NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Sang Ksatria Legendaris

Ksatria Legendaris

Saat ini, di sebuah hutan yang di sebut-sebut sebagai 'hutan kematian' tampak seorang pria yang berusia 21 tahun dengan paras tampan sedang berusaha kabur dari kejaran sekelompok orang yang hendak mencelakainya.

Pria itu bernama Madika Rosompodapala.

Madika terlihat sedang melompat dari satu pohon ke pohon lain-nya dengan sangat cepat. sementara beberapa orang yang mengejar-nya juga tidak kalah cepat dari Madika.

"Tchi!.... mereka keras kepala sekali!" Batin Madika sambil menggertak-kan gigi-nya.

Sementara itu, orang yang mengejar Madika berjumlah 8 orang, dan yang memimpin pengejaran itu adalah paman Madika itu sendiri, yakni Kiono Rosompodapala.

"Jangan biarkan dia lolos!... Dia sudah mengetahui semua rahasia kita dan berani menunjuk-kan diri-nya di hadapan kita setelah sebelas tahun bersembunyi!" Ucap Kiono dengan nada tegas.

"Siap tuan!" Balas tujuh orang lain-nya yang mengikuti Kiono dengan serentak.

Kiono dan rombongan-nya pun segera menambah kecepatan mereka untuk mengejar Madika yang saat ini sudah cukup jauh di depan mereka.

"Sial!... Seperti-nya aku memang tak bisa lari dari mereka!" Batin Madika sambil pasang ekspresi kesal. "bersembunyi-pun seperti-nya percuma! Apa lagi di antara mereka ada seorang yang membawa 'njawaropa' yang terkenal dengan penciuman yang sangat tajam terutama terhadap aroma darah!" Ucap-nya dalam hati sambil mengingat tangan dan bahu-nya yang sebelumnya sudah terkena serangan hingga mengeluarkan darah.

Note: 'njawaropa' adalah hewan terbang yang bentuk tubuh-nya mirip kadal dengan kepala yang mirip seperti tikus namun memiliki jengger yang tajam serta di antara kaki dan tangan-nya di tumbuhi sayap layak-nya sayap kelelawar.

njawaropa memang di kenal sebagai hewan yang memiliki penciuman yang sangat tajam.

"Apa aku benar-benar harus melawan mereka? Atau harus terus kabur hingga kehabisan energi Saga dan ujung-ujungnya akan terbunuh juga oleh mereka?" Pikir Madika.

Energi Saga adalah energi yang di miliki oleh beberapa manusia tertentu yang ada di planet yang bernama Agrilis ini, yakni planet yang menjadi latar tempat cerita Saat ini.

Energi Saga adalah energi yang di gunakan oleh beberapa manusia untuk mewujudkan empat elemen alam dalam kekosongan.

Empat elemen alam itu yakni petir, angin, api, dan es.

Namun setiap manusia hanya bisa menggunakan satu elemen yang sesuai dengan tipe Saga milik-nya.

Di sisi lain, Madika yang sedari tadi terus kabur kini harus terhentikan oleh petir yang menyambar ranting pohon saat ia pijaki sehingga ia pun langsung terjatuh ke tanah.

"Sial!" Batin Madika yang kemudian hendak melompat lagi ke dahan pohon dan mencoba kabur lagi.

"Tidak secepat itu!" Teriak Kiono dari belakang Madika dan di sertai dengan Sambaran petir yang sangat kuat yang menyambar tanah tepat di hadapan Madika.

Tanah yang tersambar itu kini terbakar. Api dari efek Sambaran itu berkobar-kobar seolah hendak melahap Madika yang ada di hadapannya.

"Tchi!.... Inikah kemampuan dari ksatria tingkat Epic?!" Ucap Madika dengan ekspresi kesal. "Kekuatan-nya benar-benar jauh lebih besar di bandingkan dengan ksatria tingkat profesional seperti-ku!"

Tak lama setelah itu, kini Madika sudah di kepung oleh delapan orang yang mengejar-nya itu.

"Seperti-nya kau benar-benar sudah putus asa sampai-sampai berani menunjuk-kan diri-mu di hadapan kami!" Ucap Kiono dengan angkuh.

"Tchi.... Diam kau!.... Kau tidak akan ku maaf-kan!.... Aku pasti akan membalaskan dendam orang tua-ku!" Ucap Madika dengan rasa kesal.

"Hah.... Sudah ku duga, seperti-nya sekarang tak ada alasan lagi bagi-ku untuk membiarkan-mu lolos ataupun membuatmu hilang ingatan seperti sepuluh tahun lalu." Ucap Kiono sambil menghela nafas dengan ekspresi bosan.

"Menghilangkan ingatan-ku saja sudah membuat-ku kesal! Di tambah lagi kenyataan bahwa kau yang telah membunuh orang tua-ku tentu-nya sangat membuat-ku benci pada-mu!" Bentak Madika dengan emosi yang makin meninggi.

Kiono yang melihat reaksi Madika itu hanya diam membatu. ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh keponakan-nya itu.

"Yah.... Selama aku bisa mendapatkan tahta sebagai raja, tentu saja segala hal akan ku halalkan." Batin Kiono dengan santai-nya.

Setelah itu Kiono pun mengangkat tangan kanan-nya lalu melambaikan-nya ke bawah sebagai pertanda pada ketujuh pengawal-nya itu untuk mulai menyerang.

Melihat tanda itu, ketujuh pengawal pun mulai melakukan serangan pada Madika.

Si pengawal satu yang bernama Mogi langsung menyerang Madika menggunakan pedang es yang melayang di udara. Pedang es yang melayang itu kini melesat dengan sangat cepat ke arah Madika.

Madika yang melihat serangan itu langsung menangkis serangan es itu menggunakan elemen angin yang ia miliki.

tidak cukup sampai di situ, kini sebuah lahar tampak menjalar di bawah tanah yang ada di sekitar Madika. lahar itu kemudian membentuk tiga tentakel tajam dan ketiga lahar berbentuk tentakel itu langsung bergerak menyerang Madika.

Madika berusaha menghindari semua serangan itu dengan cara melompat ke udara. namun tentakel lahar itu terus mengejar-nya bahkan di udara sekali-pun.

Karena saat ini Madika sudah terlalu kelelahan serta terus di serang secara bertubi-tubi oleh tujuh pengguna Saga, akhir-nya Madika pun lengah dan perut-nya kini di tembus oleh sebuah pedang halilintar yang terus menyetrum diri-nya.

bukan hanya itu saja, saat ini tangan kanan-nya tampak terpotong, sementara beberapa jari tangan kiri-nya banyak yang putus. sekujur tubuh-nya di penuhi oleh pedang es serta anak panah yang terwujud dari lahar. darah Madika mengalir sangat banyak hingga membasahi tanah tempat ia berdiri. ia saat ini merasakan kesakitan yang sangat luar biasa, ia tak sanggup lagi menggerak-kan tubuh-nya karena rasa sakit yang ia derita.

"sial!.... bahkan sampai mati pun aku tak bisa membalas dendam orang tua-ku." ucap Madika dalam hati.

Kini pandangan Madika pun perlahan memudar hingga akhir-nya ia menghembuskan nafas terakhir-nya.

"dimana aku?" ucap Madika saat mendapati diri-nya sedang berada di sebuah ruang hampa yang sangat gelap.

Tak lama setelah itu tiba-tiba di tengah kegelapan itu terdengar suara.

"apa kau yakin ingin mati begitu saja tanpa berusaha untuk membalas?.... jika kau ingin membalas, maka akan ku beri kesempatan kedua bagimu untuk mengubah takdir."

"siapa di sana?! tunjuk-kan diri-mu!" ucap Madika dengan ekspresi waspada sambil menoleh ke segala arah karena tidak tahu dari mana sumber suara itu.

Baru saja berkata seperti itu, tiba-tiba muncul sosok pria tua di hadapan Madika. pria itu tampak berkarisma serta penuh wibawa.

"aku adalah Risiwuku Pusiroe, atau biasa kalian kenal sebagai kesatria legendaris penguasa angin serta salah satu pengawal raja Arga yang merupakan raja terkuat di masa lalu." ucap pria tua itu memperkenalkan diri dengan jujur.

Barangkali ada yang minat baca karya lainnya bisa cek di profil author ya...

Reinkarnasi ke masa lalu

Madika yang mendengar perkenalan tuan Risiwuku hanya menggeleng kepala-nya.

"yang benar saja.... kenapa di saat sudah mati aku malah masih sempat berhalusinasi seperti ini." batin Madika.

saat ini Madika masih belum percaya bahwa yang di hadapan-nya memanglah sang penguasa angin dan merupakan salah satu dari empat kesatria legendaris yang menjadi pengawal setia raja Arga.

"sekali lagi aku bertanya, apakah kau mau mendapatkan kesempatan kedua untuk bisa membalaskan dendam-mu?" tanya tuan Risiwuku sekali lagi.

Mendengar pertanyaan itu muncul dua kali, Madika pun mulai berpikir, dan ia pun mencoba untuk menanggapi ucapan tuan Risiwuku.

"apa maksud ucapan anda?" tanya Madika dengan sopan untuk meminta penjelasan secara rinci dari tuan Risiwuku.

"seperti yang ku sebut tadi, kesempatan kedua.... yang arti-nya aku bisa menghidupkan kembali diri-mu, atau lebih tepat-nya aku bisa memindahkan jiwa-mu yang berada di masa ini ke dalam tubuh-mu yang berada di masa lalu, dengan begitu, maka semua ingatan-mu yang ada di masa ini akan kau miliki di masa lalu itu, dan kau akan memulai kembali hidup yang baru di masa lalu itu." jelas tuan Risiwuku.

"apa hal itu benar-benar bisa di lakukan?" tanya Madika yang saat ini tampak mulai tertarik dengan tawaran tuan Risiwuku.

"tentu saja bisa.... namun itu benar-benar akan menguras sangat banyak energi Saga yang ku miliki, bahkan kemungkinan hanya bisa ku lakukan sekali saja." jelas tuan Risiwuku sekali lagi.

Mendengar penjelasan itu, Madika pun menjadi sedikit bimbang untuk memilih. namun pada akhir-nya ia tetap membulatkan tekad-nya.

"sebenar-nya aku tidak begitu yakin dengan orang ini.... tapi jika memang dia bisa menghidup-kan kembali diri-ku ke masa lalu, maka sebaik-nya aku tidak menolak kesempatan emas ini." batin Madika.

"kalau begitu, apakah aku boleh bertanya?" ucap Madika dengan nada sopan.

"tentu saja." balas tuan Risiwuku sambil mengangguk pelan.

"baiklah, kalau begitu aku ingin tahu, apa tujuan anda memberikan kesempatan yang hanya bisa sekali pakai ini? dan jelaskan pula apa resiko yang mungkin harus ku alami jika menerima kesempatan yang anda maksudkan itu?" tanya Madika dengan nada menyelidik.

"begitu ya.... kalau begitu langsung ku jelaskan saja tanpa basa-basi.... saat ini, aku adalah jiwa gentayangan yang mewarisi jiwa serta kekuatan-ku kepada diri-mu yang merupakan orang yang terpilih secara langsung oleh-ku.... tujuan-ku adalah kembali ke sisi tuan-ku raja Arga.... dan di era ini, aku bisa merasakan bahwa raja Arga telah lahir kembali ke dunia ini." jelas tuan Risiwuku dengan jujur.

"begitu, ya.... jadi inti-nya kau juga tak mau kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan raja Arga yang sangat melagenda itu?.... jadi dengan membiarkan-ku tetap hidup maka kemungkinan untuk bertemu dengan raja Arga masih dapat di wujudkan." balas Madika.

Setelah beberapa saat berbagi informasi, kini mereka berdua sepakat untuk membuat Madika bereinkarnasi ke masa lalu menggunakan Saga yang di miliki tuan Risiwuku.

"aku tak tahu kau akan tiba di masa lalu yang mana karena semua-nya tergantung sejauh mana energi Saga-ku bisa menjangkau masa lalu-mu." jelas tuan Risiwuku.

Setelah itu Madika pun langsung di reinkarnasi-kan ke masa lalu, dan hanya dalam waktu beberapa saat saja proses reinkarnasi pun selesai.

Saat ini di sebuah kamar tampak Madika yang berusia 15 tahun sedang membuka mata-nya secara perlahan.

setelah itu ia pun perlahan bangun dan kemudian menoleh ke segala arah untuk memastikan keadaan, hingga akhir-nya ia melihat sebuah kalender yang menunjuk-kan tanggal hari ini.

Melihat tanggal itu, Madika pun sontak terkejut dan merasa gembira karena ternyata reinkarnasi itu benar-benar berhasil.

"ini bukan mimpi kan?" ucap Madika sambil menampar pipi-nya sendiri.

Tak lama setelah itu Madika pun turun dari ranjang-nya dan langsung bercermin.

"ini benar-benar nyata.... aku benar-benar kembali ke masa lalu!" ucap-nya bersemangat ketika melihat diri-nya yang kini kembali berusia 15 tahun.

Setelah cukup lama terkagum-kagum, kini Madika tiba-tiba teringat akan sesuatu setelah bayangan kalender hari ini menghantui-nya.

"oh ya ampun.... aku lupa kalau hari ini akan di laksanakan ujian masuk akademi ksatria Walawatu!" ucap Madika dengan ekspresi yang terlihat sedikit panik.

lalu Madika pun bergegas menyiapkan semua perlengkapan-nya dan langsung berangkat ke akademi itu.

Setelah Madika tiba di akademi Walawatu, Madika sempat bertemu dengan dua orang teman dekat-nya yang bernama Tonda dan Nombo.

saat ini di tempat di laksanakan-nya ujian tahap pertama, terjadi sebuah kejadian yang membuat banyak calon siswa baru menjadi heboh, pasal-nya terdapat satu siswa yang di tolak di akademi itu karena energi Saga yang di miliki-nya masih setara dengan siswa tingkat dasar, sementara akademi ini hanya menerima tingkat atas.

"hah.... ternyata di dunia ini masih ada orang yang lebih malas menaik-kan tingkat energi-nya selain aku." batin Madika ketika mendengar berita itu.

Ujian tahap pertama adalah ujian yang menentukan seberapa besar tingkatan energi Saga yang di miliki oleh seseorang.

tingkatan itu bisa di naik-kan dengan cara berlatih. namun ketika sudah mencapai tingkat atas, berlatih saja tidak akan efisien untuk menaik-kan tingkatan, jadi harus melakukan perburuan yang berfungsi untuk menaik-kan tingkatan.

Setelah menunggu beberapa lama, akhir-nya giliran Madika untuk menguji seberapa besar kapasitas Saga yang ia miliki, dan betapa senang-nya ia ketika tahu bahwa ia sudah berada di tingkat atas. dengan kata lain ia sudah lolos ujian tahap pertama.

Setelah semua calon siswa baru menyelesaikan ujian tahap pertama, kini ujian tahap kedua pun segera di mulai.

Saat ini seluruh calon siswa di berikan sebuah alat yang berbentuk seperti jam tangan dan di layar-nya menunjuk-kan angka 50 poin. lalu setelah itu seluruh peserta di perintahkan untuk berpencar di dalam hutan luas milik sekolah.

di ujian ini seluruh peserta di paksa untuk bertarung. mereka yang kalah akan kehilangan poin, sementara yang menang akan mendapatkan poin, dan bagi mereka yang poin-nya tidak lebih dari 50 setelah ujian berakhir akan di nyatakan gugur.

Ujian tahap kedua di mulai, dan saat ini sudah di pastikan bahwa seluruh peserta pasti akan mulai mencari target masing-masing.

Sementara itu, di tengah hutan tampak Madika yang sedang di hadang oleh seorang peserta lain-nya. peserta itu adalah pengguna Saga elemen es.

Pria itu tiba-tiba menyerang Madika menggunakan es berujung runcing yang menjulang dari bawah tanah.

es itu bergerak ke arah Madika.

Madika yang terkejut dengan serangan dadakan itu langsung refleks menghindar ke samping.

"sial.... langsung bertemu musuh! seperti-nya aku memang sial." batin Madika.

"hahaha tadi-nya ku pikir akan bertemu orang kuat! tapi ternyata aku malah bertemu dengan pecundang payah seperti-mu!" ucap peserta yang bernama Onale dengan ekspresi meremehkan Madika.

Onale adalah salah satu siswa yang sering menjahili Madika saat masih di tingkat menengah.

dan kini mereka bertemu lagi di tempat ujian tahap kedua.

Madika yang dulu-nya merasa takut pada Onale karena sering di hajar kini terlihat tenang-tenang saja karena ia yakin bahwa diri-nya yang dulu hanya kalah di mental, bukan mekanik.

"ohoh..... kalau kau se-percaya diri itu, cobalah maju dan melawan-ku sekarang." ucap Madika dengan tenang.

"hahaha.... dasar bod0h!!" ucap Onale dengan suara keras sambil mengayunkan tangan-nya dari bawah ke atas, dan di saat yang bersamaan muncul es yang sangat runcing dari bawah tanah dan langsung melesat cepat ke arah Madika.

Madika yang sedari tadi diam dan tenang kini langsung melancarkan tinju angin yang menjadi salah satu jurus andalan-nya.

dalam sekejap es yang melesat ke arah Madika langsung hancur bertubi-tubi.

"apa-apaan itu?!" ucap Onale sambil membelalak-kan mata-nya karena terkejut.

Kalau ada yang minat baca karya saya yang lainnya bisa cek di profil author ya...

Ujian Masuk Akademi

"kenapa kau terkejut seperti itu?" tanya Madika dengan ekspresi tenang namun terkesan menyindir.

Onale menggertak-kan gigi-nya sambil pasang ekspresi kesal.

"berani-nya kau menepis serangan-ku!" bentak Onale. "kau harus membayar perbuatan-mu!"

Kemudian Onale pun langsung maju dengan sangat cepat menghampiri Madika sambil melakukan ancang-ancang untuk menyerang.

Madika yang melihat hal itu tentu tidak diam saja, ia dengan segera bersiaga untuk bertarung.

tak lama setelah itu Onale langsung mengayunkan tangan-nya ke arah Madika, dan dari belakang Onale pun muncul sebuah es runcing yang langsung melesat ke arah Madika.

Madika yang melihat serangan itu langsung mengibaskan tangan-nya ke samping, dan dalam sekejap es runcing yang melesat itu langsung berubah arah.

"kau benar-benar meremehkan-ku hah?!" bentak Onale.

lalu Onale pun langsung mengangkat tangan-nya dan mengarahkan-nya pada Madika.

seketika langsung muncul es runcing dalam jumlah yang banyak di belakang Onale.

"bersiaplah!!" teriak Onale dengan ekspresi semangat dan penuh percaya diri.

"hah.... sebelum-nya ku pikir kau itu pintar, tapi seperti-nya kau terlalu meremehkan trik yang di miliki oleh orang lemah ini." ujar Madika sambil menghela nafas.

"trik?" ucap Onale yang sedikit bingung.

Baru saja bertanya seperti itu, tiba-tiba angin yang sangat kuat menghantam Onale, dan seluruh es runcing yang ada di belakang-nya langsung terlempar jauh serta hancur karena saling tabrakan.

"itulah trik yang ku maksud." ucap Madika dengan tenang.

"sial! kenapa kau bisa sekuat itu?!.... bukankah kau baru tingkat atas level satu?!... kenapa bisa menghancurkan serangan-ku semudah itu?!" bentak Onale yang tampak kesal karena jelas-jelas diri-nya berada dua level di atas Madika.

"sudah ku bilang, ini hanya trik.... aku hanya mengumpulkan dan memadatkan angin ke satu titik lalu melepaskan-nya.... pelepasan itu pun menghasilkan tekanan angin yang sangat kuat sehingga bisa dengan mudah mengatasi es-mu itu." jelas Madika dengan tenang.

Setelah itu Madika pun langsung mengayun tangan-nya ke samping dan menghasilkan sebuah tebasan angin yang melesat ke arah Onale.

Onale yang melihat serangan itu langsung menghindar sehingga tebasan angin itu hanya mengenai sebuah pohon dan membuat pohon itu terpotong dengan sangat rapi.

Onale yang melihat serangan itu makin terkejut karena melihat betapa tajam-nya tebasan angin itu.

Tidak cukup sampai di situ, kini Madika kembali mengayunkan tangan-nya secara bertubi-tubi sehingga menghasilkan sangat banyak tebasan angin yang bergerak secara acak.

sementara itu, Onale yang melihat serangan itu langsung cepat mengambil tindakan. Onale dengan segera memunculkan banyak es untuk memblokir tebasan angin yang mengarah pada diri-nya.

"tchi.... padahal aku menargetkan-nya karena dia lemah! tapi kenapa perubahan diri-nya sangat mendadak seperti ini?!" batin Onale sambil pasang ekspresi kesal.

Semasa sekolah tingkat menengah, Madika memang di kenal sebagai sosok yang pendiam serta lemah karena diri-nya sangat jarang melatih kemampuan dan kapasitas Saga-nya. bukan hanya itu, ia juga memiliki mental yang lemah sehingga ia tidak berani untuk melawan balik saat diri-nya di jahili oleh orang-orang di sekitar-nya. yang bisa di lakukan oleh Madika hanyalah kabur dan melarikan diri saat diri-nya mulai di jahili lagi oleh teman sebaya-nya.

hal itu lah yang membuat Onale kebingungan, karena Madika yang ia hadapi saat ini sudah berbeda dari yang sebelum-nya.

"si@l!.... dia tidak mengendorkan serangan-nya sedikitpun!" batin Onale.

Setelah itu Onale langsung berlari ke samping untuk menghindar sambil mempersiapkan serangan.

Madika tentu tidak diam saja, ia dengan segera menembak-kan peluru angin ke arah tangan Onale yang hendak melakukan serangan.

Onale pun dengan cepat menghindar. lalu Madika pun kembali menyerang secara bertubi-tubi menggunakan tebasan angin milik-nya.

Onale berlari sambil menghindari semua serangan yang di lancarkan oleh Madika.

lalu setelah itu ia langsung melancarkan serangan menggunakan es runcing dengan jumlah yang lebih banyak lagi dari yang sebelum-nya.

Madika yang melihat jumlah es runcing yang sangat banyak itu langsung terkejut karena diri-nya belum sempat menyiapkan trik yang ia pakai sebelum-nya saat pertama kali mematahkan tehnik es runcing Onale.

lalu Madika pun dengan segera menghindari serangan es runcing itu sambil menembak-kan peluru angin untuk menghancurkan beberapa es yang tak sempat bisa ia hindari.

Meskipun sudah berusaha menghindar, namun karena jumlah es runcing itu sangat banyak, Madika pun tak bisa mengatasi semua-nya dengan baik sehingga salah satu es runcing menggores bahu Madika.

"si@l! ini lebih merepotkan dari yang ku bayangkan!" batin Madika sambil terus bergerak.

setelah itu Madika pun langsung menembak-kan salah satu peluru angin milik-nya ke arah Onale.

namun peluru angin itu berhasil di hindari sehingga hanya melewati Onale.

"meledak!!" teriak Madika sambil melompat ke belakang serta mengepalkan jari-jari tangan-nya, dan di saat yang bersamaan, peluru angin yang tadi-nya di tembak-kan oleh Madika langsung meledak dan menghasilkan tekanan angin yang sangat kuat sampai-sampai membuat Onale terdorong karena peluru angin itu meledak tepat di belakang-nya.

"AARGGG!!......" teriak Onale saat ledakan peluru angin itu menghantam tubuh-nya.

Lalu setelah itu Onale melompat ke samping untuk mencari posisi aman. namun malah terjadi ledakan lagi di tempat ia mendarat sehingga ia terlempar cukup jauh. belum sempat terjatuh, tiba-tiba terjadi ledakan lagi di dekat Onale.

ledakan itu terjadi secara beruntun dan terus mengenai Onale.

"ternyata tidak sia-sia aku menembak-kan peluru angin secara beruntun saat berusaha menghindar."

Peluru angin yang di tembak-kan oleh Madika adalah angin yang sebelum-nya di kumpul-kan serta di padatkan hingga ukuran-nya menjadi sangat kecil.

semakin kecil peluru angin yang di buat, semakin padat pula peluru angin itu, dan saat di ledak-kan akan menghasilkan ledakan yang lebih kuat pula. sistem-nya tidak berbeda jauh dengan sistem penampung angin pada senapan angin.

Setelah beberapa kali terkena ledakan, kini Onale langsung tumbang karena kehabisan stamina serta mengalami beberapa luka ringan di kulit-nya.

"seperti-nya sudah berakhir." ucap Madika sambil memasuk-kan kedua tangan-nya ke saku celana.

Setelah itu Madika memeriksa poin-nya, dan poin-nya kini bertambah menjadi 75 poin. setelah itu Madika memeriksa poin milik Onale, dan tampak poin yang di miliki oleh Onale berkurang sebanyak 25 poin sehingga hanya tersisa 25 poin.

Melihat hal itu, Madika pun menyimpulkan bahwa membuat lawan pingsan akan mendapat 25 poin, sedangkan membunuh lawan akan mendapatkan 50 poin secara keseluruhan.

"sebaik-nya sekarang aku mencari tempat aman untuk bersembunyi sambil menunggu ujian selesai." ucap Madika yang kemudian berlalu dari tempat itu.

Kalau ada yang minat baca karya saya yang lainnya bisa cek di profil author ya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!