KLEK! PESS!
Mata pria Jawa dengan dua lelaki kembar meski berbeda warna mata tersebut melebar seketika saat melihat tabung berbentuk kapsul terbuka, meski jenisnya lain dari yang pernah mereka lihat sebelumnya. Jantung semua orang berdebar ketika kepulan asap putih muncul dari celah penutup tabung yang mulai terbuka perlahan, meski orang yang tertidur di dalamnya belum menampakkan diri. Pria Jawa itu melangkah dengan gugup saat mendekati tabung yang sudah tak tertutup kaca lagi meski kepulan asap putih masih menyeruak dari dalam benda berwarna hitam tersebut.
Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Terjemahan. Non-baku bahasa Indonesia campuran.
"Bos?" panggil pria gundul terlihat tegang. "Woah!" serunya tiba-tiba yang membuat pria bermanik merah dan biru tersebut ikut terperanjat karena pria Jawa yang mereka kenal beberapa hari lalu sampai masuk ke dalam tabung meski hanya tubuh bagian atasnya saja.
"Sir! Sir!" panggil pria bermanik biru panik dan mengarahkan pistol ke arah tabung, begitupula saudara kembarnya.
Keduanya langsung dengan sigap mengitari tabung berwarna hitam mengkilat itu. Mereka membidik seseorang yang diyakini sebuah ancaman karena pria Jawa itu tampak ragu saat memutuskan untuk membangunkannya.
"Bos, bos, i-ini Otong. Obama Otong. Inget? Masa gak inget sih? Kita 'kan best friend. Inget dong," tanya lelaki bernama Obama gugup saat wajahnya kini berhadapan dengan pria yang terlihat pucat dan masih terbaring dalam tabung.
"O-tong?" balasnya lirih menatap pria berkepala gundul itu dengan wajah datar.
Obama Otong mengangguk cepat meski jantungnya berdebar kencang. Tiba-tiba saja, "Iuh!" keluh Polo saat melihat pria yang dibangunkan tersebut malah menjilat wajah Otong.
Pria bermanik merah menelan ludah. Ia merasa sikap lelaki yang dibangunkan oleh pria Jawa itu sedikit mirip dengannya. Pria itu bergidik ngeri dan merasa memiliki kembaran lain yang sifatnya lebih mengerikan ketimbang dirinya.
"Yah ... kau Otong. Kenapa kau jadi jelek begini? Ke mana rambutmu?" tanya pemuda itu menatap Obama lekat.
"Terkikis dalam tabung, Bos. Hehe," jawab Obama dengan senyuman.
Tiba-tiba, pria dalam tabung itu menggerakkan hidungnya seperti mengendus. BRUKK!!
"Wadoh!" pekik Obama Otong terkejut saat ia didorong dengan kuat oleh orang yang dipanggil bos olehnya hingga jatuh terlentang.
"Polo ...," panggil pria bermanik merah dengan wajah pucat saat tiba-tiba saja lelaki yang berada dalam tabung keluar tanpa ia bisa melihat pergerakannya.
Pria bermanik biru yang dipanggil Polo ikut mematung bahkan ia seperti kesulitan bernapas saat melihat pria dengan warna mata berbeda di sisi kiri dan kanan kini memeluk saudara kembarnya di punggung, seperti minta gendong.
"Kau ... berbeda," bisik pria dengan warna mata merah di sisi sebelah kiri, dan biru di sisi kanan.
"Mm, Tuan. Anda ... King D bukan? Tolong, jangan sakiti saudaraku Marco. Kami bukan ancaman. Kami satu jajaran denganmu, 13 Demon Heads," ucap Polo menenangkan seraya meletakkan pistolnya perlahan ke lantai lalu mengangkat kedua tangan.
Pria yang diyakini bernama King D menatap Polo tajam. Tiba-tiba, ia melompat dari punggung Marco. Obama, Marco dan Polo tertegun saat pria dengan dua warna manik berbeda itu bisa berdiri di tembok.
"Jangan kaget. Dia ... pakai sepatu magnet," ucap Obama yang melihat kaki bosnya memakai sepatu dari besi tersebut.
"Ya. Kami ... pernah melihat benda itu sebelumnya," jawab Polo yang hampir saja terkena serangan jantung karena kaget melihat manusia bisa berdiri dalam posisi horisontal melawan gravitasi.
King D berjalan dengan gagah mendatangi Polo yang menatap pergerakannya lekat. Namun, Obama Otong merasa jika orang yang dikenalnya itu sedikit berbeda. King D bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana ketat berwarna hitam serta sepatu magnet. King D tampak biasa saja memamerkan tubuhnya yang terlihat padat dan berotot padahal tertidur sangat lama.
"Bos. Kamu gak papa?" tanya Obama berdiri perlahan dan malah ikut memiringkan kepala mengikuti pergerakan King D yang seperti kelelawar karena kepalanya berada di bawah, sedang kedua kaki memijak atap ruangan.
"Siapa mereka?" tanya King D menunjuk Marco dan Polo.
"Mereka anak kembarnya Lopez dan Brian. Inget?" jawab Obama yang kini berdiri di samping Polo.
Marco ikut mendekat karena merasa jika pria bernama King D ini sedikit bermasalah. King D tak menjawab, tapi ia kembali mengendus. Marco dan Polo saling melirik. Mereka merasa, jika King D memiliki kemampuan seperti mereka, tapi ada kemampuan lain yang masih menjadi misteri.
"Di mana kekasihku?" tanyanya seraya melihat sekitar.
"Belum bangun, Bos. Maaf, Otong terpaksa bangunin bos lebih cepat karena ... ada hal gaswat," jawab Obama kembali gugup karena King D tak menunjukkan senyum sejak terbangun.
King D melompat turun dan kini berjongkok. Ia melihat kedua tangan dan mengamati tubuhnya dari cermin besar yang tertempel di dinding. Tiga pria yang sudah bangun lebih dulu menatap gerak-gerik King D saksama karena menarik perhatian.
"Ada yang aneh dalam diriku. Kenapa mataku? Dan ... oh! Dia berubah lagi!" ucap King D seperti bingung dengan dirinya sendiri.
"He? Berubah gimana?" tanya Obama langsung berlari mendekat.
King D memejamkan matanya rapat lalu membukanya lagi. Praktis, Obama tersentak bahkan tubuhnya sampai mundur meski langkahnya tidak.
"Weh, bisa gitu?" tanya Obama terheran-heran.
"Ada apa?" tanya Polo ikut mendekat disusul Marco.
"Matanya Bos King D bisa berubah jadi lima macam. Ngeri, tapi keren. Masa iya tabungnya bermasalah kaya punya kalian?" tanya Obama menatap Marco dan Polo yang mengenakan alat translator di salah satu sisi telinga mereka.
"Apa aku sakit? Aku merasa ... tubuhku tak karu-karuan. Rasanya ... aku ingin ...."
BRUKK!
"Bos!" pekik Obama Otong kaget karena King D ambruk begitu saja.
Bahkan, tubuh King D sangat berat. Polo dan Marco sampai ikut mengangkatnya, tapi tak bisa.
"Buset! Berat banget kaya beton!" pekik Obama lagi sampai seluruh ototnya menegang.
"Hah, hah, ini tak wajar. Sungguh," keluh Marco yang ikut berkeringat.
"Hah, biarkan saja dia di sini. Selimuti saja tubuhnya atau ... entahlah. Aku bingung menyikapi hal ini," sahut Polo yang ikut duduk di samping tubuh King D karena pria itu tak sadarkan diri.
"Kenapa cuma Otong doang yang gak punya kemampuan ajaib kaya kalian? Diskriminasi sumpah!" keluhnya kesal.
Marco dan Polo menahan senyum karena mereka juga tak tahu akan hal itu. Saat ketiganya sedang mengistirahatkan tubuh usai pertarungan yang melelahkan beberapa waktu lalu, lagi-lagi mereka dikejutkan oleh sikap King D.
"Woah!" seru ketiganya bersamaan langsung terperanjat ketika King D langsung berdiri lalu berlari kencang.
"Dasar bos edian!" teriak Obama sampai memegangi dadanya karena kaget.
"Kejar dia, Marco!" perintah Polo.
Marco dengan sigap mengejar di mana ia memiliki kemampuan berlari cepat di atas manusia normal. Siapa sangka, jika King D juga memiliki kemampuan yang sama. Marco merasa, King D memiliki kesamaan seperti dirinya karena memiliki warna mata yang serupa.
"King D! King D!" panggil Marco karena ia tak bisa mencium aroma tubuh King D seperti manusia lain. "Sial di mana di—"
Seketika, Marco mematung ketika melihat sebuah tabung yang berbeda muncul dan King D berdiri di depannya. Marco berjalan mendekati King D perlahan saat melihat pria unik itu menatap seorang gadis yang tertidur dalam cairan berwarna hijau dan seperti melayang dalam genangan air tersebut.
"Siapa dia? Kau mengenalnya?" tanya Marco menatap King D lekat yang berwajah sendu.
"Kekasihku. Irina Tolya," jawabnya dengan senyuman.
Praktis, mata Marco melebar. Akhirnya ia melihat sosok asli Irina Tolya yang disebut-sebut sebagai gadis pemilik kemampuan untuk mengendalikan serum monster di tubuhnya. Konon katanya, darahnya berwarna hijau berikut matanya yang bersinar bagaikan batu zamrud. Marco ikut terpaku karena baru menyadari jika gadis bernama Irina Tolya sungguh cantik meski matanya terpejam .
"Hah, hah, di sini jebule. Ya ampun," keluh Obama Otong saat berhasil menyusul keduanya meski keringatnya bercucuran.
"Wow! Apakah ... dia juga ditidurkan? Kenapa jenis tabungnya berbeda?" tanya Polo terkejut karena perempuan dalam tabung berisi cairan itu dalam posisi berdiri.
Mulut, hidung dan telinga gadis itu ditutup dengan sebuah alat yang terhubung dengan selang ke atas tabung. Banyak pin terpasang di tubuhnya dan tampak menyakitkan. Irina hanya mengenakan pakaian dalam yang berwarna serupa dengan kulitnya.
"Dia ... manusia percobaan pertama dengan tabung jenis ini. Kasihan Irina-ku, tapi ... ia siap mengambil risiko ini," ucap King D sedih seraya menempelkan telapak tangannya di dinding tabung kaca tersebut.
Semua orang diam. Mereka bisa merasakan kesakitan saat membayangkan jarum-jarum dari pin itu menusuk kulit hingga menembus daging. Marco kembali bergidik ngeri dan memilih untuk memalingkan pandangan.
"Ya Tuhan! Kita melupakan kawan-kawan kita!" seru Marco saat teringat dengan anggota timnya.
"Cepet bawa mereka masuk! Kita masih belum tahu di luar aman apa gak!" titah Obama Otong ikut panik.
Segera, Marco dan Polo berlari keluar. King D terlihat bingung dan menatap Otong lekat.
"Kaubilang ... dunia kacau? Apa yang terjadi?" tanya King D dengan kening berkerut.
Obama Otong menghela napas panjang lalu menatap King D lekat.
***
Welcome ... welcome bagi para LAP yang sudah berkunjung ke novel baru Lele yang berjudul King D. Pasti kaget pas baca eps perdana ini 'kan😆
Kwkwkw, makanya kan lele bilang, baca SIMULATION dan MONSTER HUNTER dulu biar gak terkejut ketika membaca genre baru dengan kisah fantasi di dalamnya.
Nah, jangan banyak tanya dulu, simak aja kisahnya sembari intip MARCO-POLO biar gak bingung-bingung amat. Novel ini akan lele ikutkan lomba yang kebetulan temanya pas😁 Semoga suka dan tipsnya boleh dialihkan ke novel ini ya. Makasih, lele padamu💋
ILUSTRASI
SOURCE : KASKUS & REDDIT
------ back to Story :
Mereka berbicara dalam bahasa Inggris. Terjemahan. Non-baku bahasa Indonesia campuran.
King D menyimak dengan serius penjelasan Obama Otong tentang keadaan Bumi yang dihidupinya kini. Pria itu tampak shock karena mematung dengan pandangan tak menentu.
"Bos, jangan pingsan. Kamu berat sumpah! Sampai pingsan, Otong seret pakai bulldozer loh," ancam pria gundul yang kini memiliki tato di tubuhnya.
King D memilih untuk duduk di sebuah kursi besi yang terasa dingin di pantatnya. Obama Otong mendekati kawan semasa kecilnya dulu bahkan sudah berjanji sejak King D berusia 4 tahun untuk menjadi bodyguard-nya.
"Itulah kenapa kausengaja membangunkanku?" tanya King D dengan kening berkerut.
"Ngapunten, tapi emang itulah faktanya," jawab Otong seraya berjongkok.
King D menoleh ke arah tabung sang kekasih dan menatapnya sendu. "Tahun berapa sekarang?"
"2070."
Praktis, mata King D melotot. "What?! Wabah Monster masih ada sejak aku ditidurkan hingga aku bangun?!"
"Kayaknya gitu, Bos. Menurut info yang Otong dapet dari timnya si Marco-Polo, ya ... begitulah. Otong udah liat dunia luar walaupun seimprit doang. Serem pokonya. Takut Otong. Kaya kiamat beneran," jawabnya bergidik ngeri.
"Bawa aku keluar. Aku ingin membuktikannya," tegas King D langsung berdiri.
"Wokeh!" sahut Otong semangat dan langsung mengikuti King D yang berjalan gagah keluar dari markas di Rusia. "Eh, bentar! Kamu masih telanjang, D!" teriak Otong saat menyadari jika King D hanya memakai celana dalaam saja. "Haish, jadi keinget pipi edan si Tobias. Semoga sifatnya gak nular. Kalau ya, makin kacau dunia," ucapnya meringis ngeri membayangkan.
"Oh! Itu dia!" seru Marco saat akan memasuki bangunan tempat ia bertemu dengan Obama Otong.
Praktis, langkah Marco dan anggota timnya terhenti. Mereka penasaran dengan sosok pria yang baru ditemui karena terlihat santai saat berjalan di tembok dan kini berdiri di atas atap menara.
"Dia manusia atau bukan?" tanya Bruno—salah satu anggota tim Marco-Polo berkulit hitam—menelan ludah.
"Aku merasa. Pria bernama King D memiliki kemampuan sepertiku dan Marco," ucap Polo si pria bermanik biru.
"Wow! Sungguh! Jadi ... bukan hanya kalian berdua yang memiliki kekuatan super?" tanya Ritz—salah satu anggota tim Marco-Polo yang bertugas sebagai pilot kendaraan terbang.
"Aku merasa, pria itu sedikit tidak waras. Hati-hati," ucap Chen—salah satu anggota tim Marco-Polo selaku ahli medis dan berwajah Asia.
Semua orang mengangguk setuju usai melihat sosok pria yang memiliki warna mata merah dan biru.
"Aku bisa melihatnya ...," ucap King D berdiri dengan gagah di atas menara.
Matanya mampu menangkap pergerakan di kejauhan hingga 1 kilometer jauhnya.
Hingga tiba-tiba, mata King D menyipit. Hidungnya bergerak dengan sendirinya karena kini indera penciumannya menjadi kuat. Marco ikut merasakan hal yang sama saat ia mengenali aroma itu.
"Monster!" teriak Marco lantang yang mengejutkan semua orang.
Praktis, para manusia yang berhasil selamat itu panik seketika. Polo mengajak anggota timnya yang tak memiliki kemampuan aneh seperti ia dan saudara kembarnya untuk segera mengamankan diri.
Obama Otong yang baru saja keluar dengan membawa jubah ikut panik karena para pria dari berbagai ras itu meneriakkan kata 'Monster' seraya berlari masuk ke dalam markas.
"Kok bisa ada Monster? King D!" teriak Obama Otong ketakutan di pintu markas.
Namun, King D malah terpaku dengan pergerakan orang-orang yang menjadi buas itu. Kepalanya sampai miring karena ia mencurigai sesuatu.
Tiba-tiba, "Bos edian! D! Mau ke mana woi!" teriak Otong panik karena King D malah melompat dan mendarat dengan keras di atas atap bangunan.
Beruntung, atap tersebut tidak jebol karena berupa landasan helikopter yang digunakan oleh tim Marco-Polo mendaratkan benda terbang mereka.
King D malah penasaran dengan yang terjadi. Hidungnya mencium aroma aneh berbau seperti bangkai dan anyir di sekitar ia berada.
"Harghhh!"
Praktis, langkah King D terhenti. Ia melihat segerombolan orang tampak buas karena mulut mereka berliur dan mata orang-orang itu merah.
Sekejap, ia teringat akan video yang pernah ditontonnya ketika orang-orang dalam jajarannya dulu terkena serum Monster.
Mata King D menyipit. Ia melihat sekitar di mana banyak puing berserakan. King D bergegas mendekati tumpukan puing itu dan dengan sigap, DUAKK!!
"Haaggg!"
DUAKK! DUKK! DUKK!!
"Polo! Katakan padaku apa yang kaulihat!" teriak Marco dari bawah menara saat Polo dan Obama Otong terpaksa naik ke helipad untuk melihat apa yang King D lakukan.
"King D melawan para monster itu, tapi ... ia terlihat seperti orang bermain bola! Ia menggunakan puing bangunan untuk melumpuhkan mereka!" seru Polo di mana ia juga memiliki kemampuan seperti King D.
Bedanya, mata biru Polo hanya bisa menangkap pergerakan hingga 1 km saat cahaya bersinar terang.
Sedang Marco, matanya menyala merah dalam kegelapan dan bisa melihat dengan jarak 1 km ketika malam. Namun, King D. Lelaki itu memiliki dua kemampuan tersebut sekaligus.
"Cepet! Bawa helikopter ini terbang. Kita harus selamatkan bos D! Dia aset super penting dan gak boleh mati!" titah Otong seraya menggantungkan teropong khususnya di leher.
Polo mengangguk mantap. Ia menghubungi timnya yang masih berada di atas untuk bersiap.
Marco dan timnya menutup pintu bangunan markas agar tak ada pihak-pihak yang belum mereka ketahui keterlibatannya, memanfaatkan keadaan kacau ini.
Polo mengemudikan helikopter dengan Otong sebagai co-pilot. Sebuah tali tangga diturunkan agar kawan-kawan Polo bisa memanjat ke atas.
Sedang Marco, memilih untuk berlari mendatangi King D yang masih berusaha melumpuhkan para manusia yang terjangkit wabah ciptaan salah satu profesor pada zamannya.
"Hah! Mereka berbeda! Ada yang aneh. Mereka tak seperti orang-orang yang kukenal ketika terkena dampak ini," ucap King D saat mengamati gerak-gerik para manusia yang menjadi buas itu.
"D!" teriak Otong dari atas helikopter.
Seketika, King D mendongak ke atas. Sebuah tali terjuntai untuk digapai pemuda itu. King D melihat dirinya terkepung karena para monster yang berhasil ia lawan ternyata tak mati.
Padahal, puing-puing yang ia tendang mengenai kepala mereka hingga berdarah, meski warnanya bukan merah lagi. Malah, orang-orang itu semakin beringas ketika terluka.
"King D!" teriak Marco yang berhasil menyusul meski berada di kejauhan.
King D melihat jika ia tak mampu sampai ke tali helikopter. Apalagi, menerobos kumpulan orang-orang itu. D panik dan merasa dirinya akan tewas di sana.
Namun, perasaan takut itu ternyata menyalur ke tempat Irina berada. Seketika, gadis cantik itu membuka mata karena merasakan kekasihnya dalam bahaya.
"D ...," panggil Irina dari dalam tabung.
"Irina," sahut King D menoleh ke arah markas tempat Irina disimpan.
***
uhuy makasih tipsnya😍lele padamu💋 bacanya pelan-pelan aja gak usah napsu. kalo gak kumat smg dobel eps hari ini. amin🙏
Praktis, mata King D melebar. Ia bisa merasakan kebangkitan sang kekasih—Irina Tolya—dalam tabungnya.
Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Terjemahan. Non-baku bahasa Indonesia campuran.
"Otong! Irina!" seru King D mengabaikan keselamatannya karena ia bisa merasakan kepanikan Irina dalam tabung yang ingin keluar, tapi tak bisa.
"Ha?" tanya Otong yang tak bisa mendengar dengan jelas karena suara baling-baling helikopter.
"Dia mengatakan Irina!" teriak Robin—salah satu anggota tim Marco—Polo mantan anggota militer AS.
King D yang panik dan kebingungan karena dikepung, tak bisa berkutik. Namun, ia melihat peluang.
"You! Kembali ke markas dan bebaskan Irina, cepat!" seru King D memerintahkan Marco yang ikut kebingungan untuk menolongnya.
Marco tertegun, tapi ia melihat King D melotot tajam padanya. Marco mengangguk dan segera berlari kembali ke markas untuk melakukan perintah King D.
Benar saja, "Bunuh mereka semua! Jangan sisakan! Bos D harus hidup!" perintah Otong karena melihat para manusia beringas itu dengan cepat bergerak ke arah pemuda tampan itu.
"Fabio! Now!" titah Polo dari bangku kemudi saat ia nekat mendekatkan helikopter karena King D tak bisa menggapainya.
Seketika, DODODODOR!!
"Harrghhh!"
Suara peluru-peluru yang digelontorkan dari senapan laras panjang mulai menembaki para monster yang mencoba untuk menyerang D.
Erangan dari teriakan mematikan para manusia yang terjangkit bersahut-sahutan. Para monster mulai roboh satu per satu dan seperti pasrah ketika kematian merenggut nyawa mereka.
King D berjongkok karena tubuhnya tak berperisai. Polo berusaha menstabilkan posisi helikopternya yang melintang saat Fabio—salah satu anggota tim Marco-Polo asal Italia—memberondong orang-orang buas itu.
Hugo—salah satu anggota tim Marco-Polo asal Perancis—ikut menembaki para monster di sisi kiri King D.
Suara memekakkan telinga tersebut, ternyata membuat para monster yang selama ini bersembunyi dalam reruntuhan menampakkan diri.
"Gila! Mereka sangat banyak!" seru Polo saat matanya mampu menangkap pergerakan besar-besaran yang bergerak dengan cepat ke arah helikopter mereka berada.
"Edian! Edian tenan! Otong terpaksa nekat demi bos D!" seru Obama Otong yang tiba-tiba saja pindah ke bangku belakang dan turun dengan cepat menggunakan tangga tali.
"Hei! Dasar botak tak waras!" seru Chen karena Obama nekat turun padahal puluhan manusia yang terkena dampak serum monster mendatangi mereka.
Edward—salah satu anggota tim Marco-Polo selaku co-pilot dalam mengoperasikan kendaraan terbang—dengan sigap duduk menggantikan tugas Obama Otong.
"King D! Woi!" panggil Otong yang masih bergelantungan di tangga tali, siap untuk menggapai tangan tuannya jika ia mampu menangkapnya.
King D yang merasa terhimpit, dan trauma hebat di masa lalu, membuatnya malah terpaku dalam ingatan lamanya. Otong meneriakkan namanya berulang kali, tapi King D seolah tuli.
Polo dan anggota timnya panik padahal mereka sudah bersusah payah dan menghabiskan amunisi terakhir demi menyelamatkan King D.
Hingga tiba-tiba, KLANG! KLANG! BUZZ!!
Kepulan asap warna merah muda menyeruak di tempat pembantaian tersebut. Semua orang dalam benda terbang itu terkejut karena sosok King D tertutupi.
Sekejap, kepanikan menyelimuti hati semua orang dalam helikopter. Namun, Polo bisa melihat jika ada seseorang yang datang di balik kepulan asap itu.
"Itu Marco!" seru Lucas—salah satu anggota tim Polo asal Australia—menunjuk ke tempat pria bermanik merah itu berada.
Namun, saudara kembar Polo hanya berdiri mematung di kejauhan seperti ingin memastikan sesuatu.
"Apa yang terjadi?" tanya Lucas bingung di mana kali ini ia bertugas untuk memastikan tali tangga yang digunakan oleh Otong tetap aman dan siap ditarik jika Monster mendekat.
Tiba-tiba saja, para monster yang tadinya agresif itu melambat. Mereka seperti menjaga jarak akan sesuatu di balik kepulan asap merah muda yang dilemparkan oleh Marco saat ia datang.
Aksi tembak pun dihentikan. Bahkan, orang-orang dalam helikopter tampak terkejut ketika King D digendong pada punggung seorang wanita yang basah kuyup dan bertubuh ramping, tapi seolah beban pria itu tak seberapa baginya.
King D terlihat lesu dan berkeringat. Otong nekat melompat dari ketinggian 2 meter dan beruntung, ia tak terluka.
Pria gundul itu berlari kencang mendekati King D yang dibawa oleh sosok wanita misterius.
"Eh?!" pekik Obama Otong saat ia mengenali siapa wanita tersebut.
Namun, kening pria Jawa itu berkerut saat melihat manik warna hijau itu berkilau bagaikan permata.
Irina Tolya diam saja memasang wajah datar saat berjalan melewati reruntuhan dan meninggalkan para monster yang terdiam di tempat mereka berada.
Otong dan Marco saling memandang. Keduanya terlihat bingung saat melihat para manusia yang terkena dampak serum monster tak lagi menyerang.
Otong menggerakkan tangannya dan meminta kepada tim Polo di helikopter untuk kembali ke landasan yang selanjutnya bertemu di markas.
Polo mengangguk mengerti dan segera meninggalkan kawasan itu penuh tanda tanya.
Namun, tiba-tiba, BRUKK!
"Irina!" panggil Otong panik karena wanita cantik itu tiba-tiba saja ambruk bersama D yang ia gendong.
Marco dengan sigap mendatangi keduanya. Beruntung, King D sudah sadar, tapi Irina terlihat lemah karena wajahnya pucat begitupula kulit di tubuhnya.
"D! Jangan pingsan! Sumpah, kamu pingsan di sini, Otong tinggal!" ancam Otong seraya menepuk-nepuk pipi tuannya itu.
"Hah, Irina," panggil King D berusaha memiringkan tubuhnya dan memegang wajah kekasihnya lekat yang tampak pucat. Marco diam saja karena bingung dengan situasi ini.
Irina tersenyum tipis dan memeluk kepala kekasihnya dengan mata terpejam. King D menarik napas dalam dan tiba-tiba saja bangun seraya menggendong wanita berambut panjang itu.
Obama Otong dan Marco kembali dibuat kaget akan perilaku dua insan yang bagi mereka sedikit tidak masuk akal.
Marco saja sudah menganggap dirinya tidak waras, tapi ternyata ada yang lebih gila darinya.
Saat King D akan membuka pintu markas, keningnya berkerut. Pintu itu tak bisa dibuka. Marco melebarkan mata dan ikut panik saat ia menyadari jika mereka tak bisa masuk.
"A-aku minta maaf. Tadi ... karena tak bisa membuka pintunya, jadi ... aku menghancurkan panel pengunci dari dalam," jawabnya gugup.
PLAK!!
"Agh!" erang Marco saat kepalanya dipukul oleh Obama Otong dengan wajah bengis.
"Gak liat di luar monster berliur jumlahnya ada puluhan? Kamu mau jadi makan malam mereka 'kah? Kok guobloknya gak ketulungan ya?" gerutu Otong bertolak pinggang.
Marco merasa bersalah dan menahan amarahnya karena dianggap bodoh oleh pria berkepala gundul tersebut. King D melihat sekitar dan merasa jika di luar tak aman.
"Kita ke menara. Kita harus ke tempat yang lebih tinggi. Otong, cari cara membuka pintu markas," pinta King D tenang dan Otong mengangguk paham.
"Eh, kamu! Bantu Otong cari jalan lain masuk markas. Ada pintunya, tapi lupa sebelah mana. Kamu harus tanggungjawab!" seru Otong siap memukul kepala pria bermanik merah itu.
Marco menghela napas pasrah, tapi mengangguk menyanggupi. Otong dan Marco menyusuri tepian markas dengan penuh kewaspadaan.
King D membawa Irina ke menara tempat ia tadi mengamati keadaan di luar markas.
Polo melihat keberadaan King D di kejauhan. Ia meminta kepada Ritz dan Edward untuk tetap berjaga di helikopter jika sewaktu-waktu mereka harus pergi dari tempat itu.
Dua orang itu mengangguk siap. Sedang sisanya, mengikuti Polo menuju ke menara untuk bertemu dengan King D.
"Kilau hijau matamu meredup, Sayang," ucap King D yang memangku tubuh kekasihnya seraya menatap mata indah itu tajam.
"Mereka akan datang lagi. Aku tak bisa menahannya lebih lama lagi, D," ucap Irina lesu, dan King D menyadari hal tersebut.
"Aku sangat merindukanmu," ucap King D memeluk Irina erat.
Wanita cantik itu tersenyum seraya menyentuh tubuh sang kekasih yang terasa hangat untuknya.
"Jangan takut. Itu sudah berlalu. Aku akan menjagamu," ucap Irina saat ia bisa merasakan ketakutan dalam diri King D ketika menyentuh tubuhnya.
King D tertegun dan menatap kekasihnya lekat. Irina balas menatap pria itu saksama seperti ingin memastikan sesuatu.
"Hal aneh terjadi pada kita," ucap Irina, dan King D mengangguk pelan membenarkan hal tersebut.
"Hei, kalian tak apa?" tanya Polo saat ia berhasil naik ke atas menara bersama anggota timnya.
Kening Irina berkerut dan mengamati satu per satu para lelaki yang menatapnya tajam.
"Singkirkan mereka, D. Aku tak suka," pinta Irina langsung menyembunyikan wajahnya dalam pelukan sang kekasih.
Polo dan lainnya bingung, termasuk King D. Namun, lelaki berwajah campuran Timur Tengah-Indonesia itu melirik tajam orang-orang yang memandanginya.
Polo mengangguk mengerti dan meminta kawan-kawannya untuk pergi dari tempat itu.
"Seriously? Kita baru saja tiba dan kau meminta kami turun? Kau tak lihat berapa banyak anak tangga yang harus kami daki? Benar-benar keterlaluan!" keluh Hugo, tapi Polo tetap memaksa.
King D masih memeluk sang kekasih erat yang tampak tak ingin diusik oleh orang-orang yang baru ditemuinya.
Perlahan, Irina bangun dan berdiri di balik dinding menara untuk melihat keadaan di luar. King D segera mendekati sang kekasih dan berdiri di belakangnya.
"Mereka masih ada. Tugas pria bermata biru dan merah itu belum selesai, Sayang. Kita harus pergi dari sini," ucap Irina terlihat gugup akan sesuatu.
"Apa yang kaurasakan? Katakan padaku," tanya King D yang kini berdiri di samping kekasihnya dan menatapnya lekat.
"Mereka tahu kita masih hidup. Mereka mengincar kita. Tak mungkin bersembunyi lagi. Satu-satunya jalan dengan melawan," jawab Irina balas memandangi kekasihnya.
"Aku mengerti. Jadi ... apa yang harus kita lakukan?" tanya King D seraya menyingkirkan rambut Irina yang menutup paras cantiknya.
"Bangunkan yang lain. Kita membutuhkan bantuan mereka. Aku tahu, siapa saja yang bisa menolong kita," jawab Irina pelan.
King D diam sejenak dan pada akhirnya mengangguk pelan.
"Baiklah. Kita lakukan bersama-sama. Aku ingin semuanya cepat berakhir, Irina, dan kita mewujudkan pernikahan yang sudah lama kita impikan. Kau ... masih mencintaiku 'kan?" tanya King D sendu, dan Irina membalasnya dengan senyum terkembang.
Polo dan kawan-kawannya yang masih duduk di tangga mendengar pembicaraan itu. Mereka saling memandang dan terlihat bingung akan sesuatu.
"Kaupaham yang mereka katakan?" tanya Hugo, dan kawan-kawannya mengangkat pundak seperti menjawab jika tak tahu.
"Sepertinya, kita akan berkunjung ke beberapa tempat dan membangunkan orang-orang dalam tabung," jawab Polo.
Praktis, para pria itu terkejut, tapi mengangguk pelan.
Saat semua orang dirundung kecemasan, tiba-tiba, "Hoi! Pintunya ketemu! Masuk cepetan!" panggil Obama Otong dari bawah menara dengan wajah gembira. Sedang Marco, memasang wajah masam.
Namun lagi-lagi, "Oh! Kalian mengejutkanku!" pekik Lucas saat melihat King D dan Irina berdiri berdampingan di tangga.
"Kalian menguping," ucap King D dengan wajah garang.
Orang-orang Polo terdiam. Mereka langsung bergegas turun karena tak ingin mencari masalah dengan pria yang bagi mereka aneh itu, termasuk pacarnya.
Irina merangkul lengan King D tampak takut akan sesuatu, tapi King D menenangkan dengan merangkul pundak Irina penuh kasih.
"Biarkan saja. Kauingat kisah Sandara dan Jordan? Orang-orang menganggap mereka aneh, tapi lihatlah yang mereka lakukan. Dua orang itu menciptakan hal hebat yang tak pernah diduga oleh semua orang," ucap King D pelan.
"Ya. Tentu saja. Aku ... merasa panas, D. Hal ini tidak baik," ucap Irina seraya melihat kedua tangannya dengan napas tersengal yang mulai memerah.
"Kau harus didinginkan. Ayo," ajak King D dan Irina mengangguk cepat.
Keduanya bergegas turun ke bawah dan segera masuk melalui pintu yang berhasil Otong temukan.
Irina berjalan tergesa dengan napas memburu menuju ke sebuah tempat di mana ia tadi dibangunkan oleh Marco.
"Oh! Apa yang terjadi?" tanya Marco heran karena Irina malah masuk kembali ke tabung cairan hijau tersebut.
"Irina bisa merasakan dampak serum monster mulai menyeruak dalam dirinya lagi. Sepertinya, kondisinya belum stabil. Satu-satunya jalan, dengan memastikan tubuhnya selalu dingin. Jangan membuatnya marah, atau hal buruk akan terjadi. Ingat itu baik-baik," jawab King D menatap para lelaki itu tajam.
Para pria itu saling melirik, tapi mengangguk paham. Tiba-tiba, Marco mengangkat tangan. King D menatapnya lekat hingga membuat pria bermanik merah itu menurunkan tangannya lagi.
"Em, maaf sebelumnya. Kami pernah mendengar rumor tentang Irina Tolya. Hanya saja, jika dia masih berada dalam tabung, lalu ... bagaimana bisa kabar itu berada di luar sana? Jujur, keberadaan Irina Tolya memberikan harapan besar bagi para manusia yang masih hidup," tanya Marco gugup.
"Oh. Itu karena Irina memang pernah mengendalikan monster sebelumnya dan berhasil. Sayangnya, saat aksi terakhirnya, ia nyaris tewas dan hampir mati karena kehabisan darah. Beruntung bos D ada di sana waktu itu. Darah King D cocok dengan Irina. D ini, pendonor darah utama bagi Irina Tolya. Mungkin karena itu, mereka punya ikatan batin yang kuat," sahut Obama Otong seraya menggantungkan beberapa baju dengan hanger dari dalam koper yang berhasil ia temukan.
"Kau mengingatkanku, Otong. Pastikan kau mengambil darahku sebagai stokan untuk antisipasi jika Irina membutuhkan darahku lagi. Sial, hal ini mengingatkanku akan oma yang terus-terusan mendapatkan transfusi darah," keluh King D terlihat kesal akan sesuatu.
"Oma?" tanya Bruno mengulang.
"Grandma. Simbah. Nenek. Eyang. Kalau gak tau ya udah," sahut Obama Otong malah seperti perancang busana karena mensejajarkan banyak pakaian dan kini menggantungnya pada kabel yang melintang di bawah atap. "Nah, beres. Mau pilih baju yang mana bebas, Bos D!" ucap Otong terlihat bangga akan pekerjaan dadakannya.
"Oh! Itu baju kesayanganku. Masih muat tidak ya? Aku merasa gendut seperti pipi, hehe," kekehnya yang kali ini bisa bercanda.
Irina yang masuk ke dalam tabung dalam kondisi sadar ikut tersenyum karena mendengar pembicaraan itu meski mulut dan hidungnya tertutup.
Polo dan kawan-kawannya melihat sosok Irina yang tampak memukau bagaikan puteri duyung meski tak berekor.
Irina menyadari jika ditatap, tapi seketika, mata hijaunya kembali menyala. Praktis, Polo dan kawan-kawannya melangkah mundur karena kaget.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
masih bonus eps dari tips melimpah sebelumnya❤️kwkwkw yg masih shock dengan alur ceritanya, sabar ya saudara-saudara.
lele emang sengaja bikin yg agak beda karena kalo genre action model nyata udh banyak mulai dari Vesper, Secret Missions, A Dangerous Woman, Red Lips bahkan dua buku, 4 YM juga 2 buku, Love Is Henry, dan Yes! I'm Casanova. Jadi lele mau naik level ke genre fantasi action biar ilmunya juga nambah gak ngiter disitu mulu. makasih lele padamu💋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!