Di belahan benua.Di sebuah gedung pencakar langit dikawasan pusat kota. Samuel Johnson duduk di kursi singgasana nya, mendengarkan laporan yang di sampaikan oleh Ferafqu dengan seksama. Lelaki yang berparas rupawan ini tak bergerak dari tempatnya.
"Jadi seperti yang kau katakan, semua akan baik-baik saja? Apa kau yakin itu hasil yang maksimal seperti yang kau janjikan? " Tanya dengan menatap tajam ke arah asistennya.
Damian Ferafqu menelan ludahnya keringat dingin di dahinya menandakan ia tertekan karena pandangan intimidasi dari atasannya.
Lelaki rupawan ini sedang marah karena ada proyek di anak perusahaan sedang tersendat-sendat. Lelaki ini tak memaafkan orang yang bekerja tanpa integritas dan tanggung jawabnya.
" Proyek resort di pulau A sudah 75% selesai dan ada perubahan desain sedikit atas permintaan investornya. Dan saya dan tim memutuskan untuk melakukan hal itu, berdasarkan pada beberapa pertimbangan demi investasi jangka panjang. "
"Ada juga kenaikan omzet penjualan di mall kita meningkat 35% untuk bulan ini. Barang yang banyak diminati para kaum remaja saat ini dan juga kaum ibu-ibu." Damian menarik nafas karena tak ada respon dari atasannya.
"Bagaimana persiapan produk barunya? " Balik Samuel Johnson bertanya tanpa mengindahkan laporan sang asistennya. Lelaki semakin datar saja ekspresinya dan suasana hati benar-benar buruk karena ada masalah internalnya ini dan itu.
Samuel Johnson seorang tiran, dan pembisnis yang handal yang merajai belahan benua Eropa. Wajahnya good looking dipuja banyak kaum hawa. Namun ia tak pernah dekat dengan hanya satu wanita sang casanova selalu melewatkan malamnya bersama wanita yang berbeda.
Lelaki ini juga tidak pernah sekali saja melewatkan kesempatan dalam bisnisnya. Ia selalu menghitung setiap langkah dan peluangnya. Royal bagi mereka yang mendedikasikan kemampuannya untuk kejayaannya bisnisnya dan tak ada ampun bagi sang penghianat.
Baginya penghianat dan pencuri adalah sebuah bentuk penyelewengan dan layak untuk diberikan hukuman, serta tak ada kesempatan apalagi pengampunan.
Di villa bergaya klasik ala bangunan kerajaan jaman dulu, seorang pria bersandar di sofa singel nya. Memperhatikan wanitanya yang baru saja memasuki kamarnya.
Dengan berjalan yang dibuat se sensual ia berusaha menggodanya dan menanggalkan busananya di depannya. Dan langsung duduk di pangkuannya dan mencumbui nya.
Lelaki itu tak menolaknya dan membalasnya bahkan kedua tangannya bergerak di seluruh tubuh sang wanita. Menanggalkan pakaian wanitanya yang tersisa tanpa menghentikan ciuman di seluruh anggota tubuhnya.
Mereka saling membelit dan bernafsu sang wanita meraba dan membuka pakaiannya pasangannya dan penyatuan terjadi karena sang lelaki sudah tak sabar melakukan itu.
"Bergerak lah. Cepat... dan lebih cepat... lagi.. " Teriaknya. Sambil mengulum dan menggigit coco chip favoritnya. Wanita itu menggelijang dan menggila karena ulahnya.
Mereka melakukan nya berulang kali di seluruh tempat itu. Hingga akhirnya sang lelaki memutuskan menyudahi permainannya. Lelaki itu mengambil uang di atas nakas.
"Ambillah. Dan pergilah! " Katanya dengan dingin. Lelaki langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari jejak-jejak percintaan nya. " Bolehkah aku menginap Tuan? " Tanya wanita yang berparas cantik.
"Kau cuma wanita bayaran jangan meminta lebih dari tingkatan mu. Pergilah selagi aku masih bersikap baik padamu! " Titahnya dengan ekspresi yang datar.
Wanita itu bergegas mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai lalu mengenakan nya dan berlalu, pergi meninggalkan tempat itu. Lelaki itu langsung menyalakan shower mandi air dingin, kepalanya berdenyut.
Rasa kesalnya belum hilang seharian mood nya hancur karena laporan-laporan yang dia terima di luar prediksi nya. Ia melampiaskan rasa marahnya pada wanita bayaran. Namun wanita itu malah minta lebih.
Aku harus mengurusi masalah itu lebih dahulu. Baru yang lainnya. Akhh.. Sial. Saat keluar dari kamar mandi dengan bathrob ia sempat melirik ranjang itu sudah bersih dan berganti seprai baru.
Pelayan nya sudah membersihkan sisa percintaannya dengan cepat, dan ia duduk di sofa singgle mengambil macbook. Jari-jari tangannya lincah mengetik dan membaca laporan dari anak buahnya.
Kemudian ia mengambil handphone nya dan menelepon seseorang. "Siapkan penerbangan untuk besuk. Dan jangan pernah memberikan kabar pada mereka! " Tut. Hubungan dimatikan sepihak dengan pria rupawan ini.
Ia kembali mengambil macbook dan meyesap kopinya beberapa kali. Menekuni pekerjaannya. "Tuan makan malamnya. " Alfred sang kepala pelayan nya lagi-lagi mengingatkan jadwal makannya. "Kau berisik seperti perempuan setelah menua Alfred! " Jawab Samuel Johnson mencebikkan mulutnya.
Lelaki tua itu hanya menunduk dan tersenyum tipis menghadapi tuannya. Seumur hidupnya Samuel Johnson menghabiskan waktunya bersama dengan Alfred sang pelayan. Dia juga sangat peduli dengan atau bagaimana jika dia tak menjalankan rutinitas dia.
Orang tuanya sibuk dengan dunianya masing-masing hingga akhirnya perceraiannya terjadi dan tak lama ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan.
Ibunya sudah menikahi lelaki kaya raya dan tinggal dimana ia pun tak tahu dan tak mencari tahu tentang keberadaan dirinya. Lelaki itu memilih hidup sendiri dengan sang pelayan
"Tolong kau bawakan kesini saja. Dan menu yang simple tanpa desert. " Lanjut nya. Karena Alfred masih setia disisinya. Lelaki itu menganggukkan kepalanya mengerti.
Bergegaslah dia meminta pelayan mengantarkan makanannya ke kamar sang majikan. Dan meninggalkan nya sendirian.
Samuel Johnson mengetik dan men scrol macbook dengan di selingi makan makanannya. Yakni berupa risotto dengan campuran sea food.
Salah satu makanan favoritnya dan ia tak takut akan gemuk karena ia sering ngejam atau joging mengelilingi taman villa nya.
"Paling tidak ada yang bekerja dengan benar dan tak sia-sia aku menggaji dia mahal." Gumamnya. Lagi-lagi ia menyuapi mulut nya dengan masih berkutat pekerjaannya.
Setelah ia memastikan semuanya sesuai keinginannya maka ia pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi setelah itu ia pun tidur. Istirahat merilekskan pikiran nya dan tubuhnya.
Waktu masih pukul sebelas malam, masih terlalu awal baginya untuk istirahat. Namun ia sudah malas karena moodnya yang buruk tadi siang. Maka ia putuskan untuk tidur saja dan memikirkan solusinya esok hari saja.
Ia akan berencana untuk memberikan pelajaran bagi mereka yang sudah berani memulainya dan bermain curang dengannya. Ia harus memberikan gambarannya dengan jelas. Siapa yang menjadi patner bisnisnya.
Pertama kalinya ia mencobanya untuk merambah bisnisnya di negara Asia. Pilihannya Indonesia. Negara tropis dan ramah serta masih memegang tradisinya.
Ia ingin melihat negeri ini seperti apa, ia banyak membaca tentang negara-negara Asia ini. Terutama kaum wanita nya, ia hanya penasaran dan ingin membuktikan semuanya apa sesuai dengan yang dibaca atau dilihatnya dari media elektronik.
Dia ingin berinteraksi secara langsung dan mengenalnya dan membandingkan saja kebudayaan, tradisi dan kaum hawa.
Di suatu daerah pedalaman Indonesia. Di sebuah instansi pengobatan pemerintah daerah ( puskesmas ). Terlihat seorang wanita muda sedang memeriksa seluruh tubuh seorang anak.
Anak itu berkulit putih dan bersisik, sang ibu dengan tak nyaman duduk disebelah nya karena tatapan mata sinis dari para pengunjung di balai pengobatan gratis tersebut.
" Ini bukan penyakit kutukan! Akan tetapi penyakit langka yakni Iktiosis adalah sekelompok kelainan kulit yang ditandai dengan kulit kering, menebal, kasar, dan bersisik, seperti kulit ikan. "
" Kondisi ini bisa diwariskan dari orang tua, bisa juga didapat. Iktiosis disebabkan oleh gangguan proses regenerasi kulit."
"Ini bisa si obati bu. Jangan khawatir! Dan saya akan membantunya. " Ujarnya sambil tersenyum. Ke-dua nya mengangguk pelan mengerti apa yang dijelaskan oleh sang dokter muda.
"Kami akan mengusahakan pengobatannya dari pusat akan ada bantuan. Jangan khawatir akan itu. " Lanjut nya sambil mengusap kepala anak kecil tersebut.
Tak lama mereka pun mengundurkan diri setelah penanganan pengobatan selesai. Diganti dengan pasien berikutnya. Itulah kegiatan Steffi Ayuningtyas sebagai tenaga medis yang diperbantukan di daerah pedalaman.
Padahal dia anak. kota yang dilahirkan dan dibesarkan di kota besar. Namun memilih mengabdikan dirinya di daerah pedalaman. Hanya ingin tahu seperti apa kehidupan di sana juga bersiap untuk mempraktikkan ilmu medisnya.
Kekasihnya yang sudah memprotes aksinya namun wanita itu kuat pada pendiriannya. Dan orang tuanya mendukungnya. Walaupun mereka mengetahui ia hanya putri satu-satunya namun panggilan negara dan kewajiban adalah penting.
Steffi Ayuningtyas memiliki seorang kakak laki-laki yang bekerja dengan ayahnya di sebuah perusahaan. Walaupun itu perusahaan kecil namun berjalan dengan lancar.
Nyatanya Steffi Ayuningtyas mampu menamatkan sekolah medisnya dengan lulus tepat waktu dan nilai memuaskan. Sehingga mendapatkan tawaran kerja daerah dan pusat. Namun ia memilih daerah.
Karena mereka membutuhkan tenaga medis dan pengajar seperti yang dilihatnya di siaran TV. Ia penasaran ini itu karena mendapatkan dukungan keluarga dan penawaran dari pemerintah maka ia pun melakukannya.
Walaupun harus berpisah dengan tunangannya dan bertengkar dengan nya terlebih dahulu. Wanita itu kuat dengan pendirian dan prinsipnya. Ia ingin mengenal dan melihat kehidupan di anak pedalamanpedalaman.
Sayangnya ia ditempatkan tidak terlalu jauh dari kota. Tidak seperti rekannya yang sangat pelosok. Steffi Ayuningtyas masih termasuk di desa yang sedikit maju dan modern.
Walaupun begitu adat tradisional masih kental dan kuat. Termasuk kerukunan dan ramah tamahannya. Steffi Ayuningtyas merasakan dihormati oleh di hargai juga tak kesepian karena mereka seperti keluarga.
Baru saja Steffi Ayuningtyas menaruh tas kerjanya dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Terdengar suara pintu diketuk. "Bu. Bu dokter. Tolong saya! " Suara orang memanggilnya.
Seorang pria muda berdiri di depannya dengan peluh dan wajah cemasnya. "Ada apa ya? Apa yang bisa saya bantu? " Tanya Steffi Ayuningtyas menatapnya bingung.
"Bu dokter tolong saya. Istri saya sudah mau melahirkan. Mari dokter saya mohon. " Ucapnya sambil nunggu jawabannya. Steffi Ayuningtyas masuk kembali dan mengambil tas kerjanya lalu mengunci rumah dinasnya.
Mengikuti lelaki itu, dengan motor butut nya Steffi Ayuningtyas di boncengin menuju kerumah lelaki itu. Melewati desa-desa dan persawahan. "Alamatnya dimana pak? " Tanyanya penasaran.
" Desa Wono di pinggir hutan jati. " Sahutnya karena suara nyaring knalpotnya yang tak sering di servis juga bolong karena keropos. Motor ini juga tanpa plat nomornya. Itu pemandangan hal yang biasa di daerah ini.
Steffi Ayuningtyas pernah mendengar daerah ini hanya baru pertama kali ia mendapat pasien di sini. Karena daerah itu masih terkenal mistis dan adat istiadat yang kental sekali.
Buku kuduk nya merinding saat melewati hutan jati yang sepi dan pepohonan yang menjulang tinggi dan besar. Bagaimana ia sudah bertekad sejauh ini, masa ia harus pilih-pilih pasien? Tak lucu batinnya bermonolog.
Sampailah mereka di gubuk lebih tepatnya jika ia menamainya. Bukan rumah seperti kata mereka. " Mari dokter. Silahkan. Saya lebih percaya dokter.
Dukun beranak mengatakan anak saya harus mati saja. Katanya anak dajal. " Serunya. Sambil menatap sang istri yang kesakitan hendak melahirkan. Dan seorang wanita paruh baya menungguinya di samping sambil mencoba menenangkan hati dia.
Ia tadi melewati seorang lelaki di teras yang duduk merokok santai.
Steffi Ayuningtyas melakukan pemeriksaan dan mengeceknya. "Bayinya sungsang." Batinnya. " Detak jantung nya sehat." Ia juga memeriksa sang ibu bayi, "Sehat. Masih pembukaan empat. Dan mengeluarkan air ketuban banyak. " " Baguslah. Tak ada kendalanya yang membahayakan. " Batinnya lagi.
Steffi memberikan arahan untuk tidurnya yang baik agar bayinya bergerak dan tidak sungsang. Ia juga melakukan pijatan ringan. "Bilang ya jika sakit, teriak atau bagaimana mhm? " Perintah nya. Wanita muda itu menganggukkan kepalanya.
Tahap demi tahap proses nya dilaluinya, wanita itu masih meringis kesakitan walau tak seperti pertama kali ia datang. "Rileks, tenang tarik nafas.. " Steffi terus menerus memberikan arahannya.
Sambil melihat arah bayinya yang sudah normal kembali. Hatinya bersyukur atas itu. Karena setiap ia memijat perut sang ibu ia selalu berdoa dan berbicara dengan bayinya. Terdengar remeh dan lucu namun ia ingin keduanya selamat dan sehat.
Sudah waktunya nya kepala bayi terlihat keluar. "Segera dorong yang kuat setelah aba abaku! 1..2...3 Dorong! Bagus terimakasih sudah berhasil. Laki-laki, ibu hebat. " Ujarnya sambil memotong tali pusat dan bapak muda itu berucap syukur.
"Terimakasih bu dokter. " Serunya sambil menerima bayinya saat di sodorin Steffi Ayuningtyas. Wanita itu langsung melakukan perawatan sang ibu yang tersenyum bahagia juga sabg nenek.
Lelaki itu masuk dan tersenyum bahagia melihat bayi laki-laki montok itu. " Ibu. Masa bersalinnya lama karena bayinya sungsang dan tidak pada jalur tempat nya.
Makanya sakitnya sangat. Anda hebat mampu melewati semuanya. " Puji nya dengan melakukan perawatan kesehatan padanya. Wanita itu terkulai lemas dan mengangguk.
"Jangan tidur dulu ya bu. Menunggu beberapa jam lagi ditahan dulu. " Ujarnya memperingatkan. Lagi-lagi dia mengangguk paham.
Steffi Ayuningtyas melakukan pembersihan tubuh pada wanita itu hingga bersih dan juga memberikan perawatan medis semestinya.
Kemudian ia berpindah pada bayinya, membersihkan dari bekas darah sang ibu. Dan melakukan pemeriksaan ulang secara intesif lagi.
"Ibu dan anak sehat. Saran saya jangan berhubungan intim dulu sebelum nifas selesai minimal 30 hari. Karena bayinya besar dan sehat saya menjahit agak lama. Karena luka robeknya. " Jelas Steffi Ayuningtyas pada bapak muda itu.
"Kalau bisa ber kb dulu. Memberikan jarak asupan nutrisi anak satu dengan anak keduanya nanti. Agar mereka sehat dan pintar karena Anda menjaga imbang nutrisinya akan susu dari asi ibu dan makanannya. " Jelasnya.
" Saya akan ke sini memberikan suntikan KB jika di jemput seperti ini. Maaf karena saya hanya mempunyai sepeda kayuh saja. " Ucap Steffi
"Saya berterimakasih banyak bu. Dan saya senang atas pertolongan Anda. Saya akan jemput akhir bulan ini. " Katanya bersemangat.
Matanya tak luput dari bayinya yang sehat dan tampan.
"Baiklah." Mereka pun berbincang cukup lama. Stefi menginap di sana . Karena hari sudah malam dan mereka tiba di sana menjelang petang. Penerangan hanya lampu pijar dari alat tradisional itu.
Steffi baru saja mengakhiri obrolan nya vidio call dengan Ario Prasetya. Kekasih dan sekaligus tunangannya, dua hari sebelum kepergian Steffi ke tempat tugasnya. Wanita itu sudah diikat sumpah setia padanya.
Ario Prasetya kekasihnya seorang lelaki posesif dan sangat mencintai nya. Lelaki itu selalu menyempatkan diri menemuinya di kampus saat mereka kuliah dulu.
Ario Prasetya lebih tua darinya, dia di Fakultas Ekonomi dan ia di kedokteran bertemu saat hari pertama pendaftaran di kampus itu. Biar pun berbeda gedung namun ia selalu menyempatkan diri menemani atau hanya sekedar menyapa.
Di kampus itu mereka terkenal sebagai Romeo Juliette nya. Kisah asmara mereka yang selalu terekspos dan terkenal di kalangan mahasiswa.
"Telepon dari Pak Ario ya Bu dokter?" Suara Dinda tukang bersih-bersih rumah ataupun klinik nya membuyarkan pikiran nya.
"Iya, dik Dinda. Ngomong-ngomong bagaimana dengan Astrid? Sudah sembuh? " Tanya Steffi. Astrid adalah putri Dinda, sedangkan wanita itu janda ditinggal nikah suami nya.
Kebanyakan orang di sana menikah dini. Karena tradisinya dan budayanya, angka kematian juga tinggi saat persalinannya. Dinda pekerja serabutan dan Steffi lebih suka di bantu wanita itu dalam pekerjaannya.
Selain membantu perekonomian wanita itu juga dia enak di ajak mengobrol. Wanita muda itu juga banyak mengerti kesehatan dari Steffi. Wanita itu mengusulkan Dinda ke aparat desa untuk menjadi kader kesehatan.
Dan mengikuti pelatihan yang telah di program kan oleh pihak pemerintah. Agar kelak desa dan wilayah sekitar nya sadar akan kesehatan dan manfaat dari gaya hidup sehat.
"Sedang apa sayang? Aku merindukan mu. " Steffi membaca isi pesan singkat yang barusan diterimanya.
"Aku juga merindukanmu. Coba tebak aku sedang apa? " Ganti ia menggodanya. Bahkan Steffi berselfie ria dengan posisi yang menggoda. Namun dia tidak mengenakan pakaian yang terbuka.
Ia takut ada yang menyalahkan gunakan gambar nya di kemudian hari. Wanita itu selalu memperhatikan dan menjaga batas kesopanan dan budaya ketimuran nya.
Striing. Bunyi notifikasi pesan singkat di ponsel nya. "Kau sedang sendirian. Dan merindukan aku. Lalu menangis menyesal karena sudah tega meninggalkan aku sendirian di sini. "
Steffi hanya tersenyum membacanya. " Benar. Aku menyesal tak bersamamu. Lihatlah pemandangan indah di sini. Tak ada artinya tanpa dirimu di sisiku." Ditekan tombol kirim.
Striing. Bunyi pesan singkat kembali di dapat dari Ario. " Mhm. Aku kini menyesal tak mengikuti mu sayang. Tempat yang indah untuk kita berdua. " Steffi mendapatkan balasan itu berbunga bunga hatinya. Tertidur dalam alam mimpinya yang indah.
Di lain tempat. Ario Prasetya duduk di balkon kamarnya. Udara malam sedikit membuat kulit mengeras karena hawa dingin yang menyergap.
"Mas, ayo kita masuk." Suara Seorang wanita membuyarkan lamunan lelaki itu. Dengan sikap acuh dia melewati nya dan meletakkan ponsel itu di nakas kemudian ia tidur.
Wanita itu juga tidur di posisi samping nya dan saling membelakangi. Sudah sebulan ini mereka berbagi ranjang. Ario Prasetya mengingkari janji suci pertunangan nya dengan Steffi karena sang orang tua menginginkan keturunan.
Dengan aneka drama yang dibuat sang ibu. Ario Prasetya tidak berkutik dan juga tidak mengetahui tentang siasat itu. Sang ibu menggunakan kondisi asma nya, pura-pura kambuh dan tak berdaya menginginkan keturunan dari putra tunggal nya itu. Steffi memang cantik dan pintar.
Namun ibu Ario lebih menyukai putri sahabatnya yang pandai mencari muka padanya. Steffi memang tidak disukai oleh ibu Ario Prasetya, wanita itu pandai bersandiwara dihadapan putranya.
"Mas. Kapan kita berusaha untuk memberikan cucu untuk ibu? " Tanya Shalimar lirih. Ario membalikkan badannya sehingga mereka berhadapan dan saling menatap.
"Apa kau mau melakukan hal itu tanpa aku cintai? Sedemikian inginnya kau disentuh lelaki?" Tanyanya dengan nada dingin. " Bukan nya ibumu yang ingin punya keturunan. Aku sih bebas aja kata hatimu." Sahutnya pura-pura acuh.
Dengan sekali sentakan Shalimar sudah dikukungi di bawah tubuhnya. Pahanya di buka lebar oleh Ario. Tangannya bergerak cepat ke intinya dan Shalimar sudah mendesah.
Aryo sudah melakukan penyatuan tanpa melepas piyama nya lelaki itu hanya merobek ****** ******** Shalimar. "Kau bahkan sudah tak perawan, dengan berapa banyak lelaki yang menjamah mu? " Tanyanya sinis.Shalimar malu dan memalingkan mukanya.
Ario mulai bergerak pelan dan semakin cepat dan cepat. Shalimar sangat kewalahan karena pertama kali ia mendapat serangan kasar.
Dia sudah mencapai pelepasannya sedang Ario baru merasakan lubang surgawi walau bukan ia yang pertama menjamah nya. Namun kenikmatan yang dirasakan nya baru pertamanya.
Penuh semangat menyerang ke liang itu. Setelah mendapatkan pelepasannya ia langsung melepaskan diri dari atas tubuh nya. Lelaki itu langsung merapikan celananya dan tidur menyamping membelakangi wanita itu.
Shalimar terdiam saja namun ia senang saat merasa penuh di dalamnya saat Ario menjamah nya. Walaupun kasar dan tanpa pemanasan ia sudah ******* beberapa kali.
Berbeda dengan teman kencan terakhirnya yang keburu keluar sebelum ia terpuaskan. Ia belum lagi bertemu dengan seseorang yang sama seperti mantan kekasih dulu, yang begitu kuat dan lama dalam bercinta.
Baginya ini awalan yang baik saat Ario mau menjamah nya. Jika dia dalam mood baik, pasti ia kan bersikap lembut pikirnya sambil memejamkan matanya. Dan ia pun menyusul suaminya di alam mimpi.
Pagi itu. Steffi mendapat panggilan vidio call dari Ario. "Pagi sayang maaf. Baru membuka nya sekarang. Tadi aku sedang memasak sarapan. Omelette, Nugget dan segelas coklat panas. "
Steffi melihat Ario duduk di meja makan dan memakan sandwich serta kopi hitamnya. Steffi mengernyit kan kening. Pasalnya ia melihat seorang wanita dibelakang Ario sedang minum air dingin.
Dan buru-buru Ario menggunakan mode penuh full wajahnya di kamera itu. Lelaki itu seperti menyadari pergerakan Shalimar di belakangnya.
"Sayang aku merindukanmu dan kapan kamu liburan dan kembali kemari? " Tanya Ario Prasetya kembali membuyarkan lamunan wanita itu.
"Maaf, untuk saat ini belum bisa sayang. I love you. Aku harus pergi ada susulan dari keluarga pasien yang mau melahirkan. Maaf " Steffi mengalihkan pembicaraan mereka.
"Baiklah aku menunggumu. I love u. " Klik. Hubungan diputuskan oleh Steffi.
Ario Prasetya menatapnya tajam ke Shalimar yang menunduk karena tahu kesalahannya. Ario bangkit dan langsung mencengkram rahangnya.
Dan ia pun menghujani ciuman penuh nafsu. Lalu menanggalkan pakaiannya Shalimar yang berupa daster rumahan.
Mencumbuinya di pantry dan mengangkat tubuh nya di alas meja pantry. Mereka melakukan hal itu disana. Hingga pelepasannya
" Kau ku hukum melayani ku di tempat jika ada kesalahan sedikit saja mengerti! " Tekan nya saat melepaskan diri. Ia merapikan pakaiannya dan berlalu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!