NovelToon NovelToon

[Novel] TERNYATA JODOH

Kembali bertemu

Rachel masih duduk santai di sebuah kafe sekitar tempat kerjanya. Dia sedang menunggu seseorang yang belum juga datang. Dia menyesap hot americano dengan perlahan. Rasa pahit ini belum sepadan dengan pahit hidupnya, itu yang ada di pikiran Rachel.

"Hel, gawat ini!" teriak seseorang yang tiba-tiba muncul.

"Tenang Wi. Ada apa?" tanya Rachel perlahan.

"Hendra mabok di bar Hel. Aku tadi ditelpon orang bar katanya dia mabok parah."

"Dasar bocah tengil. Ngapa pula dia ke tempat begituan. Haduh bikin pusing aja. Apa kita biarin aja?"

"Kalo kita biarin tuh bocah. Bisa-bisa dia digebukin orang-orang karna ngoceh gak jelas."

"Aduh gimana ya, Wi? Aku bisa digundulin Papa kalo ketahuan ke bar."

"Sama aja. Tapi demi temen Hel."

Mereka berlari ke arah mobil yang parkir depan kafe. Rachel berusaha menerobos jalan yang sangat macet, mereka sangat maklum karena jam pulang kerja.

Dewi menarik tangan Rachel masuk ke dalam bar. Suara dentuman musim mengetarkan gendang teliga mereka, beberapa pria hidung belang melihat mereka berdua seperti makanan siap saji.

"Aku paling benci ke sini. Liat itu om-om melihat kita sampe melotot Hel."

"Kalo Papa sampe tau aku ke sini. Pasti dibotakin sampe rumah."

Mereka berdua tertawa sambil celingukan mencari sahabat kesayangan. Pria dengan setelan jas lengkap terlihat sedang teler di meja bar sambil merancau tidak jelas.

"Dra, are you oke?" tanya Dewi.

"Ngapain gadis-gadisku ke sini?" sahutnya dengan suara lirih.

"Ngapain juga sih cuma gara-gara perempuan gini kamu jadi cemen. Ayo pulang!" seru Rachel sambil menarik tangan Hendra.

Hendra menepis tangan Rachel dan dia malah menambah minumannya. Akhirnya para gadis memaksa Hendra untuk pergi. Setelah Rachel membayar semua minumannya, mereka segera keluar dari tempat ini.

Di sisi lain ada sosok yang menatap tajam Rachel. Pria yang punya masa lalu tidak menyenangkan bersama perempuan itu. Dia tersadar dari lamunannya dan dia melihat kalau Rachel sudah tidak terlihat lagi.

****

Mereka berdua mendorong keras badan Hendra ke bednya. Dewi mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

"Ke ruang tamu yuk!" ajak Rachel.

Dewi mengangguk.

"Kenapa Hendra sama pacarnya putus?"

"Kalo gak salah Hendra ngajak nikah tapi ceweknya bilang belum siap."

"Kamu kenal sama ceweknya?"

"Kenal dong. Dia kan temen satu kantor kami. Bahkan tempat duduknya berhadapan denganku."

" Andai aja aku sekantor sama kalian. Hiks...."

"Kayaknya jangan Hel, aku tau kamu pasti bakal ngejambak rambut si Nita pas tau kalo dia yang ninggalin Hendra."

"Kisah cinta deritanya tiada akhir. Apa aku ajak Hendra nikah aja ya, dari pada pusing cari sana sini. Mending nikah sama sahabat malah enak."

"Aku dukung Hel. Kalo kamu nikah sekarang otomatis Emak gak ngomelin kamu suruh nikah terus."

"Hahahahahhah, gak ngebayangin nikah sama sahabat sendiri. Pasti lebih ribet."

"Tidur yuk, Besok kan kita kerja."

"Nginep di sini?"

"Ya lah. Lagian kan kamar tuh bocah ada 3, kita pake kamar tamu aja. Dari pada ntar kita tinggal dia mabok lagi."

"Ya udah lah yuk."

Mereka segera masuk ke kamar. Mereka sangat kelelahan setelah Hendra sahabat mereka membuat kerusuhan lagi.

Pria masih mengingat Rachel sambil memegang kepalanya yang sakit. Perempuan yang sangat ingin dia temui Atau untuk dia sekedar minta maaf pada masa lalu yang tidak menyenangkan.

"Mas, nitip Alvin bentar ya. Aku mau ke kamar mandi."

"Ya sini!"

"Kamu abis mabok ya?"

"Dikit, tapi aku udah mandi dan steril."

"Malu sama Arga. Adik kamu aja gak ngerokok. Hilangin dulu hobi mabok kamu mas."

"Emang yang paling bagus cuma suamimu aja, Na."

"Ya dong."

"Nadia mana dek?"

"Di kamar kak, dia hamil lumayan maboknya jadi mudah capek Kak."

"Kakak ke kamar dulu ya."

"Nih keponakan minta digendong juga."

Perempuan dengan daster hitam itu menyerahkan anak laki-lakinya ke Glenn. anak itu tertawa pada Glenn karna pria itu menciumnya hingga kumis hitamnya membuatnya geli.

Hendra membuka matanya karna ada suara nyaring dari dalam apartementnya. Dia segera mandi untuk menemui si biang kerok.

Sementara Dewi dan Rachel sedang mengobrol ringan sambil menyiapkan sarapan. Rachel yang sedang asik menaruh nasi goreng di masing-masing piring sangat terkejut karna dia dipeluk dari belakang.

"Terima kasih sayang udah nyiapin sarapan untuk aku," bisik Hendra.

"Kampr*t ya Dra!" seru Rachel sambil memukul kepala sahabatnya itu.

"Ampun Hel."

"Udah nikah aja kalian berdua. Jodoh lah."

"Ogah amat aku nikah sama pemabuk kayak dia."

"Ayo lah Hel! Kalo kamu nikah sama aku di jamin bahagia hidupmu. apartemen, mobil, aset ku banyak."

"Ogah amat. Yuk makan dari pada ntar kita kesiangan." ujar Rachel.

"Makasih ya kalian udah bawa aku pulang."

"Ini ide Dewi. Kalo aku ogah,"

"Jahat banget kamu Hel."

"Udah jangan berantem terus. Udah kayak pengantin baru aja."

Mereka menghabiskan sarapan dengan terus berdebat. Dewi sesekali harus menengahi perdebatan mereka yang seperti anak kecil.

Glenn sedang memasukan makanan ke mulutnya. Glenn berusaha mengambil minuman bersoda nya dari perempuan di sampingnya.

"Jangan banyak-banyak itukan minuman bersoda. Gak baik untuk ibu hamil."

"Hanya menyicip sedikit aja. Dari pada nyidam."

"Hamil udah segitu bukan lagi nyidam Nad." ujar Glenn sambil mengusap perut Nadia.

Deg... deg... saat tangannya sedang mengusap perut besar Nadia , Glenn tidak sengaja saling menatap dengan perempuan di meja belakangnya. Perempuan itu segera memalingkan wajahnya dan dia kembali bercanda dengan dua temannya.

"Makasih ya Mas udah repot-repot nganterin Nadia belanja kebutuhan bayi."

"Ya. Sama-sama Nad,"

Nadia tersenyum senang pada Glenn. Glenn kembali salah tingkah karna perempuan itu masih menatapnya penuh kekecewaan.

Author pov's

Rachel menatap ke arah pria itu. Dia tersenyum masam melihat kemesraan pria di depannya. Rupanya hidup pria itu bahagia dan dia sudah mempunyai anak. Keminderannya terasa saat Pria itu mengusap lembut perut besar perempuan di sampingnya.

"Rachel,"

"Ah ya."

"Bukan jodohmu." ujar Dewi.

Rachel mengangguk.

"Mantanmu?"

"Mau tau aja urusan orang." sahut Hendra.

"Nikah sama aku aja yuk! Dia punya dua anak, nanti kita bikin lima anak." ucap Hendra berbisik.

"Kamu pikir aku pabrik anak apa beranak terus."

"Nanti kalo aku punya istri ku suruh hamil terus biar capeknya sekalian."

"Kamu bilang gitu karna belum punya anak. Kamu pikir punya anak banyak gak pusing ngurusnya." seru Dewi sambil mengeplak bahu Hendra.

Suasana makin sedih karna lagu yang diputar lagu dari kakak Mahalini 'sisa rasa'. Rachel berusaha tegar dengan melihat ke arah lain. Dia ingin rasanya pindah ke negara lain agar dia bisa menghindar atau bersembunyi. Dia ingin menyembunyikan kebodohannya karna dia sempat berharap ini adalah mimpi di siang bolong.

Salah sangka

Rachel menaruh sendok di piringnya. Nafsu makannya seolah menghilang saat tatapan mereka bertemu. Dia sudah berusaha untuk menghindar bahkan mereka sudah empat tahun ini tidak pernah bertemu.

"Tumben gak dimakan. Kamu sakit?" tanya Hendra.

"Gak."

Hendra menyendok makanan Rachel dan dia menyuapkan paksa ke mulut sahabatnya itu. Dewi tertawa melihat Rachel memukul ketas kepala Hendra.

"Cie,, jadi inget masa lalu kawan." goda Dewi.

"Aku orangnya baperan Wi."

"Mantan si Rachel?" tanya Hendra.

"Kepo." sahut mereka berdua sambil tertawa.

Hendra merengut karena dikerjai oleh dua sahabatnya itu.

"Yuk, balik bentar lagi masuk kerja lagi." ujar Rachel mengingatkan.

"Gak kerja jam istirahat udah mau abis aja," sahut Dewi.

"Biar gak galau ku beliin ice americano biar tambah pahit kayak hidupmu!" seru Hendra sambil tertawa keras.

Saat Rachel akan memukul kepalanya, dia segera menggandeng tangan Rachel dengan erat. Sementara di sisi lain Glenn sedang menatap mereka hingga bayangan mereka menghilang.

Rachel menatap jam dinding kantornya nampak 20.30 wib. Hari ini dia begitu lelah hingga dia tidak sanggup untuk melangkah pulang ke rumahnya. Bahkan Papa mungkin sudah menyiapkan banyak pertanyaan kenapa dia tidak pulang tadi malam. Pria yang sangat dia sayang walaupun sering mengomelinya.

"Hel, gak pulang?" tanya Rangga teman kantornya.

"Ini mau jalan Ga."

"Kayaknya lemes banget, mau aku anter pulang?"

"Gak usah Ga. Semalem aku gak pulang, kalo sampe ini dianter cowok bisa-bisa langsung dikawinin kita." sahut Rachel sambil tertawa.

"Gak papa lah. Tapi kamu yang resign ya."

"Ogah lah. Aku udah bela-belain kerja bertahun-tahun dan harus resign karna cowok. Impianku menghilang dong."

"Ya udah aku yang resign. Nanti aku buka usaha aja."

"Jangan gitu nanti aku baper kamu bingung jawabnya." omel Rachel.

"Serius aku. Coba dipikirin lagi ya." sahut Rangga sambil tersenyum.

"Senyumnya manis sekali," batin Rachel.

Rangga meninggalkan Rachel yang masih terdiam. Rachel tidak mau ambil pusing dan dia segera pergi ke parkiran untuk pulang ke rumah.

Rachel mengendap masuk ke rumahnya. Boom... Ternyata keluarganya sedang makan malam bersama.

"Makan malam kak!" ajak Ferdi adiknya.

"Ayo sekalian makan kak," ucap adik iparnya menawarkan.

Rachel duduk di sebelah Mamanya.

"Kemana Hel semalem gak pulang?" tanya Papa.

"Nginep di rumah Dewi Pa. Mana Nadeo,Rin?"

tanya Rachel mengalihkan pembicaraan.

"Udah tidur Kak dari tadi."

"Enak ya Kak Rachel kerja kantoran dan udah punya mobil juga." seru Ferdu.

"Sama aja Fer. Capek banget pulang malem pastinya."

"Coba aku juga kuliah ya pasti bisa kayak Kakak dan gak nikah muda."

Ririn terlihat berdiam diri sambil mengelus perutnya yang sudah membesar. Rachel tau pasti adik iparnya itu akan menangis.

"Dulu kan kamu di suruh Mama Papa sekolah. Tapi kamu gak pernah mau. Sekarang ya nikmati aja yang ada."

"Kakak enak bilang gitu karna udah punya semua."

"Terus mau kamu apa?" seru Rachel sambil melotot.

Suasana keluarga Rachel mulai memanas. Papa menghentikan makannya.

"Kamu tau aku pakai semua bekasan kamu. Kurang bersyukur banget hidup kamu. Dari kecil Mama sudah memanjakanmu. Handphone jadul pun aku pakai bekasmu sampai selesai kuliah." ungkap Rachel sambil menangis.

"Sementara hapemu keluaran terbaru. Motor pun aku pakai bekasmu yang udah butut, sementara kamu beli motor sesuai keinginanmu."

"Sudah Hel. Kita sedang makan."

"Aku gak tahan lagi Pa. Sering banget dia bilang gitu, itu menyakitiku. Aku kerja keras sampe lupa waktu untuk memenuhi keinginanku. Sementara kamu gak tau berterima kasih, mau menikah aku support, mau lahiran istrimu pun aku bantu. Bisakah setidaknya kamu gak menyakiti hatiku. Aku lelah harus menjadi anak perempuan pertama yang tangguh." seru Rachel sambil melangkah pergi.

"Rachel tunggu!" teriak Papa.

Mama hanya terdiam. Dia menyadari kalau selama ini dia begitu membedakan putri dan putranya. Perempuan itu anaknya harus berjuang sendiri untuk memenuhi keinginannya dan Rachel tidak pernah bermanja-manja pada orang tuanya.

Rachel memukul stir mobilnya. Dia masih menggunakan pakaian kerjanya. Dia memaki dirinya sendiri karena sudah membuat keributan.

"Apa aku nginep di rumah Dewi? Tapi ini udah jam 10 malem. Apa aku tidur di hotel aja?"

Dia menghentikan mobilnya di sebuah hotel. Saat dia turun dari mobil pandangannya bertemu dengan pria itu. Pria yang sudah 4tahun dia lupakan.

"Omg, apa pikirannya liat aku check in di hotel?" batin Rachel.

Pria itu sedang berjalan dengan beberapa pria dengan setelan jas lengkap. Dia menghentikan langkahnya saat pandangan mereka bertemu.

"Rachel ingat dia suami orang!" batin Rachel lagi.

"Anda mengenalnya?" tanya pria berjas abu.

"Hanya kenalan biasa."

Rachel langsung menuju kamarnya. Dia berjalan melewati rombongan pria itu. Mereka terlihat terpesona saat Rachel melewati mereka. Rachel mengenakan kemeja warna hitam dan rok dengan belahan yang lumayan. Itu menambah kesan kalau Rachel sebagai gadis panggilan.Tapi perempuan itu tidak mempedulikannya.

Ternyata

Rachel terbangun saat alarm handphonenya berbunyi. Setelah dia membersihkan badannya dan berdandan. Dia menghempaskan lagi tubuhnya di ranjang hotel. Dia memijit kepalanya yang berdenyut. Dia bangkit dari ranjang dan berjalan ke luar kamar hotel.

Sesampai di kantor Rachel menaruh ice americano pahitnya di meja. Rangga mendekatinya sambil tersenyum.

"Semalam kamu kemana sampai bajumu belum ganti?"

"Aku gak pulang, tidur di hotel."

Ranti rekan kerja yang duduk di depan Rachel mendelikan matanya. Dia segera mendekatinya.

"Apa sekarang kamu open bo demi punya rumah?"

Rachel tertawa mendengar pertanyaan Ranti.

"Mana berani aku Ran. Bisa digundulin Papa aku kalo sampe macem-macem."

"Terus kenapa kamu gak pulang?"

"Sebenarnya aku udah pulang tapi adek lakiku bikin naik darah. Abis berantem belum sempet ganti baju aku kabur dan tidur di hotel Ran."

"Kenapa kamu gak telpon aku?"

" Kalo sampe aku nelpon kamu bisa jadi aku bakal kamu terkam Ga. Haaaahaaaa....""

"Kamu bisa telpon aku Rachel kalo butuh sesuatu. Aku ngekos sendiri kok." ucap Ranti.

"Ran, aku butuh bantuanmu pake banget ini."

"Kamu mau cari kosan?"

"Ya, tapi untuk ku sendiri. Soalnya aku tipikal galak kalo ngekos berdua bisa jantungan temen kosku."

"Siap. Nanti kamu ke kosanku, ada yang kosong lantai dua."

"Hel, kamu bisa tinggal di apartementku. Ada kamar yang kosong kok."

"Dasar otak mesum!" teriak Ranti dan Rachel bersamaan.

Rangga hanya garuk-garuk kepala. Padahal kalo Rachel seapartement dengannya dia bisa gencar mendekati perempuan itu.

Rachel mengangkat telponnya saat melihat nama 'Dewi' muncul di layar handphonenya. Seharian ini dia mematikannya karna dia malas untuk meladeni pesan dari adiknya."Ada apa Wi?"

"Kenapa hapemu mati?"

"Aku berantem sama Ferdi. Lagi males ngelayanin omelannya."

"Aku dan Hendra panik karna tadi ditelponin Mama Papamu. Katanya kamu kabur abis berantem sama Ferdi."

"Dia selalu buat aku naik darah. Makanya langsung ku tinggal pergi."

"Terus kamu tinggal di mana?"

"Semalem tidur di hotel. Aku banyak uang Wi, jadi tidur di hotel bintang lima." jawab Rachel sambil tertawa keras.

"Ya percaya yang duitnya banyak ibu assitant manager mah. Ayo tidur tempatku aja!"

"Gak usah. Aku udah janjian mau liat kos-kosan deket teman kerjaku."

"Mau pinjem bajuku?"

"Ya Allah, seneng banget punya bestie kayak kamu. Nanti aku minta tolong Papa buat bawain bajuku."

"Ya udah nanti ku suruh ojel online nganter ke kantormu. Hel, aku mau ngomong jujur."

"Ada apa Wi? Kamu mau nikah."

"Hala, masih jauh dari angan-angan. Glenn nelpon aku nanya kamu udah punya pacar belum. Aku bilang belum punya. Dia minta nomermu dan aku kasih." cerocos sahabatnya itu.

"Bukannya dia udah punya istri mana lagi bunting lagi anak kedua."

"Kamu salah paham. Itu adik perempuannya."

"Setelah dia ghosting aku selama empat tahun tetiba dia dateng lagi.Dasar brengsek!"

"Kalian ngobrol aja dulu. Aku tau Glenn itu pria baik. Aku udah mengenalnya lama sekali."

"Terus kenapa gak sama kamu aja?" tanya Rachel ketus.

"Aku juga maunya gitu markonah. Udah ganteng plus bawa mobil mewah lagi. Tapi dia maunya sama kamu titik." sahut Dewi sambil mematikan panggilannya.

"Woy bosok. Halo!" teriak Rachel.

Rachel langsung menyadari sekitarnya tengah melihat dengan tatapan aneh. Rachel mengelus dada karena Dewi sudah menjodohkannya sampai dua kali ini. Sahabatnya tidak pernah menyerah menjodohkannya dengan pria itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!