NovelToon NovelToon

C & N

Eps 1

Matahari berpendar dengan angkuhnya di langit Surabaya siang ini. Panasnya begitu menyengat membakar kulit para manusia yang ada di sana. Seorang gadis berperawakan kecil memakai seragam putih abu-abu berjalan sedikit membungkuk sambil mendorong motor matic warna pink kesayangannya yang bermasalah, dengan helm yang masih terpasang du kepalanya Cleo terus menyusuri jalan.

Hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya,di sekolah dia harus dijemur selama mata pelajaran seorang guru killer, bukan karena ia tidak mengerjakan perkerjaan rumah, tapi karena ia ketahuan menjahili gurunya dengan menaruh lem di kursi guru. Cleo sudah melakukan rencananya dengan baik, entah kenapa hari ini dia bisa ketahuan.

"Ck ponsel mati, ban bocor, bensin abis. Ya Tuhan jangan hukum Cleo seperti ini, bagaimana kalau kulit Cleo mengelupas lalu berubah jadi katak, gimana? kan nggak lucu kalau cantik-cantik kulitnya ijo. Cleo tuh nggak jahat Tuhan, hanya nakal sedikit saja, Cleo cuma mau bales tuh guru killer. Masak kasih cleo PR bejibun begitu banyak, otak cleo sampai mau meledak jempol cleo sampe harus direbonding biar nggak kriting. Sapa suruh juga jadi orang sok kecentilan, suka banget godaain Papa cleo," gerutunya sambil terus mendorong motornya.

Beberapa hari yang lalu Cleo diantar langsung oleh papanya ke sekolah karena motornya harus di servis rutin. Cleo memergoki guru killer itu menatap papanya dengan air liur yang hampir menetes, si guru pun dengan percaya diri menyapa papa Cleo dengan nada suara yang menggoda dan dibuat mendayu-dayu. Meskipun papa Cleo tidak menggubrisnya. Namun, tetap saja Cleo merasa tidak suka dengan tingkah laku gurunya itu.

Tubuh Cleo sudah bercucuran keringat, seragam putih yang di pakainya menempel di tubuhnya karena basah. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus, bukan karena malu, tapi karena panas yang begitu menyengat.

Ban motor Cleo bocor tepat di tempat yang lumayan sepi, melewati sebuah perumahan yang masih dalam pembangunan yang mangkrak, entah kenapa pembangunannya tidak berjalan lagi. Jalan kecil ini merupakan jalan pintas untuk Cleo pulang, lebih sepi tidak seramai jalan raya. Beberapa pengendara motor yang lewat hanya melirik sekilas pada Cleo tanpa berniat membantu, akhir-akhir ini rasa empati memang sudah agak berkurang.

"Ayo C, sebentar lagi kita sampai. Semangat!" teriak Cleo menyemangati dirinya sendiri.

Jalan yang cleo lewati panjangnya sekitar dua kilometer. Cukuplah buat olahraga sampai kaki gempor kalau jalan tengah hari sambil dorong motor.

Brumm ..brum...

Sebuah sedan berjalan lambat di belakangnya, pengemudi itu berkali-kali membunyikan klakson pada Cleo. Gadis itu melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar mobil di belakangnya berjalan mendahuluinya. Cleo heran, dia tidak berada ditengah jalan, bukankah mobil itu bisa dengan mudah melewatinya. Jalan itu masih tersisa cukup lebar untuk mobil itu.

Tin ... tin...

Cleo menghentikan langkahnya, ia menstandarkan motor maticnya. Gadis itu sungguh sangat geram pada mobil sedan yang terus saja membunyikan klakson. Cleo membalikkan badannya ia mengangkat tangannya seolah menggulung lengan bajunya.

Ia semakin geram setelah melihat dengan jelas mobil itu. Cleo hafal benar dengan pemiliknya yang begitu menyebalkan. Cleo melangkah mendekati mobil yang berhenti

tak jauh dibelakangnya.

Cleo mengetuk kaca mobil dengan keras. Seorang pemuda yang duduk di belakang kemudi setir tampak tersenyum kecil, ia memakai kacamata hitam miliknya dan memasang wajah paling songong yang ia punya sebelum membuka jendela mobil.

Perlahan Naoki menurunkan kaca mobilnya, ia begitu senang melihat wajah Cleo yang merah padam. Dapat dipastikan kalau gadis itu sangat kesal padanya.

"Ada apa? kau mengetuk kaca mobilku dengan keras, kalau pecah apa kau mau menggantinya," ucap Naoki dengan wajah angkuhnya.

"Cih, aku yakin kaca mobil kamu nggak akan pecah hanya karena sedikit hentakan dari tanganku. Enggak usah bertele-tele, apa maumu sebenarnya? Kenapa dari tadi bunyiin klakson mulu? berisik tau!" Ketus Cleo dengan bersungut-sungut.

sudut bibir Naoki terangkat. Ia menatap lucu pada Cleo yang sedang marah, tapi tentu saja Cleo tidak bisa melihatnya karena tertutup kacamata hitam yang dipakai Naoki.

"Aku klason biar kamu minggir, kamu menghalangi jalan Nona sipit," sindir Naoki.

"Heh nggak usah bawa-bawa mata sipit aku ya, ini berfungsi lebih baik daripada punya kamu. Kamu nggak liat apa jalan kosong kayak hati kamu. Kalau mau lewat, lewat aja. Nggak usah bikin alasan aku menghalangi jalan kamu!"

"Copot tuh kacamata, biar kamu bisa lihat jalan tuh kosong, lebar. Cukup kali kalau kamu mobil kamu lewat," imbuh Cleo lagi.

Naoki tidak menjawab, ia hanya terus memperhatikan Cleo yang basah dengan keringat. Seragam berwarna putih yang di pakainya sampai melekat karena basah, mata Naoki fokus pada leher Cleo. Beberapa tetes keringat meluncur turun dari atas ke bawah, terlihat seolah sedang menggodanya. Untungnya Naoki memakai kacamata hitam, jika tidak cleo pasti ngamuk karena tatapan mata Naoki.

"Heh, malah diem. Dasar cowok nggak jelas, udah jalan sana!" usir cleo sambil mengibaskan tangannya.

Naoki tersentak, suara cempreng Cleo membuyarkan lamunannya.

Sayang banget sih, cantik tapi suara kayak kaleng rombeng gitu, gumam Naoki sambil tersenyum sinis.

"Dih, malah senyam-senyum nggak jelas. Dah ah males ngurusin kamu."

"Siapa yang nyuruh kamu ngurusin aku, emang aku mau? sorry ya selera aku tuh jauh diatas kamu," sahut Naoki asal.

"Heh Beruang, siapa yang mau daftar jadi pengurus kamu. Mending aku jadi tukang mandiin gajah daripada ngurusin kamu yang nggak jelas, dah males banget ngomong ama kamu!"

Cleo membalikkan badannya, ia kembali melangkah mendekati motornya yang diam menunggu untuk dipapah oleh majikannya.

"C, motor kamu kenapa?!" tanya Naoki dengan berteriak.

"Nggak kenapa-kenapa, udah pulang sono!" jawab Cleo dengan ketus, ia sudah terlanjur sebal pada Naoki.

Naoki menyalakan mesin mobil, ia kemudian mengendarai mobilnya dengan pelan hingga sejajar dengan Cleo yang menuntun motor maticnya.

"Perlu bantuan nggak?"

"Enggak!"

"Yakin, masih jauh lo. Emangnya kamu nggak capek dorong motor terus?" bujuk Naoki.

Cleo terdiam, masih tersisa satu kilometer lebih dari jalan besar. Lumayan kalau Cleo harus berjalan sambil menuntun motornya. Bisa dipastikan, ia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya besok.

Cleo melirik sekilas pada Naoki yang sedang menatapnya dari balik kacamatanya. Cleo mengehentikan langkahnya.

"Kamu yakin mau bantuin aku?" tanya Cleo dengan penuh curiga.

"Kamu nggak yakin ya udah," tukas Naoki.

"Eh ... tunggu-tunggu, iya aku mau."

Cleo mengambil kunci motor dari sakunya. Ia kemudian membuka jok sepeda motor untuk mengambil tasnya. Tanpa Cleo tau, Naoki sudah siap-siap tancap gas.

"C."

"Hem."

"Nggak jadi deh, aku rasa kamu lebih baik dorong motor kamu sekalian olahraga."

"Apa!" pekik Cleo.

Naoki tertawa ia melajukan mobilnya sedikit menjauh hingga berada dua meter di depan Cleo. Mobil Naoki kemudian berhenti.

Aku yakin kamu nggak akan tega, biarin aku seperti ini Ki, gumam Cleo penuh arti. Cleo memakai tas ranselnya dan bersiap melangkah kearah mobil Naoki.

Nggeng ... nggeng ....brummm..

Naoki menginjak gas mobil dan menahannya hingga membuat kepulan asap keluar dari kenalpotnya. Mobil itu pun melaju kencang meninggalkan Cleo sendirian.

"Dasar beruang kutub! Aku sumpahin kamu jomblo sampe tua!" teriak Cleo, suara cemprengnya begitu menggema.

Cleo misuh-misuh saking kesalnya dengan Naoki, ia pun kemudian kembali mendorong motor miliknya dengan marah.

Naoki tertawa melihat Cleo mencak-mencak karena marah. Bagi Naoki menjahili Cleo adalah kewajiban baginya, tak boleh sampai terlewatkan.

Eps 2

Cleo berjalan terseret dengan tas yang juga ia seret menyapu lantai. Nafasnya tersengal kelelahan, ia berjalan mendekati sofa terdekat yang bisa ia jangkau.

Bruk.

Cleo menjatuhkan dirinya dengan kasar, menghempaskan tubuhnya begitu saja. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Mbak Neng!" panggil Cleo dengan suaranya yang terdengar lelah.

Neneng yang kebetulan sedang membersihkan meja yang tak jauh dari sana segera berjalan ke arah suara yang memanggilnya.

"Non Cleo! astaga, kenapa Non?" raut wajah Neneng terlihat cemas melihat Cleo yang tengkurap, terkapar lemah seperti ikan paus yang terdampar di pantai.

"Air Mbak, tolong," ucap Cleo dengan lirihnya, tenggorokannya terasa kering kerontang.

"Iya Non." Neneng segera berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.

Tak lama Neneng kembali dengan sebotol air mineral dingin kesukaan Cleo, biasanya Nona muda itu akan langsung ke dapur untuk mengambil sendiri apa yang ia inginkan. Cleo bukanlah jenis anak manja yang suka di layani. Namun, keadaannya saat ini memaksanya untuk meminta tolong pada si asisten rumah tangga yang sudah ia anggap seperti Bibinya sendiri. Kaki Cleo lemas tak berdaya, rasanya mati rasa. Jika bisa ia ingin mengganti kakinya dengan yang baru.

"Ini Non." Neneng menyodorkan botol bening pada Cleo.

"Makasih Mbak Neng," jawab Cleo. dengan susah payahnya ia mendudukkan dirinya.

Cleo mengambil botol yang disodorkan oleh Neneng, dengan cepat Cleo meneguk air itu hingga tandas.

"Huf ...seger!" seru Cleo. Ia seolah hidup kembali setelah menghabiskan sebotol air dingin di tangannya.

Neneng tersenyum kecil melihat tingkah nona mudanya itu.

"Makasih ya Mbak." Cleo bangkit dari duduknya ia melanjutkan perjalanan menuju kamarnya.

"Saya bantu jalan ya Non," tangan Neneng terulur hendak membantu Cleo berjalan. Ia tidak tega melihat Cleo yang terlihat kecapekan.

"Enggak usah Mbak, Cleo bisa kok," ujar Cleo dengan tersenyum kecut.

Cleo melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga yang terasa seperti menaiki gunung Merapi. Lututnya berdenyut sakit , terasa tak mampu lagi untuk berjalan. Setelah menyelesaikan perjuangan menaiki anak tangga Cleo membuka perlahan pintu kamarnya. Ia meletakkan tasnya begitu saja.

Cleo bergegas membersihkan dirinya. Setelah cukup lama menguyur dirinya dengan air dingin. Cleo pun menyudahi ritual mandinya, dengan rambut yang masih basah ia menghempaskan tubuhnya. Tentu setelah ia memakai tank top dan celana gemas.

"Huf... aku merindukanmu," ucap Cleo lirih sambil menduselkan wajahnya di bantal besar warna kuning kesayangannya.

Dengan posisi tengkurap Cleo mulai terlelap, mendorong motor di tengah teriknya matahari cukup membuat gadis itu kelelahan.

😴😴😴

Sementara itu di kamar yang berbeda.

Naoki yang baru saja pulang dari kampus melakukan hal yang sama seperti Cleo, ia segera membersihkan dirinya. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan satu tangan ia pakai sebagai bantal.

Pria berumur 23 tahun itu menatap jauh keluar pintu balkon yang sengaja ia buka lebar. Ingatannya menerawang pada kejadian dimana ia bertemu dengan Cleo.

"Hah... gara-gara kaleng rombeng, aku jadi harus relain uang jajan aku bulan ini," keluh Naoki dengan senyum yang tersungging bahagia di bibirnya.

Suara yang cempreng seperti kaleng rombeng, badan pipih seperti papan triplek, mata sipit, begitu banyak kekurangan yang ada dalam diri Cleo. Namun, entah kenapa Naoki selalu tidak pernah bisa melepaskan Cleo. Ia selalu ingin mengusili gadis itu.

Akan tetapi Naoki hanya sekedar iseng saja, ya hanya sekedar iseng. Tidak ada niat lain, itu yang Naoki tanamkan dalam dirinya. Ia tidak menyadari rasa yang tumbuh dalam hatinya untuk Cleo, Naoki selalu selalu berusaha menepis rasa itu.

Naoki tersenyum kecil ia mengingat bagaimana raut wajah Cleo yang kelelahan. Pandangan Naoki tertuju pada benda berbentuk bulat tak sempurna berwarna kuning dengan telinga lancip dan warna hitam di bagian ujungnya, naoki meletakkan boneka itu diatas meja. Tangan Naoki terulur mengangkat boneka itu, ia tersenyum miring.

"Kau dan pembuatmu sama, sama-sama merepotkan," keluh Naoki sambil meremas gemas boneka yang ada di tangannya.

Satu-satunya boneka yang ia punya. Naoki mendapatkannya saat acara tukar kado di rumah asuh milik keluarga Wang saat dia berumur 10 tahun. Ia sengaja mengincar boneka itu karena Naoki tahu siapa yang membuatnya.

Tanpa pria itu sadari sebuah senyum mengembang di bibirnya. Tangannya tak henti mengusap-usap benda empuk berwarna kuning yang ada di tangannya.

🐻‍❄️🐻‍❄️🐻‍❄️

Sebuah Kafe terlihat ramai dengan pengunjung yang sebagian besarnya adalah anak muda, mereka menikmati secangkir kopi dan minuman lain yang tersedia di sana. Ada juga life musik yang memperbolehkan siapa saja untuk menyalurkan hobi mereka untuk bernyanyi.

Meja dan kursi yang terbuat dari ban bekas. Di tata dengan apik dan nyaman untuk nongkrong dan berkumpul bersama teman-teman. Beberapa coretan seniman juga menghiasi dinding kafe yang apik untuk berselfie ria.

Naoki duduk disalah satu sudut kafe, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, ada kepuasan tersendiri bagi Naoki melihat kafe yang ia rintis bersama sahabatnya berkembang seperti saat ini.

"Ngapain Ki?" tegur Andi. Sahabat Naoki, sekaligus seseorang yang di percaya Naoki untuk menjalankan kafe itu.

Andi mendudukkan dirinya di bangku kosong yang ada di sebelah Naoki.

"Nggak apa-apa, puas aja," jawab Naoki sambil menyeruput capuccino miliknya.

"Hem ... semuanya berjalan seperti apa yang kita impikan Ki, punya usah sendiri. Bisa menghasilkan uang tanpa merepotkan orang tua, gue makasih banget ama lu yang udah percayain cafe ini sama gue," ujar Andi dengan sungguh-sungguh.

Naoki memang pemegang utama kafe itu, sementara Andi yang menjalankannya. Naoki hanya sesekali datang berkunjung.

"Apaan, nggak usah melow gitu, jijik gue lihatnya," ucap Naoki sambil bergidik geli.

Tatapan Naoki terhenti pada seorang gadis yang baru saja turun dari sepeda motor matic miliknya, meskipun gadis itu memakai helm full face, tetapi naoki sudah terlalu hafal dengan perawakan dan motor yang di pakainya.

"Ini kafenya?" tanya Cleo pada sahabatnya.

Mereka berdua berboncengan datang ke kafe itu setelah seorang teman mengajak mereka untuk bertemu.

"Iya, nggak salah kok," jawabannya sambil mencocokkan nama cafe dan alamat yang ada di ponselnya.

"Masuk aja dulu, anak-anak pasti udah di dalam," ajaknya.

"Ok deh." Cleo merapikan rambutnya sambil berkaca di spion sepeda motornya.

Kedua gadis remaja itu pun masuk. Mereka mencari letak meja dimana teman mereka berkumpul.

"Cleo!"

Mereka namanya di panggil Cleo pun menoleh, Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut ikal hitam legam, melambaikan tangan padanya.

"Hai!" Sahut Cleo.

Ia pun berjalan mendekati meja itu.

"Lama banget sih kamu," keluh sastro.

"Sorry Sas, aku kan nggak pernah ke sini." Cleo mendudukkan dirinya begitu juga dengan widya.

"Mana yang lain, katanya rame-rame?"

"Kamu nggak liat kafe ini rame," jawab Sastro dengan santainya. Cleo hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Liat aku punya mata," ketus Cleo.

Eps 3

Andi berjalan mendekat pada tamu cafe yang baru saja datang atas permintaan naoki. Sepertinya kedua wanita itu adalah kenalan naoki atau bisa di bilang seseorang yang spesial untuknya, terutama gadis yang bersuara cempreng itu. Andi dapat melihat naoki menatapnya dengan cara yang berbeda, meskipun pemuda itu mengelak.

"Selamat datang di kafe kami, cewek-cewek cantik mau pesen apa nih?" tanya Andi dengan ramah.

"Signature sini apa kak?" Tanya cleo balik.

"Summer love coffe, racikannya di buat langsung oleh onwer kami di sini. Racikan kopi khas bali yang mempunyai aroma khas, di padu dengan buah-buahan segar. Di jamin manjain kamu deh," ujar andi menjelaskan panjang lebar.

"Wah kedengarannya enak, ok deh kalau begitu aku pesen jus alpukat aja." Cleo menyengir memamerkan jajaran gigi putihnya.

Andi mengerutkan keningnya, menahan nafasnya dengan kelakuan gadis yang duduk di hadapannya. Gadis unik yang jahil, itu yang di tangkap oleh Andi sebagai kesan pertamanya.

"Aku milk tea Kak," sahut widya.

"Ok, tunggu sebentar ya." Andi kemudian berjalan menjauh.

Cleo mengedarkan pandangannya, fokusnya tertuju pada mikrofon yang di sediakan di sana. Sastro yang melihat cleo menatap ke arah panggung minj hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Jangan coba-coba C, aku nggak mau di usir dari kafe lagi," tukas Sastro dengan nada penuh penekanan.

Memorinya berputar otomatis saat cleo bernyanyi di cafe yang mereka singgahi beberapa waktu yang lalu, suara cleo yang khas terlelu merdu untuk di dengar oleh manusia. Hingga pemilik kafe mengusir mereka secara halus.

"Ih ...apaan, mana ada," kilah cleo.

"Enggak usah ngeles kamu lihatin mikrofon itu kayak liatin pacar, kamu pasti pengen nyanyi kan?"

Cleo memanyunkan bibirnya, sahabatnya satu ini memang terlalu peka. Cleo menumpukan sikunya di meja dan menatap tidak suka pada sastro.

"Aku kan butuh pelampiasan, Sas. Aku kesel banget tau nggak hari ini," ujar cleo memelas.

"Emang hari ini kenapa? patah hati?" tanya widya kepo.

"Jangan pura-pura nggak tau lah, di jemur di lapangan sekolah bukanlah hal yang menyenangkan, Wid."

"Lha, itu salah kamu sendiri jail," tukas widya.

Bertambah manyunlah bibir cleo. Naoki yang melihat wajah cemberut cleo dari kejauhan tersenyum tipis, tanpa ia sadari ia menikmati wajah itu tiap ekspresi yang di buat cleo seolah hiburan tersendiri baginya.

"Kalian tau nggak?"

"Enggak," jawab kedua temannya serempak.

"Ish ... denger dulu, kalau nggak aku teriak nih," ancam cleo.

"Iya, sensi amat cerita gih," ujar Sastro kemudian menyeruput kopi miliknya.

Cleo menurunkan tangannya kemudian melipatnya di atas paha.

"Tadi aku apes banget, ban motor aku bocor, bensin abis-

"Kenapa nggak telepon papa kamu?" potong widya cepat.

"Dengerin dulu jangan di potong," rengek cleo sambil mengerakkan tubuhnya ke kanan dan kiri.

"Hehehehe ...iya." widya menyengir kuda.

"Ponsel aku habis baterainya, semalam lupa cas. Aku terpaksa dorong motor, udah gitu tempatnya sepi lagi."

"Terus?"

"Untuk saja ada bapak-bapak baik dateng nolongin, ternyata di tukang tambal ban dan bawa bensin dan minuman pula, tau aja aku kehausan. Sepertinya Tuhan memang sayang sama aku," ucap cleo sambil menatap langit-langit kafe.

Ia kemudian mencomot satu kentang goreng kemudian memakannya.

Sastro mengerutkan keningnya, cerita cleo seperti ada yang mengganjal. Tidak mungkin seorang tambal ban datang tiba-tiba menolong, jika kebetulan anggap saja bisa, tetapi dengan membawa bensin dan minuman dingin? itu seperti sudah di atur seseorang.

Sebelum ketemu sama bapak itu kamu ketemu siapa?" tanya Sastro.

"Ketemu."

Ucapan cleo terhenti saat pesanannya datang. Bukan andi, kali ini sepertinya pelayanan kafe. Dia memakai seragam yang sama seperti beberapa orang yang lain. Setelah meletakkan minuman keduanya, pelayan itu tersenyum ramah dan mundur teratur.

"Ketemu siapa?" tanya widya setelah pelayan cafe itu pergi.

"Ketemu orang paling menyebalkan sedunia!" seru cleo menggebu-gebu, ia sungguh merasa kesal jika mengingatnya.

"Jangan terlalu benci nanti cinta lho," tukas sastro.

"Dih amit-amit." Cleo meminum jus alpukat miliknya, menyedotnya dengan kuat.

"Kamu nggak merasa aneh ada orang datang tiba-tiba nolongin kamu, padahal sebelumnya jalanan itu sepi seperti katamu tadi."

Cleo diam, ia mencoba memikirkan apa yang di katakan sastro.

"Bisa saja orang yang kamu bilang nyebelin itu mengirim orang buat bantuin kamu," imbuh sastro lagi.

"Hahaha ....!" tawa cleo pecah, suaranya yang cempreng menggema di telinga para pengunjung. Sastro dan widya menatap aneh pada cleo.

"Dia nggak mungkin nolongin aku, baginya liat aku kesusahan itu adalah kebahagiaan baginya," ucap cleo setelah tawanya mereda.

"Ganteng nggak?" tanya widya.

Diam sejenak, cleo melepaskan ujung sedotan dari mulutnya setelah meminumkan lagi.

"Ganteng sih tapi nyebelin," jawab cleo ketus.

Naoki yang bisa mendengar ucapan cleo tersenyum tipis, hampir tidak kentara. Andi yang melihat hal itu menangkap sinyal-sinyal ketertarikan naoki pada gadis bersuara cempreng itu.

"Sikat aja Bro," bisik andi.

"Gila lu, dia buka tipeku," tukas naoki.

"Bukan tipe tapi merhatiin mulu, awas jatuh cinta lho."

"Nggak akan, dia hanya hiburan buat gua" elak naoki dengan senyum miring, senyum yang lebih mirip dengan seringai.

Ponsel cleo bergetar, ia pun segera mengambilnya di tas kecil yang ia bawa. Panggilan dari Mamanya. Cleo segera mengeser logo hijau di layar.

"Halo Ma."

"Cleo dimana?" tanya arie yang tak lain adalah mamanya.

"Di kafe Pa, sama temen."

"Oh, bisa temenin mama nggak C?"

"Kemana Ma?"

"Butik, ambil baju buat nanti malem. Kamu juga sekalian pilih satu, kamu temenin mama pergi."

"Tapi Ma, cleo nggak mau ikut," cleo berucap dengan sedikit memelas. Ia tidak berminat untuk pergi ke pesta, tetapi ia juga tidak bisa membantah keinginan mamanya.

"Sekali ini aja C, temenin mama. Kamu tau kan mama ngga begitu kenal dengan teman-teman papamu, mama nggak ada temen ngobrol di sana."

Cleo mengambil nafas dalam. " Iya Ma, cleo pulang sekarang.

Cleo memutuskan sambungan teleponnya. Ia menatap kedua sahabatnya yang melihatnya dengan heran.

"Di ajak kemana C?" tanya widya.

"Acara temennya papa," jawab cleo singkat.

"Wih enak dong, ketemu orang-orang ganteng," celetuk widya.

"Ganteng versi kamu kali Wid, ada yang botak perut buncit, adanya yang sok akrab, huh ...aku sebenarnya males. Tapi nggak tega juga sama mama."

"Aku pulang dulu ya gaes, aku udah di tunggu mama nih." Cleo bangkit dari duduknya.

"Iya deh, tapi minuman ku belum abis," ujar widya.

"Kamu nanti pulang ama aku aja," sahut sastro.

"Ok, deh kalau begitu. Bye gaes!"

Cleo berjalan menghampiri motor kesayangannya, ia memakai helm kemudian mengendarai motornya menjauh.

"Gua balik," ujar naoki seraya bangkit dari duduknya, matanya lurus menatap gadis yang baru saja berlalu dengan motornya.

"Bilang bukan tipe, ngeles aja lu. Awas copot tuh mata!" teriak andi, yang di jawab lambai tangan naoki.

Naoki segera masuk ke mobilnya untuk mengejar cleo, entah kenapa ia merasa tidak rela melihat gadis itu berkendara sendirian. Naoki ingin memastikan mainannya itu aman sampai di rumah. Aman

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!