NovelToon NovelToon

Menikahi Gadis CULUN

01. Edzard Zeon Abraham

"Kapan kamu kembali ke tanah air, Bella?" tanya Edzard dingin pada seseorang di balik telepon genggam di tangan nya.

"Kontrak ku selesai 6 bulan lagi, Zard."

"Apa nggak bisa pulang minimal dua hari saja ke tanah air untuk kita menikah? Daddy dan Mommy meminta ku menikah dalam bulan ini."

"Bulan ini aku gak bisa, honey. Coba bujuk lagi orang tuamu. Aku janji setelah kontrak ku selesai, kita akan menikah. Honey, kamu belum kirim uang yang aku minta kemarin ya?"

"Nanti aku transfer."

"Sudah dulu, ya. Pemotretan sudah mau di mulai. Bye honey,"

Panggilan telepon terputus begitu saja membuat Edzard mengumpat kesal. Berbalik badan melihat kedua orang tuanya tersenyum penuh kemenangan.

"Kau dengar, anak sulungku? hanya istriku paling tulus di dunia ini. Ck, kau tak dengar boneka Anabell mu itu minta transfer uang istriku?" sindir Daddy Qenan karena geram dengan pacar anak sulung nya yang matre.

"Namanya Bella, Dad," bela Edzard tak terima kekasihnya dikatakan Anabell.

"Tapi Daddy benar, Ed. Pacar kamu kan Anabell namanya." celetuk Mommy Nadira polos membuat Daddy Qenan tertawa senang.

Edzard berdecak sebal melihat kelakuan kedua orang tua nya yang selalu saling mendukung. Tetapi, jauh di dalam lubuk hatinya merasa bersyukur memiliki orang tua yang saling menyayangi dan mencintai hingga tua.

Minggu lalu, kedua orang tua nya mendatangi dirinya. Tidak tahu bisa disebut sebagai ancaman atau tidak. Yang pasti mereka meminta dirinya segera menikah dalam waktu sebulan jika tidak maka dirinya akan menjadi gelandangan.

Tentu saja itu tidak bisa dibiarkan, selain sudah terbiasa hidup bergelimang harta, ia juga sudah membuat kedua Perusahaan milik Daddy nya lebih maju lagi.

Bukan tanpa alasan Daddy Qenan dan Mommy Nadira melakukan ancaman tersebut karena mereka sudah tahu kelakuan pacar dari anak sulung mereka tersebut.

"Edzard pergi dulu, Mom," pamitnya langsung mencium Mommy Nadira di depan Daddy Qenan karena ia tahu pasti akan membuat Daddy nya itu cemburu.

"Hei. Kau mencuri ciuman di pipi istriku, Ed," Daddy Qenan langsung merangkul Mommy Nadira agar tak lagi di cium oleh nya.

"Dasar. Daddy pelit," ucapnya melangkah meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja.

Keluar dari rumah mewah orang tuanya diikuti Aaron Atmaja, sahabat sekaligus Asisten Pribadinya.

Wajah hangat yang selalu di tampilkan di depan keluarga nya berubah menjadi datar kembali.

"Cari informasi mengenai Bella selama berada di Paris, Aaron. Aku mau malam ini juga sudah ada hasil," ucap Edzard datar.

"Baik, Bos."

Kenapa baru sekarang? kemana saja selama dua tahun ini, Bos kulkas? gumam Aaron yang hanya bisa diutarakan dalam hati.

Edzard Zeon Abraham adalah pria tampan, mapan, dan kaya raya yang memiliki sikap tegas, dingin, dan hangat bila dengan keluarga.

Ia berusia 27 tahun memiliki dua adik berbeda karakter dan kekasih bernama Anabella 24 tahun seorang model. Edzard dan Bella sudah berpacaran selama dua tahun namun setahun belakangan mereka harus berhubungan jarak jauh karena Bella sudah terkontrak kerja menjadi model di Paris.

Awal keduanya bertemu saat di klub malam luar kota. Hari itu Edzard sedang melakukan perjalanan bisnis. Pada malam hari berkunjung ke klub malam untuk menghilangkan penat setelah seharian bekerja.

Setelah pertemuan pertama pada malam itu, Bella semakin sering mengajak bertemu bahkan berkunjung ke Kantor nya.

PT. Edzard Abraham Transindo

Perusahaan yang di bangun Daddy Qenan dengan usaha sendiri dan kini semakin jaya di pimpin olehnya.

Sesampainya di ruang kerjanya. Edzard membuka jas kemudian meletakkan nya di sandaran kursi kebesaran nya. Melonggarkan dasi barulah ia duduk.

"Aaron, bisa kamu keluar dari ruangan ku? aku bosan terus bersamamu." ucapnya karena membutuhkan waktu sendiri.

"Ck, aku hanya ingin menyerahkan ini saja. Aku juga bosan terus mengikutimu."

"Sialan." umpat Edzard menerima map berisi dokumen.

Dibuka lembaran pertama bertulis biodata Anabella membuat ia manggut-manggut. Lembar kedua lanjut ketiga, keempat, hingga kelima.

Tangan nya terkepal juga rahang nya mengeras setelah membaca itu. "Apa informasi ini bisa dipercaya?"

Dengan enteng Aaron menjawab karena dirinya sudah lama menyimpan dokumen itu tetapi belum ada waktu pas untuk menyerahkannya pada Edzard.

"Bisa, dong. Bahkan aku pernah melihat langsung," jawab Aaron membuat ia mendapat lemparan bolpoin dari Edzard.

"Sialan. Kenapa baru memberi tahuku, bodoh!" umpat Edzard sembari memijit pelipisnya.

"Aku mengambil keputusan itu karena kamu sahabatku, Ed. Dan kenapa baru sekarang aku beri tahu karena ini tugasku sebagai Asisten Pribadi mu." Aaroon dalam mode sahabat kali ini.

"Tapi sahabat mu ini sudah di khianati, Patrick. Astaga, kenapa kau selalu mementingkan kebahagiaan ku," umpat Edzard lagi masih merasa heran dengan Aaron, sahabatnya.

Aaron sendiri menjadi menyesal dan tak mampu menanggapi.

"Waktu ku seminggu lagi, Ron. Siapa yang hendak ku nikahi? andai Mommy tak juga meminta ku menikah pasti aku berani membantah ancaman Daddy," gerutu Edzard seraya mengacak rambut karena frustasi.

Di dalam ruangan itu menjadi hening. Edzard menelungkupkan kepala di atas meja sedang Aaron duduk berseberangan oleh Edzard. Sahabatnya itu tampak berpikir keras.

Brak

"Aku ada ide, Sepongebob!" serunya ketika ide cemerlang itu terlintas sembari mengebrak meja membuat Edzard terjingkat.

Rasanya ingin sekali Edzard mencekik leher sahabatnya itu karena telah membuat dirinya kaget hingga jantung ingin lompat.

Di elus dada berulang kali. "Ide mu mau buat aku serangan jantung mendadak terus tak lama dapat pengumuman turut berduka cita, gitu?"

Aaron berdecak. "Ya enggak."

"Terus?"

"Pak Bos harus nikah."

Edzard mencebik bibir merasa sangat kesal pada Aaron. "Terserah. Memang aku harus menikah, Patrick. Tapi sama siapa?"

"Banyak, Bos. Tinggal nunjuk doang. Atau cari di aplikasi jodoh, kencan buta, dari klub malam, atau wanita yang sedang dekat dengan, Bos."

Edzard diam tetapi membayangkan jika mencari di aplikasi jodoh. Gelengan kepala ketika bayangan dimana hasilnya tak sesuai yang diharapkan.

Kemudian terlintas jika mengadakan kencan buta? ia tak ingin salah melangkah. Karena ia ingin menikah sekali seumur hidup sama seperti Daddy Qenan.

Lalu mengingat siapa saja wanita yang dekat dengan nya selain Mommy Diana, kedua adiknya, Anabella.

Gelengan kepala lagi darinya karena teringat teman sang adik perempuan pertamanya.

"Aku gak ada temen wanita." celetuk Edzard.

"Ada, Bos. Si Culun, Ivy,"

Cebikan bibir Edzard ketika Aaron menyebut Ivy si Culun. Mengapa bisa dekat? bisa dikatakan tidak dekat. Tetapi beberapa kali pernah berada dalam satu mobil jika dirinya mengantar adik perempuan pertamanya jalan bersama Ivy.

"Gue gak mau dia."

"Tapi, Bos. Demi harta dan tahta."

"Cari wanita lain, saja."

❤️

TBC

02. Ayo, kita menikah!

Pricilla Ivy Alexander adalah gadis bertubuh tidak terlalu tinggi yang baik hati sudah berusia 22 tahun. Ia adalah putri kedua Papa Nazeef dan Mama Nina. Karena kepolosan dan bicara apa adanya membuat Papa Nazeef melatihnya bela diri.

Penampilan nya yang culun itu sudah dirasakan dari kecil. Itu ulah dari Papa Nazeef dengan alasan untuk melindungi dari mata para pria hidung belang.

Masa muda Papa Nazeef adalah alasan utama mengapa dirinya diubah menjadi gadis culun dan berubah menjadi keposesifan berlebih ke dirinya. Tetapi ia memaklumi dan merasakan kasih sayang begitu besar dari Papa Nazeef.

Padahal, tanpa Papa Nazeef tahu Ivy sudah menjadi gadis dewasa yang tangguh. Hanya penampilan nya yang culun lah sebagai topeng keluguan nya saja.

"Kamu mau kemana, Ivy?" tanya Papa Nazeef melihat anak gadis nya berpakaian rapi.

"Papa lupa kalau Ivy hari ini itu hari pertama kerja di Perusahaan kak Ed?" bukan menjawab melainkan bertanya kembali.

Ivy ikut bergabung di meja makan untuk sarapan bersama. Seperti biasa, Mama Nina akan mengambilkan makanan setelah mengambilkan untuk papa Nazeef.

"Terimakasih, Ma," ucapnya membuat sang Mama tersenyum dan mengangguk.

Papa Nazeef sendiri tak bisa melarang karena itu adalah permintaan Ivy sendiri agar menetap di Indonesia. Sebab kakak sulung nya tinggal di Paris mengurus Perusahaan keluarga Alexander.

"Ivy, kamu itu cantik. Jangan lagi pakai kaca mata tebal itu dan lepas ikat rambut kepang itu. Belajarlah menggerai rambut mu yang indah itu," Hampir setiap hari Mama Nina menegur anak gadis nya walau pada akhirnya selalu di tolak.

"Biarkan saja, beb. Itu untuk melindungi diri Ivy dari pria hidung belang," cegah papa Nazeef.

Mama Nina berdecak kemudian mengutarakan protesan nya kembali. "Jadi buat apa ilmu bela diri itu? terus gak akan ada yang mau dengan gadis kita kalau gaya nya selalu culun seperti ini, Pa. Mama yang perempuan saja ilfil."

Papa Nazeef hanya bisa menghela nafas dan Ivy melihat perdebatan kedua orang tua nya menjadi tak enak hati.

"Ma, gak apa aku begini. Pasti nanti ada laki-laki yang akan jatuh cinta dengan penampilan ku begini. Aku mau kecantikan ku yang sebenarnya hanya suamiku yang menikmati. Aku berangkat, ya," pamit Ivy karena ia sudah menghabiskan sarapan nya dan tak ingin memperpanjang perdebatan karena penampilan nya.

Ketika di luar rumah ia menghela nafas panjang apalagi melihat sopir sudah menunggu nya. Ia pun melangkah memasuki mobil itu.

...****...

Perusahaan Edzard Abraham Transindo

Seperti biasa, Edzard hadir lebih cepat diikuti Aaron di belakang. Begitu sampai di ruang kerja, dihempaskan tubuh di sofa. Menyandarkan kepala dengan mata terpejam.

Kepalanya berdenyut sedari pagi karena memikirkan ancaman Daddy Qenan dan dukungan Mommy Nadira untuk Daddy nya.

Jika menyangkut Mommy Nadira, ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti saja. Tadi pagi, ancaman itu kembali di lontarkan Daddy nya karena mengetahui jika ia masih saja mengirimkan uang pada Anabella.

Mata nya terbuka mengingat sesuatu. "Ron."

"Hem."

Edzard menegakkan badan kemudian menyuruh Aaorn duduk berhadapan dengan nya. "Gimana bisa Daddy dan Mommy tahu kalau aku masih mengirim uang ke Bella?"

Aaron hanya berdehem tanpa menjawab.

"Ck. Kau bekerja sama dengan Daddy?" sentak Edzard dengan suara meninggi.

Aaron mengelus dada kemudian mengepal tangan meniup ujung kepalan kemudian di arah kan ke telinga kanan, meniupnya kembali lalu di arahkan ke telinga kiri.

"Bicara pelan saja aku sudah dengar, Sepongebob. Suka sekali teriak-teriak. Hati-hati pita suaramu bermasalah," ucapnya tanpa takut pada Edzard.

"Jawab pertanyaanku, Patrick." pekik Edzard yang sudah geram pada sahabat sekaligus Asisten Pribadinya itu.

"Begitulah, aku anggap kerja part time. Lumayan bayaran nya."

Edzard tercengang memdengar jawaban Aaron. Bagaimana bisa? tapi helaan nafas terdengar karena tak ingin berdebat lagi.

"Terserah."

Aaron menatap Edzard cukup lama. "Bos cinta gak dengan Anabell?" tanya Aaron.

"Namanya Bella, Patrick. Jangan mengubah nama anak orang," sanggahnya.

"Ck. Sama saja, Sepongebob. Namanya kan Anabella. Terlalu cantik kalau dipanggil Bella. Sekarang jawab pertanyaanku."

Edzard berpikir keras mengartikan cinta itu seperti apa. Yang ia tahu selama ini mencukupi, menghidupi dengan kemewahan, tahta untuk menunjang popularitas Anabella membuat wanita itu senang.

"Cinta itu apa?" tanya Edzard membuat Aaron melongo.

"Jadi selama dua tahun ini Bos kemana saja?"

Edzard mengedikkan bahu. "Yang aku tahu, setiap Bella meminta uang dan menuruti semua permintaan nya sudah buat wanita itu bahagia."

Aaron semakin pusing melihat Bos nya ini. Merasa heran mengapa bisa?

"Terus kalau Bos dengan Mommy dan Elysia yang canti lemah lembut , terus dengan Alice yang galak gimana?" tanya Aaron.

Edzard menyilangkan kaki dengan kedua tangan terentang di sandaran sofa. "Kalau tiga wanita itu adalah nyawaku. Apalagi Elysia, dia butuh perlindungan seperti Mommy. Keduanya sangat mirip. Berbeda dengan Alice. Adik bungsuku itu bahkan bisa melumpuhkan lawan hanya hitungan menit."

Aaron manggut-manggut mengerti sekarang. "Kenapa Bos bisa pacaran dengan Anabell?"

Edzar mengedikkan bahu lagi. "Dia bilang suka, aku terima saja. Selama ini kan kamu tahu kalau aku tak pernah menjalin hubungan dengan wanita. Dari kita zaman sekolah."

Tidak ada lagi pembicaraan hingga Edzard menanyakan jadwal nya hari ini.

"Hari ini hanya satu pertemuan dengan Tuan Julian. Kita akan membicarakan produk yang akan di ekspor ke Singapura."

Edzard manggut-manggut.

"Setelah itu, Bos bisa ajak Ivy makan siang bareng dan mengahak nikah." celetuk Aaron santai.

Edzard sendiri melingo mendengar itu. Ia pun menolak. "Ogah."

"Demi harta dan tahta, Bos."

"Tapi enggak ngikut lagu juga, Patrick."

Aaron pun menyanyikan lagu yang di maksud membuat Edzard mengumpat kesal. Hingga keputusan akan mencari beberapa wanita sesuai kriteria Aaron pagi itu juga setelah pertemuan dengan Tuan Julian.

Good Looking dan lemah lembut.

Dua karakter yang wajib dari para wanita itu. Ada alasan di balik dua karakter itu yang pasti Edzard melihat bagaimana Mommy Nadira memperlakukan Daddy Qenan bak seorang Raja.

Tiba waktu 5 wanita pilihan Aaron yang menurutnya sudah sesuai dengan kriteria Edzard menghadap Bos nya itu.

Tetapi nihil. Tak ada yang sesuai dengan pilihan Aaron. Ada saja alasan untuk menolak.

"Aku capek, Bos. Harapan Bos cuma si Culun."

Edzard menghela nafas. "Panggilkan dia."

...****...

Hari ini adalah hari pertama bekerja di Perusahaan milik sahabat orang tuanya. Dan ia bersahabat dengan anak kedua keluarga Qenan Abraham.

Sebenarnya mereka 3 bersahabat, tetapi karena Elysia memilih melanjutkan study di Paris dan yang ia tahu sahabatnya itu sedang menjalin kasih dengan pria tampan dan mapan disana.

Kini hanya dirinya dan Elena saja. Bekerja sebagai staf keuangan sama dengan Elena.

"Saudari Ivy. Silahkan menghadap Pak Bos keruangan nya sekarang," ucap salah satu karyawan.

Ivy yang sedang sibuk di depan komputer langsung mendongak kemudian jemari telunjuknya menaikkan kacamata tebalnya.

"Baik, Pak."

Setelah kepergian karyawan tersebut, Elena mendekat. "Ngapain, Vy?"

Ivy hanya mengedikkan bahu kemudian pamit ingin menemui Edzard. Mengetuk pintu langsung di buka oleh Aaron dan mempersilahkan dudul di hadapan Edzard.

Ivy menelan saliva melihat wajah datar dan dingin Edzard ketika menatap dirinya. Bahkan tatapan pria itu membuatnya salah tingkah.

Berulangkali ia menaikkan kacamata tebalnya. Karena sudah beberapa waktu tidak ada yang mengeluarkan suara.

"Ayo, kita menikah."

❤️

TBC

03. Penolakan

Aaron keluar ruangan Edzard dan memerintahkan salah satu karyawan memanggil Ivy menghadap Edzard di ruang kerja sahabatnya itu.

Sedang Edzard sendiri menjadi uring-uringan, duduk pun tak tenang. Itu karena tak tahu harus berbicara apa untuk menyampaikan tujuan nya pada Ivy.

"Kamu kenapa, Ed?"

"Aku gak tahu harus gimana sampaikan tujuan ku," sahut Edzard membuat Aaron memutar bola mata jengah.

Tentu saja Aaroon paham bagaimana kaku nya Edzard sebagai seorang pria. Bahkan ketika berhubungan dengan Anabella saja, tak pernah sekalipun dirinya menerima perintah dari Edzard sendiri selain itu adalah permintaan Anabella.

"Kamu harus berbicara lemah lembut dan ungkapkan perasaan mu," tutur Aaron membuat Edzard mencebik bibir.

"Bagaimana bisa aku bicara lemah lembut? dan apa itu tadi? ungkapin perasaan? bahkan ini ide gila dari mu untuk menikahinya. Kenapa tak kamu saja yang menikahi gadis culun itu," sungut Edzard kesal pada Aaron.

Hingga ketukan pintu terdengar membuat perdebatan dua pria tersebut terhenti. Edzard pun merubah duduk menjadi lebih tegak kembali.

Edzard terus memerhatikan penampilan Ivy dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada yang menarik perhatian nya. Rambut panjang berkepang dua, kacamata tebal, kemeja panjang, rok span selutut, sepatu kickers.

Ini jauh dari kata good looking, gumam Edzard dalam hati.

Ia terus memerhatikan wajah Ivy. Ia bersyukur tidak ada tompel di sekitar wajah wanita itu dan gigi ompong atau kawat gigi disana. Jika ada, lengkap sudah penderitaan.

"Ayo, kita menikah!" ajaknya enteng begitu saja.

Ada keterkejutan dari Ivy dirinya lihat, tetapi itu hanya sebentar. Tatapan mereka bertemu.

"Jangan bercanda, kak. Itu enggak lucu."

Masih dengan wajah datar bin kaku. "Apa, aku terlihat bercanda?" tanyanya dingin.

Setelah pertanyaan itu terlontar, tidak ada lagi yang membuka suara untuk beberapa saat. Edzard berharap Ivy setuju dan tak ada halangan apapun sampai hari pernikahan.

Padahal, jika Edzard tahu isi pikiran Ivy saat ini. Pastilah pria itu tak akan tenang. Ivy berpikir keras dengan apa yang terjadi.

Wanita itu tak tahu menahu mengapa pria tampan yang tak pernah tersenyum itu mengajaknya menikah, sedangkan dirinya tahu jika Edzard memiliki kekasih.

"Aku enggak mau," sahut Ivy begitu saja.

Ada keterkejutan pada diri Edzard namun segera ditepiskan dan kembali dengan wajah datar nan dingin itu. Bangkit dari duduk, berjalan mendekati kursi dimana Ivy duduk.

Kedua tangan bertumpu pada meja dan kursi tempat duduk Ivy. Badan mencondong ke arah Ivy. Dilihat wajah terkejut Ivy dan kedua mata wanita itu yang berkedip berulang kali.

"Aku enggak terima penolakan," bisik Edzard membuat tubuh Ivy menegang.

"Kenapa, kakak enggak terima penolakan? mau ancam aku dengan apa? kenapa enggak ajak pacar kakak?" berondong Ivy karena merasa aneh dengan kakak dari sahabatnya itu.

Edzard menerima pertanyaan langsung diam tak berkutik. Ia kembali duduk di kursi kebesaran nya. Membenarkan segala pertanyaan Ivy karena wanita itu tak ada sangkut pautnya.

Saat ia melamunkan Ivy dan tidak terima di tolak begitu saja, apalagi selama ini dirinya lah yang dikejar para gadis lalu sekarang di tolak oleh gadis culun, anak dari sahabat orang tua nya.

Sial!

"Aaron, kemana gadis culun itu?" tanya Edzard entah pada siapa setelah sadar dalam lamunan tak mendapati Ivy du hadapan nya.

"Sudah keluar."

Jawaban dari Aaron membuatnya menoleh kearah pria itu. "Kenapa kau biarkan dia keluar sebelum menerima lamaran ku, Patrick?"

Aaron berjalan lalu duduk di kursi dimana Ivy duduk tadi. "Wah, panas juga bekas duduknya gadis culun itu. Kata orang, anak nya banyak ini," celetuk Aaron tanpa perdulikan pertanyaan Edzard.

"Patrick. Aku serius, aku gak terima di tolak seperti itu. Kau pasti tahu ini kali pertama aku melamar wanita," geram Edzard membuat Aaron memutar bola mata jengah.

"Siapa yang mau nerima lamaran kamu kalau caranya begitu? Kayak ngajak makan bakso di warung Mang Udin. Itupun belum tentu Ivy mau," sindir Aaron membuat Edzard melotot.

Edzard tak menanggapi. Tetapi rasa tak terima atas penolakan Ivy membuat ia bertekad untuk memiliki gadis culun itu.

"Aku harus bisa memilikinya, Aaron."

...****...

Ivy keluar dari ruangan Edzard dengan perasaan kesal. Jika dikatakan apakah menyukai Edzard? tentu jawaban nya adalah iya.

Bukan karena ada sesuatu yang membuatnya jatuh cinta pada Edzard. Bukan Edzard menjadi pahlawan atau ada kejadian khusus antara mereka.

Tetapi karena sikap pria dingin itu bila dengan keluarga nya. Ia sangat tahu bagaimana Edzard bersikap pada Mommy Nadira dan kedua adik pria itu.

Ivy berdecak mengingat bagaimana pria dingin itu melamar nya tadi. "Dasar kulkas empat pintu. Dia kira aku mau nerima apa? selain dia punya pacar, cara melamar nya itu, loh. Kok ada ya?" gerutu Ivy duduk di kubikel nya.

"Datang-datang marah-marah. Ada apa? baru hari pertama juga," celetuk Elena.

Ivy berdehem lalu menaikkan kaca mata tebalnya. "Enggak apa. Ayo kita selesaikan pekerjaan. Bukan nya nanti malam kita akan hadiri pesta ulang tahun teman kampus kita?"

"Ah, ya."

...****...

Malam hari sesuai yang sudah di katakan Ivy dan Elena siang tadi. Mereka kini sudah berada di depan tempat lokasi acara.

"Astaga, ini klub Elena. Kalau Papa tahu bisa gawat," papa Ivy melihat gedung dengan kemerlap lampu kelap-kelip.

"Iya, Vy. Tapi sudah terlanjur juga. Ayo kita masuk, hati-hati kalau minum."

Ivy mengangguk menurut saja. Dua gadis itu memasuki tempat yang baru pertama kali mereka masuki. Sesuai apa yang di katakan, jangan sembarangan menerima minuman.

"Ivy, aku pulang lebih dulu ya. Aku harus mengirim uang ke Paman di Kampung. Anak Paman sakit."

Lagi-lagi Ivy mengangguk. Keduanya merasa tak apa jika berpisah. Apalagi Ivy memiliki ilmu beladiri yang akan digunakan jika dirinya dalam bahaya.

Hingga beberapa saat kemudian, Ivy yang merasa haus menyambar sembarang minuman. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Ia berjalan sempoyongan menuju toilet.

Tanpa sadar, ada yang mengikuti hingga dirinya di bawa seseorang.

...****...

"Bos kerjaan beres, sekarang lakukan itu biar Ivy jadi milik bos seutuhnya," terang Aaron pada Edzard.

Ya, orang yang mengikuti dan membawa Ivy ke hotel adalah Aaron. Sesuai permintaan Edzard bahwa bos sekaligus sahabatnya itu ingin memiliki Ivy seutuhnya.

Edzard menelan saliva. "Harus malam ini?"

Aaron memutar bola mata jengah. Terkadang ia berpikir bagaimana bisa Edzard si tampan, kaya raya dan begitu pintar bisa mempertanyakan pertanyaan yang yak harus ditanyakan.

"Harus," Aaron mendorong Edzard masuk ke dalam kamar hotel kemudian di tutup pintunya. Ia pun masuk ke kamar sebelah untuk beristirahat.

Di dalam kamar Edzar meneliti tiap jengkal tubuh Ivy. Kemudian tangan terulur melepas kaca mata tebal itu.

Deg

Sangat cantik, gumam Edzard tanpa sadar.

Selanjutnya ia melakukan yang semestinya agar Ivy mau menikah dengan nya.

❤️

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!