NovelToon NovelToon

Cinta Tulus Mafia Kejam

Wanita Seratus Juta Dollar

Alison Whingston 28 tahun

Alisha Elenea 32 tahun

"Saya bisa memberikan jaminan untuk kebebasan adik anda jika anda mau menghabiskan selama satu malam bersama atasan saya"

"Aku akan memberikanmu uang seratus juta dollar jika kamu mau menghangatkan malamku"

"Panggil aku Key, sebut itu setiap kamu ingin meneriakkan namaku sepanjang malam ini"

"Akhhh, Key" Pekiknya dengan nada tertahan.

"Mommy, apakah hari ini mommy akan berangkat bekerja lebih awal lagi?"

Alisha yang sedang menyiapkan makanan untuk bekal anaknya sedikit terkejut dari lamunannya, lintasan ingatan masa lalu membuatnya tersadar kalau semuanya sudah berlalu cukup lama.

"Maaf hari ini mommy harus berangkat bekerja lebih pagi lagi, karena hari ini pesanan kue cukup banyak" Ucap Alisha dengan penuh sesal.

Alisha berjalan ke kursi yang diduduki Aaron anaknya "Baiklah, aku hari ini akan berangkat dengan Uncle Michael" Aaron tersenyum tulus ke arah Alisha menyembunyikan perasaan murungnya.

Michael yang baru selesei mandi, berhenti sejenak saat mendengar percakapan Alisha dan Aaron lalu berjalan ke arah mereka "Apa Kak Alisha tidak bisa berhenti bekerja saja, bagiku uang ku sudah cukup untuk membiayai kehidupan kita bertiga" Sahut Michael sedikit memohon kepada Alisha.

Mendengar suara Michael, membuat Alisha mengalihkan pandangannya kepada Michael "Aku tidak bisa terus menyusahkan kamu, Aaron tanggung jawab kakak, kamu harus mengumpulkan cukup banyak uang untuk biaya pernikahanmu dengan Clara, jangan buat dia menunggu terlalu lama"

Michael hanya menghembuskan nafasnya pelan, selalu itu yang Alisha ucapkan jika dia meminta kakaknya itu untuk berhenti bekerja, sungguh dia tidak tega jika harus melihat keluarga yang dia miliki satu satunya harus hidup banting tulang demi menghidupi keponakannya, padahal baginya uang yang dia hasilkan dari bekerja sebagai manager sudah sangat cukup membuat kakaknya hanya berdiam diri di rumah tanpa harus merasa lelah setiap harinya.

"Kalau begitu mommy berangkat bekerja dulu ya" Ucap Alisha yang diangguki oleh Aaron, melihat mata Aaron yang selalu menunjukkan kebahagiaan dan kesedihan secara bersamaan terkadang membuat Alisha merasa bersalah karena tidak punya banyak waktu untuk menemani anaknya sebab dia harus berangkat kerja dari pagi hingga pulang malam hanya untuk mendapatkan uang demi biaya pendidikan Aaron agar terjamin.

***

Sesampainya di tempatnya bekerja, Alisha segera mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja "Alish, aku rasa hari ini kita akan sangat sibuk, ku dengar beberapa pegawai akan di kirim ke tempat acara Whingston grup di adakan" Ucap Gisella, teman kerja Alisha.

Alisha tidak terlalu menanggapi perkataan rekan kerjanya tersebut, menurutnya hal itu tidak cukup menarik untuk dia tanggapi.

"Astaga, aku berharap semoga aku saja yang dikirim ke sana" Lanjutnya.

Alisha sendiri terdiam ketika mendengar nama Whingston, dia seperti tidak asing dengan nama itu "Whingston grup?" Tanyanya.

"Jangan bilang kamu tidak tahu tentang Whingston grup" Gisella menatap temannya itu dengan tidak percaya.

Alisha menggelengkan kepalanya "Aku hanya sering mendengar namanya, hanya saja aku tidak tahu seperti apa Whingston grup itu"

"Astaga Alisha, satu dataran Amerika pun tahu perusahaan Whingston grup, jangankan satu Amerika bahkan hampir seluruh dunia membicarakan tentang Whingston grup di setiap pertemuan bisnis yang mereka lakukan"

"Benarkah?" Tanyanya "Ah mungkin aku selama ini terlalu tertutup dengan dunia luar" Balasnya.

Dia memang tidak terlalu mencari tentang hal hal yang menurutnya tidak ada hubungannya dengan hidupnya selama ini hidupnya hanya dihabiskan untuk mencari uang untuk membiayai kehidupannya dan anaknya.

"Tidak masalah, karena memang kehidupanmu selama ini berada di Toronto" Jawab Gisella.

Alisha melanjutkan pekerjaannya dan mengabaikan ucapan rekan kerjanya yang tidak berhenti berbicara.

"Semuanya bisa berkumpul ke sini sebentar" Panggil kepala koki tempatnya bekerja.

"Semua kue ini akan dikirim dalam waktu 30 menit lagi, aku harap tidak ada yang mengecewakan dari kue kita sebab kalian tahu sendiri kue ini di pesan langsung oleh Whingston grup untuk acara tahunan perusahaanya jadi untuk Gisella, Alisha dan Kevin, kalian bertiga yang akan di tugaskan untuk mengantar kue kue ini ke tempat acara"

Gisella tersenyum bahagia saat mendengar namanya dipilih untuk mengantarkan kue ini ke sana, berbeda dengan Alisha yang tidak menampilkan raut wajah apapun, dia merasa tidak ada keistimewaan khusus untuknya.

"Aku sangat senang sekali bisa berkesempatan datang ke acara terhormat seperti ini walaupun hanya sebagai pengantar kue saja" Gisella sedari tadi tidak berhenti berbicara di dalam mobil yang akan membawa mereka ke tempat acara.

"Kamu sudah mengatakannya berkali - kali, jadi tidak bisakah kamu sekarang diam dan tidak mengoceh terus" Timpal Kevin yang sudah merasa kesal dengan ocehan Gisella sedari tadi.

Alisha hanya tersenyum kecil melihat pertengkaran antara Gisella dan Kevin, kemudian tatapannya beralih kembali ke sepanjang jalanan Manhattan

"Wow" Ucap Gisella saat mereka sampai di gedung acara.

"Dasar norak" Ucap Kevin sambil membuka pintu mobil belakang untuk mengambil kue yang akan mereka bawa masuk.

Gisella mencebikkan bibirnya kesal mendengar ucapan Kevin yang menurutnya selalu saja mengejeknya.

"Biar aku yang mengangkat kue tart ini, kamu dan Gisella bawa saja beberapa kue kecilnya" Kevin menghentikan gerakan Alisha yang akan mengangkat kue yang Kevin maksud.

"Baiklah" Alisha beralih ke pintu samping mobil diikuti Gisella di belakangnya.

"Aku rasa Kevin menyukaimu" Ucapnya yang membuat Alisha tekekeh kecil.

"Mana mungkin Kevin menyukaiku, aku sudah menganggap dia sebagai adikku seperti Michale, lagian jarak usia kita terlalu jauh Sel"

"Tapi aku bisa melihat dengan jelas dia juga begitu perhatian dengan anakmu, kamu lihat sendiri kan hampir setiap gajian dia selalu memberikan Aaron mainan dan makanan" Balasnya sambil berjalan mengikuti Kevin yang sudah berjalan terlebih dahulu lewat pintu samping gedung "Mengingat Aaron, aku jadi merindukannya" Ucap Gisella sambil mengingat begitu tampannya anak dari Alisha

"Sudahlah, jangan menyebarkan gosip yang tidak tidak, kamu tahu sendiri kan kalau anak dari koki utama menyukai Kevin, aku tidak mau sampai bermasalah dengan wanita sepeti Anne" Alisha bergidik ngeri ketika mengingat begitu menyebalkannya anak dari koki utama di toko kue tempatnya bekerja.

Sampai di dalam gedung mereka bertiga segera menata kue dengan rapi di atas meja yang sudah di siapkan.

"Sudah selesei semua, saatnya kita pergi, kelihatannya tidak lama lagi acara ini dimulai" Kevin tersenyum ke arah Alisha dan menganggap seolah Gisella tidak berada di sekitar mereka.

"Ayo kita pulang, sudah banyak tamu yang hadir di sini" Ajak Alisha yang sudah mulai beranjak pergi tapi langkahnya terhenti ketika dia mendengar suara sambutan dari seorang MC namun itu tidak bertahan lama untuk Alisha melanjutkan langkahnya keluar dari tempat acara.

Namu langkahnya terhenti saat salah satu pelayan mendatanginya "Apa anda salah satu waiters dari Lavina Bakery?"

"Iya" Jawab Alisha singkat, saat dia menolehkan kepalanya, dia sudah tidak melihat keberadaan Kevin dan Gisella.

"Bisa saya minta tolong karena hari ini kami kekurangan pelayan disini karena banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan, bisakah anda menjaga di bagian kue?" Pinta pelayan tersebut penuh harap "Hanya untuk beberapa waktu saja, setelah acara dimulai anda bisa langsung pergi"

Merasa tidak tega menolak permintaan pelayan tersebut akhirnya dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju "Baiklah"

Sebelum berjalan kembali ke tempat kue, dia terlebih dahulu mengirim kepada Kevin dan Gisella untuk menyuruh mereka pulang terlebih dahulu.

Setelah memastikan pesan yang dia buat sudah terkirim, Alisha memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian pelayan acara ini.

Di sepanjang acara, beberapa kali Alisha merasa tidak nyaman dengan adanya beberapa tamu yang secara terang terangan menggodanya bahkan ada yang sengaja ingin memegang tangannya namun dengan segera dia hindari sehingga para lelaki menyebalkan itu tidak sampai menyentuhnya.

Alisha bisa bernafas lega ketika acara inti akan segera dimulai, itu berarti dia bisa dengan segera pergi dari tempat ini dan mengakhiri semu momen menyebalkan malam ini.

"Seperti acara tahunan yang rutin diadakan Whingston Grup, untuk kali ini akan ada acara yang lebih spesial dari acara tahun - tahun sebelumnya karena hadirnya CEO sekaligus pemilik Whingston Grup, Tuan Alison Whingston" Ucap seorang MC yang diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari tamu undangan saat nama pemilik Whingston grup di panggil.

Entah Alisha merasa ada yang berbeda dengan dirinya saat mendengar nama itu, hingga tatapannya jatuh pada tatapan kelam dan dingin seorang pria dengan pesonanya yang dominan berdiri dengan angkuh di depan sana.

"Ada apa dengan diriku kenapa aku merasa de Javu" Alisha memegangi dadanya saat ada perasaan aneh yang menyusup ke hatinya.

.

.

.

Bersambung

Jangan Lupa Vote, Like dan Komennya ya🙏

Maaf dari Alisha

Setelah merasa ada yang aneh dengan dirinya, Alisha dengan cepat berlari ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dan berlalu pergi dengan cepat dari acara ini.

Sepanjang perjalanan dia banyak melamun bahkan saat dia sudah duduk di tempat pemberhentian bus terdekat dari tempatnya berada, dia masih berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan dirinya saat melihat pria yang berdiri dengan tatapan dinginnya tapi penuh dengan kegelapan di dalamnya, ada perasaan aneh yang saat ini dia rasakan.

"Aku tidak mengenal pria itu tapi kenapa aku merasa seolah olah mengenal pria itu" Batin Alisha yang memegang dadanya yang masih sedikit berdebar.

Alisha merasa tidak mungkin pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya, dia hanya seorang wanita biasa mana mungkin bisa bertemu dengan seorang pewaris Whingston grup yang ternyata bukan perusahaan yang bisa di sepelekan, setelah perkataan Gisella tadi tiba - tiba membuatnya ingin tahu banyak tentang Whingston grup yang ternyata adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang real estate, penerbangan, perhotelan dan yang membuatnya tercengang adalah ternyata Whingston Grup tidak pernah menunjukkan seperti apa wajah pewaris utama dari perusahan tersebut dan sebuah keberuntungan untuknya kalau hari ini dia bisa melihat secara langsung seperti apa wajah seorang Alison Whingston.

"Nona anda naik bus ini apa tidak?, kalau tidak aku akan segera memberangkatkannya sekarang" Ucap seorang pengemudi bus dengan sedikit keras saat melihat Alisha hanya diam berdiri saja.

"Tunggu, aku ikut naik" Dengan sedikit berlari dia segera masuk ke bus umum, hampir saja dia ketinggalan bus terkahir yang lewat hari ini hanya karena pikirannya bodohnya padahal selama ini Alisha tipe orang yang tidak mau mencari tahu apapun tentang dunia luar setelah kejadian yang dialaminya beberapa tahun lalu

***

Alisha berjalan dengan gontai masuk ke apartemen kecil yang dia sewa bersama Michael, jam sudah menunjukkan lewat 10 malam yang berarti dia sudah terlambat pulang satu jam, Alisha yakin pasti dia sudah mengecewakan anaknya untuk kesekian kalinya.

Alisha membuka pintu apartemen dan melihat kondisi apartemen yang sudah gelap, tapi dia yakin kalau Michael belum tidur, dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum lalu terdengar suara langkah kaki yang menghampiri Alisha di dapur "Lembur lagi" Ucap Michale yang sudah berdiri di depannya.

"Maaf, hari ini aku ada tambahan pekerjaan untuk mengantar kue" Balasnya.

"Aaron dari tadi menanyakanmu, dia tidak mau tidur kalau mommy nya belum datang, mungkin karena terlalu capek menunggu mommy nya pulang akhirnya dia tertidur sendiri" Michael menatap Alisha, yang Alisha pahami sebagai tatapan yang kurang mengenakkan.

"Kalau kamu ingin menyuruh aku untuk berhenti bekerja, jawabannya tetap sama, aku tidak bisa berhenti bekerja" Ucap Alisha terlebih dahulu sebelum Michael kembali memohon kepadanya.

Michael menghela nafasnya pelan "Aku tidak akan menyuruhmu berhenti bekerja jika kamu tidak bekerja terlalu keras, dan kamu hampir saja mengabaikan Aaron, ingat yang Aaron punya hanya mommy nya, jangan sampai dia semakin merasa kesepian karena merasa mommy nya tidak ada waktu untuknya" Setelah mengatakan itu Michael berjalan pergi meninggalkan Alisha dengan perasaan tertohok dengan ucapan yang adiknya berikan kepadanya.

Setelah mendengar perkataan Michael, dengan tergesa dia menuju kamar tidur Aaron lalu berbaring di samping Aaron.

"Maafin mommy maaf" Bisiknya di telinga Aaron dengan mata yang sudah berkaca - kaca, pikirannya mulai kacau mendengar ucapan adiknya, benarkan selama ini dia kurang perhatian dengan Aaron, apa dia bukan ibu yang baik untuk Aaron, segala pertanyaan muncul di pikirannya.

Alisha mendekap Aaron dengan erat yang sama sekali tidak terganggu tidurnya, tidak lama karena terlalu lelah Alisha ikut terbawa mimpi sama seperti Aaron

"Ahhh, kamu begitu nikmat Alisha"

"Kita harus bertemu lagi suatu hari nanti" Alisha hanya diam menikmati setiap cumbuan pria yang berada di atasnya dengan keadaan pikiran yang kacau bercampur dengan gairah dan penyesalan.

"Kamu milikku Alish"

"Jangan pernah berusaha membunuh anak dalam kandunganmu" Teriak seorang pria dihadapan Alisha yang sudah bersimbah darah.

Alisha terbangun dari tidurnya saat potongan masa lalunya masuk ke dalam alam mimpinya, dia menolehkan kepalanya menatap Aaron yang juga menatapnya dengan senyum bahagianya "Mommy berkeringat, padahal suhu AC nya sudah Aaron rendahkan" Balas Aaron yang mengusap keringat yang membasahi kening Alisha, hal yang di lakukan Aaron justru membuat Alisha semakin merasa bersalah, dia memeluk Aaron dengan erat.

Aaron membalas pelukkan Alisha tidak kalah eratnya "Mommy menangis?" Tanya Aaron saat merasakan tubuh Alisha bergetar.

"Maafkan Mommy, maaf" Ucap Alisha berkali kali lalu mengurai pelukkan mereka.

"Mommy tidak melakukan kesalahan kepada Aaron, kenapa mommy harus meminta maaf?" Aaron mengambil sapu tangannya di laci samping tempat tidur lalu mengusap air mata Alisha dengan penuh kasih sayang.

"Mommy salah, maaf karena tidak pernah ada waktu untuk kamu, mulai sekarang mommy janji akan pulang lebih cepat agar bisa menjemput kamu pulang sekolah dan les" Janji Alisha kepada Aaron "Mommy juga tidak akan mengambil lembur lagi, agar mommy bisa main dengan kamu di rumah" Ucapnya dengan nada tercekat.

"Apa kemarin Uncle Michael mengatakan pada mommy kalau Aaron menunggu mommy pulang?" Tanya Aaron yang mendapat anggukan dari Alisha "Padahal Aaron sudah bilang kepada Uncle agar tidak memberi tahu mommy tapi kenapa Uncle mengingkari janjinya" Dengus Aaron.

Alisha tersenyum ke arah Aaron, hal ini lah yang terkadang membuat Alisha merasa khawatir dengan sifat dewasa Aaron yang belum waktunya di usia anaknya yang baru menginjak 6 tahun.

"Mommy sayang Aaron jangan pernah merasa kalau kamu sendiri ada Mommy dan Uncle Michael yang akan selalu ada untuk kamu" Alisha mengelus rambut Aaron

"Aaron lebih sayang mommy di banding apapun dan siapapun" Kasih sayang Aaron kepada Alisha tentu saja sangat besar, sedari kecil dia hanya mengenal sosok Alisha sebagai orang tua.

Mereka tertawa bersama setelah mengucapkan kalimat itu, dan saling berpelukkan kembali, Aaron begitu menyayangi Alisha begitupun sebaliknya untuk selamanya.

***

Aaron sangat bahagia, ini untuk pertama kalinya dia masuk ke sekolah diantar oleh mommy nya, biasanya uncle Michael lah yang selalu mengantar dia pergi sekolah dan untuk pulangnya dia akan di antar oleh pihak sekolah dan berada di apartemen hingga seharian menunggu uncle dan mommy nya pulang.

Sesampainya di depan gerbang sekolah Alisha berjongkok di depan Aaron "Belajar dengan rajin, nanti mommy jemput" Ucap Alisha lalu melambaikan tangannya ke arah Aaron saat anaknya mulai masuk ke area sekolah.

Alisha menatap kepergian Aaron dengan senyuman, lalu pandangannya beralih ke segala penjuru sekolahan di mana di sini merupakan salah satu sekolah elite yang ada di Manhattan, itulah alasan dia bekerja keras agar dia bisa memberikan pendidikan terbaik untuk putranya walaupun dia hanya seorang single mom.

***

Seorang pria dengan setelah kemeja mahalnya memandang ke arah jendela penthouse nya yang menampilkan pemandangan indah kota Manhattam dengan segelas Americano di tangannya

"Tahun - tahun yang sangat menyedihkan" Kekehnya dengan nada dinginnya yang penuh intimidasi

Setelahnya pria itu berjalan ke meja kerjanya dan mengambil sebuah liontin yang pernah dia pesan beberapa tahun lalu untuk dia berikan kepada seorang wanita tetapi belum sempat dia berikan hingga saat ini.

.

.

.

Bersambung

Jangan Lupa Vote, Like dan Komennya ya🙏

Pengkhianatan

"Akhirnya seorang Alison Whingston menunjukkan dirinya ke depan publik" Alison hanya menatap tanpa ekspresi kepada pria yang duduk di depannya.

"Untuk apa kamu datang ke sini?" Tanya Alison tanpa ingin basa basi.

"Kamu sangat tidak sopan dengan kakak iparmu sendiri" Kekeh Darren ke arah Alison, dia sudah tahu kalau Alison bukan tipe pria yang suka basa basi dan bercanda.

"Cepat katakan, atau aku akan suruh satpam untuk menyeretmu keluar dari sini" Ucapnya yang mendapat dengusan dadi Darren.

"Pulanglah ke Los Angeles, Mom dan Miranda sangat merindukanmu, mereka selalu menantikan ke datanganmu untuk pulang, sejak kematian Dad kamu tidak pernah mau lagi kembali ke kediaman Whingston, lalu kamu lebih memilih untuk mengurus perusahaan yang ada di Manhattan di banding di LA yang menjadi pusatnya, lupakan semuanya dan kembalilah demi Mom dan Miranda" Ucap Darren dengan serius lalu dia berdiri dan berjalan keluar dari ruang kerja Alison tanpa menunggu jawaban yang akan diberikan adik iparnya itu karena dia tahu tidak akan pernah ada jawaban dari permintaanya itu tapi setidaknya dia sudah berusaha menuruti permintaan mertua dan juga istrinya yang meminta untuk membujuk agar Alison mau pulang ke mansion keluarga Whingston

Alison menyenderkan kepalanya di kursi kerjanya, jika mengingat tentang masa lalu kehidupannya membuat kepalanya mendadak menjadi pusing, tangannya memijit keningnya pelan "Harusnya itu sudah berakhir, kenapa semuanya harus hadir kembali"

Seharusnya Alison sudah melupakan kenangan yang indah sekaligus menyakitkan itu tapi dunia seolah tidak mengizinkannya melupakan semua itu dengan mudah.

Sedangkan Aaron sedang duduk di taman sekolah sendirian, wajahnya terlihat murung saat mengingat salah satu temannya yang menanyakan soal keberadaan daddy nya, bahkan ada juga tadi temannya yang mengatakan kalau dia tidak mempunyai Daddy, dia sebenarnya juga ingin bertanya lagi mengenai keberadaan daddy nya kepada Alisha tapi mengingat kalau dulu mommy nya pernah menangis saat dia bertanya masalah keberadaan daddy nya membuat Aaron tidak pernah ingin bertanya lagi untuk menjaga perasaan Alisha.

"Aaron" Panggil seorang anak perempuan dengan rambut di kuncir ekor kuda.

"Cheryl" Balas Aaron yang merubah raut wajahnya dengan senyuman "Kamu kenapa ada disini?" Tanya Aaron.

Cheryl mengeluarkan kotak bekal makanannya "Aku mau makan siang sama kamu, tadi aku cari kamu tapi kamu tidak ada lalu aku tidak sengaja lihat kamu duduk di sini sendirian" Di berikan nya kotak bekalnya kepada Aaron "Kamu makan ya, tadi aku udah ambil setengahnya" Cheryl menatap Aaron dengan senyum manisnya.

"Terima kasih" Setelah menerima kotak bekal dari Cheryl dia memakannya dengan lahap, sebenarnya Aaron juga membawa bekal makanan, tetapi dia lebih memilih memakan bekal yang di berikan Cheryl dan akan memakan miliknya nanti ketika sampai apartemen jadi dia tidak perlu membeli makanan lagi sampai uncle dan mommy nya pulang.

"Aku tadi lihat kamu diantar mommy kamu berangkat ke sekolah" Ucap Cheryl yang melihat Aaron sedang memakan nasi goreng miliknya dengan lahap.

"Iya, aku senang karena mommy mau mengantarku, dan mommy juga berjanji akan mengantar jemput aku pulang dari sekolah" Balas Aaron yang sudah menghabiskan makanannya.

Wajah Cheryl berubah murung mendengar perkataan Aaron, dia menundukkan wajahnya "Kapan ya Cheryl diantar berangkat sekolah seperti kamu, Cheryl selalu berangkat sekolah dengan sopir dan Miss Angel" Jawab Cheryl.

Sebenarnya nasib Cheryl dan Aaron hampir sama, mereka sama - sama tidak pernah diantar kedua orang tua mereka ke sekolah hanya saja setidaknya hidup Aaron lebih beruntung karena masih mendapat kasih sayang dari Alisha dan Michael sedangkan Cheryl tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sibuk bekerja dan lebih memperhatikan adik kembarnya yang sering sakit - sakitan.

"Nanti pasti Cheryl juga seperti Aaron, jadi Cheryl harus sabar"

Tidak lama terdengar bunyi bel yang menandakan kelas selanjutnya akan di mulai "Ayo kita masuk ke kelas, nanti Mrs. Eve marah kalau kita terlambat masuk" Ajak Aaron yang sudah beranjak meninggalkan area taman bersama Cheryl yang mengikuti di belakangnya.

***

Alison sedang duduk bersama kedua sahabatnya di sebuah club malam yang cukup terkenal di Manhattan, seorang bartender datang menghampiri mereka bertiga kemudian menyerahkan dua botol Vodka dengan harga paling tinggi kepada Alison.

"Sejak kapan kalian berada di Manhattan?" Alison menuangkan Vodka ke dalam gelas miliknya lalu meminumnya dengan sekali tegukkan.

"Tidak lama setelah mengetahui kamu kembali dari London" Balas Raynand salah satu sahabat Aaron yang terkenal kejam dengan dunia gelapnya yang tersembunyi dalam sebuah bisnis real estate.

"Danilla terus bertanya mengenai keberadaan mu, ku rasa dia masih menganggap serius pertunangan kalian 5 tahun lalu" Ucap Dominic, Sahabat Aaron yang memiliki pembawaan yang cukup tenang tapi menyimpan begitu banyak rahasia yang kelam di hidupnya.

"Aku bahkan hampir melupakan dirinya, kalau saja dia tidak terus terusan menelfonku"

Alison menikmati setiap gelas vodka yang terasa nikmat di tenggorokannya, yang bisa membuat dia sedikit melupakan masalahnya.

"Sean membuat ulah, dia berniat untuk mengambil beberapa senjata yang ada di ruang bawah tanah milik Raynand" Ucap Dominic kepada Alison yang menatap lurus ke depan.

"Aku sudah menduga kalau dia seorang penghianat, aku yang akan mengurusnya, kalian hanya perlu mengawasi setiap gerak gerik orang kepercayaan Sean" Suara dentuman musik meredam suara pelan Alison.

Dominic dan Raynand hanya diam saja membiarkan Alison yang menyelesaikan masalah Sean, dia tahu jika Alison sudah berkata seperti itu, cepat atau lambat keberadaan Sean pasti akan di temukan dan hal yang paling menakutkan dari Alison adalah dia tidak pernah memberi kata ampun untuk orang yang mengkhianati kepercayaannya.

Tidak ada yang tahu siapa Alison yang sebenarnya, dia tidak pernah membiarkan orang tahu jika di balik kematian musuh - musuhnya adalah Alison sendiri yang menyingkirkannya, dikalangan semua orang selalu menganggap kalau Alison adalah orang yang putih dan hanya terkenal sering menjatuhkan lawannya lewat bisnis, padahal dunia Alison lebih hitam dari yang mereka bayangkan.

Sedangkan di tempat yang berbeda Aaron tidak berhenti menatap takjub pada berbagai jenis mainan yanga di depannya, malam ini Alisha sengaja mengajak Aaron ke toko mainan untuk membelikan anaknya itu mainan yang dia sukai "Ambilah yang kamu sukai, mommy akan membelikan apapun yang kamu mau" Alisha mengambil sebuah robot mainan pengeluaran terbaru yang bisa ditebak jika harga yang diberikan pasti cukup mahal, tapi untuk membuat hati Aaron senang apapun akan Alisha lakukan.

Aaron menggelengkan kepalanya lalu mengambil pistol mainan yang hampir mirip dengan revolver sungguhan "Aku menginginkan ini mom" Diangkatnya pistol ke arah mommy nya seperti seseorang yang sedang akan menembak musuhnya.

"Kenapa harus pistol, bukannya biasanya anak seusia kamu lebih suka mainan robot, ini pengeluaran terbaru, mommy akan membelikannya jika kamu menginginkannya"

Aaron tetap kekeh ingin membeli pistol mainan yang dia pegang "Aku lebih menyukai ini daripada robot yang mommy pegang"

Alisha mengangguk "Baiklah, ada yang ingin kamu beli lagi" Tanya Alisha yang sudah menaruh kembali robot mainan di tempatnya.

"Tidak ada" Jawabnya tanpa menoleh pada Alisha, Aaron masih fokus dengan pistol yang ada di tangannya, walaupun hanya pistol mainan Aaron menganggap kalau pistol yang di pegang adalah pistol sungguhan.

Setelah membayar di kasir, Alisha mengajak Aaron langsung pulang karena hari yang sudah semakin larut, dia menatap anaknya yang begitu bahagia, Alisha pun juga ikut bahagia, dia sadar menjadi orang tua tunggal tidaklah mudah tapi menjadi orang tua tunggal untuk anak seperti Aaron bisa dia lalui dengan mudah sebab anaknya tahu betul kondisi mereka saat ini.

"Mommy harap, senyuman kamu akan selalu tercipta jika kamu tahu fakta tentang kehadiran kamu yang menyakitkan" Ucap Alisha dalam hatinya.

.

.

.

Bersambung

Jangan Lupa Vote, Like dan Komennya ya🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!