Kimara Ferarer, nama panggilan Ara. Usia 21 tahun, seorang gadis yang dipaksa mandiri dan dewasa ketika kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Banyaknya kejadian yang menimpa hidup Ara menjadikan gadis berusia 21 tahun ini sangat pendiam dan sulit untuk memahami dunianya. Untuk kelangsungan hidupnya, Ara bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang kelapa sawit sebagai Administrasi pendapatan. Sebagai sampingan pulang kerja Ara mengajar les kecil-kecilan dirumahnya, untuk menambah penghasilan keluarga.
Ibu Ara sudah berusia dan tidak mampu untuk bekerja lagi, sehingga Ara tidak mengizinkan Ibu nya bekerja.
Ara, memiliki dua saudara adik bungsunya masih duduk dibangku SMA. Sedangkan Kakak tertuanya hanya bisa mabuk-mabukan, dan berjudi di bar dan menghabiskan banyak uang. Ara terpaksa menjadi tulang punggung keluarga.
Kayhan Mahendra Bagaskara, pria berusia 30 tahun ini seorang pria misterius yang tak tersentuh. Kehidupan dikelilingi oleh manusia-manusia yang mengangguminya selain kaya raya dia juga tampan dan dengan karakter dingin yang terlihat menarik bagi kaum hawa. Kayhan, seorang CEO diperusahaan kelapa sawit miliknya yang dia bangun selama lima tahun belakangan. Pria kaya tersebut, anti wanita tidak ada satu wanita yang bisa menyentuhnya kecuali sang Ibu.
Seem Mahendra Bagaskara, usia 32 tahun. Seorang CEO dibeberapa perusahaan arsitektur diberbagai Negara. Dia juga seorang pelukis yang memiliki banyak galeri di Indonesia dan Negara lainnya. Pria dingin tersebut adalah pria tak tersentuh dia menderita OCD, dimana memiliki tingkat kebersihan yang tinggi. Karena masa lalunya yang kelam menjadikan dia anti wanita dan bahkan jijik setiap kali bertemu dengan wanita, dia bisa gatal-gatal atau bahkan muntah kecuali terhadap keluarga dekatnya. Kakak kandung Kayhan.
Nathan Sanjaya, Usia 30 tahun. Kaki tangan Kayhan dan sekaligus orang kepercayaan Kayhan. Persahabatan mereka dimulai sejak keduanya duduk dibangku sekolah menengah pertama.
Nickho Darma Bagaskara, usia 30 tahun. Seorang dokter dan sepupu sekaligus sahabat baik Kayhan. Nickho tipe pria romantis dan baik hati, tapi tidak pada semua wanita dia bisa romantis. Dia hanya akan memperlakukan wanita yang dia cintai dengan istimewa.
Roger Ferarer, Kakak kandung Ara yang berusia 30 tahun. Keras kepala dan pemalas kerja.
Meyriska Ferarer, adik bungsu Ara berusia 15 tahun dan saat ini sedang duduk dibangku kelas 2 SMA.
Angelina Martha, sahabat Ara berusia 23 tahun ini merupakan sahabat terbaik bagi Ada mereka memiliki nasib yang sama bedanya Martha terlahir dari keluarga berada dan memiliki pendidikan yang tinggi.
Sekilas perkenalan karakter nya guys😍
Dinovel ini tidak selalu menceritakan tentang bisnis atau CEO yang jatuh cinta pada gadis miskin. Tapi nanti mereka dipertemukan dengan hal yang tak terduga, bahkan proses mereka untuk saling jatuh cinta juga lama.
Disini, tidak sepenuhnya menceritakan kisah percintaan Ara dan Kay tapi lebih kepada kehidupan pahit Ara hingga membuat keduanya terikat dalam cinta yang rumit. Dimana keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang dingin dan sulit didekati kecuali bagi orang-orang yang mengenal mereka..
Yuk ikuti kisah mereka.
Salam hangat
Kayhan dan Kimara
**Andai bisa dilahirkan kembali, aku ingin memilih lahir diantara dua rahim yang berbeda, dimana ketika aku merasa lelah dan tak sanggup aku bisa kembali lagi dirahim yang satu.......
Happy Reading🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹**
Disebuah ruang rawat inap, tampak seorang gadis tengah menangis dan merintih sambil memegang perutnya. Matanya membengkak, karena sedari tadi dia terus saja menangis berharap dengan menangis sakit ditubuhnya bisa segera menghilang.
"Bu, hiks hiks sakit Bu". Lirihnya sambil memegang perutnya dan berdiri duduk berdiri duduk begitu terus.
"Sabar ya Nak, mungkin obat yang dokter berikan belum bereaksi". Sang Ibu berusaha menenangkan anaknya sambil mengelus perut gadis cantik itu.
"Ayah hiks". Adunya pada sang Ayah yang juga ikut mengelus perut dan pundak gadis itu.
"Tahan ya sayang, nanti kalau obatnya sudah bereaksi sakitnya akan hilang". Jawab sang Ayah berusaha tegar. Hati Ayah mana yang takkan hancur saat melihat putrinya menahan sakit dengan terus menangis.
Sakit luar biasa dibagian perut dan pinggangnya, bahkan tak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.
Gadis itu adalah Ara, sudah tiga hari dia berada dirumah sakit ini namun belum ada perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Ara merasakan sakit yang begitu luar biasa menyiksa, dimana perutnya serasa diiris oleh benda tajam.
Ara tidak bisa duduk, tidak bisa berdiri, tidak bisa berbaring, dan tidak mampu berjalan. Yang bisa dia lakukan hanya bersandar dikursi roda, sambil air mata luruh menahan sakit yang seakan membuat seluruh tubuhnya mati rasa.
Perutnya membengkak seperti orang hamil tiga bulan, tangan dan kakinya juga membengkak. Infus yang harus nya mengalir dibagian tubuhnya, kini menurun kekaki dan tangan sehingga membuat seluruh tubuh Ada membesar dalam seketika.
Para perawat sudah memberi obat nyeri untuk Ara dan bahkan Ara diberikan obat penenang supaya bisa tidur. Namun tetap sakit ditubuh Ara tidak hilang-hilang juga.
"Yah bagaimana ini? Ibu tidak tega melihat Ara kesakitan seperti ini, hikssss". Wanita paruh baya itu menatap putrinya dengan sedih. Sang putri yang terlihat begitu lemah dan tak berdaya hanya bisa duduk dikursi roda dengan mata membengkak karena kebanyakan menangis. Bahkan tubuh gadis itu tak bertenaga sama sekali karena tidak ada makanan yang masuk dalam tubuhnya.
"Ayah juga tidak tahu Bu". Sahut sang suami menangis melihat betapa menderitanya putrinya.
Ara diletakan diruang menengah bawah, dimana dalam satu ruangan itu terdapat empat pasien dengan ruang sempit. Kebatasan biaya membuat mereka tak mampu menyewa ruang yang harusnya bisa membuat Ara lebih nyaman.
"Sus, tolong anak saya. Kasihan dia". Ucap Ferarer Ayah Ara.
"Baik Pak, saya akan periksa". Sang perawat memeriksa keadaan Ara "Pak, nanti siang Nona Ara akan melakukan USG kembali, jika belum jelas penyakit nya makan Nona Ara akan dirujuk kerumah sakit yang fasilitas nya lengkap". Jelas perawat itu pada Ferarer.
Ferarer terdiam mendengar ucapan sang perawat, pria paruh baya itu merasakan takut jika sampai terjadi sesuatu pada putri keduanya.
"Tolong lakukan yang terbaik Dok". Sahut Ferarer pada sang perawat.
"Kalau begitu saya permisi Pak. Obat penenang nya hanya akan bereaksi beberapa jam saja, setelah ini Nona Ara akan merasakan sakit kembali". Jelas perawat dengan sendu. Perawat itu merasa kasihan dengan kondisi Ara, gadis cantik dengan wajah pucat dan mata bengkak kadang tangisannya membuat beberapa perawat terdenyut hatinya. Betapa menderitanya gadis ini.
Ara bersandar dikursi roda dengan tatapan kosong, dia yakin setelah ini rasa sakit dibagian perut dan pinggang nya akan kembali sakit, bahkan bisa jadi lebih parah dari yang selalu Ara rasakan.
Ara tak bisa berbuat banyak, sebenarnya dia tak ingin menangis, tapi hanya menangis yang bisa membuat sakitnya merasa hilang.
"Hiks hiks hiks hiks". Sakit itu kembali menyerang Ara, dia sampai terjatuh dikursi roda.
"Ara". Teriak kedua orangtuanya menghampiri Ara.
"Ayah, Ibu perut Ara sakit". Tangisnya menahan sakit dan bahkan Ara memukul perutnya barang kali setelah dipukul rasa sakitnya bisa mereda. Namun itu tetap tidak hilang.
Wati, Ibu Ara memeluk gadis yang tidak lain adalah putri nya sendiri. Sudah tiga hari putri cantiknya ini menangis dan tidak tidur sama sekali. Hati sebagai seorang Ibu benar-benar merasakan sakit saat melihat sang putri lemah tak berdaya.
Ferarer berlari memanggil Dokter dan perawat.
"Tolong, anak saya Dok dia kesakitan lagi". Ucap Ferarer panik bukan main.
"Ayo Pak, kita masuk melihatnya". Sang Dokter dan diikuti beberapa perawat masuk kedalam ruang rawat inap Ara.
"Ara". Sang Dokter berjalan mendekati Ara "Sini saya periksa". Dokter muda dan tampan itu mengulurkan tangannya kearah Ara, supaya gadis itu meraihnya.
Ara hanya menangis dan menggelengkan kepalanya "Dokter sakit, hiksssss". Rintih Ara, semua perawat dan dokter yang disana tak tahan melihat penderitaan gadis itu.
"Setelah ini kita USG untuk memastikan penyakit kamu, kamu tenang ya. Saya akan bantu kamu". Perlahan sang Dokter menyuntikkan obat anti nyeri ke aliran infus Ara, dan seketika Ara terdiam sakitnya perlahan menghilang.
"Sus, tolong antar pasien untuk melakukan USG ke dokter kandungan". Suruh sang Dokter.
"Baik Dok".
Dokter tampan itu tersenyum mengelus pundak Ara, gadis itu terlihat lebih tenang tapi sebentar lagi pasti akan menjerit kesakitan.
"Ara, semangat ya semua pasti akan baik-baik saja". Senyumnya.
Ara tak menanggapi dia hanya mengangguk lemah dan serasa seluruh tubuh nya tak bertenaga.
Ara dibawa ke dokter kandungan, untuk melakukan USG, karena sepertinya penyakit Ara berhubungan dengan kandungan.
Ara dibaringkan diatas brangkar. Sang Dokter mengoleskan gel diperut Ara, lalu menekan berkali-kali alat USG yang akan memperlihatkan penyakit Ara.
Dokter itu menyimpitkan matanya, untuk memastikan penyakit yang ada ditubuh Ara. Terlihat seperti dua buah benda hidup disana, tapi tidak bergerak. Kedua benda itu berukuran berbeda yang satu besar dan yang satu kecil.
"Apa kau lihat itu?". Tunjuk Dokter, Ara mengangguk "Itu adalah Kista Ovarium sinistra, atau yang biasa dikenal dengan Pappilary Serous Cystadenoma Ovarii Hermorrhagic Infaret". Jelas sang Dokter.
Deg
Jantung Ara dan Wati berdetak saat Dokter mengatakan penyakit Ara.
"Lalu bagaimana dengan putri saya Dok?". Tanya Wati dengan sendu.
"Kita harus melakukan operasi Bu, untuk mengangkat kista yang ada dalam tubuh Nona Ara, jika tidak dikeluarkan ini sangat berbahaya untuk rahimnya". Jelas sang dokter.
Ara mengigit bibir bawahnya menahan sakit ditubuh dan hatinya, tak terbayang dibenak Ara jika dia harus operasi.
"Nona Ara, semangat ya. Ini adalah operasi besar yang tentu beresiko. Nanti Suster akan menjelaskan beberapa hal pada keluarga pasien". Sambung Dokter itu lagi, lalu menatap Ara "Semua akan baik-baik, banyak-banyak berdoa". Dokter menyemangati gadis yang terlihat lemah itu. Lalu membantu Ara untuk kembali duduk dikursi rodanya.
**Bersambung.....
Ara ❤️ Kay**
**Aku tak mampu berangan-angan, masih bisa hidup dihari esok saja sudah merupakan keistimewaan bagiku.
Happy Reading, 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹**
Keesokan harinya, Ara dibawa masuk kedalam ruang operasi. Jantung Ara berdegup kencang saat melihat beberapa dokter dan perawat yang berada disana.
Tubuh Ara diangkat, dan diletakkan diatas brangkar. Ara masih terdiam tak bergeming. Ara mengerahkan pandangan, menatap setiap sudut ruangan yang begitu terasa asing.
Ruang operasi yang benar-benar ada didunia nyata Ara. Ruang operasi yang dulu Ara lihat di film atau drama-drama Korea kini berada didunia nyata Ara.
Ara menarik nafas dalam. Dirinya hanya memakai baju operasi dan tidak memakai dalaman.
"Nama kamu siapa?". Tanya salah satu dokter sambil memasang beberapa alat medis yang mengalir dibagian tubuh Ara.
"Ara". Sahut Ara berusaha tersenyum.
"Nama yang cantik seperti orangnya". Goda dokter tersebut sambil berusaha membuat Ara tersenyum "Apa kau sudah punya anak". Tanya dokter itu lagi dan Ara hanya menggeleng "Apa kau sudah menikah?". Lagi-lagi Ara hanya menggeleng.
Dalam benar Ara, ingin memaki Dokter tersebut sudah dibilang tidak punya anak lalu di tanya lagi sudah menikah? Benar-benar pertanyaan yang membuat Ara ingin menggelamkan wajah Dokter itu ke laut lapas. Andai saja Ara tidak sakit, sudah dipastikan dia akan berdebat hebat dengan Dokter tersebut.
Ara tidak tahu saja, jika Dokter itu sengaja membuat lelucon supaya Ara tidak tegang dan takut, supaya Ara bisa relax dan tenang.
Mata Ara mulai terpejam saat sang Dokter menyuntikkan obat bius diselang infus Ara. Gadis cantik dengan bulu mata lentik itu tertidur dengan tenang.
"Sebelum melakukan operasi mari kita berdoa". Salah satu Dokter memimpin doa sebelum memulai operasi.
Para Dokter pun melakukan operasi, beberapa perawat juga turut membantu. Disana ada Dokter kandungan, Ahli Bedah dan Penyakit Dalam.
Diruang tunggu tampak dua orang paruh baya tengah saling memeluk erat, keduanya saling menguatkan satu sama lain. Mereka harus yakin jika putri mereka akan baik-baik saja.
"Ayah, Ibu". Seorang gadis berseragam SMA menghampiri kedua orangtuanya "Bagaimana keadaan Kakak?". Tanyanya dengan wajah khawatir.
"Kakak mu lagi didalam melakukan operasi". Sahut Wati berusaha tersenyum menguatkan putri bungsunya.
"Apa Kakak akan baik-baik saja Bu?". Tanyanya dengan wajah dan nada sendu.
"Kakak akan baik-baik saja Nak, kita berdoa ya semoga operasi nya lancar". Ferarer menyandarkan kepala putrinya dibahu tua yang sudah rapuh itu.
Ferarer sebagai seorang Ayah sangat terpukul dengan kondisi Ara. Dirinya hanya seorang kuli bangunan dengan gaji dibawah tiga juta perbulan, berusaha memutar otak agar bisa membayar uang perawatan dan operasi putrinya. Untung saja dirinya mendapat asuransi kesehatan dari pemerintah sehingga bisa sedikit meringankan beban biayanya.
Sedangkan Wati, wanita paruh baya yang menjabat gelar sebagai seorang Ibu, sudah tak bekerja. Tubuhnya yang juga rentan terhadap sakit membuat nya tak mampu lagi untuk bekerja banting tulang. Wati sekarang hanya sibuk mengurus rumah dan keperluan suami dan anak-anak nya.
Kimara atau Ara, dia bekerja disebuah perusahaan besar dengan gaji yanh hanya dua jutaan perbulan mengingat dirinya yang hanya lulusan SMK saja, karena perusahaan tersebut mengaji karyawan berdasarkan tingkat pendidikan bukan prestasi.
Ara adalah gadis cerdas dan pintar, bahkan dia satu-satunya karyawan yang hanya tamatan SMK diperusahaan tersebut. Kemampuan dan prestasi nya tak perlu diragukan lagi, dirinya selalu mendapat juara umum saat masih sekolah. Ara mendapat beasiswa untuk melanjutkan study tapi sayangnya karena memikirkan kondisi dan keuangan keluarga gadis itu terpaksa melepas impiannya dan memilih bekerja.
5 jam kemudian..
Ara keluar dari ruang operasi dibawa oleh tiga perawat.
Ferarer, Wati dan Mey menghampiri Ara yang masih dalam pengaruh obat bius. Wajah cantik gadis itu terlihat pucat dan seperti tak hidup.
Mereka sampai menitikkan air mata melihat wajah Ara, sungguh ini benar-benar menyiksa.
Ferarer, Wati dan Mey masih menantikan Ara untuk membuka mata. Bius dalam tubuh gadis itu masih bekerja dengan baik.
"Kak Ara". Mey mengenggam tangan Kakaknya. Ara sangat menyanyangi Mey dan begitu pun juga dengan Mey. Mereka berdua saling menguatkan satu sama lain.
"Bangun Kak, Kakak harus sembuh, Mey rindu Kakak". Lirih Mey menatap wajah Ara. Ara adalah sosok Kakak terbaik untuk Mey.
"Sudah Nak, Kakak mu masih dalam pengaruh obat. Jangan sedih lagi, kau harus kuat didepan Kakak. Beri dia semangat". Ferarer mengelus pundak putri bungsunya.
"Iya Nak, sebaik nya kau pulang saja jaga rumah. Biar Ayah dan Ibu yang menjaga Kakak disini". Sambung Wati juga menatap putrinya.
Mey mengangguk dan paham "Ya sudah Ayah, Bu. Mey pamit". Dia menyalimi kedua orang tuanya.
Disebuah bar, seorang pemuda tengah asyik berdansa dengan teman-temannya. Sudah berapa botol minuman yang dia habiskan. Seperti mendapat jakcpot dia ditraktir oleh beberapa temannya untuk menemani mereka minum wine.
"Bro, bukannya adikmu sedang di operasi?". Tanya salah satu temannya menepuk pundaknya.
"Hahaha iya dan aku tidak peduli itu. Lebih baik dia mati saja, mengurangi beban keluarga". Sahutnya tergelak tawa menggelagar. Temannya hanya menggelleng tidak percaya.
"Apa kau tidak kasihan pada adikmu?". Tanya temannya bernama Jovan.
"Untuk apa aku kasihan padanya, jika dia tidak bisa memberiku uang". Pekiknya sedikit membentak, bahkan dia sudah sempoyongan karena terlalu banyak minum.
Jovan menggeleng melihat tingkah pria itu, yang tidak lain adalah sahabat nya. Jovan sangat mengenal keluarga Roger ya pria itu adalah Roger, Kakak kandung Ara yang hanya mabuk-mabukan dan tidak mau bekerja.
Roger, menghabiskan waktunya di bar dan judi, pulang kerumah meminta uang pada kedua orang tuanya jika tidak diberi maka Ayah dan Ibu nya akan dipukul tanpa belas kasihan. Roger tidak berani pada Ara karena adik nya itu gadis keras kepala, bahkan pernah mereka berdua baku hantam saat Roger mencuri uang Ferarer.
Dirumah sakit.
Perlahan mata Ara terbuka, sepertinya obat bius itu sudah tidak lagi bereaksi ditubuh Ara. Ara merasakan perih dibagian perutnya dan juga dia merasa panas.
Saat melihat kedua orangtuanya yang terlihat lelah, Ara menahan sakit bekas operasi itu dia yang tadi ingin menangis terhenti saat melihat wajah rapih kedua orangtuanya. Ara tidak mau membuat pasangan paruh baya itu bersedih karena dirinya.
"Bu". Panggil Ara
Wati terbangun dan berkesiap "Iya Nak, dimana yang sakit?". Tanya Wati khawatir.
Ara tersenyum simpul dan menggelengkan kepalanya, padahal bekas operasi nya terasa perih namun ditahan Ara harus kuat.
Ara merasakan perutnya seperti diikat. Dua selang masih melekat diperut Ara, membuat gadis itu meringgis kesakitan. Tak bisa dibayangkan bagaimana kejamnya rasa sakit bekas operasi yang sudah habis obat bius. Sangat sakit perih dan seperti ditumpahi cuka.
**Bersambung......
Ara ❤️ Kay**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!