NovelToon NovelToon

Mencintaimu Dalam Diam

MDD bab 1-Pertemuan

Untuk pertama kalinya Anita memulai hari sebagai mahasiswa angkatan 2018 di sebuah universitas swasta di daerah Jogja. Embun pagi masih terlihat, kabut pagi menemani perjalanan Anita kali ini. Jaket tebal yang dikenakannya tak mampu menghadang udara dingin yang menusuk. Ya, masih di awal pagi bahkan Ketika kebanyakan orang masih berselimut. Tetapi Anita sudah membelah jalanan dengan motornya menuju kampus yang jaraknya hampir 30 kilometer jauhnya. 45 menit waktu tempuh normal, tapi karena masih di awal pagi, jalanan masih sepi sehingga Anita bisa mempersingkat waktu tempuhnya 10 menit lebih awal.

“brrrrr…diiiingiiinn..masih jauhkah?” Anita bergumam dibalik helmnya sambil menahan dingin.

Setelah 35 menit membelah jalanan, akhirnya Anita sampai di depan kampus atau biasa disebut boulvard. Gapura depan melengkung tampak megah, Sekitar 300 meter di depan terlihat masjid yang berdiri tak kalah megah namun membuat setiap orang yang melihatnya terasa teduh. Anita melaju menuju Gedung fakultasnya kemudian mencari tempat parkir. Hari ini adalah jadwal ospek mahasiswa baru. Setelah memarkirkan motornya Anita berlari kecil menuju titik kumpul tempat dilaksanakannya apel pagi.

“semoga nggak terlambat..” gumamnya kemudian mempercepat jalannya yang sekarang menjadi berlari kecil menyusul seseorang di depannya.

“hai..boleh tanya nggak jam berapa sekarang? Belum terlambat kan?” Anita memberanikan diri bertanya tapi dengan tatapan menelisik dan sedikit bingung.

Sepertinya dia bukan mahasiswa baru, dia nggak pakai seragam yang ditentukan. Atau jangan-jangan dia senior. Anita bergumam dalam hati

Tiba-tiba dia merasa sedikit tertekan lalu mundur selangkah menjauhkan diri.

“sekarang jam 5.57..” jawabnya laki-laki itu.

“aaah..3 menit lagi.. Apa masih jauh lokasi apelnya?” tanya Anita lagi, memastikan agar dia tidak tersesat dan membuatnya semakin terlambat. Sebagai mahasiswa baru tentu saja dia tidak tahu menahu lokasi yang ditentukan sebagai titik kumpul dan juga tempat-tempat yang lain. Hanya dua tempat yang dia tahu, masjid kampus dan juga gedung fakultas dia sendiri.

“di sana..cepatlah agar tidak terlambat..” sambil menunjuk arah titik kumpul.

Anita segera berlari Ketika orang tersebut menunjuk suatu tempat. Tiba-tiba Anita berhenti, Ah, dia lupa berterimakasih.

“Terima kasih..” Anita sedikit berteriak agar orang tersebut mendengarnya, tak lupa ia sedikit menganggukkan kepala sebagai tanda terimakasih dan hormat. Tanpa sepengetahuan Anita, seseorang tersebut mengamatinya sambil tersenyum simpul.

Anita mengatur nafasnya dan segera mencari barisan Fakultasnya. Fakultas MIPA. Berjalan perlahan dan mengedarkan pandangan membaca satu per satu papan nama fakultas.

“ketemu..” ucapnya lirih. Anita segera memposisikan diri di dalam barisan.

“hai..aku Zahra, nama kamu siapa?” Zahra yang berdiri di sebelah Anita menyodorkan tangannya dan Anita menyambutnya.

“aku Anita.” Jawaban singkat tidak lupa melempar senyum.

“oh, kamu jurusan apa Nit?” Zahra memulai pembicaraan lagi.

“aku jurusan Matematika. Kamu?” Anita berbalik bertanya basa-basi agar tidak terlalu canggung.

“waah..kita satu jurusan..mmm, kira-kira bakal satu kelas nggak ya.. hehe”

Anita hanya melempar senyum dan mengendikkan bahunya.

“Sepertinya Zahra anaknya menyenangkan, berkebalikan denganku.” Ucap Anita lirih, dalam hatinya terasa masam. Setelahnya Anita terus mengamati Zahra yang sedang mengobrol asik dengan teman sebelahnya. Tentu saja Anita tidak mengenalnya, dan terlalu canggung untuk ikut dalam pembicaraan mereka.

Zahra adalah gadis yang lugas, ceria dan apa adanya. Dia sangat mudah bergaul, sehingga tidak heran baru hari pertama saja dengan mudahnya dia mendapatkan teman banyak. Berbeda dengan Anita.

Kelemahan Anita adalah dia tidak bisa memulai pembicaraan kepada orang asing kecuali ia benar-benar terdesak seperti ketika dia bertemu dengan orang sebelumnya untuk bertanya jam dan lokasi. Akan tetapi, saat sudah mengenal dan mengobrol beberapa saat Anita adalah tipe orang yang menyenangkan.

Syukurlah ospek di kampus ini benar-benar berbeda dengan kampus kebanyakan, tidak ada perpeloncoan, tidak ada kostum yang macam-macam, tidak ada tantangan aneh-aneh dan hal-hal menyebalkan lainnya. Di kampus ini ospek yang dilaksanakan benar-benar seperti maknanya. Pengenalan kampus. Berkenalan dengan sejarah kampusnya, berkenalan dengan tokoh pendirinya, berkenalan dengan seluruh lingkungannya. Kampus yang indah. Sangat menyenangkan. Hingga tak terasa masa-masa ospek berakhir.

MDD BAB 2-Teman Baru

Dua minggu kemudian, aktivitas Anita sebagai mahasiswa jurusan Matematika benar-benar dimulai. Setalah mendapatkan jadwal mata kuliah sekaligus ruang kelasnnya, Anita berkeliling sebentar mencari Zahra. Selama ospek, hanya Zahra dari sekian orang yang dikenalnya saat itu yang satu jurusan dengan Anita. Dan saat ospek Anita lupa tidak menanyakan nomor handphone Zahra.

Lelah berkeliling Anita memutuskan menuju kantin Fakultas, tenggorokannya sangat kering. Ia memesan es teh manis dan mengambil sepotong roti sandwich kemasan untuk mengganjal perutnya lalu mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk kosong. Dan tepat saat itu, Anita melihat seseorang yang sangat dia kenal.

“sepertinya itu Zahra..” Anita mencoba menelisik. “Ah benar itu Zahra”. Anita bergumam sendiri.

“Zahra…” panggil Anita sedikit berteriak sehingga membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Anita dengan cepat membekap mulutnya sendiri dengan satu tangan dan menunduk malu.

“Anita.. sini..” Zahra memanggil Anita sambil menepuk kursi di sebelahnya sebagai tanda agar Anita ikut bergabung dengannya. Anita kemudian mendekati Zahra dan duduk di sebelahnya.

“Zahra, kamu udah ambil jadwal? Kamu dapet kelas apa?” Anita kini memulai pembicaraan terlebih dulu.

“sudah, aku kelas C Nit. Aku hari ini nggak ada jadwal, mata kuliahku dimulai besok. Kamu?” jawab Zahra yang kini menyeruput es kopi nya.

“yah.. kita nggak sekelas. Aku kelas A, dan hari ini mata kuliah pertama ku ba’da dzuhur.” Anita tampak lesu tiba-tiba. Tentu saja, karena Zahra satu-satunya yang saat ini dia kenal ternyata tidak sekelas. Itu artinya Anita harus memulai percekapan baru dengan orang asing. Dia hanya berharap mendapat teman sekelas yang baik dan ceria seperti Zahra.

“kamu kelas A? Ah, dia juga kelas A lho..” Zahra kemudian menunjuk dua teman di depannya.

“benarkah? Kenalkan aku Anita..” kali ini Anita memulai terlebih dahulu. Ah, ternyata tidak sesulit itu, pikirnya. Atau karena ada Zahra disampingnya sehingga Anita merasa percaya diri.

“aku Dian..” dian mengulurkan tangannya dan disambut Anita begitu juga teman satunya.

“aku Ari..”

Mereka melanjutkan obrolan dan sesekali diselingi canda tawa. Hingga tak terasa adzan Dzuhur berkumandang, mereka berempat bergegas ke mushola fakultas untuk menunaikan ibadah sholat. Setelah cukup lama mengantri giliran sholat dikarenakan shaf penuh kini Anita, Dian dan Zahra bisa menunaikan sholat. Selesai sholat Dian, Anita dan Zahra saling bertukar nomor handphone.

“Ra.. simpan nomormu disini..”Anita memberikan handphonenya pada Zahra.

Tut.tut.tut.tut.tut..beberapa kali.

“ok,sudah.” Mengembalikan handphonenya pada Anita, lalu Anita menelfon Zahra.

“itu nomorku. Simpan ya.. walaupun kita nggak sekelas tapi kita harus tetep berteman dan nongkrong bareng-bareng sesekali.” Anita tampak antusias.

“siap..hubungi aku kapan aja. Aku pergi dulu ya, oh ya kabari aku nanti gimana dosen kita nanti..hehe” Zahra berbisik agar orang lain tidak mendengar.

Anita dan Dian hanya bisa tertawa kemudian mengacungkan jempol. Lalu berjalan bersama menuju ruang kuliah yang berada di lantai 4.

“kamu gimana bisa kenal Zahra, yan?” tanya Anita kepada Dian

“mm..waktu ospek dia duluan yang deketin aku..” jawab dian singkat.

“oh ya.. sama, dia begitu juga ke aku. Kayaknya dia berkeliling mengajak satu per satu orang buat kenalan. Haha..”

“Zahra dan aku kebetulan juga satu provinsi dan mungkin karena itu kami jadi dekat. Karena biasanya kalau berada di tempat baru terus ketemu orang yang tinggal satu daerah tiba-tiba berasa jadi akrab seperti ketemu saudara jauh. Kata ibu ku sih gitu.” ujar Dian.

Anita cuma manggut-manggut mendengarkan penjelasan Dian. Selama ini Anita tidakcpernah merasa begitu, karena dia tidak pernah tinggal sendirian di luar kota.

Mereka hampir sampai di lantai 4 tinggal beberapa anak tangga lagi, Anita terkejut melihat seseorang berlari ke arahanya dan tiba-tiba berhenti di depannya, sepertinya mengerem langkahnya dengan sigap agar tak bertabrakan dengan Anita.

“aarrgghh...” Anita berteriak terkejut dan tangannya reflek mencari pegangan di lengan dian, kakinya menuruni satu anak tangga untuk menjaga keseimbangan, Anita Benar-benar menahan diri agar tidak jatuh kebelakang.

“maaf..maaf.. saya terburu-buru. Kamu tidak apa-apa kan?” orang tersebut juga reflek menyodorkan kedua tangannya untuk Anita, tetapi tangan itu hanya mematung di udara.

Anita hanya menggeleng tidak bersuara dan menatapnya sekilas, lalu beberapa Langkah memiringkan badannya untuk memberi jalan untuk orang tersebut.

“terima kasih dan maaf sekali lagi..” berlalu pergi meninggalkan Anita dan Dian dengan berlari menuruni anak tangga.

Anita terus memperhatikan sampai sosoknya benar-benar tidak terlihat oleh mata lentiknya. Dia merasakan jantungnya berdetak tak beraturan seperti mau lepas.

Apa ini? Ah, mungkin karena kaget tadi. Pikirnya sambil terus memegangi dada agar tidak ketahuan oleh Dian.

“Ayo Anita..” ajak Dian, lalu mereka melanjutkan langkahnya menuju ruang kuliah.

MDD BAB 3-Tempat Favorit

Masih sekitar 15 menit sebelum kelas dimulai, dan selama itu Anita hanya melamun. Beberapa kali Dian menegur, tapi Anita selalu bilang “tidak ada apa-apa”. Tetapi jantungnya mengatakan bahwa sesuatu telah terjadi. Sosok tadi, berhasil mencuri perhatian Anita. Tiba-tiba dia teringat pada seseorang yang pertama kali dia temui saat di kampus.

Ah, jam..orang yang aku tanyai jam nya. Batin Anita, tanpa dia sadari senyum simpul mengukir di wajahnya.

Dulu tidak sedekat ini berhadapan dengannya dan Anita tidak memperhatikan wajahnya. Ternyata setelah berdiri dan melihat dari dekat sepertinya ‘waaah, tipe idealku’ begitu pikir Anita. Tidak terlalu tampan, tapi matanya yang sendu dan lembut, pembawaanya yang berwibawa dan postur tubuhnya yang berkharisma benar-benar tipe Anita.

Seketika Anita tersadar dan menepuk-nepuk pipinya. Sadar Anita ini baru hari pertama kuliah dan kamu memikirkan laki-laki..tidak masuk akal. Anita bergumam dalam hati.

“Anita..kamu kenapa sih? Kenapa kamu menampar pipimu sendiri..?” Dian yang sedari tadi memperhatikan Anita sudah tidak tahan lagi dan memukul lengan Anita.

“eh? aku nggak apa-apa, cuma agak ngantuk..haha” Anita tersipu malu kemudian membenarkan posisi duduknya.

“dasar kamu.. fokus! pak dosen udah datang..” Dian kini memperingatinya.

***

Hari terus berganti hingga tak terasa dua bulan berlalu. Masa-masa adaptasi telah terlewati. Kini semuanya terasa lebih ringan bagi Anita, kecuali satu, mata kuliah yang semakin hari semakin rumit. Semburat senja perlahan menghilang, lampu-lampu penerangan jalan satu per satu menyala,  sayup-sayup kumandang adzan dari masjid kampus terdengar dilantunkan seorang muadzin yang fasih, suaranya merdu dan benar-benar tertanam menjadi memori tersendiri di hati Anita. Kelak suara tersebut menjadi salah satu sebab Anita ingin kembali merasakan suasana kampus.

Anita sedang berkumpul di perpustakaan kampus bersama teman-temannya, menyelesaikan tugas kuliah kelompok mereka. Mendengar suara adzan, mereka bergegas membereskan buku-buku pinjaman di perpustakaan dan menutup laptop mereka masing-masing, memasukkannya ke dalam tas lalu beriringan menuju tempat parkir perpustakaan. Sebelum pulang Anita singgah ke masjid terlebih dahulu menunaikan ibadah maghrib. Jarak rumah yang jauh dan di jam-jam yang rawan kemacetan tidak mungkin Sempat jika Anita harus sholat maghrib di rumah.

Beberapa saat kemudian, Anita sampai di pelataran masjid. Memarkirkan motornya lalu menuju tempat wudhu wanita. Anita meletakkan tas nya di tempat penitipan barang lalu mengambil air wudhu. Tempat wudhu di masjid ini juga benar-benar bersih dan harum ditambah air yang dingin menyegarkan. Anita sengaja berlama-lama membasuh muka terlebih dahulu, setelah dari pagi beraktivitas kini badan terasa sangat lengket dan mukanya seperti menebal tertutup debu. Tak berapa lama iqomah dilantunkan, Anita bergegas mengambil wudhu lalu berkaca dan membenarkan jilbab nya. Kemudian mengambil mukena.

Selesai menunaikan sholat maghrib Anita mencari tempat untuk merebahkan badannya sebentar sebelum kembali membelah jalanan bertarung dengan kemacetan.

Beberapa bulan sudah Anita menjadi bagian dari kampus ini dan masjid ini berhasil mengisi ruang kosong Anita. Masjid ini menjadi salah satu tempat favorit Anita. Masjid ini selalu ramai, tapi tetap memberi kenyamanan tersendiri pada setiap orang yang singgah. Ditambah pula karpetnya yang sangat empuk, membuat betah berlama-lama. Tapi kali ini, Anita tidak akan berlama-lama disini. Perutnya sedari tadi sudah berbunyi meminta segera diisi.

"sabar ya cacing-cacing di perutkku, setelah ini kita makan.." gumam Anita seorang sambil mengusap perutnya.

Anita berjalan gontai menuju pelataran masjid, Tangannya merogoh kunci motor di dalam Tas nya. Ketika hendak menyalakan mesin motor, sesorang yang tidak asing mendekati Anita, lalu meraih motor di sebelah motor Anita. anita menatapnya bengong tentu tanpa sadar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!