NovelToon NovelToon

Pernikahan Tak Terduga : UNEXPECTED MARRIAGE

Bab 1 : Bukan Marsha And The Bear

Namanya Marsha Tyaga, cucu perempuan satu-satunya yang dimiliki oleh klan Tyaga. Jika kalian menganggap dia manis bak princess dari negeri dongeng, maka enyahkah pikiran itu sekarang juga.

Em ... bagaimana aku menggambarkannya ya? Oh ya ... apa kalian pernah melihat tingkah polah anak kecil yang memiliki nama sama seperti dirinya di sebuah film kartun? yang selalu mengusili beruang cokelat besar tanpa rasa takut. Nah, itu jauh lebih mirip Marsha yang satu ini – yang sekarang sedang menikmati satu scop es krim cokelat dengan penuh penghayatan di depan pria dewasa yang sejak seminggu yang lalu dibuat pusing dengan masalah yang mendera.

_

_

 “Ya sudah sih, kawin-kawin aja ntar tiga bulan kemudian kita cerai Om,” ucap Marsha dengan santai.

Gadis berumur delapan belas tahun itu seperti menyepelekan kecemasan Jeremy – yang jauh-jauh datang menjemputnya di sekolah hanya untuk membahas masalah pernikahan yang dicetuskan untuk mereka.

“Santuy Om, tidak usah mempersulit diri sendiri. Omano dan Nenek cantik ingin kita kawin ‘kan? ya sudah kita kawin,” imbuhnya. Marsha menyambar tisu untuk mengelap mulut kemudian menenggak satu sloki air putih yang diberikan oleh pelayan toko gelato tempatnya dan Jeremy berbincang sekarang.

“Iyekkk … pahit,” keluh Marsha meski tahu dia akan merasakan pahit setelah makan sesuatu yang sangat manis seperti itu.

Melihat tingkah gadis yang usianya terpaut lima belas tahun darinya ini, Jeremy pun membuang muka. Ia gerah. Dengan kasar Jeremy menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Tangannya melepas kancing jas lalu ikatan dasinya dengan kasar.

“Ah ... apa itu sekretaris Om, dia tampan sekali.”

Marsha menopang pipi menoleh ke arah Peter – sekretaris Jeremy yang ikut bersama menjemputnya tadi. Jeremy mengajak Peter karena tidak ingin kekasihnya yang berprofesi sebagai seorang dokter cemburu karena dia menjemput gadis lain.

“Santai lah seperti dia Om,” ucap Marsha lagi. “Lihat caranya memakan es krim, aku yakin dia good kisser.” Dengan sengaja Marsha memasang wajah tergoda bahkan memajukan bibir, hingga Jeremy harus kembali meredam emosi yang sudah naik sampai ubun kepala. 

“Tolak pernikahan itu karena aku juga akan menolaknya! tidak masuk akal hanya karena sebuah kutang kita harus menikah,” ujar Jeremy. Ia menggeleng mantap saat Marsha menoleh dan menatapnya heran.

“Perjodohan karena Kutang, ha ha … “ Dengan tertawa yang dibuat-buat, Marsha seolah meledek Jeremy. Gadis itu lantas berucap lagi, “Apa Om tahu aku juga tidak ingin dijodohkan dengan Om, tapi ada sesuatu hal yang membuatku menyetujuinya, apa Om mau tahu?”

Marsha melambaikan tangan kanan, merapatkan tubuh sambil menarik kursi. Ia menunduk dan entah kenapa Jeremy mau saja menuruti perintah gadis yang masih dia anggap bocah itu.

“Karena kalau menikah dengan Om aku akan menjadi tanggung jawab Om. Dan aku yakin, Om akan melepas liarkan aku, kalau sudah begitu aku akan bebas bertemu dengan pacarku.”

Mata Jeremy melotot lebar, demi harga minyak goreng yang membuat emak di seluruh pelosok Wakanda pusing – dia tidak menyangka gadis kecil di hadapannya ini punya pikiran untuk memanfaatkan pria matang sepertinya.

Jeremy menjauhkan badan, dia membuang muka dan tersenyum ironi. Hanya kata ‘wah’ yang berulang kali keluar dari mulutnya dengan rasa sesak yang tiba-tiba menyergap dada. Ia kepanasan, tak tahu lagi harus bicara apa karena pusing menghadapi Marsha yang sepertinya tidak tahu apa konsekuensi dari perjodohan ini.

“Kamu tahu Marsha, kalau kamu sudah menjadi istriku aku punya kewajiban menggaulimu,” ucap Jeremy.

Namun, blunder. Ucapan Jeremy salah, dia tidak tahu bahwa Marsha selain pintar berpura-pura, juga sangat jahil.

“Ah … untuk apa Om Menggauliku? aku udah gaul Om, aku anak hits,” ucap Marsha dengan suara lantang bak bunyi petasan tahun baru.

Sontak saja hampir semua pengunjung toko gelato itu menoleh, begitu juga dengan Peter yang langsung terbatuk-batuk karena menelan ujung cone es krim miliknya tanpa dikunyah.

“Ya ambruk, apa dosaku sampai harus ditakdirkan bertemu dengan bocah ini?”

Bab 2 : Crazy Rich Palsu

Berdiri di depan pintu toko gelato tempatnya bertemu dengan Marsha, Jeremy hanya bisa memandang tingkah gadis itu dari kejauhan. Dengan rok sekolah yang panjangnya di atas mata kaki, Marsha melangkahi jok motor untuk membonceng seorang cowok yang menjemputnya.

Tatapan mata Jeremy tak teralihkan, mulai dari Marsha berlari keluar, menerima helm sampai melangkahkan kaki lalu memeluk pinggang cowok itu mesra.

“Astaga apa begitu anak zaman sekarang?” Jeremy menggeleng seolah tak tahu bahwa dunia sudah berubah, pergaulan di eranya pasti jauh berbeda dengan era Marsha sekarang.

“Menikah dengan dia sama saja aku mengambil dengan suka rela salah satu beban hidup keluarga Tyaga,” gerutunya. Jeremy melangkah lebar dan hampir saja terjatuh karena kakinya tak menapak anak tangga yang ada di depan pintu toko.

“Sial!”

“Apa Anda tidak apa-apa Pak?”

Dengan cekatan Peter memegang lengan sang atasan, tapi dengan sedikit kasar Jeremy menepisnya. Ia malu karena hal itu membuatnya mati gaya.

“Maaf!” ucap Jeremy setelah sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan.

Peter hanya memulas senyum, sekretaris yang disebut Marsha tampan dan rupawan itu berlari kecil setelah membuka pintu mobil dari tempatnya berdiri. Ia mempersilahkan Jeremy masuk dan seperti kebiasaannya, pria berumur tiga puluh tiga tahun itu terlebih dulu mengelap bagian telapak luar sepatunya sebelum masuk ke mobil.

Sepanjang perjalanan, Jeremy hanya diam. Siku tangannya bersandar pada pintu mobill sedangkan jemarinya memijat lembut pelipis. Ia pusing, seharusnya dia mengunci pintu kamarnya waktu itu, kenapa dia bisa begitu ceroboh dan berujung terjebak dengan urusan membingungkan seperti ini.

“Hah … kutang?” Jeremy tertawa ironi. Otaknya yang brilliant masih tidak bisa menerima kejadian itu. Terlebih ucapan neneknya yang bernama Cantika.

“Sudah nenek bilang berkali-kali, saat kamu masih kecil nenek bermimpi kamu harus menikah dengan cucu sahabat nenek, jika tidak kesialan akan menimpamu bertubi-tubi. Saat cucu sahabat nenek sudah besar, di saat itu lah kamu harus menikah dengannya, jika menolak kamu akan terkena sial sepanjang umurmu.”

BRAK

Baru saja mengingat ucapan sang nenek pagi tadi, Jeremy sudah tertimpa kesialan. Keningnya terbentur sandaran kursi. Peter mendadak menginjak pedal rem. Sekretarisnya itu pun nampak bergegas menepikan mobil lalu melepas sabuk pengaman dan keluar. Terlihat juga seorang pria bertubuh kekar turun dari mobil depan.

“Ah … ada apa ini?”

Jeremy menggerutu, dia usap jidatnya yang terasa ngilu. Cukup lama dia memilih berdiam diri di dalam mobil, sampai dia melihat Peter bersitegang dengan pemilik mobil yang bagian belakangnya tertabrak sedan mewahnya itu. Jeremy pun keluar, tapi nahas tak dia duga sol sepatunya menginjak sesuatu yang lembek.

Jeremy menunduk, keningnya mengernyit dan dia pun menggeser sepatu mahal berharga puluhan juta dengan merek Luis Piton miliknya.

“Sialan! Argh …. “

Semua orang menoleh ke arah Jeremy yang menjerit. Pria itu melompat-lompat, marah sambil mengumpat. Sedangkan seorang pejalan kaki yang sedang berjalan bersama anjingnya buru-buru kabur karena sadar apa yang sedang terjadi.

Kesialan Jeremy tak berhenti di situ, karena bereaksi berlebihan kakinya pun terantuk trotoar. Ia semakin menjerit. Bahkan Peter dan pria pemilik mobil itu sampai saling pandang. Mereka takut Jeremy kesurupan.

“Hei … bung apa mobil ini bukan punyamu sendiri?”

“Iya , itu punya di-di-dia,” jawab Peter atas pertanyaan pria itu dengan jari telunjuk mengarah ke Jeremy yang sibuk marah dan memaki sendiri.

“Wah … apa kalian ini sindikat crazy rich palsu? Flexing?” tanya pria itu dengan tatapan mencemooh dan menggelengkan kepala.

“Sudahlah! mobil itu juga sepertinya akan banyak mengeluarkan biaya perbaikan, kita perbaiki saja sendiri-sendiri," ucapnya.

Pria itu masuk kembali ke mobil dan meninggalkan Peter yang kebingungan, sebelum benar-benar menjauh, Peter sempat mendengar pria itu berkata-

“Mending mobilku merek Tehnia, tapi milik sendiri.”

Peter mengerjab, dia menoleh ke arah Jeremy yang sibuk memukul-mukul udara di depannya tanpa rasa malu karena menjadi tontontan banyak pejalan kaki dan pengguna jalan raya.

“Tai … sepatuku kena tai,” ucap Jeremy frustasi.

Bab 3 : Kesialan

“Jadi itu tadi laki-laki yang mau dijodohin sama kamu?”

Marsha menjawab dengan anggukan kepala dan bibir manyun, sedangkan cowok yang memboncengnya terlihat mengangguk lalu membentuk huruf O dengan bibir.

“Beli bensin dulu ya,” ucap cowok itu sambil menekan tombol lampu sign ke kiri, dia berbelok ke sebuah stasiun pengisian bahan bakar.

Marsha dan cowok itu cukup lama mengantri sampai tiba giliran dan Marsha pun turun dari boncengan, dia mengekor cowok bernama Andro - yang tak lain adalah pacarnya. Marsha bergegas mengeluarkan sebuah kartu untuk membayarkan BBM yang dibeli sang pacar, meski Andro sudah mengeluarkan uang. Tingkah dua remaja itu membuat petugas SPBU bingung karena mereka berebut untuk membayar.

“Sudah Ayank, tidak usah! Biar aku yang bayar, kalau uang jajanku bulan ini tidak habis maka bulan depan akan dikurangi Papi,” ujar Marsha dengan penuh kesungguhan dan nada suara manja.

Andro tersenyum dan kembali memasukkan uang pecahan lima puluh ribuan miliknya ke dalam kantong celana. Setelah itu dia mendorong motornya sedikit menjauh. Keduanya kembali berboncengan dan pergi, setelah beberapa menit menjelajah aspal jalanan, tanpa sengaja Marsha melihat satu sosok di pinggir jalan dengan wajah nampak emosional.

“Heh … kenapa dia?” gumam Marsha saat melihat dengan jelas Peter sedang berdiri dengan gesture menenangkan, mata gadis itu menyipit kemudian tersenyum mencibir melihat Jeremy yang mengepalkan tangan meremas udara, tak berapa lama pria itu menendang-nendangkan kakinya.

“Astaga apa dia kena ayan?” pundak Marsha mengedik, hingga Andro menoleh dan bertanya ada apa. Cowok itu tidak tahu apa yang baru saja Marsha lihat karena fokus melihat jalanan di depan.

“Tidak ada kok tidak ada apa-apa,” jawab Marsha, dia tidak mau Andro kehilangan kepercayaan atas cintanya.

Beberapa hari setelah tragedi kutang, dia bercerita ke Andro bahwa dia dijodohkan dengan cucu dari teman omanya, Andro sempat kecewa. Namun, bukan Marsha namanya jika tidak memiliki ide dan bisa membuat orang yang dia ajak bicara menjadi tenang. Gadis itu menjanjikan ke sang pacar kalau mereka tidak akan putus apa pun yang terjadi. Marsha and Andro forever katanya.

***

Diam seribu bahasa, bahkan muka Jeremy berubah sangat masam. Peter mendengkus lalu menggosok hidung. Meski sudah dibersihkan tapi bau tai itu masih saja tercium. Hingga Peter meminta izin ke sang atasan yang selama lima tahun ini dia layani.

“Pak, apa boleh saya membuka jendela?”

Peter melihat Jeremy mengedip. Ia pun membuka semua semua kaca jendela, meski ujung-ujungnya harus ditutup lagi karena Jeremy terganggu dengan bau asap kendaraan dari luar.

Beberapa menit kemudian, akhrinya mereka tiba di lobi perusahaan bernama J Corp - di mana Jeremy menjabat sebagai CEO di sana. Baru saja turun, tapi kesialan kembali menimpa Jeremy. Tanpa ada angin topan dan hujan badai, atap lobi tiba-tiba saja ambrol, beruntung semua orang yang berada di sana berhasil menyelamatkan diri. Jeremy melotot, dia ketakutan bahkan kedua tangannya tertekuk di depan dada. Wajahnya nampak syok, begitu juga Peter yang seketika teringat cerita sang atasan perihal perjodohan dengan Marsha.

“Pak, sepertinya Anda memang harus menikah dengan gadis itu, jika boleh berpendapat sepertinya hanya itu satu cara agar kesialan tidak terus menimpa Anda.”

Mata Jeremy mengerjab, sepertinya dia harus mengadakan ruwatan dan mandi kembang tujuh rupa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!