"Ibu tenang saja, aku akan mencari uang untuk biaya operasi Ayah," ucap Airin, gadis kembang desa yang merantau ke kota untuk merubah nasib keluarga yang ia sayangi.
Airin, gadis cantik dari desa sengaja merantau ke ibu kota untuk merubah nasib keluarganya.
Ia bekerja disebuah bar mewah yang ada di jantung ibu kota tersebut.
Masih di bar yang sama, Gara Emanuel, laki-laki angkuh dan dingin yang hampir setiap malam berkunjung ke bar tersebut hanya untuk menyalurkan nafsunya kepada wanita-wanita bayaran kelas atas tengah duduk untuk mencari mangsa baru.
Tak lupa sekretaris sekaligus sahabatnya Leon yang selalu ada di manapun Gara berada.
Di saat yang bersamaan, Airin tengah membersihkan meja dan gelas-gelas sisa minuman keras yang tepat berada di sebelah meja Gara dan Leon.
Kecantikan alami dan bentuk tubuh yang proposional membuat semua mata lelaki yang melihat Airin tak dapat berkedip.
Begitu juga dengan Gara, yang baru pertama kali bertemu dengan Airin.
Mata elangnya tak sengaja melihat ke arah Airin yang sedang melakukan tugasnya di bar tersebut.
"Kulihat dari tadi kau memperhatikan pelayan itu? Apa kau mengenalnya?" tanya Leon yang memperhatikan gerak gerik sahabatnya itu dari tadi.
"Tidak, aku tidak mengenalnya, tapi aku menginginkan pelayan cantik itu. Apa kau bisa membawanya untukku malam ini Leon wang?" ucap Gara sembari terus memperhatikan Airin.
"What? Apa kau serius? Dia hanya pelayan," tegas Leon tak habis pikir.
"Lalu kenapa kalau dia hanya pelayan? Bukannya di atas ranjang aku yang akan menjadi pelayannya?" ucap Gara membuat Leon geleng-geleng kepala.
"Baik, aku akan mencoba bicara dengan penanggung jawab bar ini," ujar Leon sembari meninggalkan Gara sendirian.
.
.
Tok..To..Tok..
"Masuk," ucap Yuta dingin.
"Leon?" ucap Yuta tak menyangka jika Leon lah yang mengetuk pintu ruangannya.
"Yuta?" ucap Leon yang juga kaget melihat Yuta.
"Ayo Leon, silahkan masuk. Aku tak menyangka jika bisa bertemu denganmu kembali," ucap Yuta senang.
"Aku pun begitu. Kau CEO bar ini?" tanya Leon penasaran.
"Yapss.. Seperti yang kau lihat saat ini," jawab Yuta menaikkan bahunya.
"Baguslah kalau begitu. Aku ingin meminta bantuan mu. Apakah kau bersedia?" ucap Leon to the poin.
"Bantuan? Bantuan apa? Aku akan membantumu selagi aku mampu," tanya Yuta penasaran.
Leon kemudian mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Airin yang tadi sempat ia foto saat Airin membersihkan meja milik pelanggan.
"Dia Airin, pelayan bar disini. Ada apa dengannya?" tanya Yuta penasaran.
"Aku ingin menyewanya malam ini untuk bos sekaligus sahabatku Gara Emanuel," ucap Leon membuat Yuta kaget.
"Gara Emanuel?" ucap Yuta kaget.
"Ya, anak pemilik SMA tempat kita bersekolah dulu," ujar Leon.
"Oh ya, aku ingat. Bukankah kalian dulu bersahabat," balas Yuta yang kembali mengingat masa-masanya.
"Ya, begitulah. Jadi apa kau bisa membantuku Yuta?" tanya Leon sekali lagi.
"Bisa.. Bisa. Kau tenang saja. Aku akan memberikan Airin kepada Gara malam ini," ucap Yuta kepada kawan lamanya itu.
"Baik. Makasih Yuta. Kau sangat membantu pekerjaan ku," balas Leon senang.
"Sudah. Kau santai saja. Aku akan menyuruh seseorang untuk memanggilnya ke ruangan ku," ucap Yuta sambil memencet tombol telepon yang ada di atas mejanya.
"Terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu," ujar Leon pamit meninggalkan ruangan Yuta.
.
.
Airin yang sedang berada di ruangan lain bar tersebut mendapat panggilan dari salah satu teman kerjanya untuk menghadap Yuta.
Tok..Tok..Tok..
"Masuk," ucap Yuta dari dalam.
Airin pun masuk dan berdiri di depan meja kerja Yuta.
"Duduk," ucap Yuta bersuara dingin.
"Makasih tuan. Maaf tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Airin gugup.
"Saya dengar kamu sedang butuh biaya untuk operasi ayahmu yang ada di desa. Apa itu benar?" tanya Yuta dengan tatapan dinginnya.
Yuta mengetahuinya dari seorang teman Airin yang juga bekerja di bar tersebut.
"I...Iya benar tuan," jawab Airin menunduk.
"Saya punya tawaran menarik buat kamu. Kalau kamu bersedia, kamu bisa gunakan uangnya untuk biaya operasi ayah mu, bahkan uang nya masih bersisa banyak. Gimana? Apa kamu mau mendengar tawaran saya?" ucap Yuta menatap Airin.
"Tawaran apa tuan, jika saya sanggup, saya akan menerimanya," jawab Airin.
"Tenang, pekerjaan ini sama sekali tidaklah berat. Kamu hanya akan menemani seseorang satu malam saja," ucap Yuta tersenyum smirk.
"Mak.. Maksud tuan?" tanya Airin masih tidak mengerti.
"Maksud saya ya itu, kamu hanya menemani seorang tamu saya untuk bermalam, setelahnya dia akan membayar kamu dengan harga fantastis," ulang Yuta santai lalu menghisap rokoknya.
"Maaf tuan, saya tidak bisa. Saya masih suci, dan saya tak akan pernah memberikan kesucian saya kepada laki-laki manapun sebelum saya menikah," tegas Airin.
"Ya sudah, kalau begitu kau carilah sendiri uang untuk biaya operasi ayahmu. Meskipun kau bekerja pagi dan malam, kau tak akan pernah mendapatkan uang sebanyak itu. Dan ingat, jangan pernah menyesal jika ayahmu akhirnya tidak tertolong lagi. Aku tak akan memberimu kesempatan kedua Airin," ujar Yuta lalu meninggalkan ruangannya.
Airin tampak berpikir dan mencerna ucapan Yuta. Jika ia tak segera mendapatkan uang untuk biaya operasi ayahnya, maka tidak menutup kemungkinan jika nyawa ayahnya akan melayang.
"Saya bersedia tuan," ucap Airin keras tepat sesaat Yuta akan membuka pintu ruangannya.
Yuta kemudian berhenti dan balik menatap Airin dengan senyuman smirk nya.
Ia kemudian berjalan kembali ke arah Airin dan berbisik di telinga gadis cantik itu.
"Bagus, itu artinya kau anak yang patuh Airin. Tunggu disini, sebentar lagi akan ada beberapa orang yang akan membawamu menuju ruang VVIP bar kita ini. Kau hanya perlu menurut dan duduk manis di kamar itu," bisik Yuta membuat air mata Airin menetes perih.
Yuta kemudian berjalan keluar dan meninggalkan Airin yang saat ini sedang menangis pilu.
"Kenapa? Kenapa ini harus terjadi kepadaku Tuhan," gumam Airin pilu.
"Maafkan Airin Ayah, Ibu. Airin tidak bisa menjaga kehormatan Airin," ucap Airin pelan.
Tak beberapa lama kemudian, datang beberapa wanita yang membawa Airin menuju kamar VVIP bar tersebut.
Airin hanya menurut saat wanita itu mulai merias wajah Airin dan menggantikan bajunya dengan gaun malam yang terbuka.
"Kau sungguh cantik sekali Airin," ucap salah satu pelayan wanita tersebut.
"Makasih," ucap Airin singkat. Pikirannya saat ini sedang kacau. Bagaimana tidak. Sebentar lagi ia akan kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita. Kehormatan yang akan di ambil oleh laki-laki yang bukan suaminya.
"Kau tunggulah disini, kami pergi dulu. Nanti akan ada laki-laki yang akan datang menemui mu. Ingat Airin, kau harus tenang," ucap salah seorang pelayan tersebut sebelum meninggalkan Airin sendirian.
Benar saja. Tak lama kemudian, masuklah seorang laki-laki tampan yang tak lain tak bukan adalah Gara Emanuel.
Airin menjadi cemas saat Gara menutup dan mengunci pintu kamar tersebut.
Dalam kecemasannya, Gara berjalan menghampiri Airin yang berdiri menatap Gara yang terus mendekat ke arahnya.
"Cantik," bisik Gara di telinga Airin sedangkan tangannya membelai sekilas wajah Airin.
Airin hanya diam, tak bisa dipungkiri saat ini jantungnya berdetak sangat kencang, dan nafasnya memburu saling mendahului. Terlihat jelas dari dadanya yang kembang kempis karena gugup dan juga takut.
Gara pun membimbing Airin ke atas ranjang dan mendudukkannya tepi ranjang tersebut.
"Siapa namamu?" tanya Gara lembut sambil menyisipkan rambut panjang Airin kebelakang telinganya.
"Airin.. Na.. Nama saya Ai.. Airin tuan," jawab Airin gugup.
"Nama yang cantik, secantik pemiliknya," ucap Gara dengan suara yang sudah serak dan mata yang sayu.
"Ttte.. Terima kasih tuan," balas Airin masih saja gugup.
"Kau tak perlu gugup Airin. Aku bukan orang jahat," ujar Gara mulai mencium sekilas leher Airin.
Saat itu juga bulu kuduk Airin seketika merinding. Gadis cantik itu menghembuskan nafas kasar dan sedikit mendes*h karena perlakuan dari Gara yang baru pertama kali ia rasakan seumur hidupnya.
"Kau menggodaku dengan desa*an mu Airin?" tanya Gara dengan nafas yang juga telah memburu.
"Ma.. Maaf tuan. Saya bukan bermaksud begitu. Saya hanya merasa geli. Sungguh ini pengalaman pertama bagi saya," ucap Airin ketakutan.
"Pengalaman pertama?" tanya Gara penasaran.
***
"I.. Iya tuan," jawab Airin gugup. Sedangkan tangannya meremas ujung gaunnya.
Mendengar jawaban dari Airin, bukannya merasa iba, Gara malah semakin bernafsu untuk meniduri Airin. Sudah lama ia tidak tidur dengan gadis perawan.
"Berapa usiamu?" tanya Gara tersenyum smirk.
"Umur saya dua puluh tahun tuan," jawab Airin yang masih menunduk.
"Jackpot," satu kata yang keluar dari mulut Gara sebelum ia merebahkan tubuh gadis muda itu lalu menindihnya dengan tubuh kekarnya.
Beberapa saat kemudian, Airin terpekik sehingga membuat Gara terkejut.
"Aaaaaaaaa," teriak Airin membuat Gara kaget.
"Kau.. Kau kenapa berteriak Airin?" tanya Gara heran.
"Ma.. Maaf tuan. Saya belum pernah melihat benda itu sebelumnya," ucap Airin menunjuk junior milik Gara yang gagah perkasa tersebut dengan satu tangannya, dan tangan satunya lagi masih menutup matanya.
Baru kali ini Gara melihat gadis sepolos Airin sehingga membuat Gara mengulum senyumnya dan mengecup kening Airin sekilas.
Gara mencoba mengalihkan perhatian Airin dengan memuji dan mengajak gadis itu berbicara, sedangkan tangannya masih meremas salah satu gunung kembar milik Airin.
Saat Airin sudah terbuai akan sentuhan dan pelayanan yang Gara berikan, dengan satu kali hentakan yang cukup kuat Gara berhasil membobol mahkota berharga milik Airin.
"Ahhhhh tuan sakiiitt," lirik Airin menahan sakit. Tangannya meremas kuat sprei dan air matanya kembali menetes karena rasa perih dan juga rasa kecewa karena telah gagal mempertahankan kehormatannya sebagai seorang wanita.
Darah segar keluar dari kewanitaan Airin, menodai sprei putih yang menjadi saksi betapa panasnya permainan mereka.
Airin kembali teringat dengan pesan kedua orang tuanya sesaat sebelum ia pergi meninggalkan kampung halamannya.
---Airin, ingat nak, ibukota itu lebih kejam daripada ibu tiri. Jangan sekali-kali kamu terbuai akan surga dunia yang disuguhkan kehadapan mu. Ingat tanggung jawab mu kepada yang di atas nak. Dan ingat, jaga selalu kehormatan mu sebagai seorang wanita. Ayah sama Ibu mempercayaimu nak,--- ucap sang Ayah tercinta yang kini terbaring lemah di rumah sakit.
'Maafkan Airin Ayah. Maafkan Airin. Airin tidak bisa menjaga kepercayaan Ayah dan Ibu. Kini Airin sudah menjadi wanita kotor Ayah, Ibu,' batin Airin di sela-sela permainan panas yang disuguhkan Gara.
"Ampun tuan sakit," lirih Airin disaat ia merasakan kewanitaannya perih dan juga panas.
Namun Gara sama sekali tidak memperdulikannya. Ia beranggapan jika Airin sama saja halnya dengan wanita-wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya. Wanita yang rela menjual kesuciannya demi mengikuti zaman dan gaya hidup yang tinggi.
Gara terus menghujam Airin dengan rakus dan tanpa ampun. Dua jam lebih Gara memimpin permainan tersebut. Berbagai gaya telah mereka coba, sehingga pada akhirnya Gara sudah tidak sanggup lagi menahan gejolak yang ia tahan.
Tanpa Gara sadari, ia lupa menggunakan pengaman yang biasanya tak pernah ia lupa saat bermain dengan wanita manapun, hingga Gara mengeluarkan benihnya didalam rahim Airin serentak juga dengan pelepasan yang dilakukan Airin.
Sesaat permainannya telah selesai, Airin berusaha bangkit dan berjalan menuju kamar mandi dengan tertatih-tatih guna membersihkan tubuhnya.
"Mau kemana kau Airin?" tanya Gara yang masih terkulai di atas kasur.
"Sa.. Saya mau mandi tuan," jawab Airin terbata-bata.
.
.
.
Betapa kagetnya Airin saat ia tengah membersihkan tubuhnya, Gara tiba-tiba saja masuk dan memeluknya dari belakang.
"Tu..Tuan mau ngapain?" ucap Airin kaget.
"Terserah saya mau ngapain. Kamu masih bekerja untuk saya," jawab Gara lalu memulai kembali permainannya.
Airin hanya pasrah saat Gara kembali melakukan permainan panasnya.
"Oh Airin, ini nikmat sekali," lenguh Gara di sela-sela permainannya.
Sudah lama sekali Gara tidak merasakan kenikmatan ranjang yang senikmat ini semenjak ditinggal menikah oleh Liona, mantan kekasihnya yang menjalin cinta dengannya selama kurang lebih empat setengah tahun.
Liona memilih meninggalkan Gara karena saat itu perusahaan milik Gara terancam bangkrut dan gulung tikar.
Liona sendiri memilih menikah dengan kakak dari Ayah Gara, yang usianya terpaut jauh dari Liona.
Model cantik itu mau menikah dengan Paman Sam karena harta dan juga tahta yang diberikan oleh Paman Sam kepada Liona.
Gara begitu hancur saat ia tau Liona mengkhianati cintanya dengan memutuskan menikah dengan Pamannya sendiri.
Semenjak saat itu Gara menjadi berubah, dari pribadi yang periang dan penyayang menjadi laki-laki kejam yang sangat dingin dan kejam kepada semua wanita.
Semenjak pengkhianatan Liona, Gara menjadi terpacu untuk bangkit kembali sehingga ia bisa kembali sukses seperti saat sekarang ini.
Begitu banyak wanita yang singgah di hati Gara sesudah Liona, namun tak ada yang mampu bertahan karena sifat dan kelakuan Gara yang dingin dan juga semena-mena kepada wanita.
.
.
.
Setelah Gara dan Airin selesai mandi, Gara langsung pergi begitu saja dengan meninggalkan setumpuk uang yang sangat banyak bagi Airin.
Gara meninggalkan kamar itu tanpa bicara sepatah katapun kepada Airin.
Saat Gara akan membuka pintu kamar tersebut, Airin tiba-tiba memanggilnya kembali.
"Tu...Tuan," panggil Airin mengehentikan langkah Gara.
"Ada apa? Kau belum puas?" ucap Gara membuat hati Airin perih.
Airin berjalan ke arah Gara dan membawa hampir setengah dari uang yang diberikan Gara lalu memberikan uang itu kepada Gara kembali.
"Apa ini?" tanya Gara penasaran.
"Maaf tuan, ini kebanyakan. Saya kembalikan sisanya kepada anda," jawab Airin lalu kembali mengemasi sisa uangnya lalu pergi meninggalkan Gara yang masih diam membeku mencerna ucapan Airin tadi.
"Ck.. Wanita yang menarik," gumam Gara berbicara pada dirinya sendiri.
"Maaf tuan, ini kebanyakan. Saya kembalikan sisanya kepada anda," jawab Airin lalu kembali mengemasi sisa uangnya lalu pergi meninggalkan Gara yang masih diam membeku mencerna ucapan Airin tadi.
"Ck.. Wanita yang menarik," gumam Gara berbicara pada dirinya sendiri.
***
Gara kemudian berjalan dengan santainya berjalan melewati lorong bar tersebut dan menyusul Leon yang masih setia menunggunya di meja tempat biasa mereka tempati.
"Bagaimana? Apa kau menikmatinya?" tanya Leon dengan senyuman miringnya dan tangan terlipat di dada.
"Jelas dong. Kau tau, dia adalah gadis yang menarik. Dia bahkan mengembalikan hampir dari separuh uang yang kuberi untuknya. Awalnya Aku mengira dia sama saja seperti gadis perawan pada umumnya yang rela melepas mahkotanya demi gaya hidup. Tapi si Airin ini sangat berbeda," ucap Gara sembari menghidupkan sebatang rokok.
"Oh ya?? Apa dia tidak butuh uang? Lalu kenapa dia mau menjual kesuciannya?" tanya Leon lagi penasaran.
"Entahlah, kurasa dia lagi gabut," jawab Gara bercanda.
"Haha.. Kau benar juga. Mana ada jaman sekarang cewek yang nolak dikasih uang banyak," ujar Leon sembari menghisap rokoknya.
.
.
"Gara," panggil Leon saat mereka berdua telah di mobil menuju rumah.
"Hmmm," jawab Gara malas karena sudah lelah.
"Tadi pas kau meng-unboxing gadis pelayan itu, kau tak lupakan menggunakan pengaman?" tanya Leon tiba-tiba.
Seketika itu juga Gara kaget dan langsung membuka matanya.
"Astaga," ucap Gara mengusap kasar wajahnya.
"Kenapa? Apa ada yang tertinggal?" tanya Leon mengerem mobilnya secara mendadak, sehingga kepala Gara terbentur ke dashboard mobil.
"Hey, kau kenapa berhenti mendadak Leon? Kau tak lihat kepalaku terbentur ha?" hardik Gara mempelototi Leon.
"Ya maaf. Bukannya kamu melupakan sesuatu?" ucap Leon menaikkan satu alisnya.
"Kapan saya bilang seperti itu?" balas Gara dengan rolls eyes lalu menyenderkan kepalanya kembali.
"Lalu apa yang terjadi? Kenapa kau sekaget itu ha?" tanya balik Leon.
"Kau tau Leon, saya lupa memakai pengaman untuk si junior saat meng-unboxing si Airin. Bagaimana kalau dia hamil?" ucap Gara cemas.
"Hahaha.. Kenapa kau cemas? Bagus dong jika Airin hamil," ucap Leon santai.
"Kau gila ya," ucap Gara membelototi Leon.
"Siapa yang gila. Jika Airin hamil kau akan menjadi seorang ayah. Siapa tau jika kau menjadi seorang ayah, sifat aslimu dapat kembali lagi. Aku rindu dengan Gara yang dulu," gumam Leon pelan tapi masih bisa didengar oleh Gara.
"Kau bicara apa Leon? Mau ku kirim kau ke kutub utara haa!" ujar Gara menoel kepala Leon.
"Au sakit, kau gak lihat aku lagi nyetir.
"Bodo amat," balas Gara rolls eyes.
.
.
Sedangkan ditempat lain, Airin baru saja sampai di kosan sederhana miliknya.
Ia meletakkan tasnya lalu langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang yang hanya muat satu orang itu sambil menangis sejadi-jadinya.
"Aku kotor.. Ayah, Ibu maafkan aku. Maafkan aku," ucap Airin tersedu-sedu dibawah bantalnya.
Adegan demi adegan panasnya dengan laki-laki yang tidak ia kenali itu kembali menari-nari di ingatannya.
Betapa bodohnya dia menukar kesuciannya dengan sejumlah uang yang tak sebanding dengan kehormatannya yang selama ini ia pertahankan.
Lelah menangis dan menyesali nasibnya, kini Airin telah berpindah ke alam mimpi indah yang membawanya lupa akan kenyataan hidupnya sekarang.
Ia bermimpi menjadi ratu dari seorang laki-laki bertopeng yang baik dan lembut. Laki-laki itu memperlakukan Airin sangat baik, layaknya seorang permaisuri di negri kerajaan.
Namun saat laki-laki itu membuka topengnya, Airin begitu terkejut karena laki-laki itu adalah laki-laki yang membeli kesuciannya. Seketika itu juga ia terbangun dari mimpi dan juga tidurnya.
.
.
.
Ditempat lain, Gara dan Leon memilih pulang ke apartemen daripada pulang ke rumah utama milik keluarga Gara.
"Gara kau kenapa? Apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa wajahmu begitu kusut?" tanya Leon yang sedari tadi memperhatikan sahabat sekaligus bosnya itu.
"Leon, ku mau kau mencari tahu semua tentang pelayan itu. Tolong cari sedetail-detailnya informasi yang gadis itu miliki, dan ingat, jangan sampai ada satupun yang terlewatkan," perintah Gara kepada Leon.
"Buat apa sih Gara?" tanya Leon penasaran.
"Kau masih berpikir buat apa? Kan aku sudah bilang, benihku baru saja mendarat di rahimnya. Aku melakukan itu tanpa pengaman. Bagaimana kalau gadis itu hamil lalu menggunakan kehamilannya untuk menghancurkan reputasiku?" ucap Gara mengusap kasar wajah tampannya.
"Huhh.. Baiklah.. Silahkan tunggu tiga puluh menit, aku akan mendapatkan informasi tentang gadis itu," jawab Leon lalu keluar untuk mengambil laptopnya di dalam mobil.
Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Leon berhasil mendapatkan semua informasi tentang Airin.
"Gara, gue berhasil nih mendapatkan semua informasi tentang pelayan itu," ujar Leon yang masih fokus dengan laptopnya.
Mendengar ucapan Leon, Gara yang sebelumnya berdiri di balkon sambil merokok segera berjalan ke arah Leon yang duduk di sofa depan TV.
"Informasi apa aja, coba saya lihat?" jawab Gara mengambil alih laptop yang ada di pangkuan Leon.
Gara pun melihat dan membaca semua informasi yang berhasil didapatkan Leon.
"Nama lengkapnya Airin Dwi Maharani, umurnya dua puluh tahun, pendidikan terakhir SMA, alamat jl. Pramuka no 12," ucap Gara membaca semua informasi yang ada di laptop tersebut.
"Gimana? Udah kan?" tanya Leon tersenyum bangga.
"Iya udah," jawab Gara singkat.
Selanjutnya Gara melihat beberapa foto Airin yang ada di akun media sosialnya.
"Cantik juga, manis," ujar Gara berbicara pada dirinya sendiri.
Ia terus melihat foto Airin dan tersenyum-senyum sendiri.
"Liatin terus, nanti suka lagi," ejek Leon berlalu ke kamar mandi.
.
.
.
Keesokan harinya, Gara dan Leon bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya.
Sepanjang perjalanan Gara selalu memikirkan tentang Airin.
Tak tau kenapa ia menjadi selalu teringat kepada gadis kecil yang sudah menjual kesuciannya kepadanya hingga dirinya tak menyadari jika mereka telah sampai di kantornya.
"Gara ayo turun," ajak Leon menoleh ke arah Gara."
"Gara kau budeg ya? Gar.. Garaaaaaa," teriak Leon yang membuat Gara menjadi kaget.
*Gak usah tereak-tereak. Kamu pikir saya budeg apa? Lagian, kenapa kamu berhenti disini" keluh Gara kesal kepada sahabatnya itu.
"Gara.. Gara. Kau gak lihat kita sudah sampai kantor," ujar Leon menunjuk keluar jendela.
"Oh iya maaf," jawab Gara cengengesan lalu keluar dari pintu mobilnya.
Sesampainya di kantor, baru saja Gara akan masuk kedalam ruangannya, tiba-tiba ada suara seorang wanita yang begitu sangat familiar di telinganya.
"Gara," panggil wanita tersebut sambil setengah berlari kearahnya.
Sesaat Gara menghentikan langkahnya dan menoleh kearah suara tersebut.
"Kau? Mau apa kau kesini?" ucap Gara dingin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!