NovelToon NovelToon

Jodohku Mr. Arrogant

Awal

Ketika mentari mulai memancarkan sinarnya, mengganti gelap menjadi terang. Disaat itulah seorang wanita yang melamun sambil menompang tangannya tersadar, bahwa hari sudah pagi. Dia Gleysha Vionatta Hutama biasa disapa Vio, masih syok dengan keputusan Ayahnya semalam.

Vio berjalan menuju kamar hotel. Saat ini Ia sedang menginap di Hotel Jaya bersama orangtuanya. Ia masih belum begitu sadar, semalaman tidak bisa tidur dan malah bermalam di tepi pantai. Kantung matanya menghitam seperti zombie, ditambah jalannya terhuyung-huyung sempoyongan membuatnya hilang kendali. Bruuuk.. Dia menabrak sesuatu.

" Maaf, maafkan saya tuan, Saya tidak sengaja". Memelas dengan tangan mengatup di dada, mulai sadar saat dia tahu telah membuat kesalahan.

" Sit.." Mengibaskan pakaiannya yang ketumpahan kopi. "Apa katamu, kau bilang maaf padahal kau tahu ini bukan hal yang bisa diselesaikan hanya dengan kata maaf!!". Wajahnya terlihat sangat kesal, namun berubah kaget saat melihat wanita di depannya.

'Ada apa dengan wanita ini, wajahnya mengerikan sekali. Jam berapa sekarang, apa jangan-jangan dia bukan manusia'. Mengusap tengkuknya merinding.

Wajar pria itu beranggapan demikian. Penampilan Vio benar-benar mengerikan. Dengan gaun putih, rambut terurai berantakan, mata panda, wajah pucat, ditambah lagi Ia tak mengenakan alas kaki. Semalam setelah berdebat dengan Ayahnya Ia lari ke pantai untuk menenangkan diri. Mungkin saking sedihnya jadi lupa tak pakai sandal.

" Apa kau manusia??" Daripada penasaran lebih baik bertanya saja.

" Maksud tuan apa??" Bingung.

" Sudah lupakan.. sekarang apa yang akan kau lakukan dengan ini.." Menunjuk noda kopi di pakaiannya.

" Saya akan bertanggung jawab tuan, berikan.. saya akan membersihkannya." mengatungkan tangan ke udara, siap menerima baju pria itu.

Pagi-pagi sudah terdengar ada keributan, membuat petugas keamanan Hotel berlari menuju tempat kejadian.

" Permisi Tuan, apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya salah satu petugas.

" Apa kau tak lihat! apa yang wanita ini lakukan padaku, kalian tahu waktuku sangat berharga dan dia begitu bodohnya menabrakku hingga membuat setelanku kotor. Sebentar lagi ada klien penting yang harus aku temui, dan sekarang kacau hanya karna orang-orang bodoh seperti kalian..!!!" Amuk laki-laki tampan bertubuh tinggi dengan badan yang ideal bak model itu. Lalu melemparkan jas yang Ia pakai tepat mengenai wajah gadis di depannya.

'Astaga apa-apaan dia ini, arogan sekali.' Ucapan Vio dalam hati.

" Kau.." menunjuk gadis di depannya "Kalau tidak selesai dalam 15 menit jangan harap bisa lolos dari ku.." Ancamnya lalu pergi setelah memberikan intruksi kepada petugas keamanan.

" Maaf nona tolong berikan kartu pengenal anda.."

" Hah untuk apa??.."

" Apa anda tidak tahu kalau Laki-laki yang barusan anda celakai adalah tuan Wira Adnanjaya, CEO dari Adnanjaya Grup? Apa nona tidak takut apa yang akan terjadi selanjutnya jika nona tidak patuh.."

" Cih apa-apaan kalian ini, aku hanya tidak sengaja menyenggol minumannya dan mengotori pakaiannya tapi apa.. haha kalian bilang mencelakianya??.." Tertawa heran, tak habis pikir dengan ucapan petugas barusan. Sesaat Ia sadar petugas di depannya sudah bermuka masam.

'Tatapan apa ini, kenapa jadi mencekam begini sih.'

" Oke.. oke tidak usah terlalu serius, nih ambillah tapi jangan lupa kembalikan lagi ya.." Akhirnya pasrah memberikan Id Card nya.

" Nona apa anda ingat waktu 15 menit telah berlalu tinggal 10 menit lagi, saran kami anda melakukan tugas anda dengan benar. Bisa-bisa keluar dari sini anda tinggal nama.." Ucap salah satu petugas membuatnya sadar tentang jas yang dipegangnnya.

'Oh Tuhan, benar aku belum membersihkannya.. sial ini gara-gara kalian aku jadi lupa tugasku..' Umpat Vio.

" Setelah anda selesai, tolong antarkan ke ruang VVIP lantai 15." Kata terakhir petugas itu yang langsung berbalik arah meninggalkan Vio. Segera dia pergi dari tempat itu dan berlari menuju tempat laundry.

'Apa ini yang namanya kesialan, benar-benar menyebalkan. Menyedihkan sekali hidupku ini Tuhan, bahkan ingin menangis pun rasanya sudah tak sanggup.' Vio.

****

Diruang VVIP Hotel Jaya

" Sial, kenapa kau tidak menyiapkan baju ganti untukku, apa aku harus berpakaian seperti ini dan bertemu klien ku. Ah bisa hancur imageku.." Protes anak dewasa yang terdengar seperti rengekan anak kecil, pria tampan dengan image yang cool dan mempesona. Selalu menuntut segala sesuatu harus sempurna termasuk penampilannya. Ya Dia adalah Wira Gerdiano Adnanjaya CEO Adnanjaya grup, perusahaan besar dibidang perhotelan yang sudah memiliki puluhan cabang dinegara ini. Ayahnya adalah Wisnu Adnanjaya. Pendiri sekaligus pimpinan yang sangat disegani oleh semua anak buahnya, karena sikap rendah hati dan bijaksananya. Berbanding terbalik dengan sang anak yang super perfectsionis dan arogan, yang ditakuti hampir semua karyawannya. Hanya ada satu orang yang sanggup dan setia disampingnya, yaitu sekretarisnya Benny.

" Maaf Tuan, karena pertemuan ini dadakan jadi saya tidak membawa koper anda. Baru saja saya menyuruh orang untuk membawanya kemari." Mencoba menenangkan tuannya.

" Hei, jam berapa sekarang." Malah menanyakan jam yang tidak nyambung dengan pembicaraan mereka.

" Ada apa Tuan, apa ada sesuatu yang penting..?" Tanya Benny dengan wajah seriusnya.

" Ben memangnya aku tidak boleh menanyakan jam." Protes Tuan mudanya.

'Bukan begitu tuan. Aneh saja kenapa anda menanyakan jam, padahal ditangan anda melingkar jam tangan yang cukup besar untuk dilihat..' Membatin dalam hatinya, yang tak mungkin Ia suarakan. haha..

Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu mengalihkan obrolan mereka. Benny dengan sigap melangkah membuka pintu melihat siapa yang datang. Seorang wanita dengan wajah sayu, putih pucat dan rambut acak kadul berdiri didepan pintu. Wanita itu membawa Jas yang Ia kenali milik Tuannya. "Siapa anda?, ada urusan apa anda sampai berani mengetuk pintu ini..?" Cerca Benny dengan wajah tegasnya.

'Apa apaan ini, Oh Tuhan apa ini pintu neraka yang tak boleh diketuk..' Vio heran dengan orang-orang aneh yang Ia temui hari ini. Belum berhenti dengan keheranannya wajah seram di depannya membuat Ia langsung mengatakan tujuannya. Perlahan Ia berjalan memasuki ruangan itu dengan hati-hati karena atmosfer horor terasa disana.

'Seperti aku sedang berada di film horor, kenapa jadi merinding begini.'

" Maaf Tuan saya kesini untuk mengantarkan ini.." Menunduk sambil menyerahkan jas yang dipegangnnya.

" Wah wah, kau tahu sudah berapa menit berlalu. Kau membuatku menunggu lama. Apa kau tahu waktuku itu sangat berharga.." Menjawab sengit dengan wajah tengil tapi tetap tampan.

'Saya tahu karena tadi anda sudah mengatakannya Tuan kalau waktu anda begitu berharga, tapi kalau dilihat sekarangpun anda terlihat sangat santai.. jadi apanya yang berharga. Dasar Mr. Arrogant.'

" Saya benar-benar minta maaf Tuan, tadi lumayan antri di tempat laundry, but you can see pakaian anda sudah bersih kembali.." Vio meperlihatkan jas yang sudah bersih agar masalahnya cepat selesai.

" Ben Ambil itu.."

" Baik Tuan.." Benny menerima pakaian tuannya.

" Kau berani membantahku, apa kau tahu siapa aku!.."

" Anda Tuan Wira CEO Adnanjaya Grup, pemilik Hotel ini juga.." Menjawab dengan benar agar segera keluar dari tempat itu dengan tenang, pikirnya. Tapi sepertinya tidak semudah itu ferguso.

Prok prok Tepuk tangan sambil berjalan mendekat kearah gadis yang terlihat kumel itu. "Hei.. Kau tahu siapa aku dan masih tidak menuruti perintahku, haas Aku paling benci dengan orang yang tidak tepat waktu. Katakan hukuman apa yang pantas untukmu, .." Bisik Wira tepat di telinga Vio yang terdengar keras membuatnya menatap tajam kearah Wira. "Hei.. kenapa diam ayo jawab, orang sepertimu punya nyali juga menatapku seperti itu haa.." Hardik Wira dengan menunjuk kening Vio.

" Hei, hei? saya punya nama tuan, nama saya Vionitta bukan hei, apa kata anda barusan.. hah orang seperti saya?, memangnya kenapa dengan orang seperti saya!!..". Vio tak kuasa menahan amarahnya yang menurutnya ini sudah keterlaluan. Masa hanya karena kesalahan kecil jadi melebar kemana-mana.

" Kau! Kau benar-benar menatangku, berani sekali bicara keras padaku!!.." Wajahnya berubah merah, dia terbawa suasana yang membuatnya mulai kesal. Ben tahu itu dan langsung menyuruh Vio keluar, tapi gadis itu tak beranjak dari tempatnya berdiri. Ia belum selesai mengeluarkan semua unek-uneknya.

" Mentang-mentang punya kuasa anda jadi semena-mena pada saya. Arogan sekali hanya karena masalah sepele anda menyudutkan saya, seolah saya punya kesalahan besar!! Cih.. kalau bukan karna Ayah anda seorang Wisnu Adnanjaya, mungkin orang juga tak akan mengenali siapa anda.." Kata kata itu menjadi tamparan keras untuk Wira, hingga membuatnya benar-benar emosi. Benny berupaya menenangkan dan menyuruh Vio pergi, tapi sepertinya usahanya sia-sia. Malah dia yang disuruh meninggalkan ruangan itu. Dengan berat hati Benny berjalan keluar, Ia takut kalau Tuan mudanya lepas kendali dan hilang akal lalu terjadi hal yang tak diinginkan. Benny berjaga didepan pintu yang tertutup dengan hati was-was berharap gadis itu keluar tidak tinggal nama.

" Kau yang mulai menantangku, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu.." Nada bicara Wira sudah terdengar garang.

'Sepertinya dia benar-benar marah, apa aku sudah membangunkan macan tidur.. matilah aku bagaimana ini, Oh Ayah, Ibu tolong anakmu ini.. hiks hiks.' Sesalnya dalam hati.

" Cih kenapa sekarang kau diam, bukannya tadi kau yang menabuh genderang perang.."

" Maa.. maaf.." Ucap Vio lirih nyaris tak terdengar.

" Apa?? aku tak dengar, huh tadi bicaramu keras sekali seperti kau punya nyawa 10. Kenapa jd melempem hah..?" Ejek Wira yang membuat Vio semakin gugup. Dia malu kalau terlihat takut, karena tadi benar dia seperti punya banyak nyawa.

" Maaf, bukannya saya mau perang dengan anda tuan, tapi anda benar-benar menyebalkan. Bicara seenaknya tanpa memikirkan perasaan saya. Hiks hiks.." Protes Vio yang di ikuti dengan tangisan kecil, membuat Wira bingung.

" Ya!!! kenapa kau malah menangis aku bahkan belum memulai hukumanmu! kita juga belum mulai perang kan!.." Wira berjalan mendekat ke arah Vio dengan wajah bingung, tapi tetap dengan gaya cool-nya yang selalu Ia coba pertahankan di dalam situasi apapun. "Kalau cengeng makanya jangan cari masalah.." Cletak.. Menyentilkan jarinya tepat di kening Vio. Membuat gadis itu sedikit mengaduh kesakitan.

" Kenapa kau jahat sekali.." Mengusap-usap keningnya. "Padahal Ayahmu saja sangat rendah hati, apa kau tahu ini adalah hari yang berat untukku. Aku seperti tak bernyawa hingga berjalan menabrakmu. Bahkan aku sama sekali belum tidur dari semalam. Aku benar-benar sedang putus asa. Ayahku bilang akan menikahkanku dengan lelaki yang akupun tak tahu siapa, menyedihkan sekali kan hidupku ini hiks hiks.." Tangis Vio benar-benar pecah, bahkan dia berani bicara santai dan berteriak sambil memukul-mukul dada bidang Wira. Tak dihiraukannya lagi siapa yang ada di depannya itu. Wira sendiri juga terbawa suasana dan memeluk Vio. Benny yang berjaga diluar heran ketika tak mendengar teriakan atau makian, tapi Ia merasa agak lega juga.

" Hei apa yang kau lakukan, berani sekali memelukku!!.." Teriak Vio saat sadar siapa yang memeluknya. Bruuukk.. Ia reflek mendorong Wira hingga keduanya terjatuh. Tanpa disengaja bibir mereka bertemu membuat mereka syok terdiam sesaat.

"Astaga dasar mesum!!.." Begitu sadar Vio langsung berdiri, begitu juga dengan wira.

" Hei apa kau bilang, mesum? Kau yang mendorongku, Oh atau jangan-jangan semua ini settinganmu untuk merayuku! jadi ini tujuanmu, pura pura mengiba untuk mendapat simpati ku. Ah I know, sudah banyak yang mendekatiku seperti dirimu. Cih dasar wanita receh.." Plaaak.. tamparan keras mendarat di pipi mulus Wira, membuatnya kaget sekaligus marah. Belum sempat berkata apapun Vio sudah berlalu meninggalkan ruangan itu. Bahkan ketika bertemu Benny di depan dia tak menghiraukannya. Benny segera masuk kedalam ruangan setelah tahu Vio pergi.

" Apa yang terjadi Tuan??" Benny penasaran, dilihatnya ruangan itu masih rapi. Berarti tidak terjadi sesuatu yang burukkan, pikirnya.

" Memang apa yang akan terjadi.." Wira menjawab cuek, jarinya mengusap-usap bibirnya. Padahal terlihat jelas pipinya merah akibat tamparan keras tadi. Benny menyadari itu dan curiga terjadi sesuatu, Tapi kalau memang benar kenapa setenang ini, batinnya.

" Suruh petugas kemanan kesini membawa Id Card wanita itu.."

" Baik Tuan."

FlashBack..

" Pokoknya Ayah tidak mau tahu kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan Ayah..!!" Tegas lelaki berumur yang badannya masih terlihat gagah dan berwibawa. Bramastya Hutama. Yap beliau Ayah dari Gleysha Vionitta Hutama, pengusaha dibidang pangan yang perusahaannya lumayan berkembang maju. Namun akhir-akhir ini usahanya mengalami kendala, sebab beberapa investor menarik kembali investasi mereka. Ini terjadi karena perusahaan yang ingin bekerjasama tiba-tiba membatalkan kontrak secara sepihak. Membuatnya kelimpungan, karena sebagai pimpinan harus bertanggung jawab untuk semua karyawannya. Perusahaannya tidak boleh bangkrut, banyak kepala rumah tangga yang mengandalkan perusahaannya untuk mencari nafkah.

" Ayah, ayah boleh minta Gley untuk yang lain, tapi tolong jangan paksa Gley menikah dengan orang yang tidak Gley cintai, bahkan Gley tidak kenal.." Vio memelas berlutut di kaki ayahnya.

" Tidak ada kata tidak untuk keputusan Ayah, bersiaplah besok malam kita akan dinner dengan keluarga calonmu.. " Ayahnya berlalu meninggalkannya, sementara perlahan air matanya menetes. Ia tahu betul kalau ucapan Ayahnya adalah perintah yang tidak bisa diganggu gugat.

Di sinilah dia sekarang, menatap lautan yang langitnya sudah menggelap. Melihat tawa bahagia beberapa orang disekitarnya, dan merasai dinginnya hembusan angin pantai di malam hari. Ia berharap itu bisa menjernihkan pikirannya. Dia pikir liburannya kali ini akan menyenangkan, apalagi sudah lama Ia tidak berkumpul bersama keluarganya. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya diluar kota. Sebenarnya dia ingin mulai mewujudkan mimpinya menjadi desainer. Tetapi Ia merasa semua mulai pudar, bahkan sebelum Ia mulai. Malam semakin larut, dingin mulai menyeruak menembus tulang. Vio masih menatap hamparan lautan kosong. Seperti gambaran dirinya saat ini. Benar-benar kosong.

Alasan

" Gley.. boleh Ibu masuk kita bicara sebentar.." Seru Ibu di depan pintu kamar.

" Masuklah bu.." Jawaban dari dalam ruangan yang terdengar sangat putus asa. Wanita berumur itu memasuki ruangan yang dari auranya saja sudah bisa dipastikan kalau penghuninya sedang bersedih. Setelah kejadian beberapa jam lalu bersama CEO arogan. Vio mengurung diri dikamar tempatnya menginap. Ibu yang khawatir akan putrinya berniat mencoba menghibur dengan menjelaskan alasan Ayahnya menjodohkannya. Ia menghampiri putrinya dan duduk dipinggir kasur.

" Gley tahu, kenapa Ibu tidak bisa menghentikan keputusan Ayah..?" Ibu memulai pembicaraan.

" Bukankah keputusan Ayah memang tidak bisa dihentikan.." Jawabnya ketus. " Aku tahu Bu, Ayah ingin yang terbaik untukku. Tapi apa Ayah juga tahu kalau aku juga punya mimpi, aku punya impian yang ingin aku capai hiks hiks.." Air mata yang Ia pendam pun akhirnya pecah di depan Ibunya.

" Bukan nak.. bukan karna Ayah ingin terbaik untukmu, bahkan Ayahmu tak tahu apakah ini pilihan baik untukmu.." Suara Ibu bergetar menahan sedihnya, sambil membelai rambut anaknya.

" Maksud Ibu??.." Vio bangun dari tidurnya, Ia duduk menatap Ibunya yang wajah sedihnya tak bisa Ia tutupi.

" Perusahaan Ayahmu terancam mengalami kemunduran. Syukurlah dengan bantuan temannya Ia bisa kembali berdiri, tapi temannya meminta syarat yaitu menikahkanmu dengan puteranya.." Ibu manghela nafas panjang.

"Aku tak habis pikir Bu.. kenapa Ayah tega menjualku.. "

"Nak.. Ibu mohon jangan berpikir seperti itu, Ayahmu melakukannya karna Ia punya tanggung jawab yang besar untuk karyawannya. Ayah juga sedih bahkan sempat menolak namun akhirnya Ia harus berkorban dan merelakan putri tercintanya. Mengertilah Gley, teman Ayahmu dari keluarga baik-baik jadi Ibu yakin putranya juga akan memperlakukanmu dengan baik. Jangan bersedih, setelahnya kamu masih bisa melakukan apapun yang kamu inginkan, termasuk impianmu.." Jelas Ibu panjang lebar, yang nyatanya benar penjelasan itu membuatnya sedikit lebih tenang dan mulai mengerti situasinya.

" Apa ibu tahu alasan mereka ingin aku menikah dengan putranya..??"

"Tidak, tapi Ibu yakin mereka ingin yang terbaik untuk anaknya dan mereka yakin kamu pilihan yang baik.." Meski ada ragu dihati Ibu tapi Ia berusaha meyakinkan putrinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Di ruangan Wira

Ruangan tampak sunyi seperti tidak pernah ada keributan sama sekali. Wira berbaring di sofa, matanya terpejam. Sejenak Ia mulai berpikir tentang kondisinya saat ini. Jarang sekali Ia berpikir dengan sungguh sungguh begini. Bukan karna otaknya bodoh, tapi saking sempurnanya dia jadi setiap membuat keputusan tanpa pikir panjang pun selalu saja benar. Beruntung atau memang jenius. Entahlah karna sesungguhnya yang Ia suruh mikir itu sekretarisnya ding. Dia hanya mengambil keputusan akhir makanya berpikir cepat tanpa pikir panjang. (bikin tepok jidat kan)

Memecah keheningan "Ben.. aku sedikit curiga, kenapa tiba-tiba klien dadakanku tidak muncul, dan kenapa malah ada acara family dinner..?" Merasai ada sedikit keanehan, semenjak Papanya menyuruh Ia datang ke tempat ini secara mendadak tanpa menjelaskan ada apa.

" Mungkin Ketua ingin anda sedikit menikmati liburan Tuan, karna selama ini anda hanya sibuk dengan pekerjaan anda." Penjelasan Benny malah semakin membuat keanehan yang Ia rasa menjadi benar-benar terasa nyata anehnya.

" Ben.. Kau tak pandai menyembunyikan sesuatu dariku, katakan apa alasannya aku disini, aku yakin kamu pasti tahu.."

" Saya tidak bisa menjelaskannya Tuan, karna Ketua bilang anda akan tahu sendiri ketika makan malam nanti.. "

'Tuan kalau anda tahu tentang perjodohan ini pasti anda akan kabur jauh, maka dari itu saya tidak bisa bicara alasan family dinner ini '

" Apa Kau sudah dapat yang ku perintahkan?.."

" Maaf tuan, nona itu mengambil Id nya setelah mengembalikan jas anda. Apa perlu saya mencarinya tuan..?"

" Tidak usah, lupakan saja.." Wira kembali menutup mata, meneruskan kegiatan berpikirnya.

Telepon berdering tanda ada panggilan masuk, tetapi pemiliknya memilih mengabaikannya. Wira masih berkutat dengan pikirannya. Apa yang kali ini orang tuanya rencanakan, semua tanda tanya itu melayang layang di kepalanya. Panggilan masuk berulang di Hpnya, yang kali ini mau tak mau Ia angkat karena dering yang berisik mengganggu.

" Kenapa baru diangkat kemana saja kamu?!.." Protes suara disebrang tanpa basa basi salam.

"Langsung saja katakan tujuanmu??.."

"Kau ini dasar anak kurang ajar, apa wanita itu tak mengajarkanmu sopan santun.." Omel wanita yang tak lain adalah Ratna Ibunya.

tuuutuuutttt.. Panggilan di akhiri sepihak oleh Wira yang membuat Ratna semakin kesal. Dia memang tak dekat dengan wira sehingga hubungan mereka memang kurang baik. Namun tetap saja Wira adalah pewaris utama Adnanjaya Grup, jadi mungkin dengan terpaksa Ia bersikap seolah hubungan mereka baik-baik saja. Apalagi didepan suaminya Ia harus terlihat seperti Ibu yang sayang pada anaknya.

Dengan wajah kesalnya Ia menghampiri suaminya yang tengah minum teh santai di dalam kamar hotel.

" Apa kau sudah menghubungi Wira suamiku? Aku takut Ia akan lari kalau tahu tentang perjodohan ini, maka dari itu aku barusan menelponnya, tapi Dia malah menutup telponku begitu saja.." Adunya dengan wajah sok sedih dan kecewa.

" Aku sudah menyuruh sekretarisnya untuk memberitahu tentang acara makan malam nanti, jadi tak usah khawatir.."

'Yaa aku tak khawatir tentang makan malamnya, hanya saja aku khawatir semua tak sesuai harapanku. Aku berharap Anakmu itu segera menikah dan tak membuat masalah lagi..'

" Apa suatu hari nanti kau juga akan menjodohkan Wildan, seperti halnya Wira yang kau jodohkan dengan anak sahabatmu? Apa Dia tau alasan kau menjodohkannya??.."

" Wildan dan Wira adalah anak-anakku, aku berharap yang terbaik untuk mereka, apapun alasannya semua itu adalah pilihan terbaikku untuk masa depan Wira.." Tegas Wisnu yang menghentikan obrolan mereka dan larut dalam pikirannya sendiri. Dia merenung apa benar ini baik untuk anaknya, atau hanya akan membuat anaknya semakin jauh darinya.

****

Kamar Hotel

Setelah obrolan panjang dengan Ibunya, gadis itu masih terbaring dikamar hotelnya. Vio yang keluarganya juga lebih akrab memanggilnya Gleysha, masih bertanya tanya tentang alasan dibalik perjodohannya. Tentu saja Dia sudah paham tentang alasan Ayahnya, namun yang Ia sendiri masih belum tahu adalah alasan kenapa sahabat Ayahnya yang bahkan tak mengenalnya mau menjadikannya menantu.

Tuuut..tuuut .. telepon menyambungkan ke kontak bernama Mikha, Karna yang terbesit dibenaknya ketika ingin curhat hanyalah Mikha sahabatnya. Tanpa menunggu lama teleponnya tersambung.

" Hollaaaa.. Bukankah kamu sedang menikmati liburan bersama keluargamu??.." Yang disebrang agak heran karna setahunya sahabatnya ini sedang berlibur dengan keluarganya, jadi ada hal apa sampai menelponnya. Biasanya kalau sedang bersama keluarga dia tak pernah ada kabar karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya. "Waittt ada apa gerangan?, ada masalah kah? buruan cerita???..." Cercaan tanya tanpa jeda di utarakan Mikha yang curiga terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

" Aku.. Aku.. Aku.." Ragu ingin berkata.

" Iya Kamu kenapa jangan buat orang penasaran dong??.."

" Aku dijodohkan.. hiks hiks.."

" Whaaat.. sama siapa? tampan kah? mapan kah? kenapa baru bilang, wah kamu mulai melupakanku karna dapat pacar ya.." Ucap Mikha kaget namun berujung protes.

" Mik, aku serius.. Aku dijodohkan dan aku baru tahu semalam, aku bahkan tidak tahu siapa dia, wajahnya ataupun kerjaannya. Ayahku yang memutuskan semuanya sendiri. Nanti malam kita akan bertemu dan yang membuat aku bingung adalah kenapa orang tuanya ingin aku menikah dengan anaknya, padahal mereka belum mengenalku sama sekali. Jujur aku penasaran dengan alasan kenapa harus aku???.."

" Sorry ya sayang.. Aku tidak bermaksud bercanda, uuhh rasanya aku ingin memelukmu. Kamu pasti sedang sedih sendirian, maaf aku tak ada saat kamu butuh hiks.. hiks.." Mikha malah menangis lebih keras dari Vio, padahal disini Vio yang curhat-_-. "But, pertanyaanmu yang terakhir membuat ku berpikir kedepan, jangan jangan.." Kata-kata Mikha menggantung membuat Vio juga penasaran. Dan juga kata berpikir terucap dari mulutnya itu sungguh hal yang jarang, karna Dia memang hampir tidak pernah berpikir.

" Jangan jangan apa?.."

" Jangan jangan, pria itu jelek, bau, tompelan, jerawatan atau bahkan kutuan, mungkin itu sebabnya orang tuanya menikahkannya dengan wanita tak dikenal.." Vio syok sekaligus tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu, dia sudah menduga kalau tidak mungkin Mikha berpikir sungguh-sungguh. " Itu bisa jadi kan, mungkin saja memang itu alasannya, jadi jangan tertawa dulu. Nanti malam selesai dinner jangan lupa call me yaa, bye.. Fightinggg sayang muaaah " Mikha menutup teleponnya sebelum Vio sempat menjawab, itu memang sudah kebiasaan sih. Lagipula jam sudah menunjukkan pukul 18.30 artinya 1 jam lagi acara makan malam sekaligus pertemuan keluarga dimulai.

'Baiklah Gleysha mungkin ini memang sudah jalan hidupmu, mau tidak mau kamu harus mencoba menerima. Sekarang aku akan bersiap, Aku akan berdandan cantik agar apapun alasannya mereka tak kecewa melihatku..'

Semangat dalam hatinya, yang Ia mantapkan untuk mencoba menerima perjodohan ini, toh kata ibu Ia masih bisa mengejar impiannya.

'Tapi bagaimana jika yang dikatakan Mikha tadi benar'. Dia membayangkan pria dengan deskripsi Mikha, namun segera menyadarkan diri dengan menepuk kedua pipinya.

'Aaaaaa apa aku kabur sajaaa..."

Makan Malam Keluarga

Pertemuan yang tak diharapkan tiba, acara makan malam keluarga yang tak diharapkan oleh vio. Tapi apa yang terjadi dengan gadis menyedihkan itu. Sepertinya 1 jam yang lalu dia ragu dengan keputusannya, namun siapa sangka kalau dia malah lebih dulu tiba. Sekarang sudah duduk manis di kursi makan resto tempat pertemuan. Bahkan Orangtuanya saja belum datang. ^_^

'Sepertinya aku memang benar-benar gila'.

" Tuan.. tuan wira, bangun tuan anda harus bersiap untuk acara makan malam.." Yang di bangunkan hanya menggeliat, Benny tahu kalau tuannya ini sedang pura-pura.

" Tuan, bukankah anda penasaran dengan apa yang direncanakan Tuan besar dan Nyonya?.." Pancing benny yang ternyata berhasil membuat Wira bangun dari tempat tidurnya.

" Apa bajuku sudah siap.." Mulai melepas kancing bajunya lalu masuk ke kamar mandi.

" Iya Tuan."

Benny menunggu di sofa kamar dengan wajah gelisah memikirkan yang akan terjadi nanti saat tuannya tau tentang perjodohan. Ia merasa bersalah karena merahasiakan semuanya dari Wira.

'Maafkan saya tuan wira.'

Melihat tuannya selesai bersiap Ia segera membuka pintu kamar dan berjalan keluar mengikuti wira menuju Restoran.

Di Restoran

"Gleysha" Vio tersadar dari lamunan mendengar namanya dipanggil, sontak Ia berdiri.

"Iya Nyonya saya Gleysha Hutama.." Vio menjabat tangan wanita yang menyapanya, kemudian wanita itu memeluk Vio dengan hangat.

" Mulai sekarang saya juga Ibu kamu, jangan sungkan ya.."

'Ibu?? Astaga aku saja belum tahu anakmu seperti apa, apa dia juga akan mau denganku' . Vio hanya membalas dengan tersenyum ramah meski tidak dengan batinnya.

Semua sudah hadir kecuali laki-laki yang akan di jodohkan dengannya.

Didalam lift menuju Restoran Benny yang sedari tadi berpikir akhirnya yakin, Ia akan memberitahukan tujuan dari acara makan malam ini.

" Tuan, Anda tahu saya tidak mau merahasiakan apapun dari anda, sekarang saya akan berkata jujur jadi saya harap Tuan tidak marah dan mau memaafkan saya.." Ucap benny dengan serius.

" Katakan.."

" Sebenarnya Tuan besar dan Nyonya menyiapkan makan malam ini dengan tujuan ingin mengenalkan anda pada putri sahabatnya, yang ak.." Belum selesai bicara Wira sudah memotongnya.

" Maksudmu ini makan malam perjodohan?.."

" Iya tuan, apa Tuan masih ingin hadir disana??" Tanya Benny ragu.

" Tentu saja, aku ingin melihat seperti apa calon istriku, katakan siapa dia, kau pasti tahukan?" Jawaban yang tak terduga membuat Benny heran, reaksi wira tak sesuai dengan apa yang Ia bayangkan tadi. Yah itu membuat Benny sedikit tenang.

" Dari info yang saya dapat gadis itu bernama Gleysha Hutama, tentu dari namanya anda tahu dia putri dari pemilik perusahaan Hutama Pangan."

Mereka tiba di tempat pertemuan, Benny yang awalnya hanya akan menunggu dekat situ diperintah Wira untuk ikut menemaninya ke dalam Restoran.

" Wah ini dia yang kita tunggu-tunggu" Sambut Bramastya Hutama .

" Maaf saya terlambat, perkenalkan saya Wira Adnanjaya.." Mendengar nama Adnanjaya Vio yang sedari tadi menunduk tersadar, sorot matanya tertuju pada kursi di depannya, Yah itu tuan Wisnu Adnanjaya dan wanita yang menyapanya tadi adalah istrinya.

'Bodohnya aku yang tak menyadari mereka keluarga Adnanjaya, Tuhan jangan sampai lelaki mesum arogan itu yang di jodohkan denganku..' Namun harapan itu sia-sia, karena memang benar pria yang kemarin ditemuinya lah yang akan menjadi calon suaminya.

'Gadis receh itu, sial kenapa benny tak katakan kalau dia gadis menyebalkan itu. Tapi seingat ku kemarin dia bilang namanya Vionitta bukan Gleysha, apa dia berusaha menipuku lagi '

Makan malam telah usai, kedua keluarga itu benar-benar dalam suasana bahagia. eits, tapi tidak dengan yang dijodohkan dadakan ini. Dengan melihat sorot matanya saja sudah tahu bahwa mereka sedang bersitegang. Tapi mereka berdua pandai berakting meskipun senyumannya terlihat terpaksa.

Entah apa yang membuat wisnu terburu-buru menikahkan putranya karna tanggal pernikahan pun sudah ditentukan olehnya, tentu saja Hutama juga setuju dengan itu. Mereka sengaja meninggalkan putra putrinya supaya bisa saling mengenal lagi. Suasana canggung merasuki ruangan itu, apalagi hanya ada mereka berdua, Benny juga kembali ke kamarnya.

" Ikut aku.." Ajak wira.

" Kemana?"

" Ketempat yang orang tak bisa dengar pembicaraan kita " Berdiri lalu berjalan yang diikuti Vio dibelakangnya.

'Kamar hotel, dia mengajakku masuk kamar!! astaga apa dia benar-benar mesum.' Maki vio dalam hati.

" Masuk dan tutup pintunya.." Mengarahkan dengan jarinya. "Kenapa diam disitu!!" Vio enggan masuk ruangan itu dan hanya mematung di depan pintu. "Aku bilang masuk, apa aku harus menyeretmu.. "Ancam wira membuat Vio pelan-pelan masuk kedalam dan menutup pintu.

" Duduklah.." Menunjuk sofa di depannya.

" Apa alasan anda mau menerima perjodohan ini??" Tanpa basa-basi Vio membuka pembicaraan.

" Haha alasan?, apa aku perlu alasan untuk menikah.."

'Selain arogan mesum dia juga sedikit gila ternyata'

" Iyalah setidaknya orang harus punya alasan untuk menikah, biasanya mereka menikah atas dasar cinta dan akan hidup bahagia bersama nantinya.." Ucapannya terdengar pilu dan putus asa, semua berbeda dengan yang dialaminya sekarang.

" Aku tak perlu alasan itu untuk menikah, toh nantinya aku juga akan menikah jadi aku anggap pernikahanku dimajukan." Jawaban santai yang membuat Vio geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan wira.

'Sepertinya Dia memang benar-benar gila'.

" Apa kau berpikir aku gila?."

" Ti..tidak, tidak mungkin aku berani berpikir seperti itu, andakan calon suami saya." Tersenyum palsu.

'Bagaimana dia tahu apa yang ada diotak ku, apa dia juga bisa meramal.'

" Kau jangan berani berpikir macam-macam, aku menikah denganmu bukan untuk jadi suami idamanmu. Jangan berharap aku akan membuatmu bahagia apalagi mencintaimu, aku tak percaya dengan itu. Aku tak bisa menjanjikan apapun padamu. Apa kau masih mau menikah denganku?"

" Saya sudah tahu konsekuensi dari perjodohan dan menikah tanpa cinta, tak usah khawatir saya siap dengan semuanya.." Meskipun terdengar menyedihkan Ia sudah yakin dengan keputusan itu.

'Apa dia sudah gila, mau menikah dengan pria asing'.

" Baiklah Kau bebas melakukan apapun yang kau inginkan asal tidak menggangguku.." Kata-katanya memang terdengar tanpa harapan tapi membuat Vio tenang, itu artinya Ia bisa melakukan pekerjaan impiannya.

*****

Vio kembali ke kamarnya dengan perasaan sedikit lega, Ia tak akan ambil pusing dengan calon suaminya, dia akan fokus pada impiannya.

'Dia menyebalkan tapi tampangnya lumayan juga, yang pasti jauh sekali dari yang dikatakan Mikha. Setidaknya aku bisa mengobati sedihku dengan menatap wajah tampannya haha.. apa aku sudah sinting'. Ia tertawa sesaat, lalu ingat ucapan wira saat dia membuka pintu hendak keluar kamar.

" Meskipun kita menikah kau tidak berhak mencampuri kehidupan pribadiku, sekretarisku akan mengirimkanmu perjanjian pernikahan.." Langkah Vio terhenti.

" Tenang, jangankan mencampuri urusan anda.. mau tahu tentang anda pun saya tak sudi.." Jawab Vio lalu keluar dan menutup pintu kamar.

' Baiklah ini memang sudah keputusanku menerima perjodohan, menikah dengan seseorang yang tak kuinginkan'. Ratapnya dalam hati.

FlashBack...

Saat hendak mengetuk pintu kamar orangtuanya sebelum acara makan malam mulai, Vio terdiam di balik pintu tak sengaja mendengar percakapan mereka.

" Apa tak ada jalan lain selain mengorbankan putrimu??" Tanya Kinan dengan iba kepada Bram Suaminya.

" Bukankah aku sudah bilang kalau ini jalan satu-satunya, harus bagaimana lagi? apa kamu tega melihat ratusan karyawan akan menjadi pengangguran? pikirkan juga keluarga mereka, sebagai pemimpin aku harus membuang egoku demi kesejahteraan mereka juga.." Deg kata-kata itu membuat Vio mematung cukup lama, Ia kini mengerti pasti Ayahnya sedang mengalami masa yang berat.

'Suatu saat aku juga akan menikah kan, jadi anggap saja pernikahan dan Jodohku dimajukan. Itung-itung berbakti kepada orangtua haha'. Menenangkan dirinya.

Eh tunggu.. bukannya alasan itu sama dengan alasan wira haha, bahkan alasannya lebih dulu dibuat sebelum dia tanya ke wira.

*****

Pagi terakhir disini, Vio keluar kamar dan mendapati seorang laki-laki tinggi, gagah berparas luamayan tampan dengan wajah tegas menghadang jalannya.

" Permisi nona, saya benny sekretaris tuan wira. Saya datang untuk menyerahkan ini kepada anda. Tolong anda baca sampai selesai dan lebih bagus lagi kalau anda menghafalnya.." Vio menerima dokumen dalam amplop coklat.

" Serahkan ini juga pada tuan mu, dan bilang juga padanya untuk menghafal semuanya. Jangan sampai kelewat barang 1 katapun!!.." Menyerahkan dokumen dalam bentuk yang sama pada sekertaris ben, tentu saja isinya berbeda. Semalaman penuh dia membuat daftar-daftar peraturan setelah menikah, Ia juga tak mau kalah dan di anggap lemah.

'Huh.. memangnya cuma dia yang bisa seenaknya, dia pikir aku gampangan. haah apa?? dia dulu bilang aku gadis receh, berani sekali dia meremehkanku liat saja nanti aku sekuat apa..' Gumam Vio dan berlalu meninggalkan benny.

" Apa ini"

" Itu surat perjanjian dari nona Gleysha tuan."

Jangan ada kontak fisik

Tidak boleh dekat-dekat

Jangan mendekat

Dilarang bersentuhan meskipun tidak sengaja

5...dst. Yang intinya semua sama dengan nomor satu. Dia mengerjakan semalaman tapi semua isinya sama gess.

" Apa dia sebodoh ini.." Wira tertawa di ikuti dengan benny. Dia berhenti saat membaca bagian akhir lembaran kertas itu. Ps: kita harus tidur ditempat terpisah karna aku tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi, kau kan suka mencari kesempatan dalam kesempitan. " Wah kurang ajar sekali dia mengataiku me..." Tidak jadi meneruskan kata-katanya karna ada Benny yang tidak tahu kejadian waktu itu.

'Sial aku bahkan tidak bisa mengumpatmu gadis receh, awas saja kau berani menantangku dengan mengataiku mesum.'

" Apa ada sesuatu yang terjadi Tuan..??" Tanya Benny penasaran.

" Tidak. Lupakan, apa ada meeting hari ini??" Tanyanya mengalihkan.

" Ada tuan, klien yang kemarin membatalkan janjinya hari ini bersedia untuk bertemu.."

" Aku sudah malas. Beraninya dia membatalkan janji denganku, katakan aku sudah tidak minat dengannya.." Arogannya kumat dah.

" Tapi beliau termasuk klien penting tuan, apa anda tidak akan menyesal kalau sampai dia jatuh ke tangan Nyonya.." Bujuk benny.

" Baiklah atur jadwalku dengannya.." Benny tersenyum karna tuannya masih mau mendengarkannya.

" Baik, saya permisi tuan.."

Benny keluar kamar, Wira sendiri memilih untuk merebahkan tubuhnya di kasur menikmati suasana di sana, karena nanti malam Ia sudah harus pulang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!