Plus Tiga Puluh
Menikahlah denganku
arini
Hai.. namaku Arini. Kini usiaku 30 tahun. Aku memiliki seorang kekasih, namanya Yuda. Usia kami sama, hanya berbeda beberapa bulan saja. Aku 2 bulan lebih muda darinya.
Yuda beragama Kristen, sementara aku beragama Islam. Ia memperlakukan ku dengan sangat baik, bahkan tak pernah mengusik keyakinan ku. Justru sebaliknya, aku yang memaksa nya untuk masuk Islam bila ia ingin serius dengan ku.
2 Minggu lagi aku akan pulang ke kampung halamanku, sebab kontrak kerja ku disini (Batam) baru saja berakhir. Hampir 3 tahun lamanya aku tak pernah pulang ke rumah, dan melewatkan 3 kali lebaran tanpa keluarga ku.
Aku harap kepulangan ku adalah awal untuk mandiri (membuka usaha sendiri) di kampung halamanku.
Lalu bagaimana hubunganku dengan Yuda? entahlah.
Yang pasti semua harus clear sebelum aku pulang.
Tiba-tiba saja Yuda mengirimkan ku pesan dan meminta untuk bertemu di cafe tempat yang biasa kami datangi.
Setelah ku rapikan tempat tidurku, dan berdandan, aku pun keluar kamar menuju ke kamar Dewis, sahabatku.
arini
Wis.. Aku mau pergi ketemu Yuda nih. Kamu gak titip sesuatu?
Aku memang biasa membawakan Dewis sesuatu bila pergi bertemu Yuda.
Sebetulnya, semacam buah tangan dari kencan kami.
Dewis pun melakukan hal yang sama untukku bila ia pergi bertemu kekasihnya.
Dewis
Apa ya... aku titip 'cake' rasa banana roll aja deh
Dewis
Eh Yuda udah tau kan kalau kamu mau pulang ke Sumbawa Rin?
arini
Entahlah... tapi kayaknya sih udah tahu. Dia kan hobby banget kepoin aku lewat satpam, apalagi lewat kamu.
Dewis
Loh.. tapi dia gak pernah nanya ke aku sih, mungkin dari satpam.
arini
Ya udah kalo gitu Wis, aku pergi dulu ya.
Dewis
Inget banana roll nya ya, jangan lupa!
aku tersenyum padanya lalu meninggalkannya.
Sesampainya aku di cafe, aku memilih duduk di bangku dekat jendela yang menghadap ke jalan.
aku memesan segelas jus apel, tanpa cemilan.
aku menatap keluar jendela, melihat keramaian orang berlalu lalang. Lalu mengalihkan pandanganku pada seisi cafe, dan berakhir dengan menatap bangku kosong di hadapan ku.
Aku lalu menutup kedua mataku, menikmati kebisingan yang ada di dalam cafe. Kemudian membuka kedua mataku begitu pelayan yang membawa pesanan ku tiba di meja ku.
ucapku pada pada pelayan cafe yang kebetulan adalah seorang pria.
Ia membalas dengan senyuman. Lalu pergi meninggalkan jus apel ku di meja.
Aku menatap HP, mencoba mencari tahu sudah pukul berapa sekarang.
Jam di HP ku menunjukkan pukul 3.15 sore.
Aku baru menunggu lima menit, pikirku dalam hati.
Apa yang dilakukannya (Yuda), tak biasanya ia membuatku menunggu begini. Pikirku heran.
Apa sebaiknya aku menghubungi nya? atau aku mencoba menunggu lebih lama sedikit. Tanyaku dalam hati.
Baiklah, aku akan menunggunya 5 menit lagi.
Tidak, kurasa 3 menit lagi sudah lebih dari cukup.
Aku lalu meminum jus ku sambil menatap HP ku, berharap ia segera memberi kabar.
Mengapa tak ada pesan masuk darinya? apa sebaiknya aku pulang saja.
Yuda
Arin! maaf aku terlambat.
Yuda
Aku mengalami sedikit masalah di jalan.
Yuda kini duduk di hadapanku.
Ia mengambil jus apel ku, dan menarik sedotan yang berada di mulutku.
arini
Karena aku tak lama lagi disini, aku tidak ingin bertengkar denganmu hanya karena masalah sepele.
arini
Aku ingin pulang dengan baik-baik saja, tanpa masalah, tanpa beban.
arini
Jadi apa yang ingin kau katakan?
Yuda
Sayangku Arini, jangan ngomong begitu dong. Kau membuatku takut saja
Yuda
Aku mengajakmu kesini mencoba membuatmu bahagia sayang
arini
Baiklah, aku tidak marah
arini
Jadi apa yang ingin kau katakan?
Yuda
Tapi tolong tersenyumlah sayang...
Yuda
berikan aku senyuman manismu, okay
Yuda tersenyum manja, mencoba menghiburku
mencoba membuatku untuk tersenyum
aku memberikannya senyuman, meski terpaksa.
Yuda
Terimakasih sayang, ini baru kekasih yang ku kenal, Arini sayangku
Yuda
emm gini yang.. aku.. aku mau .. aku mau kita .. itu .. ya. oke sayang
arini
Kita itu.. kamu mau apa? aku gak ngerti
wajah Yuda tiba-tiba terlihat gugup.
apa mungkin ia ingin putus denganku karena aku akan meninggalkannya?
Yuda
Huft, yang... aku mau kita .. kita.. kita.. kita...
tanyaku dengan berat hati.
Yuda
Iya!.. bukan yang! bukan itu!
aku terkejut. ia ingin putus denganku...
tapi tak mengapa, toh aku akan meninggalkan nya dan tak akan berjumpa dengan nya lagi.
Yuda meraih tanganku, ia menggenggam tanganku erat.
aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya, namun ia justru semakin kuat menggenggam tangan ku.
sungguh aneh rasanya bila ia ingin putus namun masih berusaha menyentuhku.
Yuda
Sayang, dengarkan aku dulu
Yuda
aku mau menikah denganmu
Yuda
tolong Yang, aku benar-benar mencintai mu
Yuda
aku benar-benar sayang kamu
Kali ini ia menatapku dengan serius dan penuh kesungguhan
aku menyerah berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya
Aku terkejut. Diam seribu bahasa.
rasanya sudah setahun yang lalu, ia pernah melamarku. Namun aku menolaknya.
Aku tak menganggapnya serius waktu itu.
Namun kali ini, ia membuktikan keseriusannya.
Yuda
Aku rela jika harus masuk agama Islam.
Yuda
Asal bisa bersama mu Arini.
Yuda
Tak usah pusingkan Ibuku, aku akan membujuknya untuk menerima mu
Yuda
Aku mengenalmu Arini, sementara ibuku tidak.
Yuda
Ku mohon, menikahlah denganku...
Aku masih diam tak tahu harus berkata apa.
Aku berusaha berpikir jernih, menyusun kalimat yang akan ku katakan
namun yang keluar justru...
arini
Tidak Yuda, aku tidak tahu.
Yuda
Apa kau tidak mencintai ku?
Yuda
Apa kau sudah tidak sayang lagi padaku?
Yuda
Mungkin beberapa waktu ini cinta mu mulai pudar, tapi percayalah aku bisa mengembalikannya
Yuda
Aku akan membuatmu mencintai ku lagi
Yuda
Jangan tinggalkan aku dan menjadi milik orang lain
nada suaranya kini lebih tinggi dari sebelumnya
Ia menghampiriku dan berlutut di hadapan ku.
mengeluarkan sebuah kotak kecil, dan membukanya
Ia lalu berteriak memanggil namaku
Yuda
Menikahlah denganku...
wajahnya tidak tersenyum, justru menunjukkan keraguan namun penuh harap.
Orang-orang sekitar menatap kami
ada yang mengeluarkan HP dan merekam
seisi ruangan berteriak "terima! " "iya!" "terima"
Sungguh, tak mungkin aku menolaknya disini.
dengan suasana seperti ini.. tak mungkin ia dipermalukan.
Aku lalu mengangguk kan kepala sebagai isyarat menerima lamarannya.
Yuda lalu memelukku, orang-orang memberi tepuk tangan.
Yuda
Terima kasih Arini. Aku tahu jauh di lubuk hati mu kau masih mencintaiku.
Yuda
Terimakasih karena kau masih peduli padaku
Aku hanya tersenyum padanya.
Aku memang mencintainya, namun aku tidak yakin mengenai pernikahan kita nantinya.
Ibumu, keluargamu, kita sungguh berada di lingkungan yang berbeda.
Ia memelukku lebih erat, lalu aku berbisik padanya
arini
Sudah cukup, ayo kita pulang
Yuda
Baiklah, terimakasih Arini Sayangku.
Ia lalu berterima kasih juga pada orang-orang di ruangan cafe yang menyaksikan kami.
Aku menerimanya
Aku termenung cukup lama dalam kamar ku, dan tanpa sadar Dewis mengejutkanku.
Dewis
Hey! Dimana nih 'banana rolls' ku?
ucapku dengan nada suara tinggi, terkejut.
Dewis
Kamu sih... sudah ketuk pintu tapi tak menyahut juga. Jadi ya... aku langsung masuk saja
Dewis
Ada apa Rin? Aku tahu kamu tidak baik-baik saja.
Tidak biasanya kamu bengong lama begini.
Ada sesuatu yang kau pikirkan kan?
Dewis sungguh begitu mengenalku, padahal kami hanya mengenal beberapa tahun saja.
arini
Aku gak tau harus bahagia atau gimana...
arini
Yuda ngelamar aku, hari ini di cafe dan mengajakku menikah.
Dewis
Wah.. selamat ya sahabatku. Aku turut berbahagia untukmu. Tentunya kau harus bahagia juga.
arini
Wis... kamu tahu kan maksudku?
Dewis
Ribet juga sih, karena berbeda agama.
Dewis
Tapi Yuda itu baik untukmu.. dia begitu perhatian dan aku yakin dia sangat sayang sama kamu Rin.
Dewis
Lalu, kamu menolak atau menerimanya?
arini
Aku menerimanya Wis...
Dewis tampak tidak sabar ingin mendengar ceritaku hari ini.
arini
Besok, Yuda ingin aku ikut bertemu dengan Ibunya.
arini
Aku tak tahu harus bagaimana. Kau ingatkan, aku pernah menceritakan mu tentang pertemuanku dengan ibunya
Flashback:
Waktu itu aku pernah diajak bertemu dengan ibunya Yuda beberapa kali.
Ketika kami baru kenal, Ibunya Yuda menyiapkan makanan kesukaan banyak keluarganya yaitu Oseng ****.
Yuda tidak memakannya kala itu, ia menghormati ku.
sementara ibunya terkejut mengetahui aku menganut agama Islam.
Yuda meminta maaf padaku untuk ibunya.
Lalu dikesempatan lain, pertemuan kedua kami ketika kami telah berpacaran.
Ibunya Yuda tak mau ambil pusing dengan hubungan kami.
Ia mengatakan di hadapan ku telah menjodohkan Yuda dengan anak dari kerabat jauh.
Yuda yang mendengar hal itu, marah pada Ibunya dan mengatakan takkan pernah menyetujui perjodohan itu. Cekcok tak terelakkan. Ibunya Yuda mengakhiri cekcok dengan mengatakan, 'Mama takkan pernah merestui mu bila kau harus pindah agama. Jika wanita itu benar mencintaimu seharusnya dia lah yang pindah agama.'
Aku cukup syok mendengar hal itu. Tak bisa ku bayangkan, betapa ibunya tak menyukai statusku yang beragama Islam.
Setelah kejadian itu meminta Yuda untuk putus denganku.
Namun Yuda masih bertahan denganku hingga saat ini.
Dewis
Sebaiknya kamu istirahat saja dulu Rin. Ini sudah pukul 11 malam.
Dewis
Jangan sampai adanya kantung matamu membuat penampilan mu lebih buruk di hadapan calon mertua mu.
Dewis
Apapun pilihanmu, kuharap kau jangan sampai pindah agama ya Rin...
Tentu, aku pun berpikir demikian.
Ini takkan lama kan...
Jam menunjukkan pukul 7.15 pagi, aku sedang bersiap-siap di dalam kamarku.
Aku memilih menggunakan lipstik berwarna merah merah muda.
Sembari menggunakan lipstik, HP ku berdering.
Begitu selesai dengan lipstik ku, aku menjawab panggilan telponnya.
Yuda
Sayang... kamu sudah bersiap-siap kan?
Aku berangkat sekarang untuk menjemputmu.
Tolong jangan terlalu tegang ya... semua akan baik saja, aku disini bersama mu.
Yuda
Sayang, kamu sudah sarapan?
arini
Aku belum sarapan Yang...
arini
Nanti kita beli roti aja dijalan.
arini
Kamu juga, jangan terlalu tegang ya sayang.
arini
Apapun yang terjadi hari ini, pasti berlalu.
arini
Ini takkan lama kan?
Tanyaku memastikan bahwa kita hanya bertemu, ngobrol dan selesai.
Yuda
Iya sayang.. takkan lama, mungkin hingga sore nanti.
Yuda
Mama ku ada janji malam nanti di rumah Tante Viona.
Yuda
Baiklah sayang, kalau begitu tunggu aku ya. Kau tutuplah telepon nya duluan
arini
Iya sayang, aku tunggu. Hati-hati dijalan.
Biip. aku mematikan telponnya.
'Tok.. tok' suara dari pintu kamarku.
Dewis
Arini.. aku masuk yaa?
arini
Iya, masuk saja Wis.
Dewis lalu masuk ke dalam kamarku.
Dewis
Rin... aku mau bilang 'semangat untuk hari ini'.
Dewis
Aku juga mau ngasi tahu ada lembur hari ini, jadi bakal pulang telat banget.
Dewis
Kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku Rin.
Dewis ternyata mengkhawatirkan ku.
arini
hmm... Wis, terima kasih banyak ya
ucapku sambil menggenggam ke dua tangan Dewis.
Dewis
Sahabat memang harus selalu bantu.
Tiba-tiba HP ku berbunyi. Ada panggilan masuk dari Yuda.
Dewis
Tuh ada panggilan dari calon suami mu. buruan di angkat gih.
ucapnya sambil melemparkan senyum untukku.
Dewis
Kalau gitu aku keluar dulu ya, apapun yang terjadi.. Aku yakin kamu bisa melewatinya.
Dewis
Arini yang ku kenal, Arini sahabatku, pasti sanggup melewatinya dengan baik.
Dewis lalu memelukku dan meninggalkan ku.
Aku mengangkat panggilan dari Yuda.
Yuda
Sayang... ada apa? mengapa lama sekali kau angkat telpon nya? Jangan takut sayang, kita akan lalui ini bersama. Kita akan melaluinya dengan baik.
arini
Barusan Dewis kesini, ngasi tau kalau dia ada lembur.
arini
Dia nitip sesuatu dulu ke aku, jadi aku gak langsung angkat telpon mu.
Yuda
Aku di depan gerbang nih Yang...
Aku mematikan telponnya dan bergegas menuju ke keluar.
Yuda
Cantik sekali hari ini... semakin hari kekasihku tambah cantik saja
arini
Udah ah.. jangan gombal.
Yuda
Ini aku belikan roti bakar kesukaan mu tadi di jalan.
arini
Loh ? bukannya tokonya belum buka ..
Yuda
Apa sih yang gak buat kamu
arini
Jangan-jangan kamu...
Yuda
Udah ah.. yuk buruan di habisin rotinya, lalu kita berangkat.
aku menatapnya penasaran sambil tersenyum.
Yuda membalas tatapanku sambil bersiul.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!