Abhi Athaillah seorang mandor perkebunan teh yang berusia hampir 35 tahun sedang menahan emosi nya. Lelaki itu menatap tajam sahabatnya dan mencengram sebuah kaleng minuman bersoda yang telah habis diminum beberapa menit lalu.
Namun seorang lelaki yang dari tadi ditatap tajam dan dimaki oleh sahabatnya masih diam di balik meja kerja nya. Dengan tenang lelaki itu masih meyakinkan Abhi untuk menikahi gadis yang sedang tertawa terbahak-bahak dari dalam kamar tamu.
Suasana di Villa seorang dokter Jiwa bernama Suryo sangat tenang. Namun pagi ini, Villa itu terdengar cukup bising dengan suara wanita yang dari siang kemarin tertawa terbahak-bahak dan lalu bisa berubah menangis, dan akan berteriak histeris secara tiba-tiba.
Wanita itu adalah Tania Maharani. Seorang gadis berambut panjang, cantik, hidung Bangir dan berkulit putih. Tubuhnya yang seksi pun akan membuat lelaki yang melihatnya akan terpana karena gadis ini keturunan Australia.
"Aku tidak bisa menitipkan nya di rumah sakit jiwa Bhi." Suryo meyakinkan Abhi yang masih menahan amarah kepada sahabat nya. Yang hampir 7 tahun dikenal nya di desa ini.
"Beri aku satu alasan kenapa kamu menjodohkan aku dengan perempuan tidak waras itu?" Suara Abhi terdengar sedikit pelan setelah membuang kaleng yang tadi diremasnya karena menahan emosi akan permintaan gila sahabat nya itu.
Terlihat Suryo meletakan kacamata nya diatas meja kerja. Suryo berjalan ke arah Abhi dan duduk di sebelah Abhi. Suryo menepuk pundak Abhi beberapa kali.
Abhi menatap Suryo penuh selidik berharap ada jawaban yang masuk logika. Bagaimana bisa sahabatnya meminta ia menikah dengan gadis yang tidak waras setelah beberapa minggu lalu minta dicarikan teman wanita yang mau menikah dengan dirinya.
"Aku akan membawa ibu mu ke Amrik. kamu tahu ibu mu tinggal proses pemulihan Bhi. Ibu mu sudah membaik. Hanya butuh sebuah terapi agar mampu menerima kenyataan. Agar menatap masa depan dengan tidak terpukul mengingat masalalu."
Suryo menahan tangan Abhi yang baru akan menghidupkan rokok kreteknya.
"Aku yakin kamu orang yang tepat Bhi. Tapi aku tidak mungkin menitipkan Tania padamu sedang kalian tidak terikat suatu hubungan." Suryo membuka minuman kaleng yang bersoda lalu meminumnya.
"Kau pikir warga kampung tidak akan menggrebek ku jika aku tinggal satu atap dengan wanita itu walau pun dia tidak waras." Abhi sudah berhasil menyulut rokok dan menghisapnya dengan dalam.
"Hanya satu tahun saja Bhi. Setelah pulang dari Amerika, aku akan membawa Tania walau dia masih belum sehat. Aku akan memberikan villa dan kebun teh ku pada mu sebagai imbalannya."
"Bugh!"
Sebuah pukulan mendarat ke wajah Suryo setelah Abhi menarik kerah baju Suryo.
"Kau pikir aku orang yang gila harta hah!. Dengarkan aku baik-baik Yo. Beri aku satu alasan yang membuat ku menyetujui ide gila mu bukan karena Harta! PAHAM KAMU!?" Abhi menatap tajam Suryo dan masih memegang kerah baju Suryo dengan kedua tangannya.
Suryo terlihat ketakutan dan berkeringat dingin. Karena sosok Abhi jarang berbuat kasar kepada siapapun. Suryo meringis setelah dipukul oleh Abhi.
Ketika Abhi menurunkan tangannya dan kembali menghisap rokoknya.
"Kau bilang akan membalas dendam jika ada kesempatan untuk membuat orang yang telah menorehkan luka pada ibu mu, serta membuat kehidupan mu seperti ini."
Suryo duduk dan membuka galery di ponsel nya dan menunjukkan sebuah foto lelaki kepada Abhi.
Wajah Abhi terlihat memerah. Bibir nya tertutup rapat dan gigi geraham nya pun menimbulkan suara. Mata nya menatap penuh benci pada layar ponsel Suryo. Seketika Abhi mengambil ponsel itu dan membanting nya ke tembok.
"Praaaang"
Ponsel itu membentur sebuah jam dinding dan bagian-bagian dari ponsel itu berserakan dilantai.
"What's!!! Gila kau Bhi.... Aku baru membelinya bulan lalu!" Suryo berdiri dan menoleh ke arah serpihan ponselnya yang berserakan.
"Baiklah, kapan aku harus menikahi gadis itu?" Abhi yang kini setuju dengan permintaan teman nya kembali duduk di sofa berwarna hitam itu.
"Aku sudah menduga jawaban mu." Suryo mengumpulkan serpihan ponselnya dan meletakan di meja kerja.
"Apa hubungan mu dengan gadis itu? dan bagaimana kamu mengenal lelaki brengsek itu Yo?" Abhi tertunduk lesu dan kedua tangannya menopang kepalanya yang terlihat jari-jari kekar itu meremas ujung rambutnya.
"Simpan semua pertanyaan mu itu untuk Tania. Semua hanya dia yang berhak menjawab. Aku harus menelpon papa ku untuk mempersiapkan pernikahan mu malam nanti." Suryo berjalan ke arah lantai atas villa itu.
Namun Abhi yang merasa kaget dengan perkataan sahabat nya itu mendongak kan kepala dan berteriak sambil menatap punggung Suryo nanar.
"Suryooooooo! Gila kamu!"
Diruangan tengah Villa yang dibangun dengan desain tradisional namun mewah. Interior berupa batu alam di tiang-tiang, serta dominannya kayu yang digunakan untuk dinding balkon terlihat beberapa orang yang sedang menikmati jamuan makan malam yang di sediakan Pak Bambang yang tak lain adalah ayah dari Suryo.
Ijab qobul antara Abhi dan Tania baru saja berlangsung tanpa mempelai wanita. Karena Tania masih berada di kamar tamu. Ijab Qabul dilakukan oleh wali hakim dan sebuah mas kawin cincin emas seberat 5 gram. Serta saksi dari pihak Tania yang diwakili oleh Pak Bambang. Dari pihak Abhi diwakili kepala desa.
Pernikahan Abhi dan Tania hanya dilakukan secara agama karena alasan sesuatu yang tidak bisa disampaikan oleh Suryo kepada Abhi. Semua alasan yang ditanyakan oleh Abhi selalu berakhir dengan jawaban menanti kesembuhan Tania.
Tidak ada rona bahagia di raut wajah Abhi. Jika seorang pengantin akan merasa bahagia selepas mengucapkan ijab qobul, itu tidak dirasakan oleh Abhi. Hatinya mencoba untuk kuat dan menerima semua ini demi sesuatu rasa sakit yang ingin ia balaskan kepada seseorang dengan syarat menikahi gadis yang tidak waras.
Pikiran Abhi berkecamuk. Dalam hisapan demi hisapan rokoknya ia masih menatap ke arah langit yang malam ini terdapat banyak bintang. Ia merasa betapa malang hidupnya. sedari SMA ia harus merawat ibunya yang sakit jiwa karena sering dipukul dan terakhir ditinggal pergi ayahnya yang terpikat pelakor yang tidak lain adalah bosnya.
Belum lagi kakak kandung nya yang pergi meninggalkan Abhi dan Ibu nya setelah ibu nya mengalami gangguan jiwa. Dan sekarang nasib seolah sedang mempermainkan kehidupan Abhi.
Ia pun menikah dengan gadis yang tidak waras. Maka bisa dipastikan akan bertambah caci maki tetangga dan masyarakat desanya.
Selama ini jangan kan pacaran, untuk dekat dengan wanita pun Abhi kesulitan karena kondisi ibu nya yang mengalami gangguan jiwa. Abhi sadar orang tua mana yang akan mengijinkan anak gadisnya menikah dengan seorang lelaki yang merawat ibu dengan kondisi tidak waras.
Belum lagi khawatir akan adanya unsur faktor keturunan yang membuat para orang tua tidak ingin anak gadisnya dekat dengan Abhi apalagi menikah dengan Abhi.
Namun hari ini ia malah menikah dengan gadis yang juga mengalami gangguan jiwa. Bak jatuh tertimpa tangga maka pepatah itu yang Abhi rasakan pantas dengan kondisi kehidupan nya saat ini.
Saat asyik dengan pikiran nya. Tiba-tiba Abhi merasakan tepukan pelan di pundaknya dari arah belakang.
"Bhi... tenang lah. Aku yakin jika kau mampu mencintai Tania dengan tulus dan Tania juga mencintai mu maka saat ia sembuh dunia mu akan berubah" Suryo kini berdiri disebelah Abhi dan memberikan Abhi sebuah handphone dan kartu ATM.
"Ini punya mu. pakai kartu itu untuk membeli semua kebutuhan mu dan Tania untuk satu tahun kedepan. Dan ini ponsel untuk mu agar kita tetap bisa berkomunikasi walau aku tidak disini. Lusa aku berangkat. Kau tidak usah mengantar. Fokus saja pada Tania. Paspor ibu mu sudah ku urus."
Abhi mengambil kartu dan ponsel itu. Abhi memang tidak memiliki android. Selama ini ia hanya menggunakan handphone jadul yang hanya bisa untuk menelpon dan mengirim pesan singkat.
"Kau tau. aku pengantin pria yang malang. Harusnya malam pertama setiap pengantin akan melakukan aktifitas panas dikamar pengantinnya" Abhi tersenyum kepada Suryo.
"Perlakukan Tania seperti kamu memperlakukan ibu mu Bhi. Kelembutan mu akan meluluhkan hati Tania suatu saat nanti. Kenapa tidak kau coba merayu istri mu sekarang. Bagaimana pun istri mu wanita yang cantik, seksi. Maka kupastikan kamu tidak akan meninggalkan Tania setelah meniduri nya hahaha..... Aduh." Suryo yang tertawa diakhir kalimat dengan maksud menggoda sahabatnya merasakan sakit di lengannya setelah di pukul oleh Abhi dengan kepalan tangannya.
"Kau pikir aku gila. Aku lelaki normal. Aku tidak gila hingga bercinta dengan perempuan gila!" Abhi membuang puntung rokoknya.
"Tapi kau menikahi nya. Jadi kau pun Gila karena mau menikah dengan dia" Suryo mengambil rokok dibibir Abhi yang masih panjang. Lalu lanjut menggoda Abhi.
"Dia memang gila tapi dia punya lubang surga dunia. Apa kamu penyuka sesama terong?" Suryo menyipitkan matanya dan tersenyum smirk ke arah Abhi.
"Gila kau Suryo. Kenapa aku harus berkutat dengan orang-orang tidak waras. Apa dosa ku dimasa lalu Tuhan!" Abhi menepuk jidatnya dan meninggalkan Surya sendiri di balkon Villa itu.
"Pranngg! brugh!"
Suara pecah dan sesuatu yang ambruk terdengar dari kamar Tania. Membuat Suryo dan Abhi cepat berlari ke kamar yang ditempati oleh Tania.
Ketika pintu yang dikunci dari luar dibuka oleh Suryo ternyata lemari pakaian 2 pintu yang berada dikamar itu ambruk dan menimpa Tania. Kamar itu sengaja di kunci oleh Suryo, karena Tania sedang kumat ingin pergi keluar rumah.
"Tania!"
Suara Suryo dan Abhi bersamaan dan cepat berlari ke arah Tania.
Abhi mengangkat lemari yang menimpa Tania dan Suryo cepat menggendong Tania. Mereka membawa Tania keatas kasur. Terlihat darah segar mengalir dari pelipis Tania.
Suryo pun berlari dari kamar Tania dan Abhi membersihkan darah yang mengalir di wajah Tania. Abhi menyibakkan rambut Tania kebelakang kupingnya.
Suryo kembali dengan kotak obat ditangannya. Setelah darah yang tadi menutupi wajah Tania bersih. Suryo menjahit luka di pelipis Tania. Dokter itu dengan cekatan bak sedang menjahit baju. Tidak lama Suryo selesai dengan aktifitas nya.
Suryo menatap Tania lekat. Tangan Suryo membelai wajah Tania dengan lembut. Tanpa Suryo sadari sepasang mata sedang mengamati tindakan nya kepada Tania.
"Kau mencintai nya Yo?" Abhi mendengus dan menutup pintu lemari yang tadi terbuka.
"Dia gadis yang baik Bhi. Dia sahabat ku sedari kecil. Kau tahu, dia tidak pernah tertawa lepas. Tapi saat ini dalam keadaan psikis nya terganggu aku bisa melihat dan mendengar suara tawa nya yang begitu bahagia."
Suryo berhenti sejenak dan menaikan selimut ke tubuh Tania.
"Berjanjilah Bhi kamu tidak akan menyakiti nya." Suryo melirik ke arah Abhi.
"Kalau kau mencintai nya kenapa tidak kau saja yang menikahi nya? Kau terbalik Yo. Bukan aku yang menyakitinya. Tapi dia yang akan menyakiti ku." Suara Abhi terdengar kesal dan pergi meninggalkan kamar Tania.
"Kau mau kemana?" Suryo menahan langkah Abhi dengan pertanyaan nya.
"Aku ingin istirahat. Oya kenapa papa mu menginap dirumah kepala desa?" Abhi membalikan tubuhnya.
"Terkait urusan Tania. Aku berpesan jangan pernah ajak Tania keluar dari desa ini dan upload fotonya ke media sosial manapun." Suryo terlihat serius dengan kata-katanya.
"Sebenarnya siapa Tania itu Yo?" Abhi sudah duduk di kursi dapur dan membuat secangkir kopi.
Suryo yang mengekor Abhi ikut duduk di sebelah Abhi.
"Yang jelas dia istri mu sekarang?" jawab Suryo singkat dan menuangkan air hangat kedalam cangkir kopi yang disediakan oleh Abhi tadi.
"Siapa dia di masalalu? pacar mu? sahabat mu? calon istri mu?" Abhi melirik ke secangkir kopi yang ada ditangan Suryo.
"Jika kau pernah merasa dibuang. Maka Tania pun pernah mengalami hal yang sama kau rasakan. Jika tetesan keringat dan air mata mu kini membuat kondisi ibumu dan kehidupan mu membaik. Mak Tania kebalikannya. Ia harus dalam kondisi sekarang ketika ia telah meneteskan keringat dan air matanya." Suryo meneguk kopi nya.
"Apakah dia tidak punya keluarga?" Abhi mengambil kopi di tangan Suryo dan menyeruput nya.
Suryo menggeleng.
"Hanya aku dan papa yang mungkin bisa ia anggap saudara Bhi."
Suara ponsel dari saku celana Suryo membuat Suryo beranjak dari tempat duduknya.
"Halo sayang.... Lusa kita berangkat. Kamu siapkan semua pakaian nya. Untuk berkas aku sudah minta teman ku menyiapkannya." Suryo menjawab panggilan nya sambil berjalan ke lantai 2.
Abhi masih termenung memikirkan apa yang sahabat nya katakan. Sesaat dia merasa iba kepada Tania karena wanita itu tidak memiliki siapapun di dunia ini. Terlebih lagi kondisinya yang tidak waras.
Berdasarkan keterangan Suryo, Tania mengalami gangguan jiwa 3 tahun terakhir. Suryo mengeluarkan Tania dari rumah sakit jiwa 2 bulan lalu. Namun karena Istrinya akan mengalami pengobatan diluar negeri karena kista di rahimnya membuat Suryo membawa Tania ke desa ini.
Suryo meminta mandor di kebunnya yang tidak lain juga sahabat Suryo sewaktu SMA dulu. Tidak lain adalah Abhi.
Namun karena Abhi harus putus sekolah disaat kelas 1 SMA membuat mereka terpisah hingga takdir mempertemukan Suryo pada Abhi di kebun teh milik ayahnya.
Seorang pemuda yang tampan, bertubuh kekar karena pemain bola di desa. Salah satu hobi Abhi sedari kecil. Dan keputusan Suryo memilih Abhi adalah kepribadian Abhi yang jujur, bertanggung jawab serta punya prinsip yang kuat.
Terlebih pengalaman nya hampir 14 tahun merawat ibu kandung nya dengan kondisi sakit jiwa. Dimana harus rutin minum obat yang ditebus di puskes. Serta kasih sayang yang tulus untuk ibunya, disaat kakak perempuannya pergi setelah satu tahun ibunya dinyatakan mengalami gangguan jiwa.
Tiba-tiba.
Abhi mendengar tangisan dari kamar yang ditempati oleh Tania.
"Hiks.... Hiks.... Atit.... Atiiit. Suryo....." suara wanita menangis terisak dan memanggil nama Suryo dengan manja.
Abhi yang yakin suara itu adalah suara Tania cepat memasuki kamar Tania. Baru saja memasuki kamar itu dan menatap Tania yang sedang duduk dengan rambut yang acak-acakan. Abhi sudah kembali terkejut dengan teriakan Tania yang begitu memekakkan telinga.
"Penjahat..... kamu penjahat..... Suryo.... tolong aku.... tolong Suryo..... penjahat ini mau membawa ku ke ruang gelap itu!" Tania melempar bantal ke arah Abhi. Melempar guling dan terkahir sebuah vas bunga yang terbuat dari kayu.
"Bugh"
Vas bunga itu tepat mengenai hidung Abhi.
"Awwhhh..."
Seketika hidung Abhi yang memiliki tipe hidung kancing atau dikenal dengan istilah button nose. Mengeluarkan darah segar hingga membasahi baju dan telapak tangan yang iya tempelkan pada hidungnya.
"Hahaha.... Hahaha..... Rasakan kamu ayo maju. sini ayo maju. Ciat.ciat.ciat." Tania berdiri diatas kasur seperti akan silat dan menyilang kan kedua tangan nya lalu menggerak-gerakkan layaknya pesilat.
Suryo dengan napas tersengal-sengal berdiri disebelah Abhi dan terkejut melihat darah menetes deras dari hidung Abhi.
"Wow. Belah Duren Ala mu Bhi. Ekstrim. Dimana-mana pengantin belah duren terus ada darah perawan Bhi. Lah ini kamu malah belah hidung. Darah nya lebih banyak dari darah perawan lagi... hehehe".
"Brugh!"
Abhi mendorong Suryo dengan keras hingga punggung Suryo menabrak pintu.
"Sialan kau. Kau urusi saja wanita gila itu!"
Abhi berjalan keluar kamar masih dengan memegang hidungnya yang terus mengeluarkan darah.
"Woi.... mau enak nya aja. Yang suaminya siapa? Atau mau aku yang belah duren malem ini?" Suara Suryo setengah berteriak dibalas Abhi dengan juga berteriak.
"Mau berpuluh kali kau belah duren aku tidak perduli. Sana bawa saja ke Amerika wanita gila itu! Breng*** kau Suryo!."
"Hahaha..... Hahaha...." Suryo tertawa terpingkal-pingkal dan diikuti oleh Tania yang juga tertawa girang karena menganggap berhasil mengalahkan penjahat yang masuk ke kamarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!