kedinginan.

"Ya sudah, Aku main dulu. Kamu nyusul nanti, jika hujannya sudah deras ya!"

Akhirnya Maya tidak lagi mengajak Linda, untuk bermain air hujan sekarang. Dia akan bermain terlebih dahulu, bersama dengan temannya yang lain.

"Iya. Sekalian nunggu ibuku pulang ya!"

Linda menjawab dengan berteriak, karena Maya sudah berlalu dari hadapannya.

Sekarang, Linda menutup pintu rumahnya kembali. Dia masuk me dalam kamar, untuk mengerjakan pekerjaan sekolah, yang tadi belum juga dia kerjakan.

Tapi sepertinya Linda belum bisa fokus pada tujuan awalnya, yaitu mengerjakan pr-nya. Sekarang dia justru membaca buku cerita rakyat, yang menceritakan tentang seorang putri.

Linda jadi ikut hanyut dalam suasana cerita yang dua baca.

Apalagi, saat cerita Putri itu menggambarkan sebuah hubungan pernikahan, dengan seorang pangeran.

Linda kembali tidak bisa mengendalikan perasaan anehnya, yang tiba-tiba muncul.

Dengan menelungkup di tempat tidur, Linda merasa tidak nyaman, dan baru terasa lebih nyaman, saat satu bantalnya dia letaknya di bagian bawah perutnya.

Entah apa yang Linda rasakan. Tapi dia merasa sangat senang dengan posisi telungkup seperti itu.

Dan Linda baru mengetahui tentang apa yang terjadi pada dirinya, pada malam itu, dan setelahnya, saat dia berusia empat belas tahun, saat dia berada di sekolah tingkat SMP.

Karena sejak dia sekolah SMP, Linda sering kali melihat dan membaca buku-buku dan novel dewasa.

"Apa Aku tidak normal?"

Begitulah yang dipikirkan oleh Linda, saat menyadari bahwa, dirinya tidak sama seperti teman-temannya yang lain.

Atau bisa jadi, ada juga temannya yang sama seperti dirinya juga.

Tapi karena terbiasa dengan diam, sama seperti Linda juga, akhirnya hanya diri sendiri yang mengetahui dan menyadarinya.

Ruangan Konseling

Tahun 1999

Linda sudah berada di kelas satu SMP. Dia semakin terlihat cantik, dengan kulitnya yang bersih dan tubuhnya yang tinggi menjulang, dengan rambut lurus agak pirang.

Perubahan yang ada pada dirinya, membuat Linda justru merasa minder, karena menjadi berbeda, dengan teman-temannya yang lain.

"Bu. Linda sering di ledek teman, jika Linda bukan anaknya Ibu. Apa Linda anak pungut? anak orang lain, yang Ibu ambil." Linda pernah bertanya pada ibunya, tentang perbedaan fisiknya yang berbeda dengan teman-temannya.

"Kamu anak ibu dan bapak Linda. Tidak usah dihiraukan omongan teman-teman Kamu itu. Mereka hanya iri saja, dengan wajah Kamu yang cantik."

Begitulah jawaban yang diberikan oleh ibunya, pada saat Linda bertanya tentang perbedaan fisiknya itu.

Tapi di sekolah SMP, yang tentu saja, lebih banyak anak-anak, yang datang dari luar desanya, yang tidak tahu bagaimana keadaan dan keluarganya Linda, curiga.

Banyak dari temannya yang mem-bully juga, dengan mengatakan bahwa, Linda adalah anak orang lain, yang di buang, dan ditemukan oleh kedua orang tuanya yang sekarang ini.

Wajah Linda, lebih mirip dengan orang-orang Eropa, atau blesteran Indonesia Eropa. Tentu saja, ini membuat orang lain tidak percaya, jika Linda asli orang Indonesia, dengan kedua orang tuanya yang asli Indonesia juga.

"Anak haram mungkin."

"Mungkin dia anak yang dibuang, karena hasil gelap atau perselingkuhan."

"Bisa jadi, ibu Linda menculiknya, waktu masih bayi, dan ada di rumah sakit."

"Linda anak pembantu, yang diperkosa majikan mungkin?"

"Cocok jadi model atau artis ya."

"Jadi pacarku yang lebih cocok. Hahaha..."

Perbincangan teman-teman Linda, yang cewek dan cowok, tentunya berbeda.

Ada yang curiga dengan latar belakang keluarga dan orang tua Linda, dan ada yang memuji kelebihannya juga.

Bahkan, yang cowok sudah berkhayal jika, Linda akan menjadi pacarnya.

Tapi Linda yang minder dan pendiam, hanya bisa mendengarkan semua perkataan mereka, tanpa bisa menjawab dan menjelaskan tentang alasan perbedaan fisiknya itu.

"Kenapa Linda berbeda Bu?" tanya Linda lagi, pada ibunya, malam hari, di saat dia membantu ibunya mengangkat panci dari tungku api, dengan isi kacang rebus di dalam panci tersebut.

Ibu Linda tidak langsung menjawab pertanyaan dari anaknya itu.

Setelah selesai memiriskan kacang rebus, ibunya Linda baru menjawab pertanyaan tersebut.

"Linda. Kamu terlihat berbeda dengan teman-teman karena, ada nenek buyut, yang dulu-dulunya, pernah menjadi istri dari orang Portugis."

Jawaban yang diberikan oleh ibunya itu, membuat Linda tertarik untuk mendengarkan lebih jauh lagi.

Linda belum pernah mendengar tentang cerita ini sebelumnya.

Ternyata, menurut cerita dari ibunya itu, ada salah satu dari nenek buntutnya, yang pada masa jaman penjajahan dulu, menikah dengan orang Eropa.

Lebih tepatnya orang Portugis.

Dari cerita ibunya ini, Linda menghubungkan antara sejarah di kotanya, dengan beberapa legenda, yang pernah dia baca dari buku-buku perpustakaan sekolah, yang dia pinjam.

*****

Menurut sejarah, di kotanya ini dulunya adalah sebuah kota pelabuhan yang sangat ramai pada waktu itu.

Kota di mana Linda lahir, memang ada sebuah pantai, yang sekarang tidak lagi ada pelabuhan besar.

Hanya ada pelabuhan-pelabuhan kecil yang dipakai untuk menyandarkan kapal-kapal nelayan, atau perahu penyeberangan di pulau-pulau kecil, yang tidak jauh dari tempat Linda.

Meskipun letak rumah Linda dan pantai jauh, sekitar satu setengah jam, tapi bisa Linda saksikan, saat dia datang, jika ada waktu tamasya di sekolahnya, di SD waktu itu.

Di kota ini, ada juga bangunan sejarah, yang menunjukkan bahwa, pada jaman dahulu, bangsa Portugis dan Eropa lainnya, datang dan bermukim juga di kotanya ini.

Para pendatang itu kebanyakan adalah para saudagar kaya atau anak buah kapal, yang tentu saja, datang dan pergi dalam waktu yang sangat lama.

Dalam keadaan seperti itu, banyak dari pendatang yang pada akhirnya bercampur dengan masyarakat setempat, dengan menikah.

Tentunya, anak-anak mereka, akan bercampur juga ras-nya. Alias blesteran.

Sayangnya, dari beberapa keturunan orang-orang tersebut, tidak semuanya sama fisiknya.

Kadang ada yang sangat menonjol, dengan kulit putih pucat dan rambut pirang, sama seperti uban, dan ada yang tidak sama sekali.

Dan keluarga Linda, termasuk yang jarang mengikuti ras Eropa.

Apalagi, itu sudah sangat lama sekali, dari nenek buyutnya Linda yang terdahulu.

Tapi siapa sangka, Linda masih memiliki ras Eropa, yang sekarang dia miliki.

Itulah sebabnya, dia jadi seperti bukan orang Indonesia asli. Sama seperti temannya yang lain.

Meskipun di kotanya ini, Linda bukanlah orang yang berbeda satu-satunya, tapi jika di desanya, yang sudah tidak terletak di dekat pantai dan pelabuhan di kotanya, tentu membuat dirinya sangat berbeda dengan yang lain.

Tapi karena perbedaan ini juga, yang membuat Linda merasa tersisihkan, bahkan dibully teman, dengan sebutan anak haram, dan bukan anak kandung dari kedua orang tuanya.

*****

"Melinda. Apa benar akta lahir Kamu ini?"

Guru bagian konseling, di SMP tempat Linda belajar memanggilnya ke ruangan.

Guru tersebut mendengar, beberapa gosip, jika Linda tidak seumuran mereka, karena fisiknya yang terkesan lebih dewasa, dibandingkan dengan temannya yang lain.

"Benar Pak," jawab Linda dengan menundukkan kepala.

Guru tersebut mengamati bagaimana Linda, yang saat ini duduk di depannya, kemudian melihat lembaran-lembaran kertas, yang dulu dipakai Linda untuk persyaratan masuk ke sekolah ini.

Guru tersebut merasa penasaran, dengan beberapa gosip yang ada, dengan sosok Linda yang belum pernah dia temui.

Ini karena, para murid laki-laki, banyak yang mengatakan bahwa, Linda sangat cocok untuk diajak berkencan.

Hal yang meresahkan pendidik, apalagi, mereka masih ada di sekolah tingkat SMP.

Perubahan mental anak-anak, menjadi remaja, yang tentunya tidak sama, untuk rasa ingin tahu dengan sesuatu yang baru.

Tapi, guru tersebut jadi menelan ludahnya sendiri, saat menatap wajah Linda dalam waktu yang cukup lama.

'Dia punya daya tarik yang sangat luar biasa, untuk seorang laki-laki. Pantas saja, banyak anak-anak cowok yang membicarakan tentang dia.'

Guru tersebut buru-buru mengalihkan perhatian, dari wajah Linda ke arah kertas-kertas yang dia pegang.

Tidak ada yang mencurigakan, dari keterangan kertas-kertas tersebut.

Hanya penampilan fisik Linda, yang memang tidak sama seperti identitas dirinya, yang merupakan anak desa dari kedua orang tuanya, yang hanya bekerja sebagai petani desa juga.

Diam-diam, guru tersebut memperhatikan lagi wajahnya Linda, yang masih dalam keadaan menunduk.

"Diam dan tidak melakukan apa-apa saja, Aku bisa tertarik. Bagaimana jika dia...'

Guru tersebut tampak mengeleng beberapa kali, untuk mengusir apa yang saat ini ada di dalam kepalanya.

Hal yang tentu saja, yang pernah ada di dalam isi kepalanya Linda sendiri.

"Apa Kamu ada acara nanti sepulang sekolah?" tanya guru itu pada Linda.

Linda mendongak, menatap ke arah gurunya, sambil menggeleng.

"Nanti pulang, Kamu ke sini lagi ya."

"Ke ruangan bapak ini lagi?" tanya Linda ragu.

"Iya."

Jawaban dari gurunya yang terkesan dingin di telinga, membuat Linda takut.

Dia merasa tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa. Tapi dengan masuk ke ruang BP, Bimbingan Konseling, itu membuatnya seperti seorang siswi yang membuat kesalahan besar.

"Apa Saya akan dikeluarkan?"

Pikiran Linda sudah kemana-mana. Dia takut, jika dia akan dikeluarkan dari sekolah.

"Tidak. Ada sesuatu yang harus Kamu kerjakan sepulang sekolah nanti, di sini."

***Hayo... pak guru mau kasih kerjaan apa ke Linda ya? 😱😱🧐🧐

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!