Maya Putri Dirgantara itu lah nama ku, anak dari seorang milyarder ternama di Indonesia, Siapa sih yang gak kenal dengan Edwan Dirgantara yang mempunyai perusahaan nomor satu dan mempunyai banyak cabang hingga ke luar negeri dan itulah Daddy ku yang sangat memanjakan ku dengan harta miliknya.
Namun semua itu tidak artinya bagi ku saat aku sudah menyandang status sebagai seorang istri dari Dimas Pratama, seorang anak yang hidup sederhana dan anak yatim-piatu, entah dosa apa yang telah aku lakukan sehingga aku mendapatkan pria seperti itu.
Tak aku pungkiri Dimas memiliki wajah yang tampan, bibirnya yang tipis dan hidungnya begitu mancung di tambah dengan kulitnya yang begitu putih membuat wanita mana saja bisa terpesona tapi tidak bagi ku, dia sangat jauh dari kriteria lelaki idaman ku dan yang lebih parahnya lagi Dimas adalah Kaka senior di kampus ku dan pastilah sangat terkenal di kalangan wanita karena ketampanan dan sifat dinginnya kepada semua jenis orang yang bernama wanita.
Pasti banyak yang bertanya kenapa Dimas bisa bersekolah di kampus yang sama dengan ku , yah dia mendapatkan beasiswa sehingga bisa bersekolah di kampus yang terkesan begitu mahal dan hanya orang-orang elit yang bisa bersekolah di sana, sungguh beruntung dirinya.
Kejadian yang membuat ku menyandang status sebagai istrinya karena suatu kesalahan yang aku sendiri mengutuk diriku karena tindakan bodoh ku yang mau menerima tantangan dari para sahabat ku untuk menaklukkan hati Dimas yang seperti batu es sangat dingin dan kaku, sehingga membuat ku harus berurusan dengan Dimas dan akhirnya sebuah kesalahan terjadi yang tak kami sengaja dan membuat aku dan Dimas terpaksa harus menikah.
Awalnya aku sih ogah ya untuk melakukan hal itu, tapi demi harga diri ku Maya Putri Dirgantara yang begitu cantik dan mempesona dan banyak pria yang mengantri untuk berkencan dengan ku tidak bisa menaklukkan hati Dimas aduh apa kata dunia kalau aku gak bisa lakuin itu.
Kejadian ini terjadi Sekitar 1 bulan yang lalu sebelum aku menyandang status sebagai istri Dimas Pratama dan hidup tanpa kemewahan dari orang tua ku.
Flash back kejadian 1 bulan yang lalu
Hari ini hari pertama bagi ku untuk berkuliah di tempat yang aku inginkan yah kampus elit yang berada di kota metropolitan, banyak orang-orang elit bersekolah di kampus satu ini karena fasilitasnya yang begitu lengkap dan para dosen yang mengajar pun bukan hanya berasal dari orang lokal namun orang luar pun ada.
Aku Maya Putri Dirgantara kedatangan ku sangat di sambut dengan teriakan meriah dari para lelaki yang memuja ku, yah hal itu sudah biasa untuk ku dan aku sangat menikmati hal itu, namun aku tau di balik suara huru hara teriakan para fans ku, aku mendengar beberapa ocehan sampah dari para wanita yang mungkin iri dengan kecantikan yang aku miliki.
Aku duduk manis di bangku taman kampus sambil menunggu para sahabat ku yang mengikuti ku masuk di kampus elit ini, tidak menunggu lama teriakan suara yang memanggil nama ku dan tak asing lagi bagi telinga ku, aku menatap ke depan dan melihat ke tiga sahabat ku sudah datang dan langsung memeluk ku dengan erat seakan kita gak bertemu selama 2 purnama.
"Apaan sih ! gua sesak nih lepasin dong, " pinta ku kesel saat Rere memelukku yang membuat ku merasa tidak nyaman.
"Ya ampun May Lo kaya gak tau Rere aja di antara kita dia tuh yang paling lebay, gua aja tadi di peluk sampai gak bisa napas ," cetus teman ku yang bernama Sintia.
"Hehe...yah maaf Sin arwah gua kelepasan tadi, " ujar Rere teman ku yang mungkin agak sedikit konyol dan lalot di antar kami.
"Sin..,sin...,nama gua Sintia Lo kira gua sin cos tan apa. " jelas Sintia kesel dengan Rere yang memanggilnya dengan sebutan Sin.
"Udah deh apa gak malu kita jadi pusat perhatian...gua malu yuk masuk kelas, " timpal Zahra dengan malu langsung menarik tangan ku.
Berbeda dengan kedua sahabat ku Rere yang konyol dan lalot, Sintia yang tegas dan ucapannya agak sedikit kasar dan Zahra yang mempunyai sifat pemalu di antara kami dan dia juga seorang wanita yang mungkin katagori wanita salehah atau Solehah entah apa namanya aku lupa, hehe...
Zahra sangat rajin beribadah dan dia memakai sesuatu yang menutup kepalanya yang biasa aku dengar dia menyebutnya dengan hijab, orang tua Zahra juga tidak kalah kaya namun dia sangat di didik oleh agama berbeda jauh dengan ku.
Orang tua ku tinggal ayah ku seorang sementara Mommy ku telah meninggal saat aku di lahir kan dan aku terpaksa harus besarkan oleh para pelayan yang bekerja di rumah, kalau ayah ku sangat sibuk mengurus pekerjaan nya sehingga jarang ada waktu untuk mengurus ku, tapi aku mempunyai seorang kaka yang sangat menyayangi ku dan sekarang ia sedang berada negeri Pama Sam untuk menimbah ilmu di sana.
walaupun begitu kasih sayang ayah ku pun tidak pernah berkurang untukku dan sebenarnya aku jarang sekali atau mungkin tidak pernah untuk di ajarkan agama oleh ayah ku, walau agama ku tertulis dalam KTP pemeluk Islam tapi aku tidak pernah melakukan solat, saat puasa pun kadang aku sering bolong... astagfirullah sungguh aku hamba yang berdosa.
Kami pun menuju dalam kelas...oh iya kalian pasti bertanya kenapa kami menuju kelas yang sama..yups kami memilih jurusan yang sama karena kami terbiasa sejak SMP dan SMA kami sekelas dan saat kuliah pun kami bersepakat untuk memilih jurusan yang sama dan kampus yang sama, mantapkan.
Kami pun duduk sambil bercerita dan tertawa bersama namun kami berhenti bercerita saat mendengar pembicaraan yang menarik perhatian.
"Guys kalian dengar kan, ada cogan di kampus kita, " ucap Sintia sangat antusias.
"Gua dengar Re, telinga gua masih normal, tapi dia seorang senior di kampus kita." balas ku dengan santai.
"Astaga! terus kenapa kalau dia seorang senior." Ucap Sintia.
"Lo suka sama Kaka senior itu, Lo belum pernah ketemu dan hanya mendengar cerita Lo langsung suka. " ujar ku santai sambil memainkan ponsel ku melihat beberapa Vidio yang lagi tren di aplikasi tok tok.
"Sintia beneran Lo suka sama Kaka senior yang di bicarakan tadi ,?" tanya Rere polos pada Sintia.
"Enggaklah yang bener aja, gua hanya punya ide gila sekilas saat mendengar obrolan mahasiswa tadi ," timpal Sintia sambil melirik ke arah ku, aku melihat tatapannya membuat ku merasa idenya ni anak pasti gak bener nih.
"May!," Panggil Sintia kepada Ku, aku yang mendengar Sintia memanggil nama ku langsung tau apa ide konyolnya yang tiba-tiba itu.
"Stop deh Sintia, gua gak mau hubungan gua hancur dengan boy! Lo tau sendiri kan gua bukan wanita sigle gua udah punya kekasih, " jelas ku pada Sintia.
"Maksud pembicaraan kalian apa sih bisa di jelasin gak ,?" tanya Rere yang memang anaknya sedikit lalot.
Sementara Zahra sudah sangat mengerti arah pembicaraan kami dan dia juga setuju dengan ide konyol dari otak Sintia.
"Tapi Lo dengarkan kan Sintia, Kaka senior itu sangat dingin dan kaku di tambah lagi dia bisa bersekolah di kampus ini karena beasiswa berarti dia dari keluarga yang kurang mampu! bukan maksud gua merendahkan hanya saja Maya nya mau gak,? " papar Zahra melirik ke arah ku.
"Pasti maulah, iyakan may!" Sintia melirik ke arahku.
Aku hanya diam berpikir dengan baik bagaimana pun aku sudah memiliki seorang lelaki yang sangat aku cintai dia bernama Boy tapi sekarang dia bersekolah di luar negeri.
" Cukup deh Sintia gua gak mau mengkhianati pacar gua ," jelas ku berusaha menolak ide konyol dari Sintia.
"May! gua gak suruh Lo pacaran sama senior itu gua juga tau dia bukan tipe Lo tapi gua hanya tantang Lo untuk menaklukkan hati senior itu, Lo dengarkan tadi hampir setiap wanita sudah ia tolak secara mentah-mentah dan gak mungkin kan Lo kaya nasib para wanita itu secara Lo Maya Putri Dirgantara wanita cantik dan seksi tidak ada pria mana pun yang mampu nolak Lo." beber Sintia melirik ke arah ku.
gua berpikir sejenak iya masa gua gak bisa untuk menaklukkan cowok kaya Kaka senior yang di bicarakan mahasiswa tadi ,hello! gak mungkin lah secara gua Maya Putri Dirgantara mau tarung di mana muka gua.
"Baiklah hanya menaklukkan hatinya mah itu gampang unukku," jawab ku santai.
"Jadi May kamu memilih putus dengan Boy dan mengejar Kaka senior itu,? "Tanya Rere entah otaknya lalot atau apa sih, kenapa bisa gak paham apa yang kami bicarakan sejak tadi.
Zahra dan Sintia yang mendengar ucapan Rere langsung menepuk jidat mereka dan Zahra menjelaskan secara pelan-pelan kepada Rere agar dia paham.
"Oh jadi gitu, " ucap Rere
"Ah...,oh...,ah...,oh makanya tuh otak bisa gak di pake, " ucap Sintia kesel.
"Astagfirullah sin, otak gua ada kok nih ada dalam kepala gua sin, mau cek yuk kita ke rumah sakit papa gua untuk mengecek otak gua benar-benar ada kok gua pake gak pernah gua lepas ," jelas Rere dengan wajah polosnya.
Sintia pun menepuk jidatnya mendengar ucapan Rere sementara Zahra langsung menyuruh Rere untuk diam dari pada ikut nimbruk yang ujung-ujungnya gak nyambung.
"Jadi kapan misi ini berjalan,? " Tanya Zahra penasaran.
"Besok gua akan coba deketin sekalian gua suruh beberapa bodyguard gua untuk mencari tau tentang senior itu, " jelas ku sambil menarik di ujung bibir ku membentuk sebuah senyuman.
"Okeh kita taruhan kalo Lo bisa menaklukkan hatinya May, kita bertiga teraktir Lo selama sebulan full apapun yang Lo minta kami beliin deh," imbuh Sintia dan di anggukan oleh Zahra dan Rere.
"Okeh tapi kalian siap-siapin uang yang banyak, soalnya barang yang aku minta akan cukup mahal loh," terang ku.
Tak lama pun pembicaraan kami terhenti karena dosen sudah masuk dalam kelas untuk memulai pembelajaran.
"Hah... menaklukkan lelaki itu hal yang mudah bagi ku, lumayan di teraktir anak-anak," ucap ku dalam batin dengan pede banget secara aku gak pernah di tolak oleh cowok manapun.
Bersambung....
hallo reader tersayang author 😘😘😘 ada yang baru nih 😁😁😁 novel baru karya author mohon dukungannya ya 😘😘😘
Setelah kegiatan kampus selesai aku pun segera pulang ke rumah, badan ku terasa lelah menghadapi mata kuliah hari ini rasanya aku ingin merebahkan badan ku di tempat tidur kesayangan ku yang begitu empuk dan berukuran king size itu.
Sesampainya di rumah aku menyapa beberapa pelayan dan mengambil segelas air putih lalu meminumnya untuk menghilangkan rasa haus ku saat di perjalanan tadi, setelah itu aku segera masuk kedalam kamar ku dan segera merebahkan badan ku.
Huuu! terasa sangat nyaman dan empuk banget rasanya mataku ini tak kuat untuk terbuka lama namun saat mata ku sudah terasa sayup sebuah notif pesan yang berbunyi di ponsel kesayangan ku yang ku simpan di atas meja sebelah ranjang pun berbunyi membuat mata ku spontan terbuka dengan sempurna.
"Pasti pesan dari para bodyguard ku," aku segera bangkit dan langsung membuka pesan, dugaan ku sangat benar orang yang ku suruh untuk mencari tau tentang Dimas sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, mereka mengirimkan informasi tentang Dimas secara detail.
dengan gerakan kilat aku membacanya satu persatu tentang biodata Dimas, dia memang dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya sudah lama meninggal saat Dimas SMA dan sejak saat itu Dimas pun hidup menjadi anak yatim piatu.
Dia bekerja siang dan malam untuk membiayai hidupnya, berbagai pekerjaan dia kerjakan dengan baik sampai dia bisa bersekolah dan mendapatkan beasiswa di kampus elit itu.
"Lumayan menarik, " gumam ku sambil terus membaca biodata Dimas.
Dimas seorang pemeluk agama yang baik, buktinya Reyhan selalu mengerjakan solat 5 waktu dan mengaji saat waktu kosong di kampus ia menghabiskan waktu untuk mengaji di mesjid yang berada di lingkungan kampus.
"Wah religius ya, berarti gua harus religius juga mampus dah kalau begini, secara gua kan, apa ya yah enggak kafir..., kafir amat ya hanya saja gua apa ya..., ah masa bodoh lanjut baca lagi,"
Aku pun membaca biodata Dimas sampai selesai dan aku menyimpulkan dia memang anak yang baik dan tidak neko-neko, Dimas juga bukan tipikal yang mudah di dekati secara hampir semua perempuan yang menyatakan perasaan padanya dia langsung menolak secara terang-terangan tanpa memikirkan perasaan wanita itu.
Tapi gua Maya Putri Dirgantara gak mungkin kan di tolak secara akal sehat dan logika laki-laki mana yang mau tolak wanita cantik, berbodi biola, seksi dan kaya raya seperti diriku istilahnya ya cowok yang mendapat kan aku seperti mendapatkan permata yang langkah dan hanya satu di dunia ini.
"Baiklah Dimas Pratama you are my target, " ucap ku dengan senyum sinis.
Tok....
Tok....
Tok....
Suara ketukan yang membuat ku sedang fokus membaca biodata Dimas pun buyar belum sempat aku membuka salah satu pesan yang baru di kirim dari orang suruhan ku dengan langkah cepat aku segera membuka pintu kamar ku.
betapa terkejutnya diriku saat melihat sosok pria yang berdiri di hadapan ku yang sudah berumur paru baya namun masih terlihat fresh.
"Daddy!" aku langsung memeluk sosok pria yang sangat aku rindukan bagaimana tidak hampir enam bulan ini dia tidak pulang ke Indonesia karena kesibukannya di luar negeri mengurus beberapa cabang perusahaan di sana.
"Apa kamu sangat merindukan Daddy mu ini putri kecil ku,? " tanya Daddy membalas pelukan ku dan mencium pucuk kepala ku.
"Sure Daddy, tapi kenapa Deddy gak memberitahukan ku?, kalau Deddy akan pulang kan aku bisa menjemput Daddy di bandara," aku memeluk Daddy dengan sangat erat.
"Daddy memberikan suprise untuk putri kecil Daddy dan juga-" ucapnya terpotong dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Daddy apa itu,?" tanya ku masih bingung dengan benda yang Daddy ku keluarkan dari saku celananya.
"Tutuplah mata mu sayang, " Pinta Daddy dengan segera aku menuruti permintaan Daddy untuk menutup mata ku dan saat Daddy menyuruh membuka berapa terkejutnya saat kalung melingkar di leher cantikku dengan liontin bertuliskan nama ku "Maya"
"Oh my God! Daddy ini bagus banget, " aku senang mendapatkan hadiah yang begitu cantik dan aku pikir kalung ini memiliki harga yang cukup fantastik secara detail kalung dan ukurannya begitu wow banget.
"Kamu suka sayang ,?" tanya Daddy padaku.
"Suka banget Daddy makasi, sayang deh sama Daddy," aku memeluk erat Daddy ku seakan aku tak mau melepaskannya.
"Alhamdulillah kalau Maya suka dan apa hari pertama kamu masuk kampus sangat menyenangkan sayang,?" tanya Daddy pada ku
"Yah sangat menyenangkan Daddy," jawab ku singkat masih fokus melihat kalung yang tadi Daddy berikan padaku.
"Tidak membuat ulah kan,? " tanya Daddy yang sudah tau kelakuan nakal ku, yah saat SMP dan SMA aku selalu membuat ulah sehingga orang tuaku selalu terpanggil bagaimana tidak aku selalu berkelahi dengan wanita-wanita yang iri dengan ku dan menjelekkan ku yang seakan-akan mereka tau tentang hidup ku.
"Tentu tidak Daddy, Maya janji gak akan nakal lagi!"
"Baguslah kalau begitu, apa kamu ingin makan malam bersama Daddy." tawar Daddy pada ku yang tentu saja aku langsung mengangguk setuju dan segera berganti pakaian.
Kami pun menyusuri kota metropolitan pada malam itu, masih terlihat jelas padatnya kota dengan beberapa kendaraan yang menghiasi jalan raya baik beroda dua, tiga dan empat.
Setelah menempuh perjalanan 30 menit akhirnya kami sampai di restoran milik Daddy.
Kami pun segera masuk, para pelayan yang mengetahui kedatangan sang pemilik restoran Langsung melayani kami dengan baik .
Namun pandangan ki tertuju pada satu pelayan yang khusus melayani kami wajahnya begitu tak ku kenal 'apakah dia pelayan baru di sini' pikir ku.
" mau pesan apa sayang,?" tanya Daddy sambil mengusap kepala ku.
"masih pilih nih Daddy semuanya kelihatan enak," Jawab ku, sambil melihat data menu pesanan yang di berikan pelayan baru tadi.
"kalau kamu suka semuanya pesanlah sayang." ujar Daddy membuat tertawa kecil mendengar candaan kunonya namun masih tetap terdengar lucu.
"ah gak mau nanti Maya gendut gimana,' terang ku sambil menekan badan ku yang akan terlihat gendut.
"hahahaha ada-ada saja kamu," balas Daddy dengan tawanya membuat ku tersenyum.
memang sih restoran milik Daddy satu ini masih terbilang cukup baru jadi aku sama sekali belum mengenali karyawan di sini, apalagi 6 bulan terakhir ini Daddy berada di luar negeri sehingga membuat ku jarang mengunjungi restoran ini.
Bersambung.....
jangan lupa untuk :
👍 like
💬 komentar
❤️ favorit
🎟️ vote
🥀 berikan hadiah jika kalian menyukai novel ini
Keesokan harinya aku segera ke kampus untuk mendekati Dimas sesuai dengan kesepakatan yang aku buat bersama kolegaku yang rada gesrek itu.
mereka benar-benar sudah menanti kedatangan ku sejak tadi untuk melihat secara langsung menaklukkan hati si katanya makhluk ciptaan Tuhan yang paling tampan itu.
Tapi masalahnya di sini aku belum sekalipun melihat wajah senior yang katanya tampan itu, secara gue mahasiswa baru di kampus ini dan gua juga baru tau namanya Dimas Pratama kemarin.
"Beneran Lo belum lihat mukanya senior itu,?" Tanya Sintia, yah gua mengangguk saja toh memang nyata gue sama sekali belum lihat mukanya.
"Apa orang suruhan Lo kemarin gak kirimin Lo foto senior itu,?" sambung Zahra.
Gua berfikir sejenak " memang sih kemarin ada satu pesan yang belum gua sempat baca karena Daddy gua yang tiba-tiba datang." terahg ku sambil meraih handphone di dalam tas.
"Coba Lo cek jangan sampe yang di kirim fotonya senior itu," ucap Sintia antusias.
Gua pun membuka pesan yang dikirim orang suruhan gua dan betapa terkejutnya gua saat melihat wajah yang ada di layar ponsel gua, bukan karena gua kaget karena gantengnya namun orang yang ada di layar ponsel gua ini orang yang gua temui semalam di restoran Daddy gua.
"May...,May..., ada apa,? " tanya Sintia.
"OMG! apa beneran dia senior kita sumpah ganteng banget," ucap Rere merampas ponsel ku dan melihat foto Dimas.
"Dia..., dia..., bekerja di restoran bokap gua guys " ucap ku menatap ketiga sahabat ku.
"What !" pekik Rere, Zahra dan Sintia secara serentak membuat telinga gua jadi sakit.
"Enggak usah lebay kali, gua juga kaget saat lihat fotonya," ucap ku lalu mengambil kembali ponsel ku dari tangan Rere.
"Jadi Lo mau nerusin rencana ini,?" tanya Zahra.
"Enggak! masa gua harus kejar orang itu nanti kalau ketemu di restoran bokap gua gimana? mau taruh di mana muka gua, " Terang ku dengan wajah kesal.
"Jadi Maya Putri Dirgantara yang terkenal cantik, seksi dan kaya gak bisa menaklukkan hati senior itu," ujar Sintia dengan nada mengejek membuat ku bertambah kesal.
Masa ia sih gua harus mendekati seorang pelayan yang bekerja di restoran Daddy gua, tapi harga diri gua juga jadi taruhannya bila gak bisa menaklukkan hati Dimas.
"Beneran ya May, Lo gak bisa mengambil hati senior itu,?" tanya Rere dengan nada polos tapi ampuh membuat ku jadi makin kesal.
Namun saat sedang berdebat dengan sahabat-sahabat gua tiba-tiba senior yang bernama Dimas Pratama lewat bersama teman-temannya.
"Tuh Kaka senior yang sedang di bicarakan kebetulan lewat! tapi kayaknya kecantikan Maya gak bisa membuat senior itu pangling deh," ledek Sintia, entah mengapa tuh anak membuat emosi gua naik sejak tadi.
"Siapa bilang gua gak bisa! lihat aja kalian tunggu di sini. "
Tanpa basa basi demi harga diri gua, gua langsung berjalan menuju kearah Dimas dengan membawa buku yang cukup banyak yang gua ambil dari tangan Rere dan Zahra.
"Lihat saja gua Maya Putri Dirgantara gak mungkin di tolak " gumam ku sambil berjalan mendekat ke arah Dimas dan teman-temannya.
Bruk.....
Gua sengaja tersandung di hadapan Dimas dan teman-temannya, ini adalah salah satu teknik yang gua pake entah mengapa di otak gua hanya rencana itu yang muncul begitu saja.
"Aw," pekik ku pura-pura kesakitan.
Gua pun di bantu berdiri oleh seseorang dan membantu memungut buku ku yang berserakan di tanah, namun saat gua lihat orang yang membantu gua bukan Dimas melainkan dua orang temannya.
"Lain kali hati-hati ya, " ucap teman Dimas ramah.
Sementara Dimas hanya melihat gua secara datar tanpa ekspresi....what dia beneran manusia atau makhluk kutub, sama sekali gak tergiur gitu dengan kecantikan gua.
"Ia kak makasih ya, " balas ku lembut.
"Kamu anak mahasiswa baru ya,? " tanya salah satu teman Dimas yang tadi membantu memungut buku gua.
"Iya kak saya mahasiswa baru," jawab ku dengan senyum yang sangat terpaksa.
"Salam kenal ya gua Farel, " ucap teman Dimas yang bernama Farel tadi memang sih wajahnya lumayan tapi masih ganteng Dimas sih ..ah apa yang gua pikirkan....singkirkan pikiran bodoh gua.
"Gua Riko dan ini Dimas, " sambung orang yang bernama Riko dan gua cuman membalas dengan senyuman.
Gua coba melempar kan senyum terbaik gua kepada Dimas namun dia hanya melihat gua sekilas dan langsung berjalan pergi meninggalkan gua, Riko dan Farel tanpa membalas senyuman gua.
"Oh iya dia emang orangnya gitu, kita cabut dulu ya semoga kamu senang di kampus ini ," ucap Farel langsung pergi bersama Riko meninggalkan gua sendiri.
Dari kejauhan Sintia dan Zahra tersenyum menang mereka sangat bahagia melihat gua seperti tadi, sementara Rere langsung menghampiri gua dan di susul oleh Sintia dan Zahra.
"May! Lo gak apa-apakan tadi gua mau bantu nolongin tapi Sintia dan Zahra larang gau bantu Lo, " terang Rere dengan wajah polos,nih anak tambah membuat gua kesal tapi gua tau sih niatnya nih anak baik.
"Dia gak apa-apa Re, hanya sepertinya harga dirinya sudah rusak karena ulah senior tadi ," jelas Sintia dengan nada mengejek.
"Maksudnya,?" tanya Rere.
"Sini gua jelasin re ," ucap Sintia menjelaskan Rere secara detail, gua yang mendengarnya menjadi ikutan kesal, benar-benar harga diri gua jatuh.
"Tau ah! " aku membanting kaki langsung pergi meninggalkan teman-teman gua menuju ke dalam kelas.
"Awas aja Lo Dimas, gua akan buat perhitungan dengan Lo " batin ku benar-benar kesal.
bersambung...
**mohon dukungan
👍like,
🎟️vote,
❤️favorit and
💬jejak komentar kalian ya
😘😘 agar author lebih semangat nulisnya 🥰🥰**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!