Luna Anindia adalah mahasiswi biasa yang berkulaih sambil melakukan beberapa pekerjaan part time untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. mengambil jurusan Bisnis dan manajament semester 7 di salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di kota J.
Hidup Luna cukup berat di usianya yang menginjak 22 tahun ini, Luna harus berjuang sendiri di kota besar dan keras. Kedua orang tuanya meninggal bersama nenek dan kakeknya dari pihak ayah, ketika Luna masih duduk di kelas 3 SMA. Meninggal dalam kecelakaan tunggal di depan mata Luna.
awalnya Luna bersama kedua orang tuanya, dan juga kakek dan nenek pergi ke kota B untuk menghadiri acara akikah dan melihat anak tante Luna yang baru lahir. semua baik-baik saja sampai ketika mereka pulang dari acara tersebut dengan mobil pribadi yang di kemudikan ayah Luna. tiba-tiba terbalik beberapa kali menghantam pembatas jalan dan menewaskan hampir semua penumpang, kecuali Luna.
Saat itu Luna tengah tidur di kursi paling belakang sambil memeluk boneka beruang yang besarnya hampir sama dengannya, pemberian dari tante Luna yang tidak memiliki anak perempuan, jadi Luna sudah di anggap anak perempuan sendiri oleh tante Luna tersebut.
Ketika terjadi kecelakaan Luna masih antara sadar dan tidak serta mendengarkan teriakan takbir dari semua orang di dalam mobil itu.
" Allahu Akbar." teriak ayah, ibu, nenek dan kakek bersahut-sahutan
Teriakan itulah yang membuat Luna tersadar dari tidurnya, lalu merasakan mobil seperti terbalik beberapa kali membuat semua orang dan juga barang yang ada di dalam mobil berhamburan saling bertabrakan. Ketika mobil berhenti berguling, Luna terhimpit oleh beberapa barang, dan seperti tidak sadar apa yang terjadi. Hingga, ada sebuah tangan yang menarik Luna untuk keluar dari dalam mobil.
" hai.." teriak orang yang mencoba menarik Luna dari dalam mobil, " kalau kamu masih hidup coba gerak atau keluarkan suara!" seru orang tersebut. suara seorang laki-laki.
Luna yang seperti kehilangan kesadaran hanya bisa menggerakkan jarinya yang di genggam oleh orang tersebut.
Butuh usaha ekstra agar Luna bisa keluar dari dalam mobil, karena Luna terhimpit oleh koper dan juga barang-barang yang mereka bawa dari rumah sang tante.
Ketika Luna sampai di sudah keluar dari dalam mobil dengan masih memeluk boneka beruang pemberian tantenya, dia mendengar gumaman laki-laki yang menolongnya ini.
" cantik..." suara itu pelan, tapi masih bisa di dengar Luna. tapi Luna hanya mengerutkan kening seperti salah dengar.
' mana mungkin dia bilang aku cantik, paling aku salah dengar!' kata Luna dalam hati.
" kamu tidak apa-apa?" tanya laki-laki itu memastikan.
Luna hanya menggeleng, dia tidak merasakan sakit apapun, mungkin memang dia tidak terluka. 'Tapi dimana ayah, ibu, kakek serta nenek' pikir Luna.
"a...yah...ne...nek?" tanya Luna sedikit linglung.
" i..bu...ka...kek?" tanya Luna lagi sambil melihat orang yang membuatnya ini.
" yang lain sedang di tangani tim medis." jelas Laki-laki itu, Luna baru memperhatikan mungkin usianya sekitar awal 20 an.
Luna di bawa ke ambulans, dan semuanya menjadi mimpi buruk ketika setelah sampai rumah sakit terdekat tidak ada satupun keluarga Luna di dalam mobil itu yang dapat di selamatkan.
***
Luna sedang sibuk mengajukan judul untuk proposal skripsi miliknya, bersama beberapa teman yang satu angkatan dengannya. Mereka di bagi menjadi sekitar 10 orang per satu dosen pembimbing agar tidak terlalu antri ketika nanti melakukan bimbingan secara berkala.
Karena ini masih bimbingan pertemuan ketiga mereka baru saja di minta untuk menyiapkan 3 judul yang berbeda untuk di ajukan, dan akan di diskusikan bersama dosen mana yang bisa di lanjutkan dan mana yang tidak.
" Lun, kamu udah dapat 3 judul?" tanya Laras teman dekat Luna yang mereka sengaja janjian untuk mengambil dosen pembimbing yang sama agar mudah ketika melakukan penelitian bersama nantinya.
" sudah!" jawab Luna sambil merapihkan buku yang sedang dinpegangnya.
" aku baru dapat 1 nich, apalagi ya?" tanya Laras sambil duduk di sebelah Luna.
" mau lihat punyaku?" tanya Luna sambil memberikan kertas yang berisi judul skripsi miliknya.
" mau ba...ng..et dong!" jawab Laras cepat dan semangat.
"ini ambil!" Luna menyodorkan kertas miliknya ke Laras.
" aduh kok malah bikin pusing sich Lun?" tanya Laras.
" kamu bisa ambil judul yang sama kayak aku, cuman nanti di ganti sedikit ja misal aku tentang ini, kamu ganti yang masih mendekati tapi bisa beda kantor dan lainnya!" jelas Luna sambil menunjukan beberapa hal yang bisa di ganti oleh Laras dari judulnya.
" oke, faham. tapi emang bapaknya nggak akan tahu Lun?" tanya Laras lagi.
" lah kan emang skripsi juga gitu semua, kalau nggak gitu mahasiswa ya nggak lulus-lulus lah, Ras!" jelas Luna.
Ketika mereka berdua sedang berdiskusi masalh judul, ada salah satu mahasiswi yang terkenal cukup cantik datang dengan outfit yang cukup modis dan duduk di depan mereka dengan muka seperti di tekuk.
" kenapa, Din?" tanya Laras yang cukup kenal dengan Nadin. karena mereka pernah satu kelas ketika mengambil beberapa mata kuliah.
" sebel aja. males ah bimbingan gini!" jawab Nadin sambil meletakkan tasnya di atas meja.
" kebiasaan !" keluh Laras pelan
Luna hanya diam saja, karena tidak begitu kenal dengan Nadin, dia takut kalau salah bicara. tapi, tidak beberapa lama Nadin meminta Laras menemaninya ke ruang dosen.
" temen ke ruang dosen yok!" ajak Nadin sambil memegang tangan Laras.
" ngapain?" jawab Laras malas.
" bentar doang, biar suasana hati ku baik lagi!" jelas Nadin.
" ish, nggak mau ah, aku masih banyak kerjaan nih, kamu nggak lihat apa judul skripsi punyaku belum pas 3 biji, pergi sama yang udah nggak ngapa-ngapain ja sana." tolak Laras.
" elah...serius amat!" ejek Nadin.
" ya gimana lagi, hidup mati ini!" sahut Laras.
Nadin melihat penjuru ruangan tersebut yang sepertinya semua orang sedang sibuk sendiri dengan tugas mereka masing-masing, lalu Nadin berteriak dengan keras untuk mengaja yang lain menemaninya ke ruang Dosen.
" temenin aku ke ruang dosen yok!" ajak Nadin keras-keras.
" pergi sendiri dulu aja, Din!" jawab salah satu mahasiswa yang tahu watak Nadin.
karena melihat Nadin seperti akan membuat masalah Luna berinisiatif untuk menemaninya, agar yang lain bisa mengerjakan tugas dengan tenang.
" aku aja yang anter yok!" tawar Luna.
"yok!" jawab Nadin sambil membawa map tugas miliknya.
ketika mereka berjalan menaiki tangga Luna yang berjalan di belakang Nadin bertanya apa yang hendak di lakukan Nadin di ruang dosen tersebut.
"kamu mau ngapain ke ruang dosen?" tanya Luna penasaran.
" cari pak Ibnu" jawab Nadin cuek.
'bukannya pak Ibnu lagi di rumah sakit ya? deson senior itu kan sedang sakit 2 hari ini, dan mereka nanti hendak mrnjenguk beliau ke rumah sakit' pikir Luna.
di depan ruang dosen yang tertutup rapat itu hanya tulisan 'lecturer's office' dan beberapa kursi yang sengaja di letakkan disana agar yang ingin bimbingan dapat menunggu dengan nyaman.
***
bersambung
Fariz Alhakim adalah seorang dosen muda yang baru saja mengabdi pada jurusan Bisnis dan manajament di salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di kota J. setelah lulus dari pendidikan S2 nya di luar negri.
Selain dosen Fariz juga memiliki usaha kecil yang di kelola bersama teman-temannya. Di usianya yang baru 28 tahun ini, Fariz cukup sukses dan juga memiliki paras yang lumayan tampan, dengan khas wajah indonesia. sehingga menjadi bahan incaran sebagian besar mahasiswi maupun juga rekan kerja sesama dosen disana.
Tidak jarang terkadang mahasiswi berpura-pura bertanya hal tidak penting di pesan pribadi ataupun rekan kerja yang bertanya masalah kampus yang Fariz sendiri tidak begitu faham, karena dia belum lama berkerja di kampus tersebut. Karena begitu banyak pesan tidak penting yang masuk terkadang dosen muda itu menonaktifkan notifikasi pada aplikasi pesannya. agar tidak begitu mengganggu.
Tadi sewaktu Fariz masih mengajar, ada pesan dari rekannya yang berada di pabrik bahwa beberapa mesin tidak dapat di gunakan untuk produksi, sehingga harus di perbaiki. Fariz mencoba menelpon rekannya tersebut, untuk memastikan masalah dan juga menanyakan haruskah dia pergi kesana.
sudah beberapa kali di coba, tapi belum juga telpon itu diangkat hingga panggilan yang ke-4 baru panggilan Fariz di angkat pada dering terakhir.
" Assalamualaikum, gimana Ger?, apa ada masalah?" tanya Fariz kepada Gery teman satu sekolahnya dulu yang kini membuka usaha bersama dengan Fariz.
" wa'alaikum salam, 1 mesin sudah aman, dan sudah di pakai lagi. kalau yang 1 lagi masih harus di perbaiki sama teknisi yang baru aku panggil, tapi mereka agak lama datangnya!" jelas Gery.
" aku perlu kesana nggak kira-kira?" tanya Fariz memastikan kehadirannya dapat membatu atau tidak disana nantinya. Kalau masalah sudah bisa di selesaikan oleh Gery, biasanya Fariz tidak lagi perlu pergi ke pabrik.
" kayaknya perlu, soalnya ada pesanan yang harus di antar malam ini, tapi kalau mesin mati begini sudah pasti akan gagal kirim, dan kamu tahukan konsekuensinya?" jawab Gery sambil bertanya dari sebrang telpon.
" aku masih ada kelas habis ini, sekitar habis makan siang aku kesana masih aman nggak menurut kamu Ger?" tanya Fariz meminta solusi.
Ketika Fariz masih berdiskusi dengan Gery di telpon, tiba-tiba ada 2 mahasiswi masuk kedalam ruang dosen yang hanya di batasi sekat sebatas dada antara meja dosen satu dan lainnya. seorang mahasiswi bertanya kepada Fariz menanyakan seorang dosen senior di jurusan Fariz yang sedang sakit, Fariz dan rekan-rekan dosen, staf TU yang lain kemarin baru saja menjenguknya di rumah sakit.
Dosen senior itu sudah 2 hari ini tidak bisa masuk untuk melaksanakan tugasnya, karena beliau sudah sakit-sakitan, dan seharusnya hampir semua mahasiswa-mahasiswi di jurusan ini tahu soal hal itu. bahkan beberapa mahasiswa maupun mahasiswi sudah ada yang menjenguk beliau kemaren hampir serempak dengan para dosen.
" Maaf pak!" tanya mahasiswi yang bercanda cukup heboh menurut Fariz, sepertinya Fariz mengenali mahasiswi ini, dia adalah salah satu mahasiswi yang mengambil mata kuliah di kelas Fariz mengajar, beberapa kali juga cari perhatian ketika Fariz sedang menjelaskan materi pembelajaran di kelas.
" ya?" tanya Fariz sambil nggak menjauhkan Hp nya dari telinganya, dan mematikan panggilan itu sebentar.
" mau numpang tanya pak!" ucap Nadin lembut.
" tanya apa?" jawab Fariz lagi.
" ini, pak Ibnu nya dimana ya pak?" tanya mahasiswi itu, yang tidak lain adalah Nadin. Nadin disana bersama Luna.
Luna hanya diam sambil memainkan buku yang dia bawa tadi, Luna tidak tahu siapa dosen yang sedang Nadin tanyai ini, 'sepertinya dosen baru' pikir Luna. karena belum pernah melihat Fariz selama kuliah disini.
" kalau kalian ada tugas letakkan saja di mejanya, mbak!, pak Ibnu tidak masuk hari ini" jawab Fariz sopan, meskipun sudah mulai jijik dengan tingkah Nadin yang suka tebar pesona.
" ng...nggak pak!" jawab Nadin agak gugup, hendak mencari alasan lain " itu kemaren saya ngumpul tugas tapi belum di kembalikan, saya mau tanya ke pak Ibnu sudah di koreksi apa belum!" jelas Nadin mencari-cari alasan yang logis.
" o... cari aja di mejanya mbak, siapa tahu ada disana!" jawab Fariz menantang, dia tahu kalau Nadin hanya ingin cari perhatian saja, dan tidak benar-benar memiliki tugas. karena sudah beberapa kali dia mengirim pesan, namun tidak pernah Fariz balas.
" nggak usah pak, biar nanti saya tanya ke Pak Ibnu langsung aja!" elak Nadin sambil hendak permisi keluar.
ketika mereka handak pamit untuk keluar Luna sedikit mengangkat kepala sehingga Fariz bisa melihat wajah Luna. seketika Fariz terpesona oleh wajah cantik Luna.
" kami permisi dulu pak, terimakasih!" ucap Nadin.
" tunggu!" Fariz menahan kepergian mereka, membuat Nadin begitu bahagia. Nadin berharap Fariz sang dosen muda pujaan hatinya masih ingin melihat dirinya.
" nama kamu siapa?" tanya Fariz," biar nanti saya sampaikan ke pak Ibnu kalau ada mahasiswi yang mencarinya untuk menanyakan tugas!" jelas Fariz.
" nama saya Nadin pak!" jawab Nadin cepat dan bersemangat, karena di tanya nama oleh dosen incarannya.
" yang belakang?" tanya Fariz lagi. karena Fariz butuh nama mahasiswi satunya bukan mahasiswi centil yang mengulang matakuliahnya itu.
" saya?" tanya Luna bingung, karena sedari tadi dia hanya diam menemani Nadin dan tidak memiliki kepentingan apapun disini.
" iya kamu, namanya siapa?" tanya Fariz lagi.
" Luna" jawab Nadin mewakili Luna menjawab namanya.
" nama panjang?" tanya Fariz lagi.
" Nadin Prameswari" jawab Nadin antusias.
" yang belakang?" tanya Fariz lagi, karena Luna hanya diam ketika Nadin menjawab dengan semangatnya.
"Luna, Luna Anindia" jawab Luna agak bingung, karena di beri kode oleh Nadin untuk menjawab pertanyaan dosen tersebut.
" o, ya sudah" kata Fariz sambil kembali melihat Luna yang masih merasa aneh.
sedang Nadin yang ditanya nama panjangnya oleh dosen muda itu sudah berhayal setinggi langit. 'siapa tahu bapak itu mau menghafalkan namanya, untuk ijab qobul nanti' pikir Nadin senang.
Luna hanya bingung melihat tingkah Nadin yang senyum-senyum sendiri ketika keluar dari ruang dosen itu.
Sedangkan Fariz yang berada di dalam ruang dosen melanjutkan diskusinya dengan Gery mencari solusi terbaik dari maslah yang sedang mereka hadapi itu, karena Fariz masih harus mengajar Faris memilih untuk pergi ke pabrik setelah jam makan siang, karena dia sudah tidak memiliki jam mengajar lagi setelah jam makan siang.
setelah telpon dari Gery di tutup, Fariz mengingat 2 mahasiswi yang tadi masuk kedalam ruangan dosen ini.
' jadi namamu Luna Anindia!' ucap Fariz sambil mengelus dagu sambil tersenyum.
***
bersambung
Luna beberapa kali harus bolak-balik menemui beberapa dosen berbeda untuk melakukan bimbingan angket skripsi, dan lainnya. Biasanya Luna akan mengajak teman-teman yang lain juga ketika pesan Luna di balas untuk jadwal bimbingan.
" Lun kamu kok dibales pesannya buat bimbingan?" Tanya Laras sambil mengeluarkan makanan dari kantong plastik minimarket yang ada di sebrang kampus.
" Emang kenapa?" Tanya Luna balik.
" Aku udah chat bapaknya, SMS juga berkali-kali nggak ada satupun yang di balas!" Adul Laras sambil memberikan susu kotak kepada Luna, untuk sekedar mengganjal perut." Paling banter nih ya, pesanku di read doang, nggak di bales sama sekali, sama dosen- dosen yang aku chat." Jelas Laras.
" Kamu chat dosen siapa dan jam berapa?" Tanya Luna memastikan.
" Dosen semua, terus pas setengah jam sebelum aku Otw ke kampus!" Jelas Laras sambil nyengir kuda
" Ya pantes!" Jawab Luna, sambil mengambil roti yang di pegang Laras.
Laras yang mendengar itu malah bingung dan mengerutkan kening sambil bertanya " Kenapa?, Salahnya dimana?"
" Gini, dosen punya ham ngajar yang beda-beda, kalau kamu asal chat aja pas beliau ada jadwal ngajar ya pasti di cuekin chat kamu, berfikir kamu nggak sopan!" Jelas Luna.
" Terus bagusnya kapan?" Tanya Laras lagi.
" Kalau dosen yang udah berumur terus yang taat agama, biasanya chat ja di jam pagi, waktu mereka selesai ibadah!" Jawab Luna.
" Semua agama?" Tanya Laras lagi.
" Iya, semua tanpa terkecuali kalau yang taat!" Jawab Luna. " Kalau yang biasa ja, usahakan chat bukan di jam kerja, atau jam mereka lagi kumpul keluarg!"
" Ribet amat!" Keluh Laras, malas.
" Ya kan kita lagi butuh mereka sekarang, jadi ikutin ja cara mereka.!" Jelas Luna.
" Ya udah aku ikut kamu ja, nanti kalau mau bimbingan jangan lupa ajak aku terus ya!" Ucap Laras sambil tersenyum.
" Oke siap!" Jawab Luna sambil membuat tanda oke dengan tangan kirinya.
Mereka harus menunggu dosen yang sedang ada jam mengajar, jadi mereka harus menunggu 10 menit sebelum dosen itu keluar dari kelasnya.
" Bapaknya kok lama?" Tanya Laras.
" Beliau masih ada jam, 5 menit lagi harusnya keluar!" Jawab Luna sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
" Eh lihat dosen yang beri lewat nggak?" Tanya Laras tiba-tiba.
" Yang mana?" Tanya Luna balik, karena tadi ada 3 dosen yang lewat di depan mereka hampir bersamaan.
" Itu yang dosen baru, yang baru ja masuk tadi!" Jelas Laras sambil menunjuk pintu ruang dosen di depannya.
" Emang Kenapa?" tanya Luna lagi.
" Dosen baru, katanya masih singel, terus lagi heboh anak-anak caper ( cari perhatian) ke dia!" Jelas Laras heboh. "Terus gosipnya itu dosen muda duitnya banyak!" Bisik Laras takut terdengar yang lain.
" O... Pantes kemaren Nadin juga sempet ikutan caper ke dosen barusan!" Timpal Luna, yang mulai paham arah pembicaraan Laras.
" Nadin yang centil itu?" Tanya Laras memastikan.
" iya" Jawab Luna.
" Kok kamu tahu Nadin caper ke dia?" Tanya Laras penasaran, karena setahunya Luna tidak dekat dengan Nadin dan juga bukan orang yang akan bergosip sana-sini.
" Inget waktu Nadin resek banget minta temenin ke ruang dosen pas kita masih bimbingan di kelas awal-awal?" Tanya Luna memastikan Laras masih inget kejadian sekitar 1 bulan lalu.
" Iya inget!" Jawab Laras sambil menganggukkan kepala. " Jangan bilang!" Lanjut Laras menebak-nebak.
" Iya, dia ngajak aku buat caper ke itu dosen baru!" Jelas Luna lagi.
" Caranya Nadin gimana?" Laras meminta Luna menceritakan detail kejadiannya.
" Ya, dia pura-pura nyari dosen yang jelas-jelas masih sakit dan dirawat di rumah sakit.!" Jelas Luna.
" Siapa?, Pak Ibnu?" tanya Laras.
" Iya." Angguk Luna.
" Terus di respon sama dosen ganteng?" Tanya Laras penasaran.
" Nggak!"
Mendengar itu Laras ketawa terbahak-bahak "Rasain,!" Sumpah Laras senang.
" Emang bapaknya ngajar mata kuliah apa?, kok aku nggak pernah lihat?" Tanya Luna, yang merasa belum pernah sama sekali melihat dosen baru itu mengajar selama dia masih kuliah disini.
" Matematika bisnis anak semester awal, teruskan dia masuk baru semester ini. Kita udah nggak ambil kuliah itu kali!" Jelas Laras.
" Kok kamu tahu, kalau dia dosen baru jurusan kita?" Tanya Luna.
" Ya kan aku pernah ikut masuk kelas thu dosen ganteng, pas lagi gabut hahaha!" Jelas Laras sambil tertawa mengingat kejadian itu.
" Dasar kurang kerjaan, ngapain coba?, terus ketahuan nggak?" Tanya Luna lagi.
" Ya ketahuanlah, orang satu kelas yang awalnya cuman buat 25 mahasiswa jadi penuh banget sampai kurang kursi!" Ucap Laras menjelaskan kejadiannya.
" Emang di ruangan mana?" Tanya Luna penasaran.
" Ruang 3.304, yang biasa muat 40 orang!" Jawab Laras santai.
" Sebanyak itu?" Kaget Luna.
" Iya, sampai pada berdiri" Jawab Laras sambil ketawa.
" Kena usir kalian?" tanya Luna lagi.
" Nggak kena usir sich!, cuman di panggil sesuai nama yang ada di daftar hadir ja. Terus yang tidak dipanggil di minta untuk keluar!" Jelas Laras.
" Sama ja itu Laras, kalian kena usir karena masuk kelas orang!" Jawab Luna.
Ketika mereka masih asik bergosip tentang dosen baru itu, tiba-tiba pintu ruang dosen yang berada di samping Luna terbuka memperlihatkan dosen baru yang sadang mereka gosipkan itu keluar sambil memanggil mereka.
Sedangkan Luna dan Juga Laras yang kaget saling berpandanganan dan berkomunikasi lewat mata
'Dia denger nggak ya?'
'Mampus kalau dia denger.'
' Tamat riwayat kita'
' Semoga ja nggak!'
" Mbak bisa minta tolong?" Tanya Fariz sambil menatap kearah mereka berdua, Fariz aneh dengan tingkah mereka berdua.
" Apa ya pak?" Tanya Luna dengan suara pelan.
" Kalian lagi nggak sibuk kan?" Tanya Fariz memastikan.
" Kami sedang menunggu dosen buat bimbingan skripsi pak!" Jawab Laras menjelaskan tujuan mereka berada disana.
" Dosen yang kalian tunggu siapa?" Tanya Fariz memastikan.
" Pak Alfin, beliau sedang ada jam mengajar. Seharusnya sudah selesai!" Jawab Luna menjelaskan.
" Ya sudah sambil tunggu Pak Alfin didalam saja bisa?, sekalian saya mau minta tolong!" Pinta Fariz sambil membuka pintu ruang dosen lebar, agar kedua mahasiswi itu bisa ikut masuk.
" Baik pak!" Jawab Laras dan Luna hampir bersamaan.
Mereka masuk kedalam ruang dosen agak panas dingin karena tepat sebelum dipanggil kedalam mereka sedang bergosip tentang dosen yang memanggilnya ini.
" Tolong kalian pisahkan data ini sesuai dengan bulan dan tahunnya!" pinta Fariz sambil menyerahkan beberapa dokumen yang cukup banyak.
" baik pak!" Laras dan Luna tidak banyak bertanya tentang apapun, langsung saja mengerjakan tugas yang di pinta oleh Fariz sambil berharap Pak Alfin cepat datang, agar mereka bisa kabur.
***
bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!