Sejak kelas satu SMA Adrian berpacaran dengan Alyn. Kemanapun mereka selalu berdua seperti tidak bisa dipisahkan kecuali saat berada di rumah.
Adrian pemuda yang sangat posesif dan pencemburu, dia tidak suka kalau Alyn berdekatan dengan laki-laki lain. Sifat Adrian lama-lama membuat Alyn merasa bosan. Bahkan untuk berteman dengan sesama cewek pun Adrian juga mengatur, siapa yang boleh dan tidak boleh berteman dengan Alyn.
Alyn cewek supel, ramah, suka bergaul. Sikap Adrian sangat bertentangan dengannya, dia merasa terkekang. Bukan sekali dua kali Alyn meminta putus dari Adrian, tapi laki-laki itu tak pernah melepaskannya. Kadang dia menyesal kenapa dulu bisa berpacaran dengan Adrian. Andai waktu bisa diputar kembali, jangankan berpacaran kenalan pun mungkin dia tak akan mau.
"Lyn, ngomong apa anak itu sama kamu?" tanya Adrian, setelah melihat Alyn ngobrol dengan salah satu teman cowok.
"Oh, dia tadi nanyain tugas bahasa inggris," jawab Alyn datar.
"Emang harus sama kamu nanyanya? gak ada orang lain selain kamu?" Adrian mulai gusar.
"Lah dia kelompokku, aku ketuanya. Ya wajarlah dia nanya sama aku. Kamu ini aneh jadi orang," Alyn mulai merasa kesal.
"Ngapain aja dia di kelas, kog enggak tau apa-apa? emang dia nggak nyimak waktu guru ngasih tugas," geram Adrian.
"Duh kamu tuh ih, ah malas aku. Udah ah sudah waktunya masuk kelas bye!" Alyn meninggalkan Adrian.
"Lyn! Alyn!" teriak Adrian memanggil Alyn.
Alyn tak menghiraukan panggilan Adrian, dan terus berlalu. Untung saja mereka tidak satu kelas, kalau sampai sekelas entah seperti apa hidup Alyn. Ini harus segera diakhiri pikir Alyn.
"Ngapa manyun?" tegur Dyah, teman sebangku Alyn melihat wajah temannya masam.
"Biasa Adrian tu, bikin gue kesel," jawab Alyn sewot.
"Heran, lu kog bisa tahan pacaran sama cowok kayak dia. Ganteng sih ganteng over protektifnya ini lo gak nahan!" ucap Dyah ikutan sewot.
"Lu kira gue tahan, gue udah putusin berkali-kali kagak mau putus juga, gedek gue. Diapain coba?" sungut Alyn.
"Ya, derita elo deh Lyn," Dyah terkekeh.
"Please jangan ngledek, gue lagi butuh solusi," balas Alyn kesal karena diketawain.
"Sorry sorry, ok nanti kita pikirkan," sambung Dyah menghentikan tawanya.
Mereka berdua kemudian terdiam saat guru masuk ruangan dan memulai pelajaran. Alyn melupakan masalah Adrian, dia hanya ingin konsen pada pelajaran. Alyn tidak mau nilainya jelek gara-gara memikirkan hubungannya dengan Adrian.
Saat istirahat Alyn menghindar bertemu dengan Adrian. Dia menghabiskan waktu di perpustakaan, agar Adrian tidak melihatnya.
Adrian kebingungan mencari Alyn, seperti biasa kalau tidak berhasil menemukannya Adrian mengirim pesan berantai menanyakan di mana pacarnya itu berada. Alyn tak mau membaca pesan dari Adrian, dia mematikan ponselnya.
Sekolah melarang siswa menggunakan ponsel, namun tetap saja para siswa membawa ponsel secara sembunyi-sembunyi.
...***...
Pulang sekolah Alyn cepat-cepat meninggalkan sekolah, dia sengaja berjalan agak jauh dari sekolah kemudian baru naik angkot. Rasanya sudah kayak agen FBI, main petak umpet dengan Adrian. Alyn benar-benar sudah bosan dengan perlakuan Adrian padanya.
Sebelum pulang ke rumah Alyn mampir ke konter untuk membeli nomor baru. Dia tak mau Adrian mengetahui nomornya yang baru, pokoknya kalau Adrian dapat nomornya dia akan ganti lagi. Kali ini Alyn bertekad untuk putus dengan Adrian, apa pun caranya yang penting dia harus putus.
Adrian tidak berani mendatangi rumah Alyn. Ayah Alyn tidak mengizinkan anaknya pacaran, Adrian tahu hal itu. Ayah Alyn seorang polisi yang sangat berwibawa dan disegani. Sebenarnya pria itu baik cuma tampangnya saja yang sangar. Wajahnya tegas dan selalu serius, jarang bercanda, tapi kalau di rumah selalu humoris dengan anak dan istrinya.
"Mah ini nomer Alyn yang baru, ya," Alyn menyimpan nomor barunya ke ponsel mamanya.
"Ganti lagi?" Mama Alyn heran.
"Hu um, yang kemarin sudah banyak gangguan Mah," ucap Alyn bohong.
"Dih sok ngartis anak Mamah, makanya nomer hp jangan sembarangan kasih ke orang," kata Mama Alyn.
"Nggak juga Mah, tapi ah sudahlah susah ngomongnya." Alyn berlalu masuk ke kamar, sambil mengirim pesan pada Dyah.
"Ini nomor baru gue, tolong jangan kasih tau siapa pun, Alyn," isi pesan Alyn.
"Ok Bos, lu mau putusin Adrian?" balas Dyah.
"Iya, pokoknya kali ini harus berhasil," balas Alyn.
"Kalau masih juga gimana?" balas Dyah lagi.
"Terpaksa bokap gue yang akan maju," jawab Alyn.
"Hah lo mau ngomong soal ini sama bokap lo? apa gak kena marah nanti?" balas Dyah.
"Mending gue dimarah bokap, palingan juga didiemin dua hari sama gak dikasih uang jajan, dari pada gue terus-terusan sama Adrian," balas Alyn lagi.
"I see ..., ok lah semoga berhasil. Eh tapi kalau Adrian dendam sama lo gimana Lyn?" tanya Dyah lagi.
"Itu urusan belakangan, yang penting gue putus dulu sama dia," balas Alyn.
"Baiklah good luck ya Lyn, semoga masalahmu cepat selesai," balas Dyah
"Thanks," balas Alyn
...***...
Alyn berhasil menghindar dari Adrian. Pemuda itu kelimpungan di sekolah hanya saat jam istirahat saja dia bisa bertemu tapi Alyn selalu menghindar dan susah ditemui. Hpnya juga sudah tidak bisa dihubungi lagi.
Adrian sengaja menunggu Alyn di pintu gerbang sekolah saat pulang sekolah. Dia harus bicara serius dengannya.
"Lyn, Alyn ... tunggu dulu. Aku mau bicara." Adrian mengejar Alyn yang baru keluar dari gerbang sekolah.
"Lyn, jangan menghindariku. Ngomong dong, apa salahku padamu? Kalau aku salah aku minta maaf." Adrian memohon, Alyn menghentikan langkahnya mendengus kesal.
"Aku mau kita putus titik!" kata Alyn ketus.
"Putus, apa masalahnya? gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba kamu diemin aku, sekarang ngajak putus. Kamu tuh suka gitu dikit-dikit putus," sahut Adrian bingung.
"Duh kamu tuh ya, kamu sadar nggak sih sifat mu itu membuatku gak nyaman, kita ini baru pacaran kamu udah kayak gitu," geram Alyn.
"Karna aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu Lyn," balas Adrian.
"Orang tua gue juga sayang sama gue, tapi gak senaif elo!" balas Alyn sengit.
"Aku bisa berubah, aku janji gak akan begitu lagi," ucap Adrian memelas.
"Oh, please deh Adrian. Aku kenal kamu hampir tiga tahun. Selama itu berapa kali kamu berjanji tentang ini, dan apa hasilnya? kamu tetep saja gak berubah. Gue capek, gue pengin menikmati masa muda gue, bukan tersiksa kayak gini!" dengus Alyn kesal.
"Lyn, please kasih aku kesempatan sekali ini," Adrian terus memohon.
"Tidak! sudah cukup Adrian, kalau kamu masih ganggu aku, aku akan bilang sama papaku!" Alyn mulai mengancam Adrian.
Alyn menghentikan angkot yang lewat. Adrian terdiam memandangi kepergiannya. Hatinya terasa sesak, dia tak menyangka Alyn semarah ini padanya. Dipandangnya angkot yang membawa Alyn sampai menghilang.
...***...
note :
Hai kak trimakasih sudah mampir di coretanku, semoga kalian suka ceritanya. Jangan lupa like komennya biar semakin semangat nulis lanjutan ceritanya. Big hug yah💗
Adrian terus berusaha mendekati Alyn, tapi gadis itu tetap tidak mau berbicara dengannya. Sudah cukup buat Alyn memberinya kesempatan, apa pun usaha pemuda itu tidak akan ia terima lagi.
"Lyn,dengar dulu." Adrian mencoba untuk berbicara dengan Alyn.
Alyn menepis tangan Adrian meninggalkannya begitu saja. Adrian memandang kepergian Alyn, hatinya mulai kesal. Dia tak percaya sikap Alyn berubah kasar padanya. *Apa dia sudah punya pacar lag*i? pikir Adrian.
"Jangan coba-coba meninggalkanku Lyn." Adrian mengepalkan tangan, menahan amarah di hati. Dia merasa Alyn sudah menghianatinya.
...***...
Alyn dan Dyah saling bercanda di kelas, sikapnya berubah, dia terlihat lebih santai dan ceria.
"Kamu udah putus beneran sama Adrian?" tanya Dyah penasaran.
"Aku udah putusin, tapi dia masih aja gak ngerti. Heran gue diapain biar dia menjauh dari hidup gue," dengus Alyn kesal.
"Dia cinta mati ma elu," ledek Dyah sambil terkekeh.
"Kalau dia nggak seperti itu mungkin aku bertahan, tapi sifatnya bikin gue gak panjang umur," gerutu Alyn.
"Dulu kog kamu bisa jadian sama dia sih Lyn?" tanya Dyah heran.
"Dulu dia baik, manis, pengertian lama-lama cemburuan parah. Mulai ngatur-ngatur, aku harus temenan sama siapa, 'kan gila." Alyn mencurahkan kekesalannya, kalau membicarakan Adrian bawaannya emosi.
"Iya juga sih, mungkin saking takut kehilangan sama kamu dia jadi begitu," sambung Dyah.
"Tau gak sih lo? gara-gara ini gue jadi takut mau pacaran lagi. Trauma gue." Alyn menyandarkan punggungnya di kursi, matanya menerawang jauh.
"Mmm emang kamu mau jadi jomlo sampai tua?" ledek Dyah sambil tertawa.
"Entahlah, aku mau sendiri dulu menikmati masa kebebasan gue. Entah nanti kalau udah kuliah baru mikir cowok lagi," desah Alyn pelan.
...***...
Sejak tak bisa bersama Alyn lagi, Adrian sama sekali tidak konsentrasi dengan pelajaran. Pikirannya hanya tertuju pada Alyn. Sikap kekasihnya itu membuatnya gelisah.
"Adrian! Adrian!" Pangilan guru membuyarkan lamunan Adrian.
"Mmmm iya Pak?" jawab Adrian gugup.
"Coba kamu terangkan yang sudah Bapak bahas tadi!" suara guru itu meninggi.
"Mmmmm ...." Adrian menggaruk kepalanya.
Adrian tak tahu apa yang diminta oleh gurunya, karena sedari tadi pikirannya sedang berkelana.
"Kalau kamu tidak menyimak pelajaran saya, silahkan keluar!" bentak guru itu kesal.
Adrian menunduk tak berani menatap wajah gurunya.
"Keluar sekarang, tidak usah ikut pelajaran saya!" usir sang guru murka.
Adrian berdiri dengan lemah melangkahkan kakinya keluar dari kelas.
"Huuuuu! lagi patah hati dia pak!" teman-teman Adrian malah menyorakinya.
"Sudah-sudah ayo kita belajar lagi." Guru pun melanjutkan pelajaran.
Adrian melangkahkan kaki ke kantin, di sana sambil menunggu hingga pelajaran usai. Ada beberapa siswa yang juga sedang berada di kantin saat itu.
"Cabut dari kelas juga?" tegur Bimo pada Adrian.
"Biasa diusir gara-gara gak fokus." Adrian tertawa pelan.
"Tumben lo gak fokus, biasanya kamu anak paling rajin." Bimo heran, mereka pernah satu kelas saat kelas satu dia tahu Adrian bukan tipe murid nakal.
"Biasa Bray, lagi banyak pikiran," jawab Adrian ngeles.
"Lu masih sama Alyn, awet banget ya kalian?" Bimo duduk di sebelah Adrian.
"Karena itu gua diusir dari kelas." Adrian mendesah.
"Soal Alyn bikin kamu gak fokus belajar?" Bimo menertawakan Adrian.
"Iya, dia mutusin gue," jawab Adrian lirih.
"Ya elah Bro, kamu 'kan lumayan ganteng bisa nyari yang lebih dari Alyn. Hilang satu tumbuh seribu Bro!" Bimo menepuk pundak Adrian.
"Gak semudah itu Bim, gue sama dia hampir tiga tahun. Cewek selain dia gue gak tertarik," balas Adrian.
"Noh lihat anak kelas satu cakep-cakep masih polos lagi, kalau lu tembak salah satu dari mereka udah pasti klepek-klepek," bujuk Bimo.
"Hmmm dasar lo." Adrian tersenyum getir.
Mereka memesan minum dan makanan kecil, sambil menunggu jam pelajaran usai Adrian menghabiskan waktu berbincang bersama Bimo.
...***...
Bel istirahat berbunyi, Alyn dan Dyah bergegas ke kantin, sesampainya di kantin mereka bertemu dengan Adrian dan Bimo. Adrian mau mendekati Alyn tapi dicegah oleh Bimo.
"Ngapain? dia udah mutusin, lo masih aja mau datangin. Jaim dikit ngapa jadi cowok!" Sergah Bimo.
Adrian mengurungkan niatnya dia hanya memandang Alyn dari jauh. Sementara Alyn yang melihat ada Adrian cepat-cepat mengajak pergi Dyah, dia malas bertemu dengan Adrian.
"Tumben dia gak deketin kamu Lyn?" bisik Dyah.
"Sstt, sudah biarin. Aku malah senang dia begitu. Ayok cepetan kita pergi, beli di sana saja tempat Pak Dhe," ajak Alyn. Adrian ingin mengejar tapi lagi-lagi Bimo melarangnya.
"Please Adrian kamu jangan seperti itu," larang Bimo.
"Tapi Bim," Adrian mendengus kesal.
"Eh Putri!" panggil Bimo pada salah satu siswi yang sedang belanja di kantin.
"Iya Kak," Siswi yang bernama Putri mendekat.
"Kamu mau makan? sini duduk sama kami," Bimo menyuruh Putri duduk di sebelah Adrian.
Putri melihat sekeliling, semua tempat duduk sudah penuh, akhirnya Putri duduk di samping Adrian. Adrian melengos tak begitu peduli dengan kedatangan Putri.
"Kamu kelas satu apa?" tanya Bimo basa-basi.
"Saya satu C, Kak," jawab Putri malu-malu. Putri melirik Adrian yang dari tadi terlihat cuek.
Bagi siswi kelas satu Adrian tergolong cowok idaman, wajah ganteng dan cuek membuat daya pikat tersendiri. Adrian sering jadi bahan omongan para siswi kelas satu.
"Wah sama dong kami dulu juga kelas satu C, iya 'kan Adrian?" Bimo mengajak Adrian bicara.
"Hmm iya," jawab Adrian singkat.
"Kakak udah makan? saya makan dulu ya," pamit Putri.
"Kami udah dari tadi, kami dihukum gak boleh ikut pelajaran jadi kami nongkrong di sini," jawab Bimo terkekeh.
"Kak Adrian makan yuk," tawar Putri.
"Aku udah makan, kamu makan aja," jawab Adrian sambil meminum tehnya yang tinggal sedikit.
"Kak Adrian ikut eskul apa?" Putri semakin tertarik berbincang dengan Adrian.
Bimo senang melihat putri mengajak Adrian bicara, setidaknya Adrian tidak terus-terusan mengingat Alyn.
"Aku, ikut karate," jawab Adrian datar.
"Wah hebat, aku mau ikut karate juga lah," seru Putri.
"Hmm boleh saja asal kamu tahan sakit," sahut Adrian datar.
"Tidak apa-apa, asal Kak Adrian yang ngajarin," Putri mulai berani menggoda Adrian.
Bel tanda masuk berbunyi, Adrian bangkit dari duduknya membayar makanan yang mereka pesan termasuk pesanan Putri. Gadis itu semakin senang, dan mengagumi Adrian.
"Terimakasih ya, Kak," ucap Putri.
"Hmmm ok," balas Adrian tanpa melihat Putri.
Bimo tersenyum melihat Putri, mata gadis itu berbinar tanda dia menyukai Adrian. Adrian dan Bimo masuk ke kelas masing-masing demikian juga dengan Putri.
Hari ini hari yang sangat indah buat Putri bisa ngobrol dengan Adrian, pasti teman-temannya akan iri. Semua cewek kelas satu mengidolakan sosok Adrian. Putri berharap bisa semakin dekat dengannya. Dia akan ikut eskul karate agar bisa bertemu dengan Adrian lagi. Demi Adrian dia rela menahan sakit latihan karate.
...***...
note:
Hai trimakasih sudah mampir dinovelku, mohon kritik dan sarannya biar lebih semangat nulis dan memperbaiki cara penulisan. Trimakasih untuk like dan votenya tanpa kalian apa artinya diriku.
Sejak bertemu dengan Adrian, Putri selalu terbayang wajah pemuda itu. Kadang dia senyum-senyum sendirian membayangkan ketampanan Adrian. Kalau dia bisa memacari Adrian, pasti teman-temannya pada heboh. Hal paling keren kalau bisa pacaran sama anak kelas tiga.
Putri bertekad mengikuti kegiatan eskul karate agar bisa bertemu dengan Adrian. Selama ini dia tidak pernah membayangkan akan ikut eskul yang ekstrim. Demi mendekati Adrian gak apa-apa walau harus sakit-sakit dulu pikirnya.
Putri mendekati Bimo yang sedang duduk sendirian. Dia ingin menanyakan tentang Adrian padanya.
"Kak, mana Kak Adrian?" tanya Putri malu-malu.
"Aku gak ketemu dia hari ini, mungkin dia di kelasnya. Ada apa?" tanya Bimo penuh selidik.
"Kak Adrian bukannya sudah punya pacar ya, sama kak Alyn kalau gak salah?" Putri mencoba mengorek tentang Adrian.
"Iya, Adrian emang pacaran sama Alyn dari kelas satu malahan," terang Bimo.
Putri langsung kecewa mendengar cerita Bimo. Pemuda itu menyadari raut kecewa di wajah Putri.
"Kamu suka sama Adrian?" goda Bimo.
"Mmm, kalau saingannya Kak Alyn, Putri mundur deh. Kak Alyn 'kan cantik orangnya," jawab Putri pelan.
"Eits tenang dulu, Alyn udah mutusin Adrian kog. Mereka lagi marahan, kamu pepet aja terus si Adrian, nanti Kak Bimo bantuin," bujuk Bimo.
"Hah, beneran Kak?" Putri tak percaya ucapan Bimo. Hatinya berubah bahagia karena masih ada harapan untuk mendekati idolanya.
"Iya bener, Adrian sendiri yang bilang sama Kakak kemarin," terang Bimo.
"Kak, boleh nggak minta nomer hp Kak Adrian? please," Putri memohon.
"Boleh, tapi gak gratis," jawab Bimo sambil mengerlingkan mata.
"Hah, bayar ya?" Putri merengut kecewa.
"Ya iyalah, gak ada yang gratis di dunia ini Sayang," Bimo menyeringai penuh misteri.
"Jadi bayar berapa dong, jangan mahal-mahal uang sakuku gak banyak," ucap Putri memelas.
"Tenang, gak bayar pakai duit kog," Bimo mengedipkan matanya.
"Jadi pakai apa?" Putri bingung dengan jawaban Bimo.
"Ya kenalin dong gue sama temen lo yang cantik, biar kita bisa jalan bareng kalau lagi ngedate," pinta Bimo.
"Oh cuma itu, ya nanti Putri kenalin sama temen Putri." Putri senang mendengar permintaan Bimo yang menurutnya tidak sulit.
"Mana hp lo?" pinta Bimo.
Putri menyerahkan hpnya pada Bimo, Bimo meraihnya dan membuat panggilan ke nomor miliknya.
"Kog miss call nomor Kak Bimo sih?" Putri cemberut dia kecewa merasa dipermainkan.
"Ya bentar lah, 'kan aku juga perlu tahu nomor kamu. Masa nomor Adrian saja yang kamu minta. Ok pulang sekolah temuin Kakak di belakang ruang lab ya." Bimo berlalu sambil membawa hp Putri.
Putri bengong melihat Bimo pergi begitu saja sambil membawa hp miliknya.
"Kaaak!" Putri memanggil Bimo yang berlalu pergi.
"Pulang sekolah jangan lupa." Bimo terus berjalan tanpa menoleh lagi.
Putri kesal dengan kelakuan Bimo, dia menyesal mendatangi pria itu untuk minta nomer hp Adrian. Bimo tersenyum penuh kemenangan, dia sedang memikirkan apa lagi yang akan dia minta sama Putri saat pulang sekolah nanti. Matanya berbinar penuh kelicikan.
...***...
Bel pulang sekolah telah berbunyi, para siswa dan siswi berhamburan keluar kelas. Putri bergegas ke belakang ruang laboratorium untuk mengambil hp yang dibawa oleh Bimo.
Tidak ada siapa pun di sana, Putri mendengus kesal merasa dipermainkan oleh Bimo. Setelah menunggu beberapa saat Putri memutuskan untuk pulang karena takut sendirian. Bimo datang dengan senyum kemenangan, Putri memandangnya dengan kesal.
"Dari mana sih? aku takut tau di tempat sepi begini, mana gak ada orang lagi. Mana hpku!" bentak Putri.
"Duh jangan marah, kelas Kakak baru saja bubar. Nih hpnya sewot aja lu." Bimo menyerahkan hp Putri.
Putri mau mengambil hp, Bimo malah mengangkat tangannya ke atas, gadis itu tidak bisa meraih tangan Bimo yang tubuhnya lebih tinggi darinya.
"Ih Kakak jangan main-main, aku mau pulang nih," sungut Putri kesal.
"Masih ada satu syarat lagi," ucap Bimo.
"Ap ...." suara Putri tertahan.
Belum selesai Putri bertanya Bimo sudah mendorong badan Putri ke dinding, mencium bibir putri dengan ganas. Putri tidak menyangka Bimo akan melakukan hal itu. Dia berusaha melawan, tapi tenaga Bimo terlalu kuat. Akhirnya Putri memilih diam tidak melakukan perlawanan, ciuman Bimo begitu liar sampai bibir Putri terasa panas.
"Bibirmu manis sekali Putri, bikin aku ketagihan," Bimo mengulang lagi, kali ini lebih lembut karena Putri tidak memberikan perlawanan.
Gadis itu menikmati ciuman Bimo, dan membalasnya. Bimo senang mendapat balasan dia mulai meraba tubuh Putri yang mulai pasrah.
"Hmmm terimakasih ya, nih hpnya." Bimo menyudahi aksinya.
Putri terhenyak menerima hpnya dengan napas masih tersengal. Bimo menepuk lembut pipi Putri, mengecup pelan lalu meninggalkan gadis itu begitu saja.
Gadis itu termangu beberapa saat. Seumur-umur dia belum pernah dicium oleh cowok. Tadinya Putri ingin marah tapi setelah mengecek ada nomor hp Adrian di ponselnya dia langsung bergembira.
Tak apalah bayar dengan ciuman, toh Bimo juga termasuk cowok keren di sekolah. Bekas ciuman Bimo masih terasa panas di bibirnya, dia pulang dengan senyum mengembang.
Sesampainya di rumah Putri berdiam di dalam kamar. Berdiri di depan kaca memandangi bibir yang bekas dicium oleh Bimo, tiba-tiba hatinya terasa hangat.
Dering suara ponsel membuyarkan lamunannya. Panggilan dari nomor tak dikenal, Putri penasaran kemudian mengangkatnya.
"Hai Put, sudah kamu hubungi si Adrian?" suara Bimo menyapa di ujung sana.
"Ng, Kak Bimo?" tanya Putri.
"Iya ini gue, kenapa? kamu masih terbayang ciuman gue tadi ya, gimana enak nggak," Bimo menggoda Putri. Wajah Putri memerah antara malu dan senang.
"Ah Kakak jahat!" Putri pura-pura marah.
"Sorry Sayang, habis bibirmu gemesin. Gue gak tahan lihatnya, tapi lo suka 'kan? buktinya tadi lo balas cium gue," Bimo terkekeh.
"Is Kakak ...!" Putri semakin malu dibuatnya.
"Kalau kamu mau lagi, aku bisa cium kamu lagi kapan-kapan," ucap Bimo bangga.
Putri tersenyum mendengar rayuan Bimo, padahal dia ngejar Adrian tapi malah Bimo yang nyosor duluan.
"Tapi Kakak mau bantuin Putri dapetin Kak Adrian 'kan?" tanya putri.
"Tenang saja, aku akan bantuin kamu dapetin Adrian. Aku siap jadi ban serep, kalau Adrian nolak kamu, ada aku yang siap menerimamu." Bimo terkekeh.
"Ah Kak Bimo nakal." Putri semakin berbunga.
"Bener. Apa aku kurang ganteng dari Adrian? kamu pasti akan lebih bahagia denganku dari pada sama dia," sambung Bimo kali ini dia lebih serius.
"Mmm Kakak ganteng juga sih, tapi Putri naksir sama Kak Adrian," jawab Putri bimbang.
"Iya deh kamu kejar aja Adrian itu, nanti kamu bandingkan enak mana sama dia apa sama aku," jawab Bimo.
Putri terdiam dia bimbang. Bimo orangnya spontan, kalau Adrian dia cuek dan bikin penasaran susah ditaklukkan, tapi Bimo juga sangat menyenangkan.
"Ok Put, good luck ya selamat berjuang. Bye." Bimo mengakhiri sambungan telponnya
Putri duduk termangu memandangi wajahnya di kaca. Dia mulai ragu pilih Bimo yang sudah pasti akan menerimanya, sedang Adrian dia harus berjuang dulu untuk mendapatkannya.
...***...
note :
Hai... trimakasih sudah membaca tulisan ini, selamat berpuasa bagi yang sedang menjalankan. Trimakasih juga sudah like dan vote tulisan ini. semoga sehat selalu murah rejeki💗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!