Di sebuah bangunan bobrok di pinggir kota ada seorang gadis yang tangan dan kaki nya terikat. Ia meringkuk di sudut.
Badannya kurus, pipinya cekung, penampilan nya tampak kotor tapi tidak mengubah fakta bahwa dia cantik. Hidungnya yang mancung dan wajahnya berbentuk oval melengkapi wajah cantiknya. Tapi sayangnya bibirnya yang semerah ceri sekarang kehilangan warnanya, tapi tidak dengan matanya yang masih berkilauan.
Sudah tiga hari Jian Qing dikurung disini. Penculik itu sudah menelpon ayahnya untuk meminta uang tebusan tapi tidak ada juga kabar dari ayahnya sampai sekarang. Ini adalah hari terakhirnya. Kalau misalnya tidak ada yang menolongnya, ia benar benar akan mati.
Ia takut hidupnya harus berakhir di umurnya yang ke sembilan belas tahun. Ia belum membalas dendam atas perlakuan ibu tiri dan saudaranya kepadanya. Ia benar benar tidak rela.
Walaupun sikap ayahnya agak dingin padanya tapi ia selalu menuruti kehendaknya. Jadi ia selalu berpikir ayahnya mencintainya dan pasti akan menyelamatkannya. Tetapi ia teringat ucapan ibu tirinya tempo hari.
"Apakah kamu tau alasan ayahmu selalu menuruti permintaanmu? Itu karena hak warisan perusahaan masih ada di tanganmu. Setelah umur mu sembilan tahun ia akan mengambilnya darimu. Jangan terlalu berharap pada ayahmu bila ada kecelakaan yang menimpamu nanti, dia tidak akan menolong mu."
"Apakah ini cuman skema ayahnya untuk mendapat warisan darinya?"
Tiba tiba Jian Qing tertawa terbahak bahak. Ia tertawa memikirkan kebodohannya selama ini. Tidak bisakah ia melihat perlakuan ayahnya selama ini. Walaupun ayahnya selalu menuruti permintaannya tapi ia bisa melihat sekilas tatapan jijik dari ayahnya. Ayah nya akan menjauhinya bila ia mencoba dekat dengannya.
Belakangan ini ia juga sering memarahinya hanya karena hal sepele. Bodoh bukan? Kenapa ia tidak melihatnya. Ia benar benar haus akan cinta jadi ia mengabaikan tatapan ayahnya selama ini. Salah kan ia yang terlalu percaya diri bahwa ayahnya mencintainya dibandingkan saudaranya.
Dulu waktu ia bertengkar dengan saudarinya ayah nya akan selalu membelanya. Tapi setelah mereka bertengkar saudarinya akan di panggil ke tempat kerjanya. Ia pikir ayahnya akan memarahi saudarinya jadi saat itu ia senang.
Tidak bisakah ia melihat walaupun saudarinya memasang wajah datar setelah keluar dari sana, matanya berbinar. Mana ada orang yang setelah dimarahi seperti itu. Ayahnya pasti membujuknya.
"Ceklek." pintu terbuka menandakan ada orang yang membuka pintu. Ia menjadi waspada. Walaupun penculik itu tidak menganiayanya tapi tetap saja ia takut.
"Ada orang yang ingin bertemu denganmu." Kata penculik itu.
Setelah beberapa saat masuklah dua orang wanita dari arah pintu penculik keluar tadi. Penampilannya benar benar bagus, yang terbukti ia memakai pakaian merek dari ujung kepala sampai ujung kaki sangat kontras dengan penampilannya saat ini.
"Bagaimana kabarmu, Jian Qing?" Tanya salah satu wanita itu tapi yang menjawab hanya keheningan dan tatapan marah gadis itu. Bagaimana ia bisa menjawab jika mulutnya ditutup seperti ini.
"Oh iya!" Wanita itu menepuk jidatnya karena lupa mulut gadis itu masih diisolasi.
"Sayang, lepaskan selotipnya nya!" Perintah wanita itu kepada putrinya yang sejak tadi berdiri disampingnya.
"Oke ma."
"Apa yang kau lakukan kepadaku? Kau yang memerintahkan mereka menculikku bukan?" Tanya Jian Qing dengan marah.
"Oh sayang bukan aku yang memerintahkan mereka tapi orang yang kau cintai." Seringai wanita itu.
"Ti..tidak mungkin." Ujar Jian Qing bersusah payah. Walaupun ia sudah menebak kebenarannya tapi ia masih berharap bukan ayahnya yang melakukannya. Ia lebih suka mendengar kalau ibu tirinya lah yang melakukannya.
"Ha..ha..ha kamu memang bodoh, tidak berbeda dari ibumu. Aku sudah bicara padamu waktu itu, tapi kamu masih tidak percaya. Berterima kasihlah kepadaku karena aku sudah berbaik hati akan memberimu kebenaran sebelum kematian mu."
"Ambilkan aku kursi!" Perintah wanita itu kepada penculik di luar.
"Oke. Aku akan menceritakan kebenarannya kepada gadis malang ini."
"Ibu mu meninggal bukan karena sakit tapi karena bunuh diri. Aku menghipnotisnya jadi ia meminum racun itu dengan tangannya sendiri. Ibumu benar benar bodoh percaya denganku saat itu. Ayahmu tidak mengetahuinya. Dia percaya kalau ibumu bunuh diri karena ibumu sudah mengetahui kebenaran nya setelah kamu lahir. Apakah kamu tau, kamu adalah anak haram. Sebelum ayahmu menikahi ibumu, dia sudah hamil duluan. Tapi karena balas dendam ayahmu bertekad tetap menikahi ibu mu. Yang membunuh orang tua ayahmu adalah kakekmu sendiri jadi ia membalas dendam untuk orang tuanya. Nak, hidupmu benar benar tragis." Ujar wanita itu seolah olah ikut bersedih dengan kehidupan gadis malang itu.
"Ti..tidak." ujar gadis itu tersendat sendat. Matanya sudah berlinang air mata. Kepalanya ia geleng gelengkan seolah membantah kebenaran kejam itu.
"Waktunya sudah habis. Siapkan semuanya." Perintah wanita itu.
"Ap..apa yang kau lakukan?" Tanya gadis itu dengan bingung.
"Tentu saja membunuhmu."
"Lepas..lepaskan aku!" ujar Jian Qing sambil berusaha melepaskan ikatan yang melilit kaki dan tangannya. Pergelangan kaki dan tangan nya yang sudah memar semakin memar akibat ia menggesekkan nya berkali kali.
"Tolong.. siapa saja disana tolong aku!" teriaknya dengan suara serak. Akibat tidak makan dan minum berhari hari membuat suaranya yang seindah malaikat menjadi serak.
Seruan gadis itu tidak ada yang menanggapinya. Dia mulai putus asa. Ia benar benar tidak menerima kematiannya seperti ini.
Semua penculik mulai menyiramkan bensin di bangunan bobrok itu. Bau bensin mulai memenuhi udara. Api mulai menyala dari ujung bangunan bobrok itu.
"Uhuk..uhuk." Jian Qing mulai batuk karena asap yang mulai menebal. Kayu dan atap juga mulai berjatuhan satu persatu.
"Sakit." Gumam Jian Qing ketika bongkahan kayu menimpa dirinya. Rasa sakit menghantam punggungnya karena ditimpa bongkahan kayu. Tapi sakit ini tidak seberapa dengan sakit pengkhianatan ayahnya. Ia benar benar tidak menyangka sosok yang dianggap panutan sekaligus ayahnya selama ini berbuat seperti ini kepadanya.
"Ayah, selamatkan aku..! Tolong aku ayah..!" Teriak Jian Qing. Walaupun ajal mendekatinya ia tetap memanggil ayahnya seolah olah melupakan kenyataan kejam tadi. Ia sangat mencintai ayahnya jadi ia berharap ayahnya akan menyelamatkannya.
Tapi sudah beberapa jam berlalu, ia merasa kematiannya semakin dekat. Tenggorokannya kering karena menghirup banyak asap. Ia terus batuk. Air matanya mulai berjatuhan entah karena asap atau karena kesedihan luar biasa yang di alaminya. Pandangannya mulai kabur. Ia merasakan setiap sel dari tubuhnya menjerit sakit.
"Apakah aku harus mati seperti ini. Aku tidak akan menerimanya. Aku akan membalas dendam walaupun menjadi hantu. Apa salahku hingga diperlakukan seperti ini. Bukan salahku dilahirkan menjadi anak haram. Kenapa ia tidak membunuhku saja sebelum aku dilahirkan. Aku membencinya. Aku benci semuanya." teriak gadis itu dalam hati ketika ia mulai merasa kegelapan menyelimutinya.
***
Salam kenal semuanya...
Ini karya pertama author, kalau ada kalimat yang kurang paham dari novel ini, harap maklumi ya!
Jian Qing membuka matanya tatkala ia mengamati dirinya terbaring di ruangan serba putih. Berbagai macam peralatan terpasang di tubuhnya.
Ia menjadi bingung apakah dirinya diselamatkan. Tapi tidak mungkin ia melihat sendiri tubuhnya dikelilingi oleh api yang menjulang tinggi. Tidak mungkin kulitnya masih mulus tanpa luka bakar.
Disaat Jian Qing masih bingung dengan situasi yang dialaminya, tiba tiba ia merasakan sakit kepala yang parah bersamaan dengan ingatan asing yang menyerbu kepalanya. Ia meringis karena menahan rasa sakit di kepalanya.
Ternyata ia terlahir kembali di tubuh seorang gadis dengan penyakit jantung bawaan. Pemilik aslinya bernama Duan Qing. Ia merupakan anak perempuan satu satunya dari Grup kekaisaran Duan. Walaupun keluarganya merupakan salah satu keluarga yang berkuasa di ibukota tapi sayangnya pemilik aslinya tidak dikaruniai kesehatan yang baik. Pemilik aslinya sudah menderita penyakit jantung sejak lahir.
Maka dari itulah orang tua dari pemilik asli sangat memanjakannya sampai pemilik asli mengembangkan kepribadian manja dan egois.
Sampai suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang pria yang ditemuinya ketika pemilik asli menghadiri perjamuan. Lambat laun pemilik aslinya berkenalan dengan pria ini dan mereka mulai menjalin hubungan.
Setelah itu pemilik asli lalu memohon kepada orang tuanya agar ia bertunangan dengan pria ini.
Awalnya orang tua pemilik aslinya menolak karena melihat Fu Yunsheng tidak cukup tulus terhadap putrinya. Tapi karena putrinya bersikeras mereka pun menyetujuinya. Bagi mereka kebahagiaan Duan Qing yang paling penting diatas segalanya, mereka bisa mentoleransi hal lainnya.
Sampai suatu ketika ia melihat Fu Yunsheng sedang bercumbu dengan sahabatnya sendiri. Ia menjadi sangat marah dan itu membuat jantungnya tidak stabil. Pemilik aslinya langsung pingsan saat itu juga dan dilarikan ke rumah sakit.
Tetapi sayangnya pemilik asli tidak bisa diselamatkan dan sekarang tubuh pemilik asli di tempati oleh Jian Qing, seseorang yang sudah mati akibat kebakaran.
Jian Qing menghela nafas karena diberi kesempatan terlahir kembali. Sebagai seorang yang sudah pernah di ambang kematian, Jian Qing tidak terlalu terpengaruh kalau ia menderita penyakit jantung. Baginya diberi kesempatan terlahir kembali hal yang sangat disyukurinya.
Tapi ia tidak akan melupakan balas dendamnya kepada ibu tirinya. Ketika Jian Qing mengingat keluarga Jian, ia menjadi sangat marah. Kematiannya benar benar mengenaskan bahkan tidak ada tulang belulang yang tersisa. Perasaan dibakar hidup hidup masih bisa ia rasakan. Jian Qing mencengkram jantungnya ketika teringat pengkhianatan ayahnya.
Tiba tiba pintu terbuka lebar masuklah sepasang wanita dan pria paruh baya. Umur mereka sudah menginjak umur empat puluh tapi mereka seperti berumur tiga puluhan.
"Qing er bagaimana perasaan mu?" tanya Su Xi sambil mengelus sayang kepala Jian Qing.
Jian Qing membeku ketika wanita paruh baya ini mengelus kepalanya. Walaupun Jian Qing merasakan wanita di depannya adalah ibu pemilih asli, tapi tetap saja ia tidak terbiasa disentuh oleh orang asing.
"Qing er"
"i..iya Bu" Jawab Jian Qing tergagap.
"Apakah masih sakit?" tanya Su Xi dengan khawatir. Ia sangat cemas ketika mendengar putrinya pingsan lagi. Apakah penyakit putrinya bertambah parah. Tetapi kondisi Duan Qing sudah mulai membaik belakangan ini. Bagaimana putrinya pingsan lagi.
"Udah mendingan kok." ujar Jian Qing dengan santai. Walaupun ia masih merasakan sakit di area dadanya tapi ia tidak ingin mengatakannya. Takut membuat orang di depannya ini khawatir.
Mungkin karena ikatan darah dari pemilik aslinya, Jian Qing tidak mau membuat wanita di depan nya menjadi sedih.
"Syukurlah." ujar Su Xi sambil menghela nafas lega.
"Apa yang terjadi Qing er? Bagaimana bisa kambuh lagi?" Ujar Duan ye, ayah pemilik asli.
Ia menjadi bingung apa yang membuat putrinya terkena serangan jantung lagi. Kata dokter sebelumnya, kondisi jantung putrinya sudah mulai membaik setelah menerima pengobatan di luar negeri. Tidak mungkin ia terkena serangan lagi kalau bukan karena dirangsang oleh sesuatu.
Tidak mungkin Jian Qing mengatakan yang sebenarnya kepada orang tua pemilik asli bahwa pemilik asli melihat Fu Yansheng berselingkuh dan pemilik aslinya sangat marah sehingga serangan jantungnya kambuh lagi.
Ia tidak ingin mengatakan penderitaan pemilik asli karena tidak ingin orang tua dari pemilik asli menjadi sedih. Terbukti orang tua dari pemilik asli sangat menyayangi pemilik asli sampai orang tua pemilik asli memanjakannya sampai ke langit. Orang tua dari pemilik asli juga sudah memperingatkan pemilik asli untuk tidak bertunangan Fu Yansheng. Tapi pemilik aslinya tetap bersikeras bertunangan dengan Fu Yunsheng.
Tidak bisakah pemilik asli melihat Fu Yansheng bersikap suam suam kuku dengannya dan juga ada pandangan ambigu antara Fu Yansheng dan Mo Yan, sahabat pemilik asli. Setiap pemilik asli pergi berkencan dengan Fu Yansheng, Mo Yan akan selalu ada di setiap kesempatan baik itu seperti berpapasan atau Fu Yansheng yang mengajaknya.
Pemilik asli terlalu naif berpikir Fu Yansheng mencintainya. Walaupun Fu Yansheng merupakan calon pewaris dari grup Fu (salah satu keluarga berkuasa), tapi kabarnya ia tidak disukai karena ayah Fu Yansheng lebih menyayangi anak haram nya diluar. Karena itulah ia sangat membutuhkan dukungan dari pemilik asli.
Walaupun pemilik aslinya sakit sakitan tapi ia sangat disayangi oleh orang tuanya. Jika Fu Yansheng menikah dengan pemilik asli otomatis ia langsung menjadi pewaris grup Fu. Pemilik aslinya sudah lama sakit sakitan jadi ia akan segera meninggal. Fu Yansheng jadi tidak terlalu khawatir dengan pemilik asli.
"Kenapa nak?" ujar Duan Ye bertanya sekali lagi kepada putri bungsunya.
Suara Duan Ye membuat Jian Qing tersentak kembali ke dunia nyata.
Biarlah dendam pemilik asli ia yang akan membalaskan nya. Jian Qing tidak ingin ayah dan ibu dari pemilik asli menodai tangannya hanya karena bajingan itu.
"Aku kambuh mungkin karena terlalu kelelahan ayah. Tugas kampus sangat menumpuk belakangan ini jadi aku sangat lelah." ujar Jian Qing sambil mengulas senyum.
"Kamu jangan terlalu lelah ya sayang, ibu sama ayah sangat khawatir jika terjadi apa apa sama kamu." ujar Su Xi sambil membelai kepala Jian Qing dengan sayang.
Tapi kenapa Duan Ye merasa apa yang putrinya katakan tidak yang sebenarnya. Ia juga merasa ada yang berbeda dari putrinya. Tapi apa? Ia menjadi bingung dihadapkan dengan pertanyaan itu.
Sudahlah, kesehatan putrinya yang paling penting sekarang. Ia tidak ingin melihat putrinya terbaring lagi dengan alat di sekujur tubuhnya.
Ditatap dari ayah pemilik asli membuat Jian Qing berkeringat dingin. Walaupun ia mewarisi ingatan dari pemilik asli tapi tetap saja ia takut ketahuan.
Ia sebenarnya tidak ingin dibenci oleh sepasang paruh baya di depannya ini. Sudah lama sekali ia ingin merasakan cinta keluarga jadi ia sangat enggan melepaskan kehangatan ini. Maafkan ia yang sangat serakah sudah merampas hak pemilik asli. Ia akan berbakti kepada orang tua pemilik asli sebagai ganti ia sudah menempati tubuh pemilik asli.
Tapi tatapan menyelidik itu tidak berlangsung lama Duan Ye kembali ke tampilannya yang biasa, wajah yang penuh cinta kebapakan untuk putrinya.
***
Setelah ini namanya Jian Qing diganti Duan Qing ya, biar nggak bingung baca ceritanya. Karena Jian Qing sekarang sudah menempati tubuh Duan Qing, jadi dia sekarang pake nama Duan Qing. Oke!
"Ibu, dimana kakak?" tanya Duan Qing kepada Su Xi.
Ia bingung dimana kakak pemilik asli. Biasanya kakak pemilik asli akan bergegas duluan ketika mendengar pemilik asli jatuh sakit. Dilihat dari memori pemilik asli, terbukti saudara laki laki nya ini sangat menyayanginya.
"Kakakmu sedang pergi ke luar negeri, jadi dia tidak bisa mengunjungi kamu."
"Kapan?"
"Seminggu yang lalu sayang." Balas Su Xi dengan lembut.
Tapi Duan Qing merasa tetap saja ada yang salah dari kata kata ibunya. Ketika menelusuri ingatan dari pemilik asli, saudara laki lakinya ini bukan orang yang betah berada di luar negeri. Kakak laki lakinya juga tidak menanyakan kabarnya sekarang ketika mendengar ia jatuh sakit.
"Ibu, sudah telpon kakak kan kalau aku sakit?" tanya Duan Qing memastikan.
"Sudah."
"Tapi kenapa kakak nggak pulang. Dia juga nggak nelpon aku." balas Duan Qing dengan bingung.
"Tidak usah menanyakan tentang kakakmu itu. Lebih baik anak durhaka itu tidak usah pulang saja." ujar Duan Ye dengan marah.
Ketika mengingat Anak laki lakinya itu lebih memilih percaya dengan orang luar ketimbang adiknya sendiri, dadanya naik turun karena marah. Beraninya ia? Sudah jelas jelas rubah itu yang jatuh sendiri kenapa putri kesayangannya yang disalah kan. Bagaimana ia tidak mengerti sifat putrinya sendiri. Walaupun putrinya memang terkesan manja tapi ia tidak akan mencelakai orang hanya karena cemburu.
"Ayah." tegur Su Xi dengan marah.
Sebenarnya Su Xi juga kecewa dengan putra sulungnya. Tapi ia yakin putra sulungnya akan berubah dan akan melihat kenyataan yang sebenarnya.
Duan Qing dengan bingung melihat orang tua nya dengan bergantian sambil memikirkan apa yang telah ia lewatkan dari ingatan pemilik asli. Sepertinya ada kejadian yang menimpa pemilik asli dan membuat kakak pemilik asli marah.
"Qing er, ibu sama ayah percaya bukan kamu yang mendorong Su Nian. Tidak usah memikirkan perbuatan kakakmu oke!" kata Su Xi dengan hati hati sambil memandang wajah pucat Duan Qing. Ia benar benar kasihan dengan anak perempuannya.
Walaupun Duan Qing kadang sangat nakal terhadap orang disekitarnya tetapi jika dihadapkan dengan kakak laki lakinya, ia akan sangat patuh. Baginya kakak laki lakinya merupakan orang yang di kaguminya sekaligus orang terdekatnya, bahkan melebihi orang tuanya. Karena orang tua pemilik asli sering bepergian ke luar negeri jadi kakak laki lakinya lah yang berperan penting bagi kehidupan pemilik asli.
"Iya bu." balas Duan Qing dengan pelan.
Ia sudah tidak bertenaga lagi ditambah tubuhnya juga sangat lemah setelah bangun dari koma. Semua kejadian ini membuatnya bingung. Ia butuh sendiri untuk memikirkan apa yang harus ia hadapi kedepannya.
Duan Qing melihat putrinya masih lemas tidak bertenaga menjadi tidak tega mengajaknya mengobrol lagi. Ia peka kalau putrinya sudah lelah. Dengan berat hati ia meninggalkan putrinya untuk beristirahat walaupun ia masih ingin mengobrol dengan putrinya untuk melepas rindu.
"Kalau gitu, ibu sama ayah pulang dulu ya. Ibu mau buatin makanan buat kamu sekalian bawa baju ganti. Nggak papa kan tinggal disini sendiri?" tanya Su Xi dengan lembut.
"Nggak papa kok. Ibu sama ayah pulang aja." balas Duan Qing.
Lagi pula ia memang sengaja ingin ditinggal sendiri. Ia butuh ruang untuk memikirkan semua kejadian yang dialaminya.
Sambil menutup pintu Su Xi menoleh ke belakang lagi. Dilihatnya putrinya melambaikan tangannya sambil mengisyaratkan ia tidak apa apa ditinggal sendiri.
Sebenarnya ia merasa ada yang berbeda dari putrinya tapi ia tidak tau apa yang membuatnya berbeda. Semua tingkah laku nya hari ini sangat berbeda. Putrinya akan berkata dengan kasar bila berbicara dengannya walaupun ia sedang sakit. Tapi kenapa putrinya berbicara lemah lembut dengannya hari ini. Apakah karena sakitnya hari ini sangat parah dibandingkan yang sebelumnya.
Memang dokter memberitahunya kalau jantung putrinya sempat berhenti berdetak selama dua menit. Itu membuatnya sangat cemas. Ia langsung memesan tiket pesawat detik itu juga ke kota F.
Syukurlah dokter berhasil menarik putrinya dari kematiannya. Ia sangat bersyukur. Baginya kehidupan putrinya sangat berharga. Ia dan suaminya sudah berjuang keras untuk kehidupan putrinya selama dua puluh tahun. Putrinya sudah sangat menderita.
Semenjak ia lahir kehidupan putrinya hanya sebatas rumah dan rumah sakit. Ia tidak diperbolehkan keluar ataupun bermain dengan teman sebayanya.
Di saat teman seusianya bersekolah, putrinya hanya bisa belajar dari rumah sambil melihat teman seusianya bermain main diluar. Karena kondisi putrinya kadang kadang tidak stabil, ia membeli peralatan rumah sakit sendiri dan juga mempunyai dokter pribadi sendiri.
Sekarang kondisi putrinya sudah mulai membaik, maka dari itu ia memperbolehkan putrinya belajar di perguruan tinggi. Ia pikir ketika mendengar penyakit putrinya kambuh lagi, ia akan melihat jenazah putrinya karena dokter memperkirakan hidup putrinya tidak akan mencapai usia dua puluh tahun tapi sungguh keajaiban putrinya masih hidup sampai sekarang.
**
Sekarang tinggallah Duan Qing sendiri. Lingkungan yang sepi sangat mendukung dengan kondisinya saat ini. Ia sangat membutuhkan ketenangan untuk berpikir. Kenapa kakak pemilik asli tidak mengunjungi nya padahal kakak pemilik asli sangat menyayangi pemilik asli. Apa yang ia lewatkan dari ingatan pemilik asli.
"Sudahlah." pikirnya. Ia butuh tidur untuk menghadapi masalah yang ia alami kedepannya.
Ketika Duan Qing sedang tidur nyenyak di bangsalnya. Duan Qing bermimpi melihat orang yang sama persis seperti dirinya berdiri dihadapannya. Ia memakai pakaian rumah sakit, wajahnya sangat pucat, dan tubuhnya juga transparan seakan akan menghilang detik itu juga.
"Jian Qing kan." tanya nya dengan lembut.
Jian Qing mengangguk patuh sambil memperhatikan orang yang berdiri di depannya. Ia sangat yakin sekarang bahwa orang yang ada dihadapannya adalah pemilik asli karena ia sama persis dengan dirinya saat ini.
"Bolehkah aku meminta tolong?"
"Tolong jaga keluargaku di masa depan. Aku sangat bersalah kepada orang tuaku. Aku tidak mendengarkan perkataan mereka dan tetap gigih melaksanakan pertunangan dengan laki laki bajingan itu. Sebenarnya aku ingin melakukannya ketika tersadar dari koma. Tapi aku melihat diriku melayang di atas tubuh dan tau ternyata aku sudah mati. Aku ingin kau melaksanakan keinginanku." katanya sambil memohon.
Tentu saja Jian Qing dengan senang hati memenuhi keinginan pemilik asli. Lagipula ia sudah menempati tubuh pemilik asli. Merupakan kewajiban baginya untuk menjaga orang tua pemilik asli. Ditambah ia juga sangat menginginkan kehangatan anggota keluarga. Ketika melihat mata orang tua pemilik asli kepadanya, yang ia lihat hanyalah kasih sayang tulus yang tak ada habisnya. Tidak ada kilatan jijik, benci, ataupun marah dari mata mereka. Ia sangat mendambakannya. Ia bersumpah akan menjaga kehangatan ini semaksimal mungkin.
"Perlihatkan kepada saudaraku warna asli perempuan itu. Perempuan itu mendekati saudaraku karena ia ingin menghancurkan keluarga kami. Ia memulainya dari saudaraku karena saudaraku adalah pewaris perusahaan keluarga kami. Ia ingin keluargaku terpecah belah, supaya ia dengan mudah menghancurkan keluargaku. Sepertinya perempuan itu, juga antek dari orang lain. Aku pernah menguping pembicaraannya dengan seseorang di telpon tentang ia menghancurkan keluarga kami."
"Baiklah." balas Jian Qing.
Setelah itu tubuh Duan Qing mulai menghilang di hadapan Jian Qing. Ia melambaikan tangannya kepada Jian Qing sambil tersenyum tanpa beban.
Ketika melihat Duan Qing tersenyum padanya, Ia tahu Duan Qing meninggal dengan damai. Semoga saja Duan Qing beristirahat dengan tenang di alam sana. Disini ia akan melanjutkan kehidupannya dan juga memenuhi pemintaan pemilik asli.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!