NovelToon NovelToon

Nadira Si Anak Guru Honorer

Perpustakaan

Hari itu seperti biasa Nadira duduk dengan manis sambil membaca di perpustakaan yang setiap hari dikunjunginya. Dia membaca dengan serius, kadang tersenyum, kadang mengernyitkan dahinya, dan setiap hari juga tanpa Nadira sadari, seseorang di seberang mejanya selalu memperhatikannya.

setelah selesai, Nadira beranjak dari tempat duduknya dan berjalan dengan bersemangat menuju meja Pak Ardi, si penjaga perpustakaan. lelaki dengan umur sekitar 45 tahun yang selalu tersenyum ramah kepada setiap pengunjung perpustakaan.

"assalamualaikum pak!" sapa Nadira

"waalaikum salam!" jawab pak Ardi dengan senyumnya.

"wah seneng banget kayaknya hari ini nak Dira?" begitulah sapaan yang pak Ardi berikan untuk Nadira. Dia hafal betul dengan gadis muda, ceria, ramah serta santun yang setiap hari selalu datang ke perpustakaan.

Mereka sangat dekat, sudah seperti keluarga, kadang Nadira membawakan makanan atau minuman untuk pak Ardi, dan pak Ardi pun selalu memberi informasi terkait perpustakaan, jika ada buku baru atau lomba yang akan diadakan perpustakaan pasti Nadira orang pertama yang mendapat informasi dari pak Ardi.

"iya pak. alhamdulillah hari ini Nadira menemukan buku yang cocok sama mata kuliah jadi insyaallah bermanfaat untuk membuat makalah."

"ada tugas persentasi minggu ini nak?" tanya pak Ardi!

"iya pak, Nadira dapet giliran persentasi di kampus."

"alhamdulillah berati mau pinjam buku ini?"

"iya pak!" jawab Nadira sambil menyodorkan 3 buku yang akan dipinjamnya.

Sebenarnya masih ada buku lain yang ingin dipinjam Nadira tapi karna perpustakaan membatasi pengunjung untuk meminjam buku sebanyak 3 buah saja selama satu minggu, dan jika sudah dikembalikan baru boleh pinjam lagi, jadi Nadira memilih buku yang penting dulu untuk dipinjam.

Sambil melaksanakan tugasnya mengecap dan menulis tanggal pengembalian buku di kartu pinjaman buku perpustakaan pak Ardi dan Nadira terus mengobrol, entah itu tentang keluarga, teman, maupun yang lainnya. Jadi sedikit banyak pak Ardi dan Nadira saling mengenal satu sama lain walaupun hanya bertemu di perpustakaan.

"Nah sudah selesai nak Dira, silahkan dibawa bukunya! jangan lupa yah minggu depan di bawa lagi kesini!" ucap pak Ardi.

"hehehe" Nadira tertawa sambil menggaruk kerudung di kepalanya. Yah walaupun Nadira gadis yang cerdas Nadira juga punya sifat teledor yang suka lupa sama barangnya. tidak hanya satu atau dua kali Nadira lupa dimana meletakkan buku yang dipinjamnya dan harus membayar denda keterlambatan. Tapi untunglah pak Ardi sudah sangat kenal dengan Nadira jadi pak Ardi berbaik hati membantu Nadira agar tidak terkena denda, karna pak Ardi tahu kondisi keuangan keluarga Nadira. Dan untungnya juga Nadira paling hanya lupa di tempat fotocopian atau di rumahnya, jadi bukunya selalu ketemu dan tak harus mengganti.

"siap pak!" jawab Nadira,

"terima kasih yah pak ardi, Nadira pulang dulu, uda sore pasti ibu uda di depan rumah nungguin Nadira".

"baik nak Dira, hati- hati di jalan jangan lari-lari nanti kesandung jatuh..."

"ih pak Ardi, emang Nadira anak kecil yang suka lari -lari apa?"

"hahahaha" pak ardi hanya tertawa,,,

"assalamualaikum pak Ardi"

waalaikum salam.

Ketika pak Ardi masih memperhatikan kepergian Nadira, pak Ardi melihat ada seorang pria yang mengikuti Nadira dibelakangnya, tapi pak Ardi tidak mengacuhkannya, karna banyak orang yang lalu lalang, keluar masuk perpustakaan itu, karna itu adalah perpustakaan daerah.

Nadira berjalan dengan senyum yang tersungging di bibir mungilnya, senyumnya tak hilang karna hatinya bahagia bisa menemukan materi untuk makalahnya. tapi meskipun sangat bahagia dia tidak pernah kehilangan sopan santunnya, saat melewati orang tua yang duduk Nadira membungkukkan badannya sebagai tanda permisi untuk numpang lewat, begitulah adat yang selalu diajarkan orang tuanya. Sejak dia kecil orang tuanya selalu membiasakannya untuk membungkukkan badan saat lewat di depan orang tua, baik yang dikenal maupun tidak dikenal.

Pun ketika melihat orang tua yang ingin menyebrang jalan, Nadira selalu menawarkan diri untuk membantu walau terkadang Nadira terlambat karenanya.

Bagi nadira ketika dia bisa membantu orang lain insyaallah akan ada yang membantunya juga, jika bukan orang yang dia bantu maka orang lain yang akan membantunya.

pernah suatu kali saat Nadira hendak pergi ke kampus dan di jalan Nadira melihat seorang nenek yang menjatuhkan belanjaannya, Nadira langsung berinisiatif untuk membantunya mengumpulkan barang belanjaan nenek tersebut, padahal Nadira saat itu harus datang segera ke kampus, tapi dia menolong nenek tersebut dengan senang hati walaupun dia tahu bahwa dia akan terlambat. Saat Nadira hendak menuju ke kampus ada seorang mahasiswi kampusnya yang menawarkan untuk ikut naik motor dengannya, padahal Nadira tidak mengenal mahasiswi tersebut, tapi karena memang Nadira ingin cepat sampai ke kampus, dia akhirnya ikut mahasiswi tersebut, jadi Nadira bisa datang tepat waktu.

itulah keyakinan Nadira, ketika kita membantu kesusahan orang lain maka allah akan membantu kita saat kita kesusahan.

Nadira berjalan sambil memegang tali tas di bahunya karna tas tersebut terasa sangat berat, buku yang dipinjam Nadira lumayan tebal, jadi Nadira harus menopangnya dengan tangan agar tidak terlalu berat.

ketika melihat kursi kosong Nadira segera berhenti dan duduk diatasnya sambil meletakkan tasnya. "duduk dulu ah" kata Nadira.

"ternyata berat juga nih bukunya" pikir Nadira.

Sambil mengistirahatkan bahu dan kakinya nadira membuka buku yang tadi dipinjamnya untuk dibaca.

Angin yang berhembus sepoi-sepoi dan matahari sore yang tidak begitu menyengat membuat Nadira larut dalam bacaannya dan tidak sadar bahwa dia sudah membaca hampir setengah jam, padahal dia harus segera pulang.

Tidak jauh dari tempatnya duduk, ada seorang lelaki yang terus mengawasinya, dan lelaki itu ternyata lelaki yang tadi dilihat pak Ardi mengikuti nadira, tidak hanya mengikuti Nadira, lelaki itulah juga yang mengawasi Nadira sejak di dalam perpustakaan, tapi Nadira sama sekali tidak tahu.

lelaki itu berjalan ke arah Nadira yang sedang duduk, dan dengan sengaja menyenggol buku yang dipegang Nadira sehingga buku Nadira terjatuh.

"astaghfirullah" ucap nadira, karna dia terkejut saat bukunya terjatuh. Ketika dia hendak mengambil bukunya yang jatuh dia melihat ada jam tangan yang terjatuh.

"loh ini punya siapa?" tanya nadira di dalam hati. Dia melihat ke kanan dan ke kiri, tapi tidak melihat siapapun kecuali lelaki yang menyenggol bukunya tadi. "Oh pasti ini punya orang itu" pikir nadira, kemudian dia memanggil lelaki tersebut.

"mas, mas" panggil nadira.

Namun lelaki tersebut pura-pura tidak mendengar.

"Mas , tunggu mas", lelaki tersebut kemudian berbalik dan menjawab

"ada apa yah?"

" ini mas,jamnya jatuh," saat Nadira hendak mengembalikan jam tersebut Nadira teriak sambil berucap "astaghfirullah....."

lelaki tersebut terkejut dan menutup telinganya

"maaf mba ada apa yah?... kok mba teriak seperti itu nanti dikira orang saya ngapa-ngapain mba ini".

Nadira hanya nyengir dan meminta maaf.

"maaf mas saya baru sadar setelah melihat jam anda, sudah pukul 17.30 saya sudah kesorean. sekali lagi maaf mas!" Nadira berjalan setengah berlari menuju ke rumahnya, baru beberapa langkah Nadira ingat bahwa dia meninggalkan tas dan buku-bukunya di kursi tadi. Nadira menepuk jidatnya sambil ngomel dan berbalik menuju kursi tempat dia meninggalkan tas dan bukunya.

dasar Nadira... Nadira.... teledor lagi , teledor lagi.

dia langsung mengenakan tas di bahunya dan membawa buku-bukunya dengan memeluknya di dada.

Nadira berjalan cepat sekali bahkan sudah seperti berlari, sedang lelaki yang menabraknya terus memperhatikan dan mengawasinya dan tersenyum penuh arti.

Rumah

Setelah sekitar 20 menit Nadira berjalan kaki dengan sedikit berlari, akhirnya Nadira masuk ke komplek perumahannya. Rumah Nadira berada di komplek perumahan subsidi yang berukuran 21 meter persegi atau sering disebut tipe 21.

Rumah yang sangat kecil untuk ditinggali 4 orang dewasa, hanya ada 1 kamar, 1 toilet dan 1 ruang yang menjadi dapur dan langsung menyambung dengan ruang keluarga sekaligus ruang tamu, tapi mereka masih tetap bersyukur karena masih ada tempat untuk berteduh, tidak kehujanan saat musim hujan dan tidak kepanasan saat musim kemarau.

Sebelum tinggal di rumah itu mereka mengontrak di rumah penduduk, biasanya ada penduduk yang rumahnya 2 lantai, yang atas untuk tuan rumah dan yang bawah mereka kontrak atau sewa, saat itu selain harus berpindah-pindah, tinggal di lantai bawah rumah sangatlah tidak nyaman, apalagi kalau tuan rumahnya ada anak kecil yang suka lari- lari atau melompat - lompat suaranya akan sangat bising, belum lagi kalau lantainya kayu jika ada air yang tumpah akan langsung mengalir ke bawah, oleh karenanya mereka sangat bersyukur bisa tinggal di rumah tersebut.

Dengan gaji orang tua Nadira, mereka tidak pernah membayangkan bisa dapat menyicil rumah, karna rata - rata pendapatan orang tua nadira hanya 600 ribu rupiah per bulan, tapi karna mereka adalah orang yang baik, maka kebaikan jugalah yang akan mereka dapatkan, rumah itu mereka cicil dari teman bapaknya Nadira yang dapat warisan rumah, rumah itu sudah lama kosong dan sangat tidak terurus, dan jika dijual pun tidak mudah untuk menemukan pembelinya, akhirnya dijual kepada bapak nadira dengan cicilan 300 ribu perbulan selama 25 tahun. Sungguh, jika bukan teman sendiri tidak mungkin ada yang mau menjual rumah dengan harga seperti itu.

Mereka sangat berterima kasih kepada teman bapak Nadira itu, bahkan saat mereka tidak dapat membayar tepat waktu, teman bapak Nadira itu tidak pernah menagih, dia sangat tahu kondisi keuangan keluarga nadira karna mereka mengajar di sekolah yang sama, hanya saja teman bapak Nadira seorang PNS sedangkan bapak Nadira hanya seorang guru honorer.

Sesampainya di rumah Nadira langsung mengucapkan salam.

"assalamualaikum bu!" sapa nadira

"waalaikum salam" jawab buk Rita ibunya Nadira

Nadira segera melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu, baru kemudian masuk ke dalam rumahnya. Setelah Nadira masuk lelaki yang tadi terus mengikuti Nadira baru berbalik dan pergi.

Saat Madira menyalami ibunya, langsung ditanya sama buk rita,

"kok sore pulangnya ra? masak dari perpus kok hampir maghrib, dari rumah kan paling 20 menit ke perpu!"

"maaf buk tadi Nadira kecapekan bawa buku yang Nadira pinjam, jadi Nadira istirahat sebentar sambil baca buku, niatnya kalau penatnya berkurang Nadira ingin lanjut jalan, eh ternyata kebablasan.." hehehe nadira nyengir...

kamu itu yah, udah tahu sore masih sempat baca buku, mana kalau baca suka lupa waktu

Nadira Nadira.......

"bu, Nadira laper, ibu uda masak apa belum? .."

"iya uda, tapi mandi dulu sana sebentar lagi maghrib! habis maghrib baru makan. kamu kan dari jalan seharian pasti bajumu uda bau keringat".

Sebenarnya Nadira tidak terlalu lapar tapi dia sengaja bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, kalau tidak dialihkan bisa- bisa Nadira mendengar kultum sebelum maghrib. Eh salah batin Nadira bukan kultum kalau kultum kuliah tujuh menit nah ibunya kalau sudah ngomel bisa kultim alias kuliah tiga puluh menit. Nadira tersenyum geli sambil berbalik.

untung Nadira tersenyum membelakangi buk Rita kalau tidak, akan nyambung lagi kuliahnya.

Nadira langsung menuju ke rak buku dan meletakkan buku yang tadi di pinjamnya dari perpustakaan, kemudian menggantung tasnya di paku yang tertancap di dinding samping rak.

Tidak banyak barang di rumah Nadira, hanya ada rak buku yang dibuat oleh bapak Nadira dari kayu-kayu bekas yang disusunnya ke dinding, sebuah tv yang tergantung dengan besi dan sebuah meja yang agak besar yang digunakan untuk belajar oleh Nadira dan adiknya.

Sedangkan di dapur hanya ada satu lemari yang digunakan buk Rita untuk menyimpan piring dan cangkir serta peralatan masak lainnya, ada sebuah meja yang digunakan untuk meletakkan kompor gas, tapi kompornya jarang terpakai karna mereka lebih sering memasak di belakang rumah dengan menggunakan kayu bakar dan batu bata.

Satu kamar yang berukuran dua kali tiga hanya digunakan untuk menyimpan pakaian mereka, sedangkan untuk tidur, mereka di luar kamar dengan dua kasur tipis untuk berempat, sengaja mereka memilih kasur yang tipis, selain harganya murah juga mudah untuk menyimpannya.

Selesai mandi, Nadira bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib, sedang bu Rita sudah mengenakan mukena nya dan duduk sambil membaca alqur'an, sambil menunggu adzan maghrib Nadira pun duduk di samping bu Rita dan membaca alqur'an pula.

Tidak sampai lima menit, suara adzan terdengar. bu Rita segera berhenti membaca alqur'an dan menutup mushaf nya, tapi Nadira masih asyik membaca Alqur'an nya, bu Rita melihatnya sambil menggelengkan kepalanya, akhirnya bu Rita menepuk paha Nadira, saat Nadira melihatnya bu Rita meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sebagai tanda untuk menyuruh Nadira menghentikan bacaannya dan diam untuk mendengarkan adzan, Nadira hanya nyengir dan menggaruk kepalanya, lalu segera melaksanakan perintah ibunya.

Setelah adzan selesai mereka segera melaksanakan sholat, mereka hanya berdua karena bapak Nadira dan adiknya selalu sholat di mushollah komplek, dan pulangnya habis sholat isya' karna langsung mengajar ngaji anak-anak kecil yang ada di komplek, biasanya Nadira juga ikut mengajar ngaji tapi karena hari ini Nadira pulangnya terlambat jadi hanya bapak Nadira dan adiknya saja yang mengajar.

selesai sholat, dzikir dan do'a bu Rita melepas mukena dan melipatnya, sedang Nadira mengambil alqur'an lagi dan menyelesaikan bacaannya tadi.

"loh katanya lapar Ra? kok mau ngaji lagi?"

"tanggung bu kan tadi belum selesai, dikit lagi satu halaman."

"ga ada istilah tanggung Ra, kalau adzan yah berhenti aja sampai akhir ayat ga usah dilanjut sampai habis halaman, kan ga boleh bersuara kalau lagi adzan. kamu tuh yah kan sudah sering dibilangin"

"hehehe iya bu, maaf yah!"

"iya ibu maafin tapi istighfar juga, minta ampun sama allah!"

"astaghfirullahal adzim" ucap Nadira.

"mau makan atau mau ngaji lagi nih jadinya?,

kalau masih mau ngaji, ibu mau menghidangkan nasinya nanti aja?"

"ngaji dulu bu, nanti aja makannya nungguin bapak sama adek dulu, ga enak makan berdua aja."

"tapi beneran masih tahan laparnya?, kalau uda lapar jangan ditahan nanti jadi penyakit, kalau nungguin bapak sama naufal masih lama soalnya."

"insyaallah bu."

"ya udah kalau gitu ibu mau lipat pakaian yang dijemur tadi dulu."

"oke bu! nanti habis ngaji Nadira bantuin."

Memang keluarga Nadira terbiasa makan bersama, ada lauk ga ada lauk, ada nasi ga ada nasi mereka selalu duduk bersama untuk makan. Menurut mereka makan bersama adalah salah satu cara untuk terus menciptakan kelekatan hati mereka, mereka akan berkomunikasi satu sama lainnya, menceritakan setiap kejadian sehingga mereka saling terbuka dan tak ada yang disembunyikan.

Selain itu terkadang ketika makan bersama makanan yang seadanya akan terasa begitu nikmat, karna diselingi dengan obrolan hangat keluarga.

Keluarga

Setelah Nadira menyelesaikan bacaannya, dia segera membantu ibunya melipat pakaian, tidak banyak pakaian yang dilipat, karna mereka setiap hari mencuci pakaian, selain tidak terlalu berat, mereka juga tidak mempunyai banyak pakaian.

Pak Heru, bapak Nadira selalu mengingatkan mereka bahwa apa yang mereka punya semuanya akan dipertanyakan di akhirat kelak, dari mana mendapatkannya dan untuk apa digunakannya, jika terlalu banyak pakaian, selain akan memenuhi lemari juga akan ada yang tidak terpakai dan bila tidak terpakai akan memberatkan kita pada hari perhitungan, jadi pakaian mereka berempat hanya cukup diletakkan di satu lemari.

Bagi mereka jika masih bagus dan masih layak dipakai maka mereka tidak perlu membeli yang baru.

Setelah selesai mereka meletakkan pakaian yang telah dilipat di dalam lemari di dalam kamar. Tak lama kemudian adzan isya pun terdengar dan mereka segera melaksanakan sholat isya.

Selesai sholat dzikir dan do'a Nadira menyalami bu Rita dan melipat mukenanya.

Nadira pun segera membentangkan tikar plastik yang selalu mereka gunakan untuk makan, bu Rita mengeluarkan tempe goreng dan sayur bayam yang telah diletakkan di mangkok, Nadira meletakkannya di atas tikar kemudian bu Rita mengambil nasi di dalam penanak nasi dan Nadira menyiapkan piring dan cangkir, setelah itu bu Rita menuang air ke dalam cangkir sedang Nadira mengambil air di mangkok untuk cuci tangan. Mereka memang selalu makan menggunakan tangan, selain sunnah hukumnya dari segi kesehatan pun banyak manfaatnya.

Meski dikatakan makan memakai tangan itu jorok, jika tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Namun, jika dilakukan dengan benar, dapat membantu pencernaan tubuh.

Hal ini karena banyak bakteri baik yang hidup di kulit tangan yang dapat menjaga tubuh saat menghadapi serangan bakteri jahat maupun kuman.

Makan menggunakan tangan yang bersih dapat membantu meningkatkan bakteri baik, sekaligus berguna untuk meningkatkan kekebalan alami sistem pencernaan tubuh.

saat kita makan dengan tangan, jari-jari tangan akan menyentuh makanan, ujung saraf jari akan memberi sinyal ke otak bahwa kita sedang makan, pesan ini diteruskan ke perut agar segera menyiapkan sistem pencernaan.

Organ pencernaan merespons dengan melepaskan enzim dan cairan pencernaan. Saat makanan masuk ke dalam mulut, tubuh sudah siap mencerna makanan dan prosesnya dapat berjalan lebih lancar.

Oleh karna itu Nadira dan keluarganya selalu makan menggunakan tangan.

"assalamualaikum", terdengar suara bapak Nadira dan adik Nadira mengucapkan salam bersama.

"waalaikum salam" jawab Nadira dan bu Rita bersamaan juga.

Meskipun rumah sendiri tapi mereka terbiasa mengucapkan salam jika ingin masuk ke dalam rumah, ketika kita mengucapkan salam berarti kita sudah mendo'akan orang yang kita beri salam dan ketika mengucapkan salam saat hendak masuk rumah, kita telah menghalangi jin untuk masuk rumah. Saat kita keluar rumah kita tidak tahu jika ada jin di jalan yang mengikuti kita, nah ketika kita mengucapkan salam maka jin yang mengikuti tertahan di luar rumah.

"ayo pak kita makan!" ajak Nadira.

"yah kak Dira, bapak aja yang di ajak makan adek gak di ajak nih?" seru Naufal, adik Nadira.

"biarin biasanya juga kamu uda banyak nyemil di mushollah kan dibawakan cemilan sama anak-anak yang ngaji".

"ga da yang bawa cemilan hari ini kak, mungkin yang jualan juga pada ngaji jadi ga da yang bisa jajan, hahahahahah" canda Naufal sambil tertawa.

pak Heru dan bu Rita hanya tersenyum mendengar obrolan anak-anak mereka, walaupun hanya punya dua anak, tapi mereka bersyukur karna anak mereka yang suka ngobrol dan bercanda jadi rumah mereka terasa ramai.

Sudah sudah, ayuk makan sini, gak baik membiarkan hidangannya terlalu lama, bapak uda duduk ayuk segera makan.

Nadira dan Naufal pun duduk untuk makan,

bu Rita segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi lalu diberikan kepada pak Heru, Naufal dan Nadira setelah itu baru untuk dirinya sendiri.

"wah tempenya enak bu, pasti bukan kak Dira yang masak.!"

"weh tumben betul tebakannya dek" jawab nadira.

"tumben??? enak aja!, adek kan selalu bener hahahahahah"

"hush lagi makan kok ketawanya gitu nanti keluar tu yang di mulut" seru bu Rita.

"tuh rasain" ejek nadira.

"kalian ini yah, gak selesai selesai bercandanya kayak Tom and Jerry aja." Giliran pak Heru yang bicara.

"betul pak, kak Dira yang Tom, adek yang Jerry."

"ga ah, masak Nadira disamain kayak kucing, kalo adek ga papa kayak tikus, hihihi."

Mereka terus berkelakar sampai makanan mereka habis.

Selesai makan nadira dan bu Rita langsung membereskan piring dan peralatan makan lainnya, tidak ada yang tersisa, karna bu Rita hanya memasak satu ikat bayam dan satu bungkus tempe.

Nadira langsung mencuci semua piring kotor di toilet dan bu Riya menggulung tikar plastik yang tadi dipakai. Mereka tidak pernah membiarkan piring kotor semalaman, pasti langsung di cuci, selain nanti ada semut yang mengerubuti sisa-sisa bekas makanan, jin juga sukanya yang kotor-kotor jadi mereka selalu membersihkan semuanya.

selesai Nadira dan bu Rita beres-beres, pak Heru dan Naufal sudah meletakkan meja di tengah ruangan. Mereka pun mulai membaca buku masing-masing, mejanya cukup besar bisa untuk mereka berempat belajar bersama, setiap malam mereka selalu menyisihkan waktu mereka sekitar 1 jam untuk belajar bersama atau membaca buku atau berdiskusi untuk menambah wawasan.

Walaupun pak Heru dan bu Rita sudah menjadi guru bukan berarti mereka tidak lagi belajar, bagi mereka belajar itu seumur hidup, ilmu pengetahuan terus berkembang jadi tidak cukup dengan ilmu yang dimiliki, mereka harus terus menambah pengetahuan-pengetahuan baru agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Mereka tidak sungkan bertanya kepada Nadira ataupun Naufal walaupun mereka adalah orang tua tapi mereka tidak merasa gengsi untuk bertanya kepada anak-anak mereka, karna menurut mereka ilmu bisa di dapat dari siapa saja, bahkan dari seekor semut yang kecil.

Bagaimana semut yang menyatukan kepalanya kepada setiap semut lain yang dilewati, dari itu mereka belajar untuk saling menyapa ketika bertemu orang lain, bagaimana semut yang badannya kecil kadang bisa mengangkat sesuatu yang jauh lebih besar dari pada badannya dengan bekerja sama dari situ mereka belajar untuk bergotong royong.

Setelah pukul 9 malam mereka selesai membaca buku dan bersiap untuk tidur, meja yang tadi di tengah di letakkan kembali ke tepi dinding, Nadira dan bu Rita mulai membentangkan kasur dan melapisinya dengan seprei, kemudian mengibas-ngibas kasurnya dengan sapu lidi agar jika ada debu atau binatang kecil bisa hilang dan mereka bisa tidur dengan nyaman.

pak Heru dan Naufal sudah selesai mengambil air wudhu lalu Nadira dan bu Rita pun masuk ke toilet untuk mengambil wudhu.

Karena toiletnya cuma satu, jadi mereka mengambil wudhu nya secara bergantian. mereka terbiasa untuk berwudhu sebelum tidur, karna saat tidur, ruh keluar dari jasad, dan tidak tahu apakah ruh itu akan kembali lagi atau tidak kedalam jasad, setidaknya ketika ruh tidak kembali kedalam jasad, mereka dalam keadaan suci dari hadats. Jika kita selalu dianjurkan untuk menggosok gigi, mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, maka berwudhu sudah mencakup semuanya, karena dimulai dengan mencuci telapak tangan, berkumur-kumur sampai dengan membasuh kedua belah kaki. Dengan berwudhu kita tidak hanya menjaga kebersihan tetapi juga mendapat pahala.

Setelah selesai mereka berbaring di atas kasur, pak Heru dan bu Rita di tengah, Naufal tidur di samping pak Heru dan Nadira tidur di samping bu Rita. Tidak lupa mereka memasang kelambu, kalau tidak mereka tidak akan tidur dengan nyenyak karna gigitan nyamuk. Kelambu mereka pilih karna sehat dan ekonomis, jika menggunakan obat nyamuk, maka asapnya akan membuat sesak nafas, mau pakai yang elektrik, harganya mahal dan akan menambah biaya listrik. Walaupun memang agak sedikit ribet ketika menggunakan kelambu tapi mereka sangat nyaman menggunakan kelambu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!