NovelToon NovelToon

Berandal Termanis

Keluarga cemara

Aku adalah mata-mata penghuni langit, yang turun ke bumi khusus Tuhan kirimkan untuk mengejarmu. Bukan untuk menagih hutang, tapi untuk menagih suatu perasaan...

Aku diciptakan Tuhan dari rahim seorang ibu bernama Nara, dan air benih dari seorang ayah bernama Ramadhan. Di kamar yang berukuran cukup luas, bernuansakan temaram lampu tidur dan wewangian bunga mawar, bukan bunga kamboja. Sengaja terlahir bukan di tahun gajah, karena ingin bertemu denganmu....

Bermodalkan dua mata untuk memandang, satu hidung berlubang dua untuk membaui, satu hati yang hanya tercipta untuk kau isi, dan degupan jantung yang tidak normal jika berada di dekatmu. Mulut yang fasih untuk berkata...hay saya Azka, pecinta wanita sejak tahun ini, hingga seterusnya, dan wanita itu...

KAMU.

Bandung, Agustus 20XX

Azkara Wisesa Al-Kahfi

*******

Hay semua, ketemu lagi dengan mimin Sin. Terimakasih buat pembaca setia yang tak pernah ada bosannya dan masih bertahan dengan karya-karya mimin, meskipun ceritanya gitu-gitu aja, dan selamat bergabung buat pembaca yang baru bergabung dengan author yang kurang satu strip ini. Karya mimin ga jauh-jauh dari anak kampung yang jauh dari kata sempurna, ga pernah punya jet pribadi ataupun kekuatan super apapun karena bukan anaknya Wiro Sableng tapi anaknya Sinta gendheng 😂.

Di karya yang entah keberapa ini, karena aku ga ngitung, semoga bisa menghibur kalian dari penatnya kehidupan real. Mimin ingatkan ya guys, jangan terlalu baper sampai gigit-gigit sarung bantal kalo ada cerita yang kurang memenuhi ekspektasi kalian. Tak ada manusia super yang perfect begitupun dengan anak-anak mimin. Di maki-maki, di hina-hina sudah biasa buat anak-anak mimin yang memang sudah bebal 😂, tapi apapun itu semoga tak ada komentar yang menyakitkan ginjal mimin, biar cerita ini lancar jaya sampai tamat. Berkomentarlah dengan bijak, karena mimin tau para pembaca semua adalah insan pintar dan berakhlak 😉. Silahkan tinggalkan jejak, asal jangan tinggalkan bon hutang dan sampah.

Siapkan adonan donat kalo kalian lagi emosi, atau greget biar bisa kalian uyel-uyel terus digoreng biar punya cemilan waktu baca cerita ini. Jangan lemparkan san_tet, tapi kirimkanlah bunga, kopi, tiket kereta jika kalian suka sama cerita ini. Siapkan tissue dan lempar ke tong sampah jika kalian dibikin sedih. Stay tune ! Mari kita menyelam ke dunia halunya anak mimin bernama Azkara dan Sekar.

 -------

Apapun bisa Rama berikan untuk Azka, termasuk kendaraan ataupun sejumlah uang untuknya berfoya-foya, uang halal tentunya..karena Rama bukan mafia atau bakpiak 😂ia hanyalah seorang juragan daging di kampungnya, merangkap karyawan sebuah kantor percetakan sebagai design grafis alias tukang gambar. Bapak 3 orang anak itu mengais pundi-pundi rejekinya dan membagi-bagi nafkahnya untuk istri tercinta, dan anak-anak. Meskipun begitu, ia tak pernah mendidik anak-anaknya menjadi manja ataupun menggantungkan hidupnya dengan harta orangtua.

Tapi bukan kisah Rama yang akan kita kupas kaya jeruk. Melainkan Azka, seorang pemuda dengan 2 orang adik. Pemuda yang memiliki sifat tak jauh dari ayahnya, karena memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"A !!! Bunda udah masukkin celana seragam yang baru di lemari, harus kepake sampe kenaikan kelas atuh. Heran deh itu celana aa digerogotin apa gimana ? Suka sobek di bagian belakang sama lututnya ?!!" ujar Nara sambil berlalu menuju meja makan. Wanita yang selalu menggerai rambutnya di pagi hari ini adalah ibu dari Azka, kenapa harus dijelaskan kalo rambutnya selalu digerai, elahhh ! musti dijelasin nih kenapa ? Sudah pasti, malam-malam digigit nyamuk nakal.

"Iya bunda, ada singa, singanya suka sama aa, jadi dikejar-kejar. Celana aa sampe digigit !" cinta pertama Azka itu memang cerewet bukan main, tapi sayang pacarnya aga kurang waras dan gen-nya menurun pada Azka.

Abah haji, sudah semakin sepuh dan menyerahkan semua urusan pekerjaan RPH dan penjualan daging pada daddynya, kegiatannya kini adalah menggosok batu akik, mengurus bonsai dan tentu saja mancing ikan, hobby yang sama dengan sang cucu, hanya saja cucunya tukang mancing keributan. Tapi kakek dan neneknya ini senantiasa sehat wal'afiat, cukup sehat untuk menjadi saksi sejarah kenakalan-kenakalan cucunya.

Azka memasang plester di ujung jidatnya. Semalam ia pulang pukul 1 malam, diselundupkan sang daddy dari bidadari yang berubah jadi si raja kura-kura musuh mario bros yang mengeluarkan bola api dari mulutnya.

Benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah Rama dulu, dan sekarang menurun pada Azka.

Setelah membersihkan helm yang terhantam ke tanah merah, ia lalu mencuci jaket kebesarannya. Sepertinya ia harus membawa jaket itu ke tukang jahit karena sobek di bagian lengan akibat sabetan geer motor.

Azka turun dari lantai atas, bergabung dengan semua anggota keluarga, dari kakek hingga cucu ada disini.

"Semalem pulang jam berapa ?" tanya Nara dengan mata yang sudah tidak bersahabat. Azka mengerling pada Rama.

"Daddy, bunda pake skin care baru ya ?! Ko aa liat bundanya Aa makin glowing kaya umur 17. Kalo bunda belum punya pacar, aa pasti suka !" kekehnya ditertawai Azza.

"Ha-ha-ha ngegembel disini, ga liat ada raja gembel disini !" tunjuk Azza pada daddy-nya.

"Bunda udah kebal, maaf kisanat kalimat anda basi, silahkan coba lagi !" ujar gadis itu, Azmi sang adik kecil memilih diam, bocah laki-laki kelas 5 sd itu mirip Nara yang pendiam, dulu ! Dibandingkan kedua kakanya, Azmi terbilang lebih kalem, dan tidak jago nyepik, ia lebih banyak beraksi dan berprestasi.

"Ga usah ngerayu !! Buat daddy ga usah bantuin aa, kalo dua-duanya ga mau ngeronda di luar ! Buat jagain bonsainya Abah !" jawab Nara.

"Apa, jadi ke aku yank ! Ga ikutan aku mah !" lempar batu sembunyi tangan.

"Daddy bun ! Kata daddy...lanjutkan mboy, daddy dukung ! Biar masa mudanya lebih berwarna kaya daddy dulu ! Laki-laki mah biasa ikutan kaya gitu, udah ga aneh. Senakal-nakalnya anak berandal tetep ngucap Allahuakbar waktu mau takbiratul ihram !" jawab Azka, bukan Nara yang tertawa tapi Nia, ambu juga Azza.

"Dasar, anak jeung bapa sarua borokokok-na !" omel abah.

.

.

.

Kan, jadinya aku sayang !

Azka bukan anak yang senang bermewah-mewah seperti anak lainnya. Tak ada motor gede ber cc besar ataupun mobil berlogo kuda yang ia tumpangi setiap harinya ke sekolah. Hanya motor matic yang sudah ia preteli dan ia ganti onderdilnya agar terlihat keren menurut anak muda, alias di modifikasi. Knalpot berisik, kalo lewat depan orang yang lagi sakit gigi minta di keroyok rame-rame, lampu kecil yang tertempel di seputaran body motor nampak seperti belut neon, dan body motor yang sudah seperti capung dipakein rok, ga ngerti apa bentukannya. Menurutnya, ga perlu motor mahal-mahal yang penting tarikannya, bisa ditumpangin bawa calon mantu buat bunda, karena percuma kalo motor bagus tapi jok belakangnya kosong kaya minta dinaikin tante kun_ti. Mana jalanan di kampungnya banyak ranjau darat alias kotoran hewan peliharaan warga, kan 'ga lucu motor gede tapi pas lewat semerbak wangi jaha_nam.

Ia memakai helmnya.

"A, Azza nebeng ke sekolah dong ?!" pintanya.

"Ga malu, katanya malu pake motor knalpotnya berisik ?!" tanya Azka.

"Daripada telat ?! Daddy nganter Azmi, si bunda repot mau liat restonya opah sama uwa abang !" jawab gadis yang selalu menggembungkan pipinya ini jika marah dan Azka suka akan itu.

"Bilang dulu aa ganteng !" ia menaik turunkan alisnya.

"Idih, mau dibilang ganteng ko maksa ! Kasian banget, ga pernah ada yang bilang ganteng selain bunda !" Azza tertawa meledek.

"Ya udah, " Azka menstater motornya.

"Ehhh ! Aa ihhh, bilangin bunda kalo semalem pulang jam 1 malem ! Abis nongkrong sama tawuran lagi ya ?!" tunjuk Azza pada Azka.

"Engga, aa abis silaturahmi sama saudara seiman !" Azza tertawa, kakanya ini memang pandai merangkai kata dan bersilat lidah, maka tak heran jika banyak sekali teman-teman perempuannya yang menjadi korban harapan palsu si mulut manis ini. Tak jarang gurunya di sekolah pun ia kadali. Kasihan bundanya, sudah banyak sekali ciwi-ciwi mengadukan nasibnya yang gagal move on dari Azka, karena gagal pada Azka, mereka tak kehilangan akal dengan mendekati bunda.

"Silaturahmi sambil gontok-gontokan ? Atau saling sabet-sabetan pake piso ?!" tanya Azza.

"Bun....!" panggil Azza terkikik melihat ekspresi Azka.

"Cih bocil ! Buruan naik lah ! Awas kalo sampe bilang bunda, aa jitak sampe ga inget kalo kamu manusia !" Azza tersenyum penuh kemenangan.

"Ish, ga malu apa nih seragam kaya gembel ! Orang-orang pasti nyangka aa tuh anak angkat bunda sama daddy, kalo gini !" omel Azza sepanjang jalan.

"Heran aja sama cewek yang suka sama aa, buta apa gimana ?" imbuhnya lagi. Mungkin dimata adiknya Azka, engga banget karena gaya slengeannya. Tapi tidak dengan gadis lain.

"Tau ngga kalo orang yang suka ngritik tuh matinya ketabrak so'ang/sowang pak Asep ?!" suara Azka tertutup suara knalpot yang menggeber-geber, warga sudah tak asing lagi dengan suara bising knalpot ini setiap pagi hari karena sudah dipastikan ini adalah generasi penerus Rama. Kuping mereka sudah terbiasa sejak ayah Azka menginjak remaja, seperti kuping mereka sudah tebal.

"Ih, astagfirullah, amit-amit ! Guru ngaji ko kaya gitu ngomongnya !" tepuk keras Azza di punggung Azka.

"Guru ngaji tuh nanti kalo pas pake peci, kalo lagi pake helm gini mah Marquez !"

"Serah lah, Azza udah kaya ngomong sama penghuni RSJ," Azza tak mau pusing menanggapi ocehan kakanya.

Setelah sampai mengantarkan Azza, Azka lantas menuju ke sekolahnya. Tempat dimana ia menimba ilmu. Kebetulan hari ini adalah tahun ajaran baru, ia baru saja menyandang predikat jadi kaka kelas. Azka jarang terlambat ke sekolah seperti biasa anak-anak bandel lakukan, tapi bukan karena terlambat ia sering dihukum dan berurusan dengan guru, tapi tingkah lainnya.

Ia melepas helm dan menyugar rambutnya, wajah Azka memang tak setampan personel BTS yang bisa bikin para gadis jatuh cinta pada pandangan pertama sampai rela ngesot-ngesot kaya suster keramas. Tapi memang ia bisa dikategorikan tampan original khas orang Indonesia, tanah sunda. Bukan karena wajah yang menjadi prioritas utama para gadis di sekolahnya menyukai Azka, tapi karena menurut mereka Azka keren, humoris, pandai berkata-kata, pandai bermain gitar, terlebih Azka orangnya ramah, meskipun ia terbilang nyeleneh, suka berulah dan penebar janji manis.

Jaket levis dekil tak melunturkan semangatnya masuk sekolah dan bertemu teman-teman.

"Assalamualaikum pejuang rapot sekolah !!!" pekiknya memasuki kelas.

"Bruh, semalem lolos ?" tanya Adam.

"Lolos atuh ! Si bunda mah pada dasarnya baik, tapi jadi galak kalo uang spp dipake buat dandanin motor ! " jawab Azka.

"Itu mah semua emak juga kaya gitu Ka," jawab Yoga.

"Hay sahabat sejati !" sapa Rizal.

"Kebiasaan kalo dah dateng grup tagonian, bawaannya riweuh (hectic) !" dumel Ria teman satu kelas mereka, karena kedatangan Azka langsunh disambut teman laki-laki yang lain dengan membawa gitar, jika bukan gitar sudah pasti mereka akan mabar game online.

"Azkaa !!! Bayar uang kas," Ria sepaket dengan buku catatan uang kas dan pulpennya menagih uang kas.

"Kalem atuh iia, baru juga nyampee...berapa, sok dibayar ! Horang kaya mah bayar setaun langsung !!!" jawabnya.

"Sebulan 10 ribu, setaun 120 ribu !" jawab Ria. Benar saja, jika masalah bayar membayar Azka tak pernah melewatkan kewajibannya ia mengeluarkan selembar uang merah dan hijau.

"Pas !" desisnya menyerahkan uang di buku catatan uang kas.

"Wohoooo ! Horang kaya," seru Rizal, Adam dan Yoga.

"Mana ada horang kaya seragamnya ditambal plester, jaketnya kucel ah !" ujar Ria.

"Eh, penghinaan ! Don't judge the guy from his wardrobe !!!" ujar Adam, sontak saja Azka mengusap wajah Adam kasar.

"Ngomong naon sih (ngomong apa sih) !" dibalas tawa yang lain.

Baru juga Azka duduk dan mengangkat kakinya di meja, seorang gadis mengetuk pintu kelasnya.

"Assalamualaikum, misi... A Azkanya ada ?"

"Azkkaaaaaa !!!" pekik Ria.

"Oyyyyy !!"

"Ada adik kelas nyariin, korban kamu lagi ini teh ?!" kekeh Citra yang duduk di dekat pintu.

"Eh ada Ryana !" dialah Ryana Zahra, anak Gilang dan Vina sahabat sekaligus anak buah Rama.

"Kak," anggukan lembut Zahra pada Adam, Rizal dan Yoga.

"Ryana apa kabar ?" tanya Adam.

"Baik a," jawabnya.

"Eh, ini temennya ya ?!" tunjuk Rizal di balik badan Zahra pada seorang gadis cantik nan manis yang terlihat ketus dan risih dikenali Rizal.

"Iya a,"

"Apa Ra ?" tanya Azka, tapi sejurus kemudian ia menyunggingkan senyumnya melihat gadis itu untuk kali keduanya. Gadis yang membuatnya bisa tersenyum tulus dari lubuk hati paling dalam hingga Azka membawa serta wajah itu ke dalam mimpi dan do'a malamnya.

"Eh, ada tulang rusuk ?!" ujarnya, bukan lagi ketus, gadis ini sudah memasang tampang keruh dan tak bersahabat, sontak sapaan Azka di tertawai Adam, Rizal dan Yoga.

"Ishhh ! Ry..gue balik ke kelas lah ! Risih gue sama dia !" tunjuknya pada Azka, bukan Azka namanya jika kalah sebelum berperang.

"Abisnya ga tau nama, mau diajak kenalan malah kabur duluan, kenalan dulu atuh !" pinta Azka mengulurkan tangannya.

"Ga perlu, ga mau kenal juga !!" sengaknya memalingkan wajah.

"Aku udah kasih tau ya sebelumnya sama kamu..jangan marah ! Sekarang udah terlanjur, suruh siapa marah-marah, jadinya kan aku sayang !"

"Beuhhhh, jlebbbb !!!" Adam menggoda habis-habisan.

"A, jangan digangguin atuh temen Zahra !" Sekar sudah berlari tanpa mendengar teriakan dari Zahra.

"Sekar !!!" pekiknya.

"Ohhh, namanya Sekar !" ujar Azka berohria menatap kepergian gadis cantik nan manis berambut panjang itu.

"A, nih ! Ada titipan dari bunda, katanya tadi a Azka ninggalin uang jajan di meja makan, jadi bunda titip lewat Zahra !" Zahra menyerahkan selembar uang 50 ribu di tangan Azka.

"Alhamdulillah, si bunda masih inget punya anak ganteng !" ia memasukkan uang biru itu ke dalam saku bajunya.

"Rejeki si kuda lumping ini mah, ada buat isi bensin !" ujarnya.

Noted :

*Uwa abang : panggilan anak-anak Nara untuk bang Akhsan (abangnya Nara)

*Kuda lumping : julukan absurd Azka untuk motornya.

Bunga setaman vs bunga makam

Gadis berpipi chubby itu berjalan cepat dengan wajah ketus, sepaket dengan gerutuan menuju kelasnya. 2 kali mereka bertemu, dan dua kali pula pemuda itu membuatnya malu juga kesal.

"Amit-amit ihhh, jangan sampe ketemu buat yang ketiga kalinya. Kalo iya, tinggal kasih gue gelas aja sama piring !" tak habis pikir, masih ada jenis manusia seperti dia di dunia yang hampir sebagian manusianya sudah tau rasa malu.

"Gue sumpahin jodohnya gorilla jejadian versi cewek !!" sumpahnya.

"Sekarrr !!!" pekik Zahra, gadis itu berlari mengejar sambil tertawa, sangat tak setia kawan, sebagai teman ia terbilang tega melihatnya jadi bahan godaan Azka dan teman-temannya.

"Bo*do !! Besok-besok ga mau nganter lagi ahh, kalo ketemu nenek moyangnya alien !"

"Maksudnya ? A Azka ? Ha-ha-ha !!" Zahra kembali tertawa.

"Whatever siapapun namanya ga penting juga buat diinget-inget !" jawabnya menghempaskan pan_tat'nya di kursi kayu.

"Tak kenal maka tak sayang loh, tapi serius deh, A Azka tuh baik, tapi ya emang sih kaya gitu orangnya, suka gangguin cewek. Kalo udah kenal mah baik deh ! Bukan cowok kurang aj*ar ko !" jelas Zahra dengan mata yang berbinar.

"Lagi promoin ya ? Siapanya kamu sih, sampe harus dibelain ?" tanya Sekar membuka bungkusan coklat miliknya lalu memakannya dengan grasak-grusuk, menurutnya coklat adalah makanan moodboosternya jika harinya suntuk atau menjengkelkan, seperti hari ini. Dan Azkalah penyebabnya.

"Dia...anaknya om Rama sama bunda Nara, anak bo..."

Tiiittttt !!!!

Bel masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke kelas dan belajar.

*****

"Mau jajan di kantin, atau di area gerobak ?" tanya Zahra. Sekolah ini selain ada kantin sekolah, ada pula area tempat berdagang para mamang-mamang gerobak kaki lima, seperti jajanan cilok, baso tahu dan pasukannya.

"Aku pengen ke area gerobak aja Ra, katanya enak-enak ya ! Kalo kantin mah jajanannya gitu-gitu aja !" jawab Sekar.

"Okehh Yu !" keduanya berjalan berbelok ke kanan jika ingin ke area itu, ternyata bad idea...karena deretan kelas XI ke arah situ. Dan ternyata kalau sudah jodoh apa mau dikata.

"Duhh, ko sialnya bertubi-tubi gini sih !" gumam Sekar menggaruk pelipisnya tak gatal.

Dari kejauhan saja, lorong yang hanya muat untuk beberapa siswa berjalan berjejer itu sudah bisa dilihat jika sosok Azka dan kawan-kawan berada disitu, ada yang selonjoran di bawah ada pula yang berjongkok dan membawa bangku.

Sudah terlambat untuk berbalik bagi Sekar dan Zahra, karena sudah lebih dari setengah jalan.

"Ka, ada tulang iga !" senggol Adam, sontak saja Azka menoleh ke arah pandangan Adam dan tersenyum.

"Rusuk sapi memang iga, mbok ya jangan disamain sama rusuk sapi juga, ini anak manusia coy.." decak Rizal.

Azka memetik senar gitarnya kencang-kencang dengan nada musik versi dangdut ia bernyanyi

"Berapa kali ku harus katakan cinta,

Berapa lama ku harus menunggumu,

Di ujung gelisah ini aku,

Tak sedetikpun tak ingat kamu,

Namun dirimu masih begitu,

Acuhkanku tak mau tau,

Luka, luka, luka, yang kurasakan,

Bertubi, tubi, tubi, engkau berikan,

Cintaku bertepuk sebelah tangan

Tapi aku balas senyum keindahan,

Bertahan satu cinta...bertahan satu C.I.N.T.A.....

Saat Sekar melintas bersama Zahra dengan wajah yang tak mau melihat Azka, justru Azka malah semakin menggoda gadis manis itu.

"Ra !!!" panggil Azka, Zahra menoleh.

"Apa ?"

"Bilangin sama dia, aku suka !!! Boleh main ke rumah engga, gitu ?" pekik Azka.

"Dia siapa A ?" tanya Zahra.

"Dia, yang lubang hidungnya dua...yang mulutnya satu, sama matanya dua, ada rambutnya ga botak terus punya telinga !" tapi matanya mengedip sebelah pada Sekar.

"Uhukkk...uhuukkk....!" Yoga tersedak teh ge_las yang sedang diminumnya. Sungguh penjabaran yang konyol untuk penyampaian salam tempel untuk seorang perempuan.

"Kunaon Ga ?!" (kenapa Ga) tanya Azka polos menepuk-nepuk punggung Yoga. Sedangkan Zahra sudah tertawa.

"Maksud loe pak Agus Ka ? Kan pak Agus juga matanya dua, lubang hidungnya dua, mulutnya satu !" jawab Adam.

"Ntong atuh (jangan atuh) !!! Kalo pak Agus mah nanti pedang ketemu pedang !" jawab Azka. Sekar tau jika maksud Azka adalah dirinya, kakinya menghentak lalu pergi darisana dengan hati dongkol, seniornya yang ini benar-benar bikin hari-harinya berat, seberat jika kamu memikul batu kali dari sungai Citanduy sampai sungai Bengawan Solo.

Jangankan mempersilahkannya masuk, baru di depan kompleks saja mungkin Sekar akan memanggilkan warga untuk mengusirnya sambil bawa obor sama garpu rumput kaya lagi ngusir makhluk sejenis Frankenstein atau zombie, jika benar-benar pemuda ini ingin bertandang.

"Aya-aya wae ! Eh, " dengus Zahra terkekeh, lalu ia kebingungan karena Sekar sudah tak ada di sampingnya dan berlalu jauh di depannya.

"Yahhh, si dia-nya pergi !" seru Rizal frustasi.

Masih dengan hati dongkol, Sekar rasanya sudah tak memiliki nav_su untuk jajan.

"Main pergi-pergi aja ihh, ga bilang-bilang !" ujar Zahra.

"Kamu kenapa ga bilang kalo ternyata kesini tuh lewat kelas XI ?!" ketusnya.

"Ya, kamu nya ga nanya," jawab Zahra. Sekar menyesal, kenapa ia tak sempat mengelilingi sekolahnya saat MOS kemarin, jadinya ia tak tau jalanan jika akan jajan, yang ia hafalkan hanya ruang guru, ruang kepsek dan kelasnya juga TU.

"Hati-hati jangan terlalu benci, nanti jatohnya jadi penasaran terus suka ! Biasanya sih yang udah-udah juga gitu," ledek Zahra.

"Kamu tuh ! Bela-belain terus si cowok gaje, kenapa ga kamu aja yang suka sama dia !" tukas Sekar sengit.

"Udah," secara mengejutkan jawaban Zahra membuat Sekar menoleh cepat.

"Aku udah suka A Azka lama, tapi kayanya A Azka cuma nganggep aku adek dan ga pernah lebih dari itu," Zahra menunduk dengan senyuman getirnya.

"Kayanya A Azka suka kamu deh !" Zahra dan Sekar tengah berjalan diantara banyaknya siswa yang sama-sama jajan untuk memilih, kira-kira makanan apa yang akan mereka beli.

"Ih, bukannya kata kamu dia mah emang kaya gitu sama semua cewek ?! Aku denger dari temen-temen yang lain juga kaya gitu, dia suka gombalin cewek-cewek, alias buaya ?!" jawab Sekar berapi-api, matanya seperti mengilat saking tak sukanya pada Azka, pokonya dimata gadis ini Azka itu minus pake banget, titik !

"Aku mau cakwe sama lumpia basah aja !" tunjuk Zahra, Sekar pun ikut.

"Aku juga mauuu !" keduanya berlari ke arah gerobak yang kini dipadati oleh siswa lain yang sama menginginkan jajanan itu.

"Yahhh ! Antri Ra," bibirnya melengkung. Dari sekumpulan siswa yang mengantri, ada seorang yang menjadi fokus Sekar, dia adalah Andra, sosok ketua OSIS yang menurutnya the perfect boy... Sejak pertama kali melihatnya berbicara di depan podium dengan gagahnya, ia sudah mencap jika boys before flower-nya adalah Andra.

Andra yang melihat kedua gadis yang celingukan seraya kening yang bersimbah peluh tak tega, ia juga mengenal Zahra dan Sekar karena keduanya merupakan siswi baru teladan saat MOS kemarin.

"Zahra, Sekar ?! Mau beli lumpia juga ?!" tanya nya.

"Iya kak, tapi kayanya penuh !" jawab Sekar.

"Ya udah, mau pesen berapa ? Pake pedes engga ? Biar pesennya bareng punyaku ?!"

Serasa dapet jackpot, keduanya merekahkan senyuman, mereka mengangguk dan memberikan uang miliknya masing-masing untuk di titip pada Andra.

"Makasih ka, udah ngerepotin !" jawab Sekar malu-malu.

"Sama-sama," jawabnya balas tersenyum manis sepaket lesung pipi semakin membuat siapapun gadis yang disenyumin klepek-klepek kaya lagi step.

"Ka Andra gentle banget ! Sweet tau ngga !" bisik Sekar, hatinya berasa ditaburin bunga setaman, wangiiii dan berwarna. Beda dengan ia saat bertemu dengan Azka, berasa kaya lagi ditaburin bunga makam, bau, serem dan cenderung bikin mendung.

Diangguki Zahra, tapi rupanya Sekar tak tau Andra tidak ada apa-apanya dibanding Azka.

Wahh...wahhh....Sekar ga tau anak mimin nih, kalo udah beraksi...bang Haji yang lagi ngerayu Ani aja kalah saing ! 🤨🤨

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!