'Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini? Aku sudah tidak sanggup, menjalani semua ini ... Apa salahku terhadap suamiku? Kenapa suamiku lebih percaya dan sayang terhadap Ibunya serta adiknya di bandingkan aku.'
'Mereka di depan suamiku begitu baik, tetapi ketika suamiku tidak ada mereka begitu brengsek dan selalu bikin cari masalah. Aku benci hidupku sekarang .... ' Isak tangis Tika sambil menundukan kepalanya diatas bantal dan disertai genangan airmata membasahi batal tersebut.
Chandra pun masuk ke dalam kamar. Laki-laki itu datang menghampiri istrinya yang sedang menangis, lalu menatap Tika dan berjalan menghampiri Tika.
"Tika, kenapa kamu menangis?" Chandra menatap istrinya dengan heran.
Tika hanya melirik sekilas ke arah Chandra, tanpa berniat menjawab pertanyaan suaminya.
Perempuan itu mengusap air mata yang mengalir di pipinya, kemudian memilih tidur daripada menjawab perkataan suaminya yang nantinya hanya akan berujung dengan pertengkaran.
Begitulah Tika, dia lebih memilih diam ketika keadaannya sedang emosi.
"Tika, jawab!" bentak Chandra kesal. Amarahnya naik saat sang istri justru mendiamkannya, "aku tidak suka, jika aku bertanya, kamu tidak menjawab dan malah mendiamkan aku!" Chandra dengan menatap kesal istrinya.
Namun lagi-lagi Tika pun tidak menjawab perkataan suaminya. Karena merasa kesal, dengan segera Chandra pun menarik tubuh istrinya sehingga terjatuh ke bawah lantai.
"Mas, kamu sudah gila, ya? Kenapa kamu kasar banget sih?" teriak Tika sambil mengusap pantatnya yang sakit dan menatap tajam suaminya.
"Makanya, kalau suami nanya tuh dijawab, bukannya malah pura-pura tuli!" Suara Chandra tak kalah tinggi.
"Memangnya kalau aku jawab pertanyaan kamu, kamu akan peduli sama aku? Tidak bukan?" Tika menatap tajam ke arah suaminya.
"Kamu benar-benar kurang ajar, Tika!" Tangan Chandra terangkat menampar pipi istrinya. Mendengar jawaban Tika, amarah Chandra langsung naik seketika.
"Mas, apa yang sudah kamu lakukan? Kenapa kamu malah menamparku?" Tika menatap suaminya dengan tatapan tak percaya sambil memegangi pipinya yang terasa sakit akibat tamparan Chandra.
"Itu adalah hukuman untuk kamu, karena sudah kurang ajar dan membantah ucapan suamimu!"
"Harusnya kamu tuh mikir, Mas, aku jadi seperti ini karena kamu!" Tika menatap Chandra dengan perasaan kecewa.
"Kenapa sekarang kamu berubah, Mas? Kenapa sekarang kamu suka sekali main kasar dan seringkali menyalahkan aku?"
"Kenapa, Mas? Kenapa?" lanjut Tika dengan rasa sakit di hatinya. Air matanya mengalir membasahi wajah cantiknya.
Chandra pun menatap istrinya sebentar, dan tidak mengerti apa yang di inginkan oleh istrinya.
"Sudahlah Tika, aku cape harus berdebat terus denganmu. Sekarang jawab perkataanku, apa yang ingin kamu katakan?" tanya Chandra sambil menatap istrinya.
"Aku ingin kita bercerai, Mas."
"Apa?" Chandra menatap Tika dengan wajah terkejut.
"Kau ingin bercerai denganku? Apa kau sudah gila?" Chandra mendekati istrinya, tangannya bergerak meraih dagu istrinya.
"Dengar, Tika, sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menceraikanmu!"
*****
Tika Lestari, wanita yang masih berumur 25tahun dan memiliki seorang anak berjenis kelamin perempuan yang kini berusia 5,5 tahun, bernama Chika Sanjaya.
Wanita cantik tersebut, kini sedang menangis meratapi kehidupannya yang sedang di alaminya. Wanita tersebut merasa ingin menyerah dengan rumah tangga yang dijalaninnya, tetapi wanita tersebut sadar ada anaknya yang masih kecil masih berusia 5,5 tahun. Jadi dia memilih untuk bertahan dengan suaminya karena tidak mau egois demi anak. Tetapi wanita tersebut merasa suaminya telah berubah dan selalu main tangan dengan kasar dan menyakiti perasaannya sehingga bingung harus apa yang dilakukannya? Dan haruskah, mengakhiri rumah tangga dengan suaminya?
Yuk kepoin kelanjutannya di part berikutnya😊
*jangan lupa kasih dukungan dengan kasih like dan komentarnya. Terima kasih.
"Kenapa Mas? Kenapa Mas tidak mau menceraikan aku hah? Bukannya, itu lebih baik buat kita. Jadi pulangkanlah aku kepada orangtuaku! Lagian, percuma bertahan Mas kalau sikapmu selalu membuat hatiku sakit. Selama ini aku selalu sabar menghadapi sikapmu, orangtuamu dan adikmu serta selalu mengalah dan mengerti. Tetapi kenapa, tidak ada yang mau mengerti denganku?!" tanya Tika sambil menatap sinis Chandra.
"Jangan melibatkan orangtua dan adikku dalam permasalahan kita!"
"Loh emangnya kenapa Mas? Lagian, Mas belum tahu ya kalau mereka selalu mengadu dombakan aku. Bahkan selalu bilang sama tetangga-tetangga, kalau aku selalu seenaknya di rumah bahkan katanya, aku tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah," ucap Tika sambil menatap suaminya.
"Padahal Mas sendiri tahu, kalau aku suka cuci piring, cuci pakaian mereka, dan mengepel lantai. Apakah ini yang dinamakan kalau aku pemalas? Lagian, kenapa sih aku selalu salah dimata mereka Mas, kenapa?" Tika sambil memukul dada bidang suaminya.
Chandra pun hanya diam dan sambil menatap istrinya,"Jaga mulutmu Tika! Aku tahu, kalau itu cuma omong kosongkan! Kamu ingin memfitnah keluargaku kan? Lagian, kenapa sih kayaknya kamu enggak suka banget mereka tinggal disini hah?" Chanda sambil menghempaskan tangan istrinya yang memukul dada bidangnya dengan kasar."Sudahlah, aku tidak mau berdebat lagi dan mendengar omong kosongmu itu!" Chandra sambil berlalu pergi meninggalkan istrinya dan berjalan menuju keluar kamar.
Arggh .... Teriak Tika merasa kesal dengan amarah yang memuncak.
'Tuh kan, percuma saja aku bercerita padamu tetapi tidak pernah kau respon, atau kau kasih sedikit rasa ibamu Mas! Aku tetap saja salah dimatamu, dan kamu bilang aku memfitnah mereka? Aku bukan orang yang selalu memfitnah orang, dan bukan orang suka mengadu dombakan orang lain. Lagian aku berbicara sesuai fakta dan tidak mengada-ngada. Tetapi kenapa tidak ada yang mau mendengar jeritan hatiku kenapa ....,' lirih Tika dengan terisak nangis dan semakin pecah.
Tika pun melemparkan satu buku majalah hingga jatuh ke bawah.
'Hanya yang maha kuasalah, yang mendengar jeritan hatiku. Betapa sakitnya hatiku dan entahlah apa yang harus aku lakukan sekarang? Mungkin, aku harus bersabar lagi menjalani hidupku ini demi anakku! Semoga saja dengan kesabaranku selama ini, ada keajaiban dari yang maha kuasa di gantikannya kesedihanku dengan kebahagian yang luar biasa.
Dan aku berharap suamiku mendapatkan, hidayah serta di tuntun ke jalan yang benar. Karena aku rindu suamiku yang dulu, suami yang selalu mengajakku beribadah berjamaah, suami yang selalu mengingatkan aku ketika salah, dan suami yang selalu lemah lembut tidak pernah main tangan. Itulah, yang aku inginkan sekarang! Semoga yang maha kuasa menunjukan sifat dan prilaku asli mereka seperti apa? Dan semoga aku selalu terus diberi kesabaran dalam menghadapi semua ini,' Tika sambil duduk diatas sofa yang berada di kamar.
Chika Sanjaya pun memasuki kamar Ibunya, dengan rambut berponi, berkucir kuda dan memakai pakaian dress berlengan pendek berwarna merah, serta rok sebawah lutut. Sehingga kelihatan sangat Anggun dan cantik. Lalu Chika pun berjalan menghampiri Ibunya dan memanggilnya.
"Ibu .... " panggil Chika sambil berjalan menghampiri Ibu yang kini duduk di sofa.
Tika pun merasa terkejut, saat mendengar putrinya memanggil dirinya, dengan segera Tika pun mengusap airmatanya yang membasahi pipinya,"Iya sayang, kenapa?" tanya Tika sambil mengusap lembut pucuk rambut Chika.
"Ibu, kenapa mata Ibu memerah? Apakah Ibu, habis sudah menangis?" tanya Chika sambil menatap Ibunya.
"Tidak kok Nak, tadi Ibu habis kena debu yang ada di jendala itu. Saat Ibu ingin membersihkan jendela tersebut. Sehingga pedih ke mata, karena debunya banyak," bohong Tika sambil mengusap matanya dengan tangannya.
"Oh gitu ya Bu. Makanya hati-hati Bu, kalau lagi beres-beres. Oya Bu, kita ke place market yuk? Chika pingin eskrim." ucap Chika.
"Heem. Oh, jadi kamu pingin eskrim? Ya sudah ayo kita beli." ucap Tika kepada putrinya.
"Oke Bu, ayo!"
Tika dan Chika pun, dengan segera keluar dari kamarnya setelah Tika mengambil Tasnya. Lalu berjalan menuju keluar dan masuk ke dalam mobil miliknya. Setelah semuanya sudah siap dengan segera Tika pun menjalankan mobilnya untuk pergi menuju ke tempat tujuan.
Bersambung ....
Di sebuah Place marcket, Tika sedang merasakan ke khawatiran dan kecemasan terhadap anaknya yaitu Chika. Bagaimana tidak? Tiba-tiba Chika hilang dan tidak ada di tempat tersebut.
'Chika .... dimana kamu Nak?' Teriak Tika sambil mencari berjalan satu tempat ke tempat lain.
'Kemana lagi aku harus mencari anakku? Chika, kamu dimana Nak? Teriak Tika ,"Maaf Bu, Mbak, apakah melihat orang ini," tanya Tika sambil menunjukan poto tersebut yang berada di dalam handphone.
"Maaf Mbak, saya tidak melihatnya." jawab para pengunjung yang ada disana.
"Terima kasih ya Bu, Mbak," ucap Tika. Kemudian berjalan untuk mencari kembali lagi anaknya.
'Sudah hampir satu jam lebih aku mencari anakku kemana-mana, tetapi tidak di temukan juga,' gumam Tika duduk di kursi yang berada di taman tersebut. Kebetulan pusat perbelanjaannya yang dikunjungi Tika dekat dengan taman.
*
*
Ditempat lain,
'Ibu ... dimana Bu ... ' teriak Chika yang kini berada di sebuah tempat yang dirinya juga tidak tahu ada dimana. Tempat tersebut kumuh dan jarang ada orang lewat.
'Ibu ... hiks, hiks, Ibu dimana ...?' Teriak Chika sambil mencoba berjalan kembali menuju tempat pusat perbelanjaannya. Tetapi Chika bingung, jalan pulang menuju tempat tersebut.
Kemudian datanglah seorang pria dengan memakai setelan jas layaknya seorang pekerja kantoran, lalu berjalan menghampiri Chika.
"Kenapa kamu menangis Nak?" tanya Pria tersebut sambil menatap Chika kemudian berjongkong mensejajarkan tubuhnya dengan Chika.
"Ibu, Ibuku Om ...," jawab Chika dengan mengantung ucapannya, lalu terisak menangis kembali.
"Iya, Ibu kenapa sayang?" tanya Pria tersebut sambil mengerutkan keningnya, karena penasaran dengan ucapan Chika yang mengantung.
"Ibu sama aku terpisah Om! Aku enggak tahu, Ibu sekarang ada dimana," jawab Chika sambil sesegukan karena terus menangis.
"Loh kenapa bisa seperti ini? Coba ceritakan sama Om," ucap Pria tersebut.
"Tadi saat Ibuku izin ke toilet, aku disuruh nunggu diluar di Grad Marcket. Tetapi aku tidak mendengarkan perkataan Ibu. Dan malah terus berjalan mengikuti badut saat menghampiri aku Om," Chika menjelaskannya," sekarang, Chika tidak tahu jalan pulang dan tidak tau Ibu ada dimana sekarang."
"Oh jadi begitu. Ya sudah kamu jangan bersedih lagi, nanti Om bantuin kamu cari Ibumu," ucap pria tersebut sambil mengusap airmata Chika yang membasahi pipinya.
"Serius Om, Om mau bantu Chika?" tanya Chika sambil menatap pria tersebut.
"Iya Om serius sayang. Oya, siapa nama kamu?" tanya Pria tersebut.
"Nama saya, Chika Om." jawab Chika.
"Nama yang bagus. Perkenalkan nama Om, Andrew! Ya sudah, ayo kita cari Ibumu."
"Oke, baiklah Om." jawab Chika.
Kemudian Chika dan Andrew pun berjalan untuk mencari Tika. Dan mereka berjalan ke tempat pusat perbelanjaan saat Chika dan Tika berada disitu.
Setengah jam kemudian. ..
"Gimana Om, Ibu tidak ada disini?" rengek Chika saat mencari Ibunya di pusat perbelanjaan Grand Marcket tetapi tidak menemukannya.
"Tapi kamu yakinkan, kalau tadi kamu sama Ibumu disini?" tanya Andrew.
"Iya Om, Chika sangat yakin disini tempatnya," ucap Chika sambil menundukan kepalanya karena merasa sedih.
"Emmzz ... jangan sedih gitu dong sayang! Kita cari lagi Ibu di tempat lain. Siapa tahu, Ibu ada di tempat lain," ucap Andrew sambil tersenyum dan berusaha untuk tidak membuat sedih Chika.
"Oke. Baiklah Om," jawab Chika.
Tiba-tiba perut Chika berbunyi, dan Chika pun cengengesan karena merasa malu.
"Kamu lapar sayang?" tanya Andrew kepada Chika.
"Iya Om hehe," jawab Chika dengan polosnya.
"Ya sudah sebelum mencari Ibumu lagi, kita makan dulu."
"Serius Om, mau ngajak Chika makan?" tanya Chika.
"Tentu saja. Ya sudah kita ke restoran, kita makan dulu."
"Siap Om."
Chika dan Andrew pun berjalan menuju restoran untuk makan siang dulu sebelum mencari kembali Tika. Tempatnya pun tidak jauh dari pusat perbelanjaan. Dan akan dilanjutkan setelah selesai makan siang.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!