Dia melihat pantulan dirinya di depan cermin, rambut panjang sepinggang yang tergerai indah,wajah mulus yang tak ternoda oleh jerawat di dukung oleh perawakan nya yang bak model. Dengan wajah datar ia berdecak kesal masih merasa ada yang kurang.
"Akira cepat sarapan, atau kau akan terlambat!" Ibunya selalu saja berteriak, jika memanggilnya untuk sarapan.
Akira tidak menjawab panggilan ibunya, sekali lagi Akira menatap pantulan wajahnya di cermin. "Ayo, semangat memulai hari ini! tersenyumlah untuk menyempurnakannya" Ucapnya sambil tersenyum ceria.
Dimeja makan sudah ada Ayah dan kakak Akira yang sedang menikmati sarapan. Akira memghampiri meja makan, menarik salah satu kursi dan duduk sambil memasang wajah memelas minta di kasihani.
"Haih... nasi goreng lagi, oh tuhan....! kirimkan aku roti dengan selai coklat. "
Mendengar ucapan adiknya, Raisha hanya tertawa. Sedangkan Ayah hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah anak bungsunya. pagi-pagi ada saja drama yang dilakukan Akira yang membuat ibunya jengkel
Benar saja tiba-tiba Akira menjerit, karena kupingnya di tarik seseorang.
"Aww!! ampun Bu, tega banget nyiksa anak sendiri." Akira mengelus-elus kupingnya yang kena jewer oleh Ibu.
"Makanya jangan suka pilih-pilih makanan, nih minum susumu" sambil menyodorkan susu coklat untuk Akira.
"Tapi kakak paling suka dengan nasi goreng buatan Ibu" Timpal Raisha tersenyum sambil melirik Ibunya.
"Tuh dengerin kakakmu!"
"Iya... iya... dengar kok Bu"
Akira meminum susunya dengan sekali tegukan panjang hingga habis, Akira bangkit dari tempat duduknya dan langsung memeluk dan mencium pipi kakaknya dari samping. Kemudian menghampiri ayah, menyalaminya sambil mencium punggung tangan Ayah.
"Kau belum ma...." Ucapan Ibu terputus karena dengan segera Akira memeluk dan mencium pipi Ibu sebelum ibu menuntaskan omelannya yang akan semakin menyakiti telinga Akira.
"Maaf Bu, aku akan terlambat jika makan. Benar kata kakak, Nasi goreng buatan Ibu memang yg terbaik. Maka, sisakan untuk ku makan nanti." sekali lagi Akira mencium pipi Ibu gemas.
Akira langsung berlalu pergi, tanpa memberi kesempatan untuk Ibu menjawab atau menghentikannya
Akira anak yg selalu ceria selalu tersenyum dengan cengiran khasnya, namun akhir-akhir ini dia selalu melewatkan sarapannya. Ibu merasa aneh karena biasanya Akira tidak pernah melewatkan sarapannya, jika ditanya alasannya selalu sama. "Nanti Akira bisa terlambat".
Padahal Akira selalu bangun pagi-pagi sekali, entah apa yang membuat Akira selalu berangkat cepat padahal jam kuliahnya tidak dimulai pagi-pagi sekali.
Suara klakson mobil menyadarkan Ibu dari lamunan sesaatnya, bibirnya mengukir senyum. Ibu hafal betul siapa yg selalu datang sepagi ini bertamu ke rumahnya.
Tidak lama muncullah sesosok pria tampan dengan senyum samar diwajahnya.
"Ibu, apakah Raisha sudah siap?"
"Aku sudah siap!" tanpa sempat ibu menjawab tiba-tiba Raisha muncul dari belakang.
"Ok, kalau begitu kita berangkat. Bu kami berangkat." Pamit pria tersebut dengan wajah datar, sambil menyalami dan mencium tangan Ibu dan diikuti juga oleh Raisha.
"Iya, hati-hati nak!" Ucap Ibu, sambil mengantar kepergian mereka kedepan rumah.
Ibu membantu Raisha masuk kedalam mobil, hingga mobil itu melaju dan hilang dari pandangan mata. Barulah Ibu menutup pintu gerbang dan masuk kembali kedalam rumah.
Ayah pun sedang bersiap-siap hendak berangkat kerja, Ayah bekerja di tokonya sendiri. Menjual lengkap semua alat-alat bangunan dan pertukangan. Usahanya terbilang maju, karena di bangun semasa Ayah kuliah. Berawal dengan modal kecil, dari satu ruko hingga sekarang menjadi lima ruko yang digabungkan.
Ruko Ayah, tidak pernah sepi dari pembeli. Karena ayah, menjual barang berkwalitas dengan harga sedikit miring. Hingga banyak pelanggan tetap setia belanja di tempat Ayah.
Namun sayang, Ayah tidak punya anak laki-laki. Akibat kondisi Ibu yg tidak memungkinkan, untuk punya anak lagi. Setelah dokter memvonis Ibu kanker rahim, dan rahim Ibu harus di angkat.
Sementara itu, Akira telah sampai dikampus tempatnya menimba ilmu. Saat hendak memakirkan motor maticnya, tiba-tiba ada yg memukul bahunya.
"Budek amat sih di panggilin dari tadi! capek tau ngejar lo. sampai keringatan gue!" Mona berujar dengan ngos-ngosan, sambil menumpu kedua tangannya di atas lutut.
"Siapa juga yang nyuruh lo ngejar motor gue, lagian mobilnya di kemanain? jatuh miskin ya?" Akira berlalu begitu saja, setelah menyimpan helmnya dalam jok motor Maticnya.
"Yah! ditinggal lagi. Mobil gue mogok, pas mau nyampek gerbang kampus. Ya udah gue tinggalin aja" sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Akira.
"Entar hilang loh! lagian mobil langganan bengkel, mestinya di musiumkan." Ejek Akira lagi.
"Enak aja! tu mobil lagend tau. Engga ah, gue masih sayang. BTW, lo udah siap ngerjain tugas dari dosen ganteng era 60 ?"
"Mati gue, lupa!!" Akira menepuk jidatnya, dan menghentikan langkahnya.
"Wahai sahabatku, tolong pinjamkan tugasmu untuk ku salin." Ucap Akira, sambil mengerjab-ngerjabkan matanya dengan manja, kehadapan wajah Mona.
Mendapatkan perlakuan seperti itu, Mona menggeserkan langkahnya kesamping, dan mengambil langkah seribu sambil berteriak. "Tolong!! Akira kesurupan jin betina!"
"Woi...!! jangan kabur Blorong!" Akira juga ikutan berlari, mengejar Monalisa dan tertawa bersama.
🙏 Saya masih pemula mohon dukungannya ya 🙏
Disudut kantin kampus, Akira duduk sendiri memandang jauh ke gedung sebelah. sebuah gedung yang seharusnya adalah tempat ia meraih cita-cita dan cinta.
Universitas Nusantara, kampus terbesar di Kota Sumatra Utara. Awalnya Akira ingin mengambil fakultas Ekonomi dan Bisnis, namun semua berubah setelah tragedi dua tahun yg lalu.
Seharusnya, gedung yang sedang dipandangnya itulah tempat Akira berada. Semua impiannya berakhir tanpa sempat ia memulainya. Sebuah impian yg tidak akan menjadi kenyataan.
Ingatannya kembali ke dua tahun yang silam.
flash back on....
Setelah kelulusannya, di sekolah menengah atas. Akira remaja ingin membantu usaha sang Ayah. Jadi, Akira akan melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Saat itu Akira yang masih berseragam sekolah baru saja menyelesaikan ujian Akhir Nasional (UAN), bersama temannya Sulaiman, ia ingin mendaftarkan diri di Universitas Nusantara Atau sekedar melihat-lihat, karena mereka belum resmi lulus.
Mereka punya cita-cita yg sama, yaitu ingin membantu usaha kedua orang tua mereka. Akira dengan usaha toko Ayahnya yang semakin maju, dan Sulaiman dengan usaha kedua orang tuanya di bidang Traveling.
Akira berjalan sambil memainkan hp nya, mengetik pesan balasan dari sang ibu yg menanyai keberadaannya. Tiba-tiba, ada mobil melaju kencang dari arah samping. Akira tidak sempat mengelak, ia hanya memejamkan matanya ketakutan tanpa bisa menggerakkan tubuhnya maupun kakinya. Hingga ia merasakan tubuhnya ditarik kebelakang begitu kuat, sehingga jatuh menindih seseorang.
"Lo baik-baik aja kan? ga ada yang sakit?"
Sebuah suara yang ia kenal menanyakan keadaannya, Akira membuka matanya perlahan, melirik kebelakang kearah suara yang menanyainya.
"Maman....!" Ucap Akira kaget, ternyata yang menolongnya adalah Sulaiman. Akira merasa lega, untung saja ada Sulaiman yang dengan sigap menariknya hingga ia selamat dari mobil yang nyaris menyerempetnya. Akira fikir Sulaiman masih lama menyusulnya, karena mencari tempat parkir mobilnya yang entah kenapa hari ini lumayan penuh.
"Jika lo baik-baik saja boleh tidak, kalau lo bangun dari badan gue. Lo tu berat juga ternyata, kelihatannya saja kurus." Ucap Sulaiman, sambil memasang wajah keberatan.
"E... eh..i.. iya maaf." Akira tergagap, lupa kalau dia masih menindih tubuh Sulaiman.
"Enak aja, gue di bilang berat. Lo aja kali yang letoy ngatain gue! tapi..... makasih ya untung aja ada lo! Kalau ga, berkurang dech satu bidadari di muka bumi ini." Cengir Akira, sambil ikut membantu Sulaiman membersihkan bajunya dari kotoran debu yang menempel karena Sulaiman ikut terjatuh ketika menolong Akira.
"Makanya, jalan hati-hati! Jangan main hp, sambil jalan. kalau ketabrak gimana? kan gue juga yang repot." kesal Sulaiman karena Akira tidak hati-hati saat berjalan. Sedangkan Akira malah santai memasah wajah tak berdosa. "Tidak merasa bersalah lagi, disini tu yang salah lo! masih untung selamat." sambung Sulaiman lagi masih merasa kesal.
"Mobil tu juga salah! ini kan area kampus, banyak orang. Ngapain dia bawa mobil kencang-kencang, seperti di uber setan. "Akira membela diri, tidak terima hanya dirinya yang disalahkan.
"Serah lo dech! ayo kita pergi lihat pendaftaran sambil lihat-lihat kampusnya." Ajak Sulaiman, mengalihkan pembicaraan. Karena, percuma juga meladeni ucapan Akira yang keras kepala.
Siangnya, saat mereka kembali ke tempat parkir mobil, Sulaiman mendapati ban mobilnya kempes.
Tanpa mereka sangka, mobil yang tadi hampir menyerempet Akira terparkir di sebelah mobil Sulaiman.
"Maman lihat! ini mobil yang tadi hampir nyerempet gue kan?" Tunjuk Akira, sambil menarik lengan baju Sulaiman agar mengikuti Akira mendekat ke mobil yang di tunjuknya
"Warnanya sich iya merah, tapi mirip saja kali! jangan asal tunjuk Akira. "
"Engga....! gue yakin, ini mobil yang tadi." Akira mencoba meyakini Sulaiman, sambil mendekat kearah mobil tersebut. ia Ingin mengintip kedalam mobil, yang tertutup rapat dengan kaca jendela mobil.
"Ada apa dengan mobil saya!" Ujar sebuah suara, dari arah belakang mereka.
Akira yang sedang mengintip kedalam mobil tersebut terkejut akan suara yang menegurnya begitu juga dengan Sulaiman.
🙏 Mohon bantuan like, vote dan hadiahnya, dikarya perdana saya 😘🥰🙏
Akira dan sulaiman saling pandang, lalu sama-sama membalikkan badan kearah suara yang bertanya.
Deg.... pandangan akira terkunci pada sosok pria berwajah datar yang bertanya tadi.
"Oppa...." ucap Akira lirih seperti orang berbisik tapi masih mampu di dengar oleh sulaiman
"Lo gila ya! masih muda gitu, di bilang Opa" sulaiman ikut berbisik juga didekat telinga Akira
"Hais....! oppa Gangnam Style" ucap Akira asal sambil berbisik juga, tanpa mengalihkan pandangannya dari pria tersebut
"Kenapa kalian jadi saling berbisik? jawab pertanyaan saya!" pria itu bertanya lagi tetap dengan memasang wajah datar.
"Tidak ada apa-apa dengan mobilnya tapi, mobil mu hampir menyelakaiku" ucap Akira santai sambil bertolak pinggang
Pria itu memicingkan matanya, menatap Akira dengan curiga
"Apakah kamu sedang berakting? kalau begitu maaf,saya tidak ada waktu untuk itu" ucapnya dingin.
Pria itu melewati mereka begitu saja, menekan remot kunci mobil hingga berbunyi "biibib." Belum sempat pria itu membuka pintu mobilnya, Akira nyelonong masuk ke mobilnya. Membuka pintu belakang mobil dan menarik Sulaiman masuk kedalam.
"Keluar! sebelum aku berbuat kasar dengan menyeretmu keluar dari mobilku" ucap pria itu dingin, dengan menahan amarahnya.
Hai...! setidaknya kau berutang maaf karena hampir menyelakaiku, dan aku tidak berbohong! temanku ini bisa menjadi saksiku! benarkan?" Akira menyenggol bahu Sulaiman yang dari tadi diam saja
"I.. iya, yang di ucapkan teman ku be.. benar" Sulaiman tergagap karena pria itu tidak sepenuhnya salah, sebenarnya yang salah adalah Akira.
"Kau dengar itu? untuk menebus kesalahan mu, kau harus mengantar kami pulang. Kau lihat sendiri ban mobil kami kempes." tetap bersikukuh tidak mau keluar dari mobil.
"Lo ya, buat masalah ngajak-ngajak gue"
"Udah ngikut aja, ban mobil lo kempes, bukannya bersyukur gue cariin tumpangan"
"Tapi ga gini juga Akira!"
"Ok! apa lo punya cara lain?"
"Ada tinggal ganti ban sarep, gampang."
"Terus, gue di suruh nunggu sambil karingatan? ini dah siang, waktunya gue bokcin alias bobok cantik"
"Alesan aja lo, bilang aja males bantuin gue benerin ban mobil kempes."
Sulaiman dan Akira saling berdebat di dalm mobil, sambil berbisik.
Pria itu menolehkan pandangannya kesamping, yang di ucapkan gadis itu benar. Ban mobil hitam yg terparkir disamping mobilnya, memang kempes. Ia menghela nafas dengan kesal, hari ini ia begitu lelah ingin cepat pulang dan beristirahat. Maka lebih baik ia mengalah jika tidak, masalahnya akan semakin panjang.
Entah apa yang dilakukan dua remaja berseragam SMU ini di fakultas nusantara, dan cerita gadis remaja itu kalau ia hampir menyerempetnya mungkin saja benar. Karena tadi dia memang melajukan mobilnya agak kencang karena terburu-buru.
Akhir-akhir ini dia sangat sibuk, mengajar di dua tempat karena permintaan pamannya untuk membantu mengajar di sekolah menengah atas.
Guru yang biasanya mengajar, sedang cuti melahirkan. Guru magang yang ditunggu tak jua datang, entah apa sebabnya tidak ada kabar. pamannya yang menjabat sebagai kepala sekolah, meminta tolong kepadanya dan dia tak kuasa untuk menolak.
Belum lagi perusahaan Papanya, yang sekarang dikelola olehnya. Papanya sudah mendapatkan teguran keras dari dokter, akibat kelelahan bekerja Papanya kena Strok ringan. Dan dokter menyarankan istirahat atau kalau tidak penyakitnya akan lebih parah. Perlu waktu lama untuk sembuh dan ia tak ingin Papanya kembali sakit.
Sekali lagi, ia menghela nafasnya berat. Duduk di balik kemudi dan mulai menghidupkan mesin mobil, Ia menatap kedua remaja berseragam SMU dari kaca depan spion mobil. Kedua remaja itu masih saja kasak kusuk tak jelas apa yang mereka bicarakan karena saling berbisik.
"Setidaknya duduk didepan, saya bukan sopir kalian!" perintah pria tersebut kepada dua remaja yang duduk dibelakangnya.
🙏 Dukung karya perdana saya ya🙏
Salam sayang dan sehat selalu untuk yang udah dukung saya 😊😘🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!