Katerin! Katerin! Katerin!
Sorak sorai penonton menyaksikan kemenangan idolanya.
Katerina, atlet pemanah nomor satu di kota A sedang mengikuti lomba kejuaraan nasional di kota Y.
Dia jadi pemenang nomor satu lomba pemanah perempuan di tahun ini lalu juara dua di tempati oleh teman satu grup nya Resi. Juara ketiga ditempati oleh Dona atlet dari kota S. Semua penonton tepuk tangan saat direktur, kepala sponsor dan perwakilan atlet senior memberikan piala dan mengalungkan medali ke masing-masing pemenang.
"Gimana perasaan kamu jadi juara pertama tingkat nasional?"tanya Sena pelatih Kate dan Resi saat berada dalam mobil di perjalanan pulang.
"Aku biasa saja. Sama seperti saat mendapat juara pertama di lomba tingkat kota kota."jawab Kate dengan memegang handphone miliknya. Kate selain ahli dalam memanah dia juga bisa bela diri. Dia seperti seorang yang ahli dalam segala bidang.
Kate sedang membaca novel online yang sedang update episode terbaru. Resi temannya memandang kurang suka dengan jawaban yang dilontarkan Kate.
"Pelatih Sena saya turun disini saja. Saya ada janji dengan teman-teman untuk merayakan kemenangan."Resi turun dari mobil dan melangkah ke sebuah tempat makan ternama di sana.
"Ngoongg"suara klakson berdengung kencang dari sebuah kendaraan besar yang berlawanan arah. Kendaraan besar itu sedang kehilangan kendali dan menabrak beberapa mobil yang berada di sisi jalan termasuk mobil yang ditumpangi Kate.
"Brak! Brak! Brak!"suara deretan mobil menabrak beruntun. Disusul teriakan orang-orang yang berada di sekitar kejadian. Tak lama datang beberapa ambulans dan para petugas polisi yang menuju ke tempat kejadian.
*
*
*
"Byur"
Siraman air membuat Kate terbangun karena dingin. "Akhirnya bangun. Aku kira dia sudah mati."kata seorang lelaki berbadan tegap dan berkepala plontos.
"Kenapa mukanya seperti orang linglung begitu. Apa kamu memukulnya terlalu kencang tadi?"tanya lelaki ke salah satu rekannya dengan nada tinggi hingga membuat rekannya tersentak kaget.
"Aku hanya memukulnya beberapa kali saja dan itu pelan. Tidak sampai membuatnya meninggal."jawabnya gelagap.
Kate yang masih linglung dengan keadaan yang dilihatnya membuatnya berpikir banyak. Tiga orang berwajah seram dan bertubuh kekar berada di depannya.
"Mereka siapa? Ini dimana? Kenapa badanku terasa sakit dan lemah? Apa ini penculikan?" Pertanyaan yang terus berputar di kepala Kate.
"Hei botak! Mana anaknya bawa kesini!"teriak seorang perempuan dengan nada galak dan dandanan menor.
"Ini madam. Dia baru bangun."si botak menunjukkan ke arah Kate.
"Kenapa masih kumal begitu! Cepat bawa dia ke tempatnya suruh dia mandi dan memakai baju yang pantas. Sebentar lagi acara dimulai!" Teriaknya.
"Baik madam Mona."mereka menjawab kompak. Mereka lalu membawa tubuh lemas Kate dengan paksa dan memasukkannya ke sebuah kamar.
"Cepat bersihkan dirimu dan ganti dengan baju yang pantas!"perintah si botak ke Kate.
Dengan langkah lemas kate segera menuju kamar mandi. Dia terkejut saat melihat cermin yang memantulkan bayangan ternyata bukan rupa mukanya.
"Ini siapa? Ini bukan diriku!"Kate berkata pada cermin sambil mengusapnya. Wajah putih mulus merona, rambut hitam panjang dan bola mata berwarna biru laut yang dalam.
"Ini kan kriteria gadis dalam novel yang baru aku baca tadi."teriaknya dalam hati.
"Kau sudah selesai belum. Madam Mona sudah menunggu. Jangan buat dia marah lagi!"teriak si botak dari luar pintu kamar mandi.
"Iya aku segera keluar."kate menjawab dari dalam. Kate segera keluar dengan mengenakan dress mini berwarna merah yang sudah disediakan. Dia lalu diantar kepada madam Mona.
"Dandani dia dengan cantik."perintah madam Mona kepada anak buah perempuannya. Wanita itu lalu mengangguk dan membawa Kate pergi bersamanya.
Setelah selesai merias Kate dengan cantik wanita perias itu berkata "semoga malam ini kamu beruntung dan mendapatkan Tuan yang baik."
Kate masih tak mengerti dengan apa yang terjadi tapi sekarang dia sedang dituntun oleh madam Mona ke sebuah aula besar. "Namanya Sisi."madam Mona menyerahkan Kate pada seorang lelaki.
"Untuk yang selanjutnya bernama Sisi. Usianya 20 tahun dan tentunya masih perawan. Dia gadis desa biasa tapi setelah didandani bisa secantik permata bukan? Dibuka dengan harga 300 juta." Teriak lelaki itu seperti seorang pemandu acara.
Kate terkejut mendengar pernyataan itu. Dia melotot tak percaya. "Gila! Ini perdagangan manusia."teriak Kate dalam hati. Dia tak bisa bergerak apalagi kabur karena dari leher tangan dan kaki dirantai menjadi satu.
🐾🐾
Harga penawar mulai naik hingga berada pada tawaran terakhir 700 juta.
Semua menoleh kearah suara penawar tapi tak seorang pun bisa mengenali karena mereka semua memakai topeng wajah.
Tepuk tangan pun terdengar dan sang penawar lalu turun menandatangani sebuah berkas.
"Bawa dia."katanya lalu meninggalkan tempat.
"Baik Tuan. Tapi selanjutnya adalah lelang batu permata langka."jelas lelaki dibelakangnya.
"Aku tidak tertarik!"jawab laki-laki yang disebut tuan itu dengan tegas. Lalu dia pergi dan disusul dengan Kate yang dibawa oleh asistennya.
"Kamu baca ini dengan teliti dan turuti semua perkataanku."laki-laki yang membeli Kate melempar sebuah map padanya saat di dalam mobil.
Kate membaca dengan seksama. Sebuah perjanjian yang bisa menguntungkan dirinya.
Menjadi mata-mata di rumah Tuan Rain Aditama dan menyamar sebagai pelayan.
Kate berfikir untuk sekarang yang terpenting adalah tempat tinggal. Dia lalu menandatangani berkas itu, sesaat dia lupa jika sekarang namanya Sisi. Dia menandatangani dengan nama Sisi.
"Kau bisa bicara kan? Dari tadi diam saja. Aku tidak memperkerjakan orang cacat."tegas Rain.
"Iya tuan Rain."suara parau Sisi saat menjawab pertanyaannya membuatnya terkejut. Suara yang sangat lemah.
"Kau belum makan?"tanyanya lagi.
Sisi menggelengkan kepala. Dia merasa perutnya perih dan kosong. Rain mengintruksikan sang sopir untuk menepi ke sebuah tempat makan.
"Lihat pasangan itu serasi sekali ya"celetuk salah seorang pengunjung perempuan.
"Wanitanya seksi sekali."celetuk seorang pengunjung lelaki.
Sisi yang menjadi pusat perhatian merasa risih lekuk tubuhnya yang terlihat saat memakai dress mini dilihat banyak orang.
Rain mengerti situasi ini dia lalu melepas jaket jubahnya dan di kenakannya pada Sisi. Sisi lalu menatap Rain dengan terkejut.
"Terimakasih"katanya.
"Pesan makanan yang kamu mau."kata Rain setelah duduk.
Sisi lalu memesan makanan yang diinginkan. Tak lama pesanan datang dan mereka mulai makan. Selesai makan Rain membahas poin penting perjanjian tadi.
"Aku ingin kau menawan para pengkhianat itu. Gunakan cara apapun. Kau harus pandai dalam bersikap."tegasnya. Sisi mengangguk mengerti.
"Ini pelayan baru. Ajari dia dengan baik."kata asisten Rain saat sampai di kediaman Aditama.
"Baik asisten Coky."angguk seorang perempuan.
"Mari kutunjukkan kamarmu."kata perempuan itu.
"Disini kamar mu. Aku Resti kepala pelayan perempuan disini. Jika butuh sesuatu atau ada yang ditanyakan aku berada tiga kamar dari sini." Katanya lalu pergi meninggalkan Sisi.
"Ah, aku lupa siapa namamu?" Dia berbalik lagi.
"Aku Sisi."jawab Sisi.
Resti lalu tersenyum "selamat beristirahat. Besok bekerjalah dengan giat."
Kesokan paginya.
"Ambil baju kotor dikamar Tuan Rain. Mesin cuci di lantai atas dan jemur sekalian." perintah Resti mengintruksikan kepada Sisi.
"Ikut aku."salah seorang pelayan mengajak Sisi menunjukkan kamar Tuan Rain.
Pelayan yang lain terheran karena biasanya yang diperbolehkan masuk ke kamar Tuan Rain hanya Resti dan Luna pelayanan yang memandu Sisi.
"Ini tugas barumu. Periksa dengan teliti sebelum memasukkan baju kedalam mesin cuci."Luna memperlihatkan cara kerjanya.
Dia merogoh setiap saku baju dan celana tuannya. Lalu di saku celana terdapat sebuah kertas kecil dilipat.
"Pesan untuk mu. Ini rahasia kerja kita."tegas Luna. Sisi membaca pesan dikertas itu. Ia mengangguk mengerti.
Jadi Luna juga mata-mata milik Tuan Rain. Sisi lalu melakukan tugasnya seperti seorang pelayan sebagai mestinya.
"Heh. Baru masuk sudah bisa mendapat tugas melayani Tuan."celetuk seorang pelayan yang sedang mencuci beberapa tumpuk kain lap kaki.
Sisi hanya melihat pelayan itu lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
Pelayan itu tak terima diabaikan lalu menyiram air sabun cucian bekas lap ke baju bagian bawah Sisi. "Ups maaf. Tadi aku ingin membuangnya ke sana."tunjuknya ke arah saluran pembuangan air.
Sisi tak menggubris ia lalu membersihkan diri dan segera menyelesaikan kerjanya.
🐾🐾
"Lelahnya" keluh Sisi menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Seketika dia terpejam karena lelah oleh pekerjaan pertamanya sebagai pelayan yang banyak melakukan banyak tugas.
"Jual saja anak itu! Lagi pula dia sudah berumur. Pasti banyak yang akan menawar dengan harga mahal. Apalagi dia masih perawan!"teriak seorang perempuan gendut.
"Apa kau sudah gila! Dia anak yang dititipkan oleh kakakku!"timpal seorang lelaki dengan berteriak juga.
"Apa dia memberi uang untuk biaya perawatan anaknya? Dia hanya menitipkan beban padamu!"teriak wanita itu lagi.
"Paman Bibi jangan bertengkar lagi ini sudah malam. Besok aku akan bekerja lebih giat lagi untuk menghasilkan uang."kata Sisi yang sudah jengah mendengar pertengkaran mereka dengan kalimat yang sama.
"Memang berapa hasilmu dari memetik daun teh dan buruh meladang di kebun orang?"tukas bibinya. Sisi hanya bisa terdiam.
"Lebih baik kau bekerja saja dirumah pelacuran agar bisa mendapatkan banyak uang untuk kami!"teriak bibinya.
"Aku lebih baik mati!"jawab Sisi tegas.
"Lalu mati saja sekarang!"teriak bibinya dengan nada marah.
"Lastri! Jaga ucapan mu! Kau sudah kelewatan!" Teriakan pamannya membungkam mulut bibinya. Sisi lalu kembali ke kamarnya begitu juga dengan pamannya.
Lastri yang masih panas hatinya merencanakan suatu hal buruk untuk Sisi.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali ke kebun teh untuk memetik daun bersama petani yang lainnya juga. Lalu siangnya Sisi meladang di kebun orang hingga hari hampir menjelang malam agar mendapatkan banyak upah.
Sisi yang sedang berjalan sendirian setelah pulang meladang dari kebun orang merasa ada yang sedang mengikutinya. Dia mempercepat langkahnya agar segera menuju ke jalan besar.
Tapi belum juga jauh ada tiga orang laki-laki dengan badan besar dan kekar salah seorangnya berkepala botak. Sisi merasa takut dan berteriak meminta tolong lalu mencoba kabur tapi mereka bertiga dengan sigap menangkapnya.
Dia mencoba melawan dengan memukul salah satu penculik itu dengan caping yang dipakainya dan mengenai mukanya. Penculik itu marah dan memukul Sisi terakhir mengenai tengkuknya hingga Sisi tak sadar.
"Tok tok tok" suara ketukan kaca jendela kamar Sisi mengagetkannya dan membuatnya terbangun dari mimpinya.
Dia lalu bangun dan berjalan menuju jendela lalu membukanya. Luna berpakaian serba hitam dan memberikan sebuah kotak padanya "Cepat ganti!".
Sisi lalu pergi mengganti baju senada dengan Luna. Mereka lalu melompat keluar jendela dan mengendap menyusuri kediaman Aditama.
Lahan seluas tiga hektar dibangun rumah bak istana mewah. Rumah utama adalah kediaman yang ditempati Rain dengan sebutan Rumah Besar. Dan ada dua unit rumah lagi diatas satu lahan itu yaitu rumah paman pertama Rain dengan sebutan paviliun Candra satunya lagi milik paman keduanya dengan sebutan paviliun Rendra.
Luna memberi kode untuk merayap. Dia melihat gerakan siaga dari para penjaga kediaman Rendra.
"Tugas mu disini mulai besok. Gunakan ini hanya saat bertugas saja."Luna menyerahkan smartwatch pada Sisi. Sisi mengangguk menerimanya.
"Bos akan mengajakmu keluar untuk latihan besok. Sekarang istirahatlah dan persiapkan dirimu untuk besok."Luna menepuk pundak Sisi dan mengajaknya pergi.
Keesokan paginya Rain keluar bersama Sisi dan asisten Coky. Sisi menenteng tas laptop milik Rain layaknya seorang pelayan.
Asisten Coky membuka pintu mobil mempersilakan tuannya masuk sedang Sisi duduk di bagian depan bersama asisten Coky yang menyetir.
"Kita ke camp."kata Rain. Coky lalu melajukan mobilnya ke tempat yang dituju. Setelah sampai Sisi dibuat terkejut karena kagum dengan apa yang dilihatnya. Pelatihan militer dan alatnya sangat lengkap. Dia diajak berkeliling melihat tempat latihan berkuda, menembak dan memanah. Sisi meraba alat untuk memanah.
"Kau mau coba?"tanya Rain. Sisi mencoba memanah dengan kemampuan yang Kate miliki. Sisi memasang kuda-kuda, anak panah pun melesat mengenai titik merah sasaran.
"Apa kau pernah belajar sebelumnya?"selidik Rain curiga. Karena untuk seorang pemula Sisi bisa melakukan dengan tepat sasaran.
"Aku sering berburu babi hutan di kampung."jawab Sisi asal. Rain mulai tertarik dengan kemampuan Sisi dia lalu berinisiatif untuk mengajari Sisi berkuda dan menembak.
Sisi tersenyum mengangguk, dalam hati Sisi merasa senang karena bakat Kate bisa tersalurkan. Sisi fokus berlatih menembak. Tembakannya masih jauh dari sasaran tapi dia tak menyerah.
"Waktunya makan siang."asisten Coky menghampiri Sisi.
Sisi menghentikan aktivitasnya lalu makan siang bersama trainer dan prajurit lainnya.
Setelah jam istirahat dan makan siang selesai Sisi mulai berlatih lagi. Hingga beberapa bulan Sisi diasah kemampuan menembaknya dan mulai terlihat ada kemajuan.
🐾🐾
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!