Gamma? Alga? Algamma? Ah terserah kalian mau memanggilnya bagaimana. Hidupnya sudah bahagia kini. Tak ada yang kurang darinya. Tampan, mapan, kaya raya dan penuh cinta. Semuanya dia miliki. Tak ada sedikitpun celah untuk menggulingkan pria berumur 25 tahun itu dari segala ke-harmonisannya.
Dia begitu sempurna dengan istri yang juga sempurna. Aily, Ailynya. Wanita itu tengah duduk diatas ranjang dengan punggung yang ia sandarkan di dada bidang sang suami. Aily merasa nyaman dan aman terlebih lagi tangan Gamma yang memanjakan kepalanya seraya mengelus lembut rambutnya yang tipis namun tak tebal itu. Sudah sejak 3 jam pasangan yang bukan baru lagi itu terus bergelung dalam hangatnya kasur dan gelungan selimut sembari mencari kehangatan diantara keduanya.
Aily terlalu enggan untuk bangkit dari posisinya yang paling enak itu. Gamma terus memanjakan bahkan kini pria itu mengelus perutnya yang membuncit besar dengan lembut, sehingga si empu terus terlena dan selalu hampir kembali terlelap. Gamma senang sekali sebentar lagi Aily dan Gamma junior akan lahir mengisi kelengkapan rumah tangganya bersama Aily.
Istri cantiknya itu kini tengah mengandung usianya sudah 9 bulan, dalam waktu dekat anaknya akan lahir membuat semakin hari semakin tambah saja rasa cinta Gamma akan Aily. Meski sebenarnya tanpa kehadiran anak pun cinta Gamma akan terus bertambah dan bertambah tak akan pernah berkurang.
"Bee... besok harus banget bedrest?" Aily memulai pembicaraan meski suaranya masih terdengar parau karena kantuknya tak berkurang. Wanita itu mengusap matanya yang berair saking mengantuk membuat Gamma yang asik memandang dibuat gemas melihat muka bantal istrinya.
Gamma mengangguk menjawab pertanyaan Aily. Senyumnya tak pernah luntur ketika berhadapan dengan si cantik di pangkuannya ini, terlebih ketika Ailynya memanggil Gamma dengan sebutan 'Hubiee' dengan suara khas yang lembut, dia tahu ada cinta dari panggilan Aily untuknya.
"Tapi aku gakmau," Aily mengerucutkan bibirnya seperti bebek, "Disana pasti gak boleh ngapa-ngapain aku bakalan bosen..."
Gamma mengusap-usap kepala Aily dengan sayang.
"Sayang jangan membantah," kini Gamma mulai berbicara, suaranya begitu berat dan terdengar tegas di telinga Aily, "Kamu harus ingat anak kita akan lahir, aku tak mau ambil resiko yang membuat kamu dan dia dalam bahaya..."
Wanita itu tak berhenti menunjukan raut wajahnya yang kecewa. Semenjak dirinya hamil Gamma selalu over protective padanya terlebih ketika pria itu mengetahui bahwa kandungan Aily lemah. Jangankan sehari Gamma bahkan akan selalu ada untuk Aily 24 jam nonstop. Gamma seperti ini juga demi istrinya, Aily tetap bersikeras mempertahankan bayinya disaat nyawanya sendiri pun terancam mendengar hal itu membuat segala pikiran buruk tentang Aily mengitari otak dan hatinya. Gamma pernah mengatakan pada sang istri 'tanpa anak pun aku tetap bahagia denganmu Aily'
Saat itu Gamma jelas tahu hari-hari yang dilewati Aily semenjak hamil bukanlah hari yang mudah, wanita itu bahkan harus menetap dikursi roda dan tak diizinkan berjalan secara bebas. Jika harus melihat Ailynya menderita tentu saja Gamma lebih memilih untuk tak memiliki apapun asal Aily tak sakit lagi, namun sayangnya Aily juga keras kepala sepertinya, dia lebih memilih membuat Gamma bahagia dengan memberinya buah cinta mereka berdua.
"Aily jangan berpikir untuk meninggalkanku ya..." lirih Gamma yang hanya menggema tanpa jawaban. Aily kembali terlelap dengan mudahnya.
Cup
Sungguh Aily jika harus hidup tanpa istrinya Gamma tak tahu lagi seperti apakah tujuan dia hidup nanti. Gamma begitu mencintai Aily sampai dia berpikir tidak ada yang berhak merebut Aily dari sisinya.
[]
Namun sayangnya Aily benar-benar pergi. Tuhan mengambil Aily dari Gamma dan menggantikannya dengan sosok Alpha Xavier Canis diaaat matahari pun enggan menunjukan wujudnya. Rintik hujan yang begitu derasnya mengelilingi hari kelahiran putra Gamma dan Aily itu. Seolah hujan memberikan tanda pada Gamma bahwa segala ke-harmonisan yang dimiliki pria itu tak selalu menjadi puncak kejayaannya dan hari inilah tepatnya semua itu hancur.
Gamma menangis pilu seakan dirinya lah yang paling kehilangan dan hancur ketika Aily tak lagi membuka matanya. Dia meraung-raung dan berteriak didepan mayat istrinya yang terbaring kaku di atas ranjang. Gamma sanggup memberikan apapun asal Ailynya kembali bangun, namun semua itu percuma Tuhan terlalu baik bila mengembalikan Aily pada Gamma.
Oek oek oek
Tangisan Alpha kecil begitu menggelegar. Bayi laki-laki yang begitu mungil itu terlihat nyaman dipangkuan ommanya, Ellen. Dia seperti tahu bahwa ibunya sudah pergi dan tak akan pernah kembali. Alpha juga menangis sama seperti Gamma yang juga tak terima akan kepergian Aily namun sayangnya Gamma menangis dengan seluruh tenaganya, dia kecewa, marah juga hancur berbeda dengan tangisan Alpha yang seperti mengikhlaskan kepergian bundanya.
"Gam... ikhlaskan Aily..." Ellen menepuk-nepuk bahu Gamma yang bergetar sesekali wanita paruh baya itu menatap suaminya, Adam yang juga turut berduka karena kepergian menantunya, "Gendong anakmu Gam... biarkan dia memeluk ibunya untuk terakhir kali..."
Gamma yang terduduk rapuh seketika itu berdiri dari posisinya. Matanya yang terlihat menyedihkan berubah menjadi dingin dan menakutkan, "Aily tak boleh pergi!! seharusnya dia yang mati!!" Algamma seakan buta akan kata-katanya. Dia menulikan pendengarannya akan tangis Alpha, bayi itu ketakutan dipelukan Ellen karena suara ayahnya yang mengagetkan bayi baru lahir itu.
Plak
Adam menampar wajah putranya dengan begitu percaya diri Ellen sendiri hampir tak pernah menyangka Gamma akan mengucapkan kata kejam seperti itu. Bahkan saat didepan pembaringan terakhir Aily juga tempat lahirnya Alpha. Ellen begitu sedih, kehilangan Aily membuat putranya begitu buta akan cinta, dia tak sadar bahwa Alpha adalah harta terbesar yang ditinggalkan Aily untuk Gamma.
"Jaga ucapanmu!!! Dia darah dagingmu Gamma!!!"
Gamma tersenyum menyedihkan, dia merasa bahwa dialah yang paling kehilangan Aily kini bahkan rasa cintanya untuk Alpha sebelum bayi itu lahir ikut menghilang bersama kepergian Aily, "Terserah!! intinya aku benci dia!!! semua karena bayi itu, aku harus kehilangan Aily!!" Gamma meninggalkan ruangan sebelum papinya menampar pipinya lagi karena terbakar amarah akan ucapannya..
Gamma tak lagi mau menengok kebelakang untuk sekedar memeluk putranya, dia tak lagi mau memeluk Aily yang menutup matanya begitu rapat. Dia benci akan kenyataan bahwa sejak Aily meminta mempertahankan bayinya sejak itulah pertukaran nyawa terjadi. Tuhan mengambil Aily dan menggantikannya dengan Alpha. Tapi Gamma tak senang...
baginya pusat segala kebahagian hanyalah Aily bukan Alpha bukan putra kecilnya itu.
[][]
Hi! Aku kembali dengan Inspirasi baru nih. Semoga yang ke-dua ini bisa semakin menarik minat kalian ya. Terima kasih
Salam rindu setelah beberapa hari ini gamuncul
See You Leter....
Jangan lupa dipencet jempolnya. :)
Belajarlah kuat Ailee, suatu saat semua luka yang didapat akan menghasilkan ribuan kebahagiaan.
Ailee Kanedy. Memiliki paras ayu nan manis dengan rambut kemerah-merahannya. Semua orang menganggap Ailee sempurna hanya dengan memiliki kecantikan dan harta yang setara dengannya. Ailee tahu mereka yang selalu menganggapnya seperti itu, hanyalah sekelompok orang yang memiliki penyakit hati tiada obat. Mereka iri. Sesungguhnya mereka tak tahu bahwa selalu ada ganjaran yang setimpal untuk setiap kelebihan yang dimiliki Ailee.
Dia nyaris sempurna, namun sayang dia lahir didalam keluarga sampah. Semuanya hanya memikirkan tentang loyalitas, bagi mereka anak adalah sebuah harta untuk menghasilkan uang tak perlu diberikan kasih sayang dan cinta. Ailee hidup sampai sekarang pun ia masih bersyukur.
Hingga dia dibuang dan menikah dengan Arslan Sirius. Sebuah kegelapan yang juga menjadi cahaya bagi Ailee. Ars memaksanya bangkit dari segala keterpurukan dan Ailee tahu bahwa segala kesabarannya telah digantikan oleh Tuhan, Ars adalah hadiah untuknya.
Bersama dengan Ars, ia merasakan cinta. Cinta yang begitu diusahakannya. Ars seolah menyadarkannya jika kau ingin mendapatkan kebahagian kejarlah kebahagiaan itu. Kini selepas Ailee menjadi istri dari Ars, Ailee juga tengah berusaha membuat sebuah kesepakatan dengan Ars.
2 tahun yang lalu Ars dan Ailee membuat sebuah tantangan yang begitu menyenangkan. Ailee akan membuat Ars mencintainya dan pria itu selalu berusaha menyadarkan Ailee dari segala impiannya.
“Kau pasti akan jatuh Ars... Jatuh hati padaku.”
Ars membalas tantangan istri kecilnya itu, senyuman angkuh terpatri diwajahnya, “Silahkan nona, kuberi 2 tahun. Jika tak berhasil bersiaplah aku akan mendepakmu dari status istri Arslan Sirius.”
Hari ini tepat hari dimana Ailee melewati 2 tahunnya. Wanita cantik itu begitu bahagia, karena dia tahu tak akan lama maka Ars akan memberikannya sebuah keputusan. Keputusan apakah Ailee berhak berada disampingnya atau benar-benar akan dibuang oleh suaminya itu. Ailee bahagia karena dia yakin semua usahanya untuk mendapatkan hati Ars selama 2 tahun pasti mampu menumbuhkan cinta di hati pria itu. Terlebih lagi kabar gembira segera akan Ailee berikan untuk Arsnya.
Wanita itu berdiri menata bunga-bunga kesukan almarhumah bunda Ars. Hari ini juga hari yang bertepatan dengan kematian wanita yang mungkin amat penting bagi suaminya itu dan hari ulang tahun Ars. Ailee sebisa mungkin selalu ada untuk Ars, pasti Ars sedih. Meskipun Ailee sama sekali tak tahu apa artinya bersedih ditinggalkan seorang ibu, baginya dia hanyalah anak yang lahir sendiri. Ia rasa ia tak akan sedih meski dua orang tua gila hartanya itu hidup atau mati.
“Em... bibi amber!!” Ailee melangkahkan kaki jenjangnya lebar-lebar, “Hari ini bantu aku buatkan kue kesukaan Ars ya...” matanya berbinar cerah. Ia menatap penuh harap pada wanita paruh baya dengan wajah yang ramah itu.
Amber tesenyum, “Aduh nona ini mau merayakan ulang tahun tuan kok pake sungkan begitu sama bibi...” namun Amber mengangguk cepat tanda menyetujui permintaan istri dari tuannya itu.
Ailee bersenandung ria, tubuhnya menari-nari sambil menata adonan kue ulang tahun Ars. Bibi Amber yang melihat nonanya tersenyum kecil, rumah tak pernah sepi dengan kehadiran Ailee yang begitu ceria. Namun wanita paruh baya itu juga sedikit prihatin dengan Ailee, prawakannya yang muda dan masih terlihat seperti gadis sangat disayangkan harus menikah dengan Ars yang bertempramental dan dingin. Amber tahu Ailee sangatlah berusaha meluluhkan hati tuannya itu, yang bahkan selama 2 tahun pernikahan mereka Ars tak pernah memandang Ailee.
“Nona...” Amber mencoba menarik perhatian Ailee dari adonan kue yang sangat disayangnya itu, “Kenapa nona begitu perhatian pada Tuan Ars? Nona lebih pantas mendapat pria yang hangat...”
Bibir Ailee melengkung ketika mendengar pertanyaan Amber yang sudah dia anggap seperti ibu baginya. Amber selalu menemaninya ketika Ars sama sekali tak peduli tentangnya, “Karena...” Ailee menimang-nimang jawabannya sambil kembali melanjutkan fokus pada adonan kue yang hampir jadi, “Aku mencintai Ars bi... tidakkah bibi melihat itu dimataku.”
Kerutan di dahi Amber berlipat-lipat, ia sedikit tertegun mendengarnya. Cinta? Nonanya mencintai Tuan muda Ars, sungguh darimanakah sikap Ars yang dapat membuat wanita baik seperti Ailee mencintainya sedalam itu. Ya sedalam itu, saat inilah yang Amber lihat dari pancaran mata Ailee, wanita itu terlihat begitu mencintai sang suami. Sungguh betapa beruntung Tuan Ars mendapatkan Ailee.
[]
Ailee tak berhenti tersenyum. Tubuh kecilnya sama sekali tak mau diam, ia berdiri didepan pintu dengan wajah antusias. Apalagi yang Ailee tunggu jika bukan Ars. Dia bahkan sudah menunggu berjam-jam hanya untuk menyambut Ars pulang kerja. Matanya tak berhenti mengawasi pintu dengan pendengaran yang benar-benar sudah terpasang, siapa tahu bunyi mobil Ars bisa tertangkap oleh telinganya.
Ditangannya ia sudah membawa kue berbentuk hati dengan warna coklat gelap, warnanya kesukaan Ars. Ia sudah bersiap menyambut Ars karena biasanya suaminya itu akan pulang jam 08.00, dua menit lagi Ars pulang. Ailee terus mengawasi hingga dugaannya benar-benar melesat tepat. Suara mobil Ars yang berhenti terdengar tertangkap oleh pendengaran Ailee. Wanita itu sudah memeggang ganggang pintu dan bersiap membukanya.
“Happy Birthday Ars....”
Bruk
Kue yang sempurna dan indah itu melayang bebas bertabrakan dengan lantai. Darah Ailee mendidih hingga tanpa sadar air matanya mengalir dari pelupuk mata yang kering itu. Ars pulang, pria itu pulang namun sudah memberinya kejutan sebelum Ailee mengejutkannya. Ars bercumbu dengan mesranya didepan Ailee. Sungguh ini kejutan ulang tahun Ars yang hanya mengejutkan Ailee.
“Ailee minggir jangan menghalangi jalanku...” Pria itu dengan santainya membawa pasangan wanitanya memasuki rumah membuat hati Ailee semakin perih.
Tep
Ailee menahan tangan wanita yang digandeng Ars, suaminya itu, “Tunggu. Nona anda siapa? Tidak baik seorang wanita masuk kedalam rumah pria yang sudah beristri!” Ailee mencoba bersabar dengan segala emosinya. Dia mencoba membiarkan adegan menjijikan yang ia lihat tadi tak pernah ada.
“Ars...” Wanita itu dengan mudahnya mencengkram lengan suaminya dengan manja dan mengeluarkan suara bagai bisa ular ditelinga Ailee.
“Amber!!”
Bibi Amber langsung muncul dihadapan Ars dengan larinya yang tergopoh-gopoh. Kelihatan sekali wanita paruh baya itu sedikit terkejut dengan teriakan majikannya itu, “Iya tu—tuan?”
“Tunjukan Licya kamarku!!” Amber menuruti perintah tuannya.
Selanjutnya setelah wanita yang Ailee baru tahu bernama Licya itu pergi, Ars menatapnya dengan pandangan menusuk yang sudah hampir 2 tahun ini selalu menjadi makanan Ailee. Ars tak pernah memberikan tatapan teduh untuk Ailee, “Apa maumu huh?” Ars melonggarkan tali dasi yang mencekik lehernya dengan kasar, pria itu menjatuhkan bokongnya pada sofa ruang tamu.
Ailee menghampiri suaminya, “Ars dia siapa?”
Senyum miring Ars terbit diwajahnya yang tampan nan rupawan itu, “Ailee... kau ini polos ya..” Ars berbisik lirih namun masih terdengar ditelinga Ailee, “Aku tau kau melihat ku berciuman dengan Licya, menurutmu dia siapa?”
“Mu-mungkin saja dia temanmu kan. Mungkin dia yang menggodamu duluan, ak-aku tak mau mencurigaimu Ars...” Ailee sebenarnya ragu akan ucapannya. Bayangan Ars yang menikmati ciuman tadi jelas terekam dalam memori dan hatinya. Sangat sakit. Namun ia ingin menampik itu semua, Ars tau Ailee mencintai pria itu, Ars berhak menganggapnya tak ada namun Ailee yakin Ars tak akan menyakitinya.
“Teman? Menggoda? Apa salahnya menggodaku diakan bukan sekedar teman...” Ailee mencerna dengan baik setiap kalimat Ars, “Dia kekasihku...”
[][]
Maaf Ailee Aku membuat kisahmu begitu menyedihkan diawal
Eh Author bikin part yang ini sambil dengerin Ost The World Of Mariagge : Solitary Voyage - Kim Yuna
Sedih banget lagu itu hiks
“Mu-mungkin saja dia temanmu kan. Mungkin dia yang menggodamu duluan, ak-aku tak mau mencurigaimu Ars...” Ailee sebenarnya ragu akan ucapannya. Bayangan Ars yang menikmati ciuman tadi jelas terekam dalam memori dan hatinya. Sangat sakit.
“Teman? Menggoda? Apa salahnya menggodaku diakan bukan sekedar teman...” Ailee mencerna dengan baik setiap kalimat Ars, “Dia kekasihku...”
[]
Ailee POV
Mataku memanas
.
.
Hatiku seperti terperas dan rasanya amat sakit
.
.
Aku menangis. Ailee kanedy yang kalian lihat terlihat begitu menyedihkan bukan? Hatiku benar-benar terluka. Semua bayangan tentang Ars yang mencumbu wanita seenaknya bahkan didepan mataku yang berstatus istrinya terus terputar-putar seperti kaset rusak yang tak bisa memutar adegan lain. Namun bukan hal itu yang benar-benar membuat segala milikku hancur berkeping-keping, ucapan Ars yang begitu santainya mengeklaim gadis bernama Licya sebagai kekasihnya lebih membuatku sakit.
Duduk berjongkok disudut tembok kamarku yang memang terpisah dengan kamar Ars—Kami tak seranjang—membuatku terasa lebih nyaman menumpahkan segala tangis dan sakit hatiku karena orang yang kucintai sendiri. Aku begitu lelah melarikan diri dari Ars yang bahkan tak meminta maaf atas ucapannya itu. Aku pergi sebelum pria itu semakin meyakitiku dengan segala kebenaran yang tak pernah hatiku terima.
Mungkin Ars tak akan pernah peduli mau aku sakit hati. Ia tak akan pernah peduli dan entah apa yang aku harapkan darinya hingga berharap Ars membuka pintu kamarku dan kembali meralat segala perkataannya. Sungguh Ars, lebih baik kau terus berusaha menjauhiku dari pada membawa seorang wanita ke dalam rumah kita, kedalam kamarmu dan dengan mudahnya mengatakan bahwa dia adalah kekasihmu. Lalu apa artinya Aileemu ini Ars. Apa artinya segala hal yang telah aku berikan padamu jika pada akhirnya kau memilih pergi dengan kekasihmu itu.
Tubuhku yang mulai tak nyaman dengan duduk dilantai yang dingin perlahan kugerakan. Kepalaku begitu pening setelah banyak menangis. Namun aku enggan untuk sekedar menghentikan acara menyedihkan yang aku nikmati sendiri. Aku selama ini selalu berusaha kuat dan baik-baik saja didepan Ars, padahal kenyataannya aku tak sanggup dengan segala penolakan yang aku terima dari Ars. Sikapnya yang begitu dingin saat bersamaku tak membuatku luluh untuk berhenti menakhlukannya. Sungguh Ars, aku benar-benar mencintaimu.
Namun jika sudah begini aku harus bagaimana Ars? Apakah ini jawaban yang kau berikan padaku, jawaban atas tantangan 2 tahun yang lalu. Ternyata aku memang tak pernah diizinkan untuk bahagia oleh Tuhan. Baginya memberikan Ars hanyalah kegelapan lain yang akan menjatuhkan aku, Ailee. Dan aku sudah jatuh, jatuh hati pada suami yang tak pernah berusaha membuka hatinya padaku. Berharap apa aku ini?
[][]
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat tubuh mungil yang tergelung diselimut perlahan bergerak. Ailee mengusap-usap matanya yang terasa bengkak sehabis menangis. Wajahnya terlihat bertanya-tanya sambil melirik jam weker dinakas samping ranjangnya. Jam 03.00 siapa yang mengetuk pintu kamar Ailee sepagi ini?
Tok tok tok
Suara itu semakin keras dan brutal. Ailee langsung bangkit dari posisinya yang terduduk dan merapikan rambutnya. Perlahan wanita itu membuka pintu kamarnya dan segera melihat siapakah gerangan yang menganggu tidur Ailee.
“Ars...”
Suaminya itu muncul diambang pintu. Setelah Ailee membuka pintu kamarnya, Ars langsung mendudukan dirinya diranjang berantakan Ailee. Netranya menatap tajam wajah sang istri yang bisa ia tebak habis menangis, namun Ars memilih tak ambil pusing. Ada niat lain Ars mengunjungi Ailee sepagi ini.
“Ailee...aku ingin kita bercerai.” Ya niat Ars adalah ini. Menceraikan Ailee Kanedy setelah 2 tahun yang cukup bagi Ars bersama Ailee.
Wanita itu terlihat syok. Belum habis rasa sakit hati karena pria dihadapannya itu kini Ailee harus dihadapkan pada ucapan Ars yang begitu mengejutkannya, “Ke-kenapa Ars?” tanya wanita itu pada Ars. Ailee ikut mendudukan dirinya sudut ranjang.
“Apa perlu alasan?”
Ailee bingung, bercerai? Setelah hancur bukan ini yang Ailee harapkan, “A-ars tapi kenapa?” Ailee ingin berdamai, ia tak masalah semalam dia hanya butuh waktu, “Aku aku memaafkanmu Ars. Aku mengerti mungkin aku gagal sebagai istrimu, mungkin aku kurang baik dalam melayanimu. Tapi aku ingin mencoba lagi Ars. Lupakan soal wanita bernama Licya itu. Aku tau kau tak akan pernah menyakitiku.” Ada nada memohon dan rasa takut yang Ailee selipkan dalam setiap kalimatnya. Ailee tak mungkin menyetujui perceraian dirinya dengan Ars, ia tak sanggup hatinya sudah begitu terikat pada suaminya. Mungkin memaafkan satu kesalahan Ars tak akan masalah, asal jangan bercerai.
“Ailee... aku benar-benar tak mengerti dirimu...” Ars menatap wajah ayu Ailee yang pucat. Kurang baik dalam melayani? Pria itu jelas tahu Ailee memberikan apapun padanya, cinta, kasih sayang, hatinya, tubuhnya dan segala miliknya apanya yang kurang, “Tantangan itu? 2 tahun silam, masih ingatkan?”
Ailee mengangguk penuh. Masih sangat mengingat dengan baik tantangan Ars dan dirinya bahkan sekarang pun Ailee masih ingat. “Inilah jawabanku Ailee. Kita berpisah.”
“Ars tidak... aku tidak bisa menerima jawabanmu itu. Aku tak mau bercerai Ars.” Ailee menangis, lagi-lagi wanita itu kembali meluncurkan air matanya. Perkataan Arslan kembali melucuti hatinya, mencabik-cabik dan menghancurkan segala pertahanannya, “Aku mencintaimu. Kumohon jangan ceraikan aku, beri aku waktu lagi? Ya?” Aile sama sekali tak mengerti. Ars apakah tak ada sedikit cinta dihatinya itu untuk Ailee, sesungguhnya apa yang kurang dari Ailee?
“Ailee. Percuma... percuma kau terus berteriak cinta padaku... tak ada gunanya huh!” Ars kemudian mencengkram bahu kecil Ailee yang terlihat bergetar itu, “Aku tak pernah bisa mencintaimu Ailee. Mengertilah jangan memaksaku.”
Pria itu lalu mengendurkan cengkraman di kedua bahu istrinya. Ars bangkit dari posisinya dan hendak meninggalkan kamar Ailee, “Aku mencintaimu Arslan, sungguh hiks... kau juga harus mengerti itu.” Pria itu sejenak menghentikan langkahnya yang lebar saat mendengar ucapan Ailee yang memilukan. Namun Ars kembali melanjutkan langkahnya dan segera keluar dari kamar Ailee.
Ailee yang melihat Ars tetap pergi begitu saja, merasa tak terima. Dia menghapus air matanya dan segera berlari menyusul Ars. Matanya mencari-cari sosok Ars dan menemukan Ars sudah berada dilantai satu, pasti pria itu hendak meninggalkannya keluar rumah. Ailee tak boleh membiarkan suaminya itu pergi.
Ailee terus berjalan dengan langkah cepatnya. Ia menuruni undakan tangga dengan air mata yang tak berhenti meluncur dari pelupuk matanya, “Ars tunggu Ars!! Jangan pergi!!” Ia memanggil nama suaminya itu berharap Ars menghentikan gerakan kakinya dan itu membuat Ailee semakin berang menuruni anak tangga yang terlihat begitu panjang. Ia tak memperhatikan langkahnya fokusnya hanya pada Ars.
Bruk!!!
“Arrrrsssss!!!!”
Suara berdebam dan teriakan Ailee baru menghentikan langkah Ars. Pria itu perlahan menoleh dan membatalkan niatnya untuk sekedar melihat Ailee yang kini tak lagi berteriak-teriak memanggilnya.
“Ailee!!”
Drap drap drap
“Ailee!! Bangun Ailee....” Ars membawa kepala Ailee kepangkuannya. Wajah pria itu dipenuhi kepanikan akan Ailee. Istrinya terlihat kesakitan dengan kepala penuh darah dan bagian lain...
“Ar—ars ars... sakit...” suara Ailee terlihat patah-patah, dia mencengkram perutnya, “Ars... sakit... kumohon selamatkan...”
Arslan tak tahan lagi. Dia segera menggendong tubuh Ailee yang penuh darah untuk segera dilarikan kerumah sakit. Ia menarik kunci mobil yang terletak disakunya, “Tenang Ailee... kau pasti selamat...”
Wanita itu menggeleng, “Ti-tidak Ars... selamatkan aa—anak anak kita Ars...”
[][][]
Coment dan klik jempol ya biar aku makin semangat update. Makasih buat yang mau nunggu
:)
☺☺☺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!