NovelToon NovelToon

Menantu Bayaran

01.Mantan

Mobil sedan berwarna hitam metalik berhenti tepat di depan sebuah pintu masuk sebuah Club. Seorang pria berpakaian rapi langsung turun dari kursi pengemudi dan berjalan ke arah pintu kursi penumpang belakang untuk membukakan pintu.

"Silahkan Tuan"

Pria di dalam mobil langsung turun, melangkah ke arah pintu masuk Club tersebut.

"Tuan! saya baru mendapat kabar, kalau Tuan Marco akan datang terlambat" Pria yang menjabat sebagai asisten pribadi itu mensejajarkan langkah dengan tuannya.

"Katakan, jika dalam lima belas menit tidak sampai, saya akan membatalkan kerja samanya."

"Baik Tuan"

Sampai di dalam Club kedua pria itu langsung duduk di salah satu sofa kosong.

"Apa Tuan ingin minum?."

"Tidak! pesanlah untukmu!."

"Tidak Tuan, saya kawatir nanti lalai menjaga Tuan."

Tuannya itu menepuk bahunya" sedikit ! tak masalah !."

"Tidak usah Tuan!"

"Bryan! ternyata kamu di sini !."

Refleks kedua pria itu mengarahkan pandangan mereka ke arah wanita yang berjalan sempoyongan ke arah mereka.

Bruk !

Wanita itu menjatuhkan tubuhnya ke pangkuan pria bernama Bryan.

"Bryan ! kenapa kamu memutuskanku? ha !." Wanita bertubuh kurus itu meraba raba wajah Bryan.

"Bryan !" Pria yang memangku wanita mabuk itu melepas tangan wanita itu dari wajahnya.

"Ya Tuan" Bryan menundukkan pandangannya.

"Bryan ! apa kau benar benar tak mencintaiku?. Kenapa setelah kau kaya, kau meninggalkanku." Wanita itu malah menarik krah jas pria di depannya.

"Bereskan mantanmu ini !." Pria itu berusaha menurunkan wanita itu dari atas pangkuannya.Namun wanita itu malah mencium bibir pria yang dikiranya Bryan. Pria itu mengumpat sambil mendorong kuat wanita itu hingga terjatuh dari pangkuannya.

"Aw !" keluh wanita itu mengusap usap bokongnya yang mencium lantai.

"Maaf Tuan" bergegas Bryan membantu wanita mantan kekasihnya itu berdiri.

"Bryan kamu mau kemana ?"wanita itu menepis tangan Bryan yang memeganginya, dan mengejar pria yang di kiranya Bryan mantan pacarnya.

"Bryan !"

Pria bertubuh kekar itu menghentikan langkahnya saat wanita itu memeluknya dari belakang. Pria itu melepas tangan wanita itu dari pinggangnya dan memutar tubuhnya ke belakang.

"Aku bukan Bryan!" Pria itu mengeraskan rahangnya kesal melihat wanita remaja mabuk itu.

"Ah ya ! sepertinya kamu bukan Bryan !. Kamu terlalu tampan dan tua menjadi Bryan. Kamu lebih tampan. Ya! kamu lebih gagah dan menggoda dari Bryan." Wanita itu berbicara sambil tersenyum, menatap pria bertubuh tinggi di depannya dengan kelopak mata dipaksa terbuka.

"Kenapa bukan kamu saja yang menjadi Bryan."

Oek !

Bruk!

Setelah memuntahkan isi perutnya, wanita itu langsung ambruh ke tubuh pria itu. Membuat pria itu mengumpat kembali.Dan pria itu terpaksa memeluk wanita itu supaya tidak ambruh ke lantai.

Pria itu memejamkan matanya dan mengeraskan rahangnya untuk menahan amarahnya.

"Maaf Tuan, saya harus menerima telepon dari asisten Tuan Marco" Bryan langsung mengambil wanita mantan kekasihnya itu dari pelukan Tuannya.

"Kita pulang sekarang! dan bereskan wanita itu!" tegas pria itu melangkahkan kakinya keluar dari Club sambil membuka jasnya yang terkena muntahan.

Sedangkan Bryan, ia terpaksa harus membopong tubuh mantannya itu dan membawanya ikut bersama mereka.

.

.

Gadis yang terbaring di atas ranjang menggeliatkan tubuhnya karna merasakan tidurnya terusik oleh sinar matahari yang masuk lewat kaca menyapa kulit wajahnya.

"Akhirnya kamu bangun juga!"

Gadis bertubuh kurus itu langsung membuka kelopak matanya dan mengarahkannya pandangannya ke arah pria yang berdiri di samping tempat tidur dengan posisi memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Kenapa kamu bisa berada di kamarku ?." gadis itu menarik selimut menutupi tubuhnya sampai ke leher.

"Ini kamarku ! bukan kamarmu !" Bryan menarik sebelah sudut bibirnya ke samping.

Mantan pacarnya itu memutar pandangannya ke setiap sudut ruangan kamar itu. Benar, kamar itu bukan kamarnya, melainkan kamar pria yang melangkah ke arah pintu.

"Kenapa aku bisa berada di kamarmu?."

Bryan menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya. Bryan menghela napasnya melihat wanita yang di pacarinya selama dua Tahun terakhir ini. Tapi semenjak seminggu yang lalu, mereka sudah menjadi mantan. Karna gadis itu terlalu matre, Bryan tidak sanggup memenuhi banyak permintaan gadis cantik dan imut itu.

"Semenjak kapan kamu berani pergi ke Club?." Bryan memutar tubuhnya kembali dan langsung keluar kamar.

Gadis itu diam tidak menjawab, karna percuma juga, Bryan sudah menghilang di balik pintu. Gadis itu pun memutar memori ingatannya, semenjak kapan ia berani pergi ke club, sendirian pula.

"Aduh! mampus! Mama pasti memarahiku habis habisan kalau tau aku pergi ke Club" gumamnya benapas lemah.

Gadis itu bergegas turun dari ranjang dan keluar dari kamar itu untuk pulang.

"Ini gara gara Yona, Luna, Naomi, Katrin. Awas kalian. Kalian yang mengajakku ke sana, malah kalian tidak nampak batang hidungnya" oceh gadis itu saat keluar dari lif yang mengantarnya dari lantai apartement Bryan.

Sampai di parkiran Apartement mantan kekasihnya itu. Gadis itu berdecak karna mobilnya sepertinya masih berada di parkiran Club tadi malam. Dan terpaksa gadis itu pulang harus menggunakan taksi.

Sampai di depan rumah, gadis itu turun dari dalam taxi dan masuk mengendap endap ke pekarangan rumahnya.

"Hajar ! kamu dari mana ? Ha !"

Hajar memejamkan matanya sampai keningnya mengernyit mendengar suara Ibunya. Gadis bernama Hajar itu memutar tubuhnya perlahan.

"Kamu semalaman dari mana Ha !. Kenapa gak pulang !. Kamu tidur dimana?, mobilmu dimana?, ini sudah jam berapa?"wanita paru baya itu mengomel sambil menjewer telinga putrinya, gemas, karna sudah membuatnya kawatir semalaman.

"Ampun Ma! ampun Ma!" Hajar memegangi tangan Ibunya supaya melepas telinganya.

"Kenapa Kakakmu menemukan mobilmu di parkiran club malam? Ha !."

'Mampus' batin Hajar.

"Aku gak masuk ke sana Ma!. Sumpah, tadi malam Yona meminjam mobilku, aku gak tau Yona membawanya kemana" Hajar berusaha berbohong untuk membuat Ibunya percaya.Kalau tidak, dia pasti akan mendapat hukuman, tidak mendapat uang jajan selama sebulan.

"Kamu pikir Mama percaya?."

"Sumpah Ma, Hajar anak yang baik!" Hajar berusaha meyakinkan Ibunya. Hajar mengangat satu tangannya membuat jari telunjuk dan jari tengahnya berbentuk huruf V.

"Sekarang ayo ikut Mama!, Mama akan segera menikahkanmu dengan pria pilihan Mama!". Wanita paru baya itu menarik telinga Hajar supaya mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah.

"Sakit Mama !" Hajar terpaksa mengikuti langkah Ibunya, karna telinganya terasa sakit kerena terus di tarik.

Sampai di dalam kamar Hajar, Ibunya menyeretnya masuk ke kamar mandi.

"Setengah jam, kamu sudah harus rapi.Sebentar lagi calon Ibu mertuamu akan datang!" tegas wanita bernama Misra itu, langsung meninggalkan putrinya di kamar mandi.

"Aku gak mau menikah dengan pria miskin Ma !!!" teriak Hajar.

Meski Hajar gadis bodoh dan pemalas, tapi cita citanya tetap ingin menjadi orang kaya. Dan jalan pintasnya adalah menikah dengan pria kaya.

Setelah membuka pakaiannya, Hajar pun menyiram tubuhnya di bawah shawer.

.

.

Di tempat lain

"Ma ! buka pintunya Ma !" sahut seorang pria dari dalam kamarnya.

Semenjak tadi malam pulang dari club, Ibunya mengurungnya di dalam kamar. Sampai untuk sarapan pagi, Ibunya mengantarnya sendiri ke dalam kamar.

"Ma ! Chandra harus bekerja Ma!."

Pria bernama Chandra itu dari tadi memanggil manggil Ibunya bernada frustasi.Chandra sudah dewasa, bahkan sudah dibilang pria matang, malah sang Ibu memperlakukannya seperti anak anak.

Ceklek !

Pintu kamar itu akhirnya terbuka.

"Ma! Chandra ada rapat penting hari ini!" ucap Chandra kepada Ibunya yang melenggang masuk ke dalam kamar.

"Mama sudah membatalkan semua jadwalmu selama dua minggu ke depan!" balas wanita yang kecantikannya sudah memudar itu dengan santai.

"Untuk apa ?, kenapa Mama mengurungku di sini?."

Wanita yang biasa di sapa Nyonya Belinda itu memutar tubuhnya ke arah anaknya yang mengikuti langkahnya dari belakang.

"Mama sudah menemukan calon istri yang pas untukmu!" jawab Nyonya Belinda tersenyum.

"Ma..!

Senyum Nyonya Belinda langsung memudar mendengar penolakan anaknya. Menajamkan pandangannya, menatap marah ke wajah Chandra.

"Kali ini jangan menolak !, kalau kamu tidak ingin melihat Mama mati di kamarmu!" ancam wanita berusia enam puluh Tahun itu dengan suara lembut, namun sangat terdengar horor di telinga Chandra.

Chandra menelan salivanya dan merapatkan gigi giginya, menahan diri supaya tidak sampai membentak dan melawan Ibunya.

Chandra tidak mau menikah, dan tak ingin menikah.

*Bersambung

02. Caroline

"Mama sudah menemukan calon istri yang pas untukmu!" jawab nyonya Belinda tersenyum.

"Ma !"

Senyum Nyonya Belinda memudar mendengar penolakan anaknya, dan menajamkan pandangannya memperhatikan wajah Chandra.

"Kali ini jangan menolak, kalau tidak ingin melihat Mama mati di kamarmu!" ancam wanita berusia enam puluh Tahun itu dengan suara lembut, namun terdengar horor di telinga Chandra.

Chandra menelan salivanya dan merapatkan gigi giginya, supaya tidak membentak dan melawan Ibunya.

Chandra tidak mau menikah dan tidak ingin menikah.

"Usiamu usah 38 Tahun Chandra, kamu belum juga menikah. Mama ingin menggendong cucu, apa kamu tidak kasihan melihat Mama?. Mama juga malu punya anak perjaka tua seperti kamu, gak laku laku" oceh Nyonya Belinda.

Chandra diam mendengarkan ocehan Ibunya tanpa melepas netranya dari wajah wanita yang melahirkannya itu, wajahnya nampak marah dan bercampur sedih.

Bukan kali ini saja Ibunya menyuruh dan memaksanya untuk menikah. Bahkan sudah banyak wanita yang di perkenalkan Ibunya padanya. Namun hati Chandra belum pernah terketuk untuk menikah.

Sekarang, apakah Chandra harus menuruti keinginan Ibunya itu?.

"Terserah Mama saja!"

Chandra melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur, dan menjatuhkan tubuhnya di sana dengan posisi terlentang menghadap langit langit kamar.

Caroline ! aku harus mencarimu kemana?, batin Chandra memejamkan matanya.

"Mama sudah mempersiapkan pernikahanmu.Tiga hari lagi kamu akan menikah, Jadi...persiapkan dirimu!"

Refleks Chandra membuka kembali kelopak matanya, menatap Nyonya Belinda yang berjalan ke arah pintu.

Chandra bergeming, apa maksud dari Ibunya, tiga hari lagi akan menikah?. Dia belum diperkenalkan dengan calon istrinya. Dan kapan Ibunya mempersiapkan pernikahannya?. Siapa wanita yang akan di nikahinya?.

Chandra hanya bisa mengeram, kesal melihat Ibunya. Chandra tak ingin menikah dengan wanita lain, selain dengan wanita yang di cintainya. Tapi kali ini Chandra tidak tega jika harus menolak permintaan Ibunya.

Seandainya saja, Caroline tidak menghilang, Mungkin Chandra sudah menikah dari dulu. Tapi entah kemana menghilangnya sang kekasih. Sampai sekarang Chandra belum berhasil menemukannya.

Ceklek!

Pintu kamar itu tertutup kembali setelah Nyonya Belinda menghilang di baliknya. Dan terdengar suara kunci berbunyi dari luar, pertanda Nyonya besar rumah itu menguncinya dari dalam.

"Pengawal ! jangan ada yang berani membuka pintu ini tanpa seijin saya!" tegas Nyonya Belinda kepada kedua pengawal yang berdiri di depan pintu kamar Chandra.

Pengawal itu pun mengangguk patuh, dan Nyony Belinda langsung berlalu dari depan kamar Chandra menuruni tangga ke lantai bawah.

Mendengar itu, Chandra hanya geleng geleng kepala. Percuma pintu itu di kunci dan di jaga, pikir Chandra. Jika Chandra ingin kabur, ia bisa keluar lewat jendela.

Chandra yang masih berbaring di atas kasur, meraih handphonnya dari atas nakas untuk melalukan panggilan kepada seseorang.

"Halo Marco! bagaimana perkembangan pencarian Caroline?" tanya Chandra lewat telepon di tangannya.

"Aku bukan asistenmu lagi, kenapa masih saja menggangguku?" cetus pria di balik telepon. Marco kesal, karna Chandra membatalkan kerja sama mereka karna keterlambatannya tadi malam datang ke Club.

Marco adalah mantan asisten Chandra. Setahun yang lalu Marco mengundurkan diri, karna harus menggantikan Ayahnya mengurus perusahaan.

"Apa kau benar benar ingin kerja sama perusahaan kita kubatalkan?"ucap Chandra mendengar suara kesal Marco.

"Tadi malam aku belum terlambat lima belas menit. Tapi kalian sudah tidak di sana!" ujar Marco. Mengingat tadi malam ia sampai di Club, Chandra dan Bryan sudah tak ada.

Seketika kening Chandra mengerut, mengingat kejadian tadi malam. Gara gara seorang gadis remaja mabuk mendatanganginya, Chandra menjadi lupa tujuannya datang ke Club itu. Dan sialnya, wanita kecil itu memuntahi bajunya. Dan yang paling membuat kesal Chandra, wanita kecil itu adalah mantan kekasih Bryan.

"Perintahkan anak buahmu untuk mencari Caroline sampai dapat. Jika kau masih ingin kerja sama kita berlanjut."

Marco terdengar mendengus di balik telepon. Dia bukan asisten lagi, tapi mantan bosnya itu masih saja suka memerintahnya.

"Sampai kapan kau akan terus mencari wanita itu?. Aku yakin sekarang kekasihmu itu sudah tua dan jelek. Di dunia ini banyak wanita, kau bisa memilih yang mana saja."

Marco sudah malas mengurus pencarian kekasih dari Chandra Wahid Kurniawan itu. Karena mungkin bisa saja wanita yang di carinya sudah mati.

Chandra terdengar menghela napasnya,"Ada hal penting yang harus kami selesaikan."

"Sampai kapan?, karna itu kau tak menikah sampai sekarang. Usiamu sudah separoh baya. Jika dia memikirkanmu, dia pasti sudah menemuimu sejak dulu. Aku rasa dia sudah bahagia dengan laki laki lain" oceh Marco.

"Lakukan saja perintahku !" ujar Chandra tak ingin mendengarkan ocehan sahabatnya itu.

"Terserahmu saja, baiklah ! aku akan menyuruh anak buahku untuk mencari wanita tua itu" Marco mencibir sedikit pria yang berusia sepuluh Tahun di atasnya itu.

Marco sendiri sudah lelah menyuruh anak buahnya mencari wanita yang hilang jejak sejak lama. Seharusnya pria yang bernama Chandra itu lebih lelah laki memikirkan wanita itu, pikir Marco.

tlut

Sambungan telepon itu mati begitu saja, tanpa ada embel embel ucapan trimakasih dari si penelepon, membuat Marco mengumpat kesal kepada mantan bosnya itu.

"Dasar bos sialan !"

Chandra mendudukkan tubuhnya dan menurunkan kakinya ke lantai, menyugar rambutnya kasar ke belakang lalu menghela napas.

Chandra berpikir, apakah dia harus berhenti mencari Caroline?. Kalau di pikir pikir, seharusya memang seperti itu. sudah hampir dua puluh Tahun ia mencari wanita itu. Namun wanita itu entah menghilang kemana?. Mungkin benar dia memang harus melupakan wanita itu, dan memulai hidup baru dengan wanita lain.

Mengingat tiga hari lagi dia akan menikah. Dengan wanita mana dia akan menikah?. Kenapa kali ini Ibunya tidak mengenalkan calon istrinya kepadanya?.

Sedangkan di bawah rumah, Nyonya Belinda masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang belakang. Tujuannya adalah ke rumah sahabatnya, untuk mengatakan kepastian pernikahan anaknya dan putri sahabatnya, yang sudah mereka rencanakan sebulan yang lalu.

"Jalan Pak!" perintah Nyonya Belinda kepada supirnya.

"Baik Nyonya!" patuh sang supir dan langsung melajukan kenderaannya perlahan keluar dari pekarangan rumah.

Tiba di depan rumah sahabatnya, sang supir yang mengantar menghentikan kendaraannya tepat di depan pintu rumah sahabatnya itu, Nyonya Belinda pun langsung turun.

Di lantai dua rumah itu, Hajar merias wajahnya di depan kaca cermin meja riasnya. Mendengar kalau pria yang akan di jodohkan dengannya adalah pria tajir melintir. Seketika jiwa matrenya langsung meronta ronta. Kegalauannya seminggu ini karna di putus cinta langsung menghilang.

"Baiklah Bryan!, kau yang memutuskanku, jangan menyalahkan aku jika memilih pria lain.Semoga kamu bertobat dari sifat pelitmu. Supaya kamu cepat mendapatkan penggantiku!" gumam Hajar.

Meski ia mencintai Bryan, laki laki yang berusia lima Tahun di atasnya. Tapi Hajar lebih mencintai materi dari pada orangnya. Ah ! itu sudah menjadi sifat buruknya yang sudah melekat dalam dirinya.

Tok tok tok !

"Hajar ! calon mertuamu sudah datang !"sahut Ibunya dari luar.

"Iya Ma ! sebentar!" Hajar berdiri dari kursi meja riasnya, memperhatikan penampilan dan make up nya sekali lagi. Hajar mengulas senyumnya mengingat kata kata Ibunya tadi supaya ia tidak menolak lamaran sahabat Ibunya.

'Kalau kamu menerima lamaran Nyonya Belinda. Nyonya Belinda akan memberikanmu uang sebanyak sepuluh Milliar. Dan kamu akan di beri mahar sebuah mobil mewah. Jika kamu berhasil memberinya seorang cucu, makan kamu akan mendapatkan saham dari perusahaan peninggalan suami Nyonya Belinda. Bayangkan saja ! seberapa banyak nanti kekayaan yang kamu miliki?. Jika kamu benar benar bisa mengambil hati suami mu nanti, kamu bisa mendapatkan lebih banyak harta lagi'

"Hajar..!!!"

Hajar langsung tersadar dari lamunannya."Ah..iya Ma !."

Hajar memutar tubuhnya, berjalan ke arah pintu kamarnya dan membuka pintunya. Seperti kata Ibunya tadi, ia akan menerima menikah dengan anak dari sahabat Ibunya. Tanpa berpikir pria seperti apa yang akan menikah dengannya.

"Ayo cepat!, calon mertuamu sudah menunggu di bawah!" ucap Ibu Misra, menuntun Hajar berjalan ke arah tangga.

Hajar menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, menghayalkan hidupnya akan bergelimang harta setelah menjadi menantu orang kaya tajir melintir.

* Bersambung

03.Matre

Sampai di ruang tamu, Hajar mengarahkan pandangannya ke arah wanita tua yang duduk sendiri di sofa. Hajar memutar pandangannya ke setiap sudut ruangan mencari laki laki yang akan menikahinya, namun tidak.

Dimana calon suamiku?, masa iya gak ikut. Hajar membatin sambil melangkahkan kakinya ke arah calon mertuanya sembari tersenyum.

"Wah! cantiknya calon menantuku" puji Nyonya Belinda.

Hajar semakin melebarkan senyumnya dan menyalam calon Ibu mertuanya." Selamat siang Tante!."

Meski calon mertuanya itu adalah sahabat Ibunya, tapi Hajar tidak mengenali wanita yang tak lagi muda itu. Karna Hajar tidak pernah terlibat dengan pergaulan Ibunya. Atau sesekali menemani Ibunya arisan.

"Selamat siang juga!" Nyonya Belinda menerima uluran tangan Hajar, dan menariknya untuk duduk di sampingnya.

"Calon suamiku mana Tante? ops !" Hajar menutup mulutnya dengan tangan, lalu menyengir. Membuat Ibu Misra dan Nyonya Belinda tertawa bersama.

"Dia tidak bisa ikut, karna harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum hari pernikahan kalian" jawab Nyonya Belinda.

"Oh gitu ya Tante!" Senyum Hajar berubah sedikit masam.

Nyonya Belinda yang duduk di sampingnya, mengusap kepalanya dari belakang.

"Bagaimana? kamu mau kan menjadi menantu Tante?."

Hajar tidak langsung menjawab, ia mengalihkan pandangannya ke arah Ibu Misra yang duduk di sofa sebrangnya.

"Kalau kamu mau menjadi menantu Tante. Seperti yang Tante katakan sama Ibu kamu. Tante akan memberimu uang sepuluh Milliar. Tante akan memberimu mahar satu unit mobil mewah, limitid edicion. Dan nanti kamu juga pasti akan mendapatkan tunjangan kebutuhan hidup setiap Bulan dari anak tante" bujuk Nyonya Belinda.

Membuat pikiran Hajar melambung menerawang ke masa depan.Kemudian tanpa berpikir pria seperti apa yang akan menikah dengannya.Hajar langsung mengangguk angkukkan kepala dengan wajah sumiringah dan mata membola.

"Kalau kamu berhasil memberi tante seorang cucu, tante akan memberikan saham di dari perurahaan peninggalan suami tante." lanjut Nyonya Belinda lagi untuk membuat Hajar semakin yakin menjadi menantunya.

"Tante serius?" Hajar semakin membolakan matanya ke arah Nyonya Belinda.

"Serius dong, masa tante bohong !"Nyonya Belinda mengusap kepala Hajar kembali sembari tersenyum.

"Kalau Hajar bisa memberikan cucu sama Tante dua! tiga ! empat! lima!. Apa hadiahnya akan terus di tambah?" tanya Hajar antusias tanpa rasa malu.

Sepertinya penyakit materialistisnya semakin meradang mendengar hadiah hadiah yang di tawarkan Nyonya Belinda terhadapnya.

"Tentu, satu cucu satu persen saham."

"Okeh! aku siap menikah. Tapi sekarang sebagai uang muka.Aku butuh dana untuk merawat diri ke salon" ujar Hajar.

"Tidak masalah" Nyonya Belinda pun membuka tasnya mengeluarkan dompet dari dalamnya, mengambil satu kartu ajaib memberikannya kepada Hajar.

"Ah! trimakasih Tante!" Hajar langsung mengambil card itu dari tangan Nyonya Belinda.

"Pergilah menghabiskan waktu, tapi ingat!, tiga hari lagi, hari pernikahanmu dengan anak tante"ujar Nyonya Belinda.

Tidak masalah bagi Nyonya Belinda, jika Hajar yang di pilihnya sebagai menantu adalah gadis matre. Yang penting baginya, anaknya menikah dan memberi cucu untuknya.

"Iya Tante! trimakasih atas kedermawanan Tante. Hajar berjanji, nanti akan menjadi menantu yang baik untuk Tante" Hajar berdiri dari tempat duduknya dan sedikit membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat.

"Dan juga berjanji akan menjadi istri yang baik untuk anak tante!" tambah Nyonya Belinda.

"Siap Tante! kalau begitu, Hajar permisi dulu. Sekali lagi, trimakasih kartu saktinya" Setelah Hajar menyalam tangan Nyonya Belinda, Hajar pun menyalam sang Ibu yang hanya duduk tersenyum dari tadi, dan langsung pergi kembali ke kamarnya untuk mengambil tas dan kunci mobil, lalu kembali turun ke bawah untuk pergi. Hajar akan pergi ke salon, dan tentunya berbelanja.

"Apa kamu tidak kawatir? hartamu dikeruk habis sama putriku. Dia itu sangat matre. Dia baru di putusin pacarnya karna tak sanggup memenuhi keinginannya" Tanya Ibu Misra setelah Hajar tak terlihat lagi.

"Aku rasa dia gadis yang lucu!" jawab Nyonya Belinda tersenyum."

"Semoga saja nanti dia tidak membuat anakmu sakit kepala!" ucap Ibu Misra lagi tersenyum.

"Biarkan saja, justru itu aku memilihkan istri untuknya yang masih anak anak. Biar kepalanya sakit menghadapi tingkahnya" balas Nyonya Belinda.

"Aku melihat hidup anakku terlalu datar, tidak berwarna sama sekali" tambahnya lagi.

Ibu Misra menghela napasnya, sebenarnya ia kasihan karna menikahkan putrinya dengan pria yang sudah tak muda lagi. Tapi karna sahabatnya itu terus memohon dan mengiba kepadanya, supaya memberikan putrinya untuk menjadi menantu. Akhirnya Ibu misra bernegosiasi, meminta imbalan uang yang banyak untuk putrinya.

"Semoga saja nanti Hajar tidak kaget melihat suaminya." Ibu Misra menghela napas lagi." Aku kawatir dia malu dan memilih kabur dari pernikahan"ucapnya lagi.

"Makanya aku ingin mempertemukan mereka setelah ijab kabul. Supaya mereka berdua tidak ada yang bisa kabur" balas Nyonya Belinda.

"Semoga saja pernikahannya nanti berjalan lancar!" ucap Ibu Misra lagi.

Obrolan kedua wanita itu terus berlanjut sampai ke meja makan. Sampai tak terasa waktu sudah sore. Dan Nyonya Belinda akhirnya berpamitan untuk pulang.

"Jeng! kalau begitu aku pulang dulu!." Nyonya Belinda pun berdiri dari kursi meja makan di rumah Ibu Misra.

"Iya Jeng!" Balas Ibu Misra, ikut berdiri dari kursinya, melangkahkan kakinya mengikuti Nyonya Belinda untuk mengantarnya ke depan rumah. Setelah Nyonya Belinda pergi bersama kenderaannya. Ibu Misra kembali masuk ke dalam rumah.

.

.

Di rumah besar keluarga Kurniawan. Chandra berdiri di teras balkon kamarnya sambil berbicara dengan seseorang lewat telepon. Meski tubuhnya terkurung di dalam kamar, namun pikirannya tidak bisa di hentikan untuk melakukan sesuatu.

"Awasi terus gadis itu, dan kirimkan poto wajahnya lewat handphon!" perintah Chandra kepada seseorang.

"Baik bos!" patuh seorang pria di balik telepon.

"Hm !" Chandra bergumam lalu mematikan sambungan teleponnya.

Tak lama menunggu, telepon genggam yang masih berada di tangannya terdengar berbunyi pertanda ada pesan masuk. Chandra langsung membuka pesan berupa fhoto dan vidio seorang gadis berjalan ke arah sebuah salon di dalam mall.

"Uhuk uhuk uhuk !" seketika tiba tiba Chandra terbatuk batuk melihat photo gadis di dalam handphonnya.

Kemudian Chandra membuka pesan vidio yang di kirim ke hpnya. Untuk memperhatikan lebih jelas gadis yang seperti di kenalnya. Melihat gadis di dalam vidio itu adalah gadis yang tadi malam memuntahi bajunya di Club, Chandra tidak percaya. Sampai Chandra membolakan matanya untuk memastikan sekali lagi gadis di dalam gambar dan vidio itu.

"Ya Tuhan, Mama.. apa gak ada gadis yang lebih muda lagi untuk kunikahi!" geram Chandra mengeraskan rahangnya.

Tubuh Chandra melemah, mengingat gadis itu adalah mantan kekasih Bryan, asisten pribadinya.

'Semoga saja bukan gadis itu yang akan kunikahi..Oh Tuhan!'.

Jika itu benar, mau di tarok dimana mukanya. Menikahi mantan kekasih bawahannya sendiri. Dan gadis itu masih anak anak, yang pantas menjadi anaknya.

"Mama..!" Chandra kembali mengeram tidak terima akan menikahi gadis belia itu. Chandra benar benar ingin marah pada Ibunya.

.

.

Nama lengkap gadis itu adalah Hajar Nataya Callista Isti. Usianya baru delapan belas Tahun, seminggu yang lalu ia baru selesai melaksanakan ujian kelulusan. Dan saat itu juga, Hajar di putuskan Bryan mantan kekasihnya. Karna meminta di bayari tiket berlibur selama dua minggu ke sebuah pulau bersama teman temannya.

Dan bukan itu saja yang di mintanya kepada Bryan, sebagai hadiah karna bisa menyelesaikan ujiannya dengan lancar. Hajar juga meminta untuk di sewakan jet pribadi untuk terbang ke pulau tersebut. Membuat Bryan berakhir memutuskannya.

Sekarang gadis yang akan mencapai cita citanya menjadi orang kaya tajir melintir itu, sudah selesai dengan perawatan seluruh anggota tubuhnya. Tinggal hitungan Hari, dia akan melangkahkan kakinya dengan dagu terangkat, membawa tas seharga satu unit rumah kpr tersangkut di lipatan sikunya. Sepatu seharga satu unit motor menempel di kedua kakinya. Cincin berlian, kalung berlian, gelang berlian, anting berlian, akan menghiasi tubuhnya. Dan semoga saja, Hajar tidak mengganti giginya dengan berlian juga.

*Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!