NovelToon NovelToon

Listen

Rumah

"Gubrak"

Suara Bising itu membangunkan ku. Ku tengok jam di kamarku ternyata baru jam 3 pagi. Kuambil kacamataku dan aku mulai memeriksa apa yang terjadi.

"Pergi kamu dari rumahku, dasar laki-laki tidak berguna. "

"Brani kamu ya....."

Pranggggggggg!!!!!

Suara itu terdengar dari kamar orangtuaku. Kututup lagi kamarku, kugunakan earphone ku dan kusetel lagu dari handphoneku sekeras mungkin.

Well, ya orangtuaku sering sekali bertengkar. dan sering terjadi kekerasan dan kata kata kasar dalam keluarga ku ini. Sebagai anak satu satu nya tak ada tempat untuk mengadu atau berbagi kisah. Cerita ke teman pun aku segan. Karena rumahku yang seperti neraka, kebiasaan orang tuaku yang buruk dan sering memaki ku aku tumbuh jadi anak pendiam. Aku sering memendam perasaanku.

Dulu saat aku kecil aku selalu tidak diizinkan menangis. Orangtuaku selalu menghukumku jika aku menangis. Itu sebabnya aku selalu berusaha terlihat kuat walau sebenarnya hati ku sakit.

Pagi ini aku bangun dengan kepala yang agak pusing. Aku baru sadar hari ini adalah hari pengumuman kelulusanku. Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap pergi ke sekolah.

Setelah siap kubuka pintu kamar, kulihat hanya ada ibuku duduk menyiapkan sarapan.

"Ran, udah siap? ini ibu buat kan kamu nasi goreng dan teh. " seru ibuku

Akupun bergegas untuk sarapan

"Bu, Ayah kemana? " kataku

"Ibu ga tau. Biasalah ayahmu setiap ada masalah selalu kabur. "

Akupun terdiam dan segera menyesaikan sarapan ku. Aku tidak bertanya lebih lanjut karena aku tau itu akan membuat ibuku marah.

Setelah sarapan aku bergegas memesan ojek online dan segera berangkat ke sekolah.

Di sekolah

kuletakkan tas ku dan aku mulai membaca buku sambil menunggu bel sekolah.

"Ran, gimana mata lo ga makin minus. tiap hari baca buku mulu" goda Mayang teman sebangku ku.

"Abis bingung mau ngapain lagi. " seruku datar

"Ah ga asik lo Ran. Eh Ran abis kelulusan ini lo mau lanjut kemana? "

"Hmmm, gw juga g tau. kayaknya gw langsung kerja. "

"What??? lo ga kuliah? "

"Ga May. Ortu gw ga punya uang sebanyak itu buat kuliahin gw. Gw juga g mau jd beban buat mereka. "

"Lah, beban gimana? Kan elu anak satu satunya."

"Gw sadar diri aja May. "

Percakapan itu berakhir seiring bel kelas yang berbunyi.

Pagi itu pengumuman kelulusan diumumkan. Semua murid di sekolahku lulus 100%.

Banyak anak anak yang pulang dengan senyum bahagia.

Aku pun pulang. Di ruang tamu kulihat ibu dan ayah sedang duduk bersama. Kuberitahu mereka bahwa aku lulus.

Wajah mereka datar. Tanpa ekspresi apapun. hanya ucapan "baguslah" yang kudengar dari Ayahku.

Tidak seperti orangtua lain yang bangga jika anaknya lulus dengan nilai memuaskan.

"Ran, Ayah dan ibu tidak bisa membiayai kamu kuliah. Jadi kamu pergilah mencari kerja di kota besar" kata ayahku acuh sambil menonton tv.

"Lagian ngapain anak perempuan kuliah. Ujung ujung nya kamu bakal cuma jadi ibu rumah tangga Ran." seru ibu ku

Jujur aku kecewa. Ingin rasanya aku mendapatkan sedikit perhatian dan ucapan selamat dari orangtuaku.

"Iya Ran tau. Ran juga ga minta di kuliahin ayah dan ibu. Ran tau diri. Makasih udah sekolahin Ran sampai Lulus. Ran cuma berusaha jadi anak baik yah, bu. Tapi apa ngga ada ucapan dan pelukan dari ayah dan ibu untuk Ran yang udah berusaha? Ran ga minta apa apa. Ran cuma ingin diperhatiin sedikit aja. "

kataku dengan suara bergetar sambil menahan tangis.

"KAMU PIKIR MENYEKOLAHKAN KAMU SAMPAI SEKARANG BUKAN PERHATIAN??!!! "

Teriak Ayahku

BRakkkkkkk

ayahku membanting remot tivi menghampiriku dan

PLAKKKKK

Menampar pipiku

Aku hanya berdiri terpaku. lagi dan lagi.

di rumah ini aku sama sekali tidak boleh protes.

Aku harus selalu menerima. Apapun itu.Aku kembali ke kamarku.

ku ganti pakaianku dan aku naik ke tempat tidur.

kupandangi langit langit kamarku.

aku berpikir bagaimana dan apa yang harus aku lakukan setelah ini. Kemana aku harus pergi. Karena aku yakin setelah kejadian ini Orangtuaku tentu akan menganggap aku hanyalah beban untuk mereka.

Kadang aku berpikir apa salahku? dimana dosa ku? selama ini aku selalu berusaha jadi yang terbaik. selama ini pekerjaan rumah selalu aku lakukan. nilai nilaiku tidak pernah sekalipun mengecewakan. Sambil merenung tak terasa airmata ku keluar. Aku menangis dalam diam. Kututup wajahku dengan selimut. Kuluapkan segala emosiku dalam tangisan.

Setelah puas menangis, aku bergegas mengambil laptopku. Aku mulai mencari cari pekerjaan. Aku juga sudah menyiapkan cv untuk dikirim. Aku yakin dengan nilai ku ini pasti ada perusahaan yang menerimaku. Aku tidak peduli besar atau kecilnya gajiku nanti nya. Tujuanku hanya satu, aku ingin pergi dari tempat ini. Tempat dimana semua tekanan mengarah padaku, tempat dimana sama sekali tidak ada yang menghargaiku. Selama ini aku hanya diam. Tapi entah kenapa hari ini hatiku terasa sangat sakit. Semua yang kupendam tak bisa lagi kubendung.

Seharian ini aku hanya diam di kamar sambil terus mencari cari peluang. Bahkan ibu dan ayahku sama sekali tak khawatir sedikitpun aku di kamar seharian. Tapi kupikir sudahlah aku tak mau ambil pusing soal itu. Saat ini aku hanya fokus agar segera mendapatkan pekerjaan. Karena kelelahan aku pun tertidur di depan laptopku....

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Ternyata semua tak semudah pikiran ku. Aku mulai stress. Ratusan cv sudah aku kirim melalui email ke banyak perusahaan. Tapi belum ada satupun balasan dari mereka.

Aku mulai putus asa, benar kata orangtuaku. Aku tidak berguna. Aku hanya sampah dan beban.

"Tringggg"

notifikasi email di hp ku berbunyi

segera kubuka dan ku lihat

"PT. Anugrah Perkasa

kepada Yth Raniya Carissa di tempat

sehubungan dengan cv yang anda berikan kepada perusahaan kami, kami menggundang anda untuk interview di kota Z pada hari kamis 15 mei 2022. Kami tunggu kehadiran anda. Terimakasih. "

Aku terpana memandang hp ku.

Hatiku sangat senang sekali. Aku berlari keluar kamar kutunjukkan email itu kepada ibuku

"Bu, Ran keterima kerja bu" kataku dengan bersemangat

"Oh, baguslah" kata ibuku datar.

Aku terdiam. Seketika kebahagiaanku sirna melihat dinginnya respon ibuku.

Tak mau memicu perdebatan. Aku perlahan masuk ke kamar.

Aku menyemangati diriku sendiri. Sambil melihat kaca.

"Ran kamu bisa. Kamu pasti bisa. Semangat"

Aku bergegas menyiapkan segala perlengkapan ku. Barang yang kubawa tidak banyak. Aku hanya membawa beberapa potong baju, berkas berkasku, Hp dan laptopku.

Tak lupa juga aku memecahkan celenganku yang kusimpan di bawah tempat tidurku. Aku tau Ayah dan Ibu pasti tidak akan mau mengeluarkan sepeserpun uang mereka untuk keberangkatan ku ke kota.

Brakkkkkk...

kupecahkan celenganku.. Kuhitung uang yang ada satu per satu.

Kurasa semua ini cukup untuk aku bertahan.

Aku segera memesan tiket kereta dari hpku.yang termurah tentunya.

Beruntung masih ada kursi kosong untukku.

Aku menghela nafas lega. Aku berharap semoga aku bisa segera terbebas dari semua ini. Impianku tidak terlalu tinggi. Aku hanya ingin hidup sendiri, ya sendiri tanpa cacian, makian, Ayah dan Ibuku.

lelah

Pagi ini aku bangun dengan perasaan campur aduk. Antara bahagia, senang, tak percaya, dan takut. Ya sebagai anak yang belum pernah pergi kemana mana ada rasa takut dalam hatiku. Jujur aku takut gagal. Tapi bagaimanapun aku tetap berusaha. Berusaha kuat demi diriku sendiri.

Aku bersiap siap pergi. Karena jadwal keberangkatan kereta ku siang ini. Tentunya aku tidak mau terlambat. Karena Uang yang kugunakan untuk membeli tiket itu amat sangat berharga bagiku.

"Ayah, Ibu..... Ran pamit ya. Ran mau interview di kota Z. Mungkin Ran akan langsung kerja kalau diterima. Jadi ngga akan pulang lagi. "kataku.

" Bagus lah kalau begitu. Beban Ayah berkurang kalau kamu pergi."kata ayahku sinis.

"Hmmm semoga kamu lolos interview. Tanpa harus pulang kesini. s e m o g a ya " jawab ibu ku dengan nada meremehkan.

"Iya bu, semoga ya. Terimakasih buat doa nya bu"

Aku berpamitan dan mencium tangan mereka. Dengan acuh tanpa mengantarku ke depan pintu . Mereka menatapku. Senyum mereka terlihat sangat bahagia. Karena kepergianku.

Mobil yang kupesan lewat aplikasi sudah datang. Aku bergegas memasukkan barang barangku ke bagasi mobil. Kututup pintu mobil. Dan mobil berjalan menuju stasiun.

Kupandangi rumah itu, dengan segala kenangan buruk di dalamnya. Dalam diamku supir mobil itu mengagetkan lamunanku.

"neng mau kemana? "

"kota Z bang"

"Kuliah neng? "

"interview kerja bang"

"Saya kira mau kuliah neng."

" Ngga ada biaya bang saya"

" Yang sabar ya neng. Semoga sukses keterima interviewnya. "

"makasih ya bang"

Bahkan supir mobil yang aku kenal ini begitu baik padaku. Memberiku semangat dan perhatian. Pikirku.

Mobil berhenti di Lobby utama stasiun. Supir mobil membantuku menurunkan barang barang bawaanku.

"makasih banyak y bang. " kataku

"iya sama sama neng. semoga selamat sampai tujuan."

Kutarik koperku. Aku mengantri untuk pengecekan tiket. Beruntung aku tidak terlambat.

Setelah kereta tiba aku bergegas mencari no tempat dudukku 18 a.

kebetulan tempat duduk yang kupilih di dekat jendela. Aku sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela agar sepanjang perjalanan aku tidak merasa bosan. Agar aku bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Karena jujur sulit bagiku untuk memulai pembicaraan dengan orang baru.

Saat kutemukan tempat dudukku aku kaget. Ternyata sudah ada yang duduk di situ.

Seorang Pria yang terlihat sudah dewasa. Dia memakai jaket jeans dan celana panjang. Pria itu tampak tertidur sambil mendengarkan musik dari hp nya. Kuberanikan diri untuk menegurnya.

"Maaf mas.. " kataku pelan

Pria itu tak bergeming.

"Ehemmm... Maaf mas. " kataku dengan suara lebih keras.

Pria itu tampak kaget dan segera membuka headsetnya.

"Eh, iya sorry2 mba. Gimana2?? "

kata pria itu terbata bata.

"Maaf ya mas itu tempat duduk sy" kata ku seraya menunjukkan tiketku.

"Oh, Astaga. Sorry2. "

katanya sambil mengucek mata. Dan mengambil tiket dari kantong nya.

"Oh iya no gw 18 b"

dia segera pindah ke samping tempat dudukku.

Dengan kesusahan aku berusaha mengangakat koperku ke atas tempat dudukku. Pria itu dengan sigap membantuku.

"makasih ya mas" seruku lirih

"sama sama mba" katanya

Aku segera duduk. Sambil melihat jendela. Tak lama keretapun berjalan perlahan. Bayang bayang masalalu ku muncul seiring berjalannya kereta. Ada perasaan lega yang tak bisa kutuliskan dalam diriku.

"Mba, mau kemana? " seru pria itu mencairkan keheninganku

"Kota Z mas"

"Oh.... sama dong. Eh kita belum kenalan loh. Gw Radit. Nama lo siapa?

" Gw Ran. " Kataku sambil tetap memandang ke jendela kereta.

"Cewek kayak lo ngapain ke kota Z. Disanakan kehidupannya keras banget. "

Aku langsung menengok ke arahnya.

"Gw mau interview. Keras nya kota Z ngga lebih keras dari hidup gw. " kataku ketus.

"Wohooo... galak amat neng.. sabar sabar. Lo udah punya tempat tinggal belom disana? Kalo belom awas lo apa apa dimahalin apalagi kalo mereka ketemu sama cewek polos kaya elo. "

"Bukan urusan lo. Dan satu lagi gw bisa handle semua. " kataku dengan yakin.

Walaupun sejujurnya aku takut mendengar dari pria itu bagaimana kerasnya kota Z. Apalagi masalah tempat tinggal. Sejujurnya aku tidak tau akan tinggal dimana. Uang yang kubawa juga tidak sebanyak itu.

"Hmmm padahal gw mau nawarin tempat tinggal gratis buat lo. Gw paling ga tega liat cewek pergi sendirian. Apalagi keliatan nya lo masih belum dewasa. "

"Gw ud 18 tahun. "

"Nah bener kan dugaann gw. Gini loh mbak Ran yang galak. Kebetulan nenek gw punya kost kostan. Yah emang sederhana tapi bagus kok. masih sangat layak huni. Kebetulan kost itu udah 1 tahun kosong karena pandemi. Karena nenek gw sendirian di sana. Dia maksa gw buat temenin dia dan cariin siapa aja untuk tinggal disitu supaya dia gak kesepian. Gimana lo mau ga? Asal lo tau ya kostan paling murah di kota Z itu 1.5 jutaan. Ini gratis loh. "

Akupun berfikir. Jujur aku masih takut dengan pria ini. Bisa saja dia berbuat jahat padaku. Tapi keadaan memaksaku untuk mau menerima tawarannya. Uangku tidak akan cukup untuk sewa kost.

"Hmmm okay" kataku lirih

" Tapi apa lo mau menjamin keselmatan gw?

kita kan baru kenal"

"Ya itu terserah lo. Gw disini cuma mau bantu ga ada niat apa apa."

"oke" Kataku pasrah.

Kota Z, kota impian, kota yang dimana banyak gadis gadis desa sepertiku impikan untuk merubah nasib. Aku seorang gadis dari kota kecil yang selalu diabaikan orangtua akhirnya bisa menginjakkan kakiku di kota ini. Kota yang penuh dengan gemerlap lampu, gedung gedung tinggi. Kota yang sibuk.

"Woy ayok bengong aja" seru Radit membuyarkan lamunanku.

Pria disebelahku yang baru kukenal ini memang sedikit menyebalkan. Dalam 12 jam perjalanan kami di kereta dia terus saja mengganggu ku dengan pertanyaan pertanyaan konyol. Tapi jujur kehadirannya membuat perjalananku menyenangkan. Yah setidaknya 12 jam tidak terlalu membosankan untukku.

Radit terlihat cukup dewasa dan baru kuketahui umurnya ternyata sudah 25 tahun. Dan dia tinggi. Badannya kurus.Rambutnya sebahu dan diikat. Dia mengenakan kacamata sama sepertiku. Kulitnya coklat Khas kulit orang Indonesia. Wajah nya cukup manis untuk ukuran Laki laki. Setidaknya tidak semembosankan wajahku. Dengan perawakanku yang tidak bisa dibilang sempurna ini aku berharap bisa diterima dan mendapatkan pekerjaan yang pantas nanti nya.

Tinggiku 155 cm, Berat badanku 60 kg. Rambutku ikal sepinggang. Dan aku selalu memakai kacamata dan earphone kemanapun aku pergi. Tidak ada yang spesial dariku. Setidaknya begitu menurutku.

Radit membawaku ke sebuah tempat kira kira 30 menit jauhnya dari stasiun. Rumah itu terlihat cukup besar. Dengan gerbang hitam yang sangat tinggi di tumbuhi tanamam tanaman liar. Rumah itu terlihat tua dan menyeramkan. Radit mulai membuka gerbang. Jujur aku agak ragu saat dia mempersilahkan aku masuk.

"Yaelah, ayo masuk. Bengong aja disitu Takut ya lo gw jual. " Kata Radit sambil tertawa.

Memang saat itu hari sudah sangat larut. Dan di sekitar rumah itu tidak ada siapa siapa. Rumah tua milik nenek Radit ini terletak diujung jalan besar dan kanan kiri nya kebun kosong. Tak ku lihat rumah lain di sekitar sini.

Yah aku memberanikan diriku untuk masuk mengikuti Radit. Radit kembali mengunci gerbang rumah itu.

Kriiiitt Kriiittt bunyi gerbang tua itu.

Kami mulai berjalan menyusuri halaman rumah yang sangat besar dan gelap. Hanya ada satu lampu di tengah taman di dekat kolam ikan. Ada pendopo kuno disitu dengan kursi kursi kayu jati dan hiasan hiasan jawa yang cukup antik. Banyak juga daun daun berserakan di sana. Kupikir mungkin karena nenek Radit tinggal sendiri di rumah sebesar ini sehingga dia tidak sempat untuk membersihkan halaman.

kami melewati lorong gelap. Tak jauh dari situ kulihat pintu berjeruji besi. Radit membuka pintu itu. Dan sekarang kulihat rumah tingkat dengan beberapa kamar di lantai atas. di lantai bawah rumah utama. Ada tangga khusus menuju lantai atas. Kulihat juga ada dapur terbuka dekat tangga menuju lantai atas. Radit mengetuk pintu. Tapi tidak ada jawaban.

"Pasti nenek udah tidur. " kata Radit.

Tanpa basa basi dia membuka pintu rumah dengan banyak kunci yang dia bawa.

Aku mengikutinya masuk ke dalam rumah. Ternyata rumah utama ini sangat berbeda jauh dengan suasana di luar. Semua tampak rapi dan tertata. walaupun tetap ada kesan "horor" di setiap detail perabotan yang ada. Lampu kuning remang remang menghiasi isi rumah berdinding kayu itu.

Radit mempersilahkan aku duduk di ruang tamu.

Ia mengambilkan aku segelas air es dari kulkas dan beberapa camilan.

"Gimana gimana rumah nenek gw serem kan Ran? "

"Lumayan dit. "

"malem ini lo tidur di kamar gw aja ya Ran. kamar lo belum gw siapin karena kita kan ketemu juga dadakan. Besok gw siapin semuanya. Gw tidur di ruang tamu aja"

"Ga usah repot repot dit. Biar gw aja yang tidur disini. "

"Ya ga bisa dong. Tuan rumah macem apa gw masa tamu gw, cewek lagi di suruh tidur di ruang tamu. "

Aku pun menurutinya. jujur ingin sekali aku berbaring. Rasanya badan ini sangat lelah sekali.

Radit mengantarku ke kamarnya. Di dalam rumah utama ini ada 4 kamar, ruang tamu, kamar mandi, dan ruang makan.

kamar Radit terletak di pojok ruangan di sebelah ruang makan. Kamar nya tampak sudah cukup lama tidak di huni. kasur nya tampak berdebu. Ada lemari, meja yang diisi dengan buku buku dan beberapa foto juga kasur yang terlihat sangat nyaman. Sangat berbeda dengan kasurku di rumah. Ada beberapa gitar yang tergantung di dinding juga ada beberapa poster poster penyanyi luar negeri yang tidak ku kenal di sana.

hhhhaaachuuuuu aku bersin.

"Sorry ya Ran. kamar gw kotor banget. maklum udah 1 tahun gw ga disini. wait.. gw ganti seprai nya dulu. "

Radit segera mengambil seprai baru dan membersihkan kamar itu seadanya.

"Makasih ya dit. Udah repot repot bantuin gw. "

"iya sama sama Ran. Semoga lo betah disini. "

Radit bergegas keluar menuju ruang tamu. Ia menyalakan tv dan berbaring di sofa.

Aku mengambil handuk, dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian dalam perjalanan jauh.

Selesai mandi kulihat Radit masih menonton tv. Aku segera bergegas masuk ke kamar. Kukunci pintu.

Aku menuju meja di kamar Radit. Kulihat buku buku di meja nya. Dan aku tertegun. Kulihat sebuah buku dengan nama

"Raditya Satroatmojo fakultas kedokteran hewan universitas mayapada"

wow aku tertegun dalam hati. Ternyata di balik penampilannya yang nyentrik Radit adalah seorang dokter hewan.

Kulihat lihat lagi foto foto di meja itu. Tampak foto Radit memakai pakaian dokter bersama beberapa temannya.

Di foto lain kulihat anak kecil berfoto bersama dua orang dewasa dan tampak sangat bahagia. Kupikir mungkin itu foto Radit dan orang tua nya saat kecil dulu.

Pandanganku tertuju pada satu foto yang membuat aku agak kaget. Ada foto Radit bersama seorang wanita. wanita itu tampak pucat namun terlihat sangat manis dengan balutan kebaya warna peach dan rambut di sanggul. Sekilas ku lihat perawakan nya mirip denganku. Hanya tentu wanita itu jauh lebih sempurna dariku.Terlihat senyum nya sangat bahagia. Radit juga terlihat gagah di foto itu. Dengan rambut diikat khas nya. Dan jas putih. Mereka berfoto sambil memperlihatkan cincin di jari wanita itu.

"Ooo mungkin ini istri atau tunangan Radit" pikirku dalam hati.

Aku bergegas ke tempat tidur. Kurebahkan diriku dan ku pejamkan mataku. Akupun terlelap dalam tidur malam itu.

Radit

Aku terbangun pagi itu. Kutengok jam di hpku sudah pukul 10 pagi. Aku bergegas mengambil handuk dan pergi mandi.

Kubuka pintu. Hening. Kulihat Radit sudah tidak ada di sofa. Aku bergegas mandi.

Aku segera masuk ke kamar dan mempersiapkan diriku.

"Tok Tok Tok" suara pintu kamar di ketuk

"Ran.Ran" Kudengar suara Radit memanggilku.

Segera kubuka pintu.

"Iya kenapa dit? "

"Sarapan dulu yok. Gw sengaja ga bangunin lo tadi. Pasti lo capek banget kan. "

Aku mengikuti Radit ke dapur yang ada di luar. Ada meja kecil di sana yang cukup untuk 4 orang.

Kulihat ada buah buahan, Nasi Goreng, Udang goreng, Telur, dan jus jeruk disana.

Radit mempersilahkan aku duduk. Dan mengambilkan aku makan. Perlakuannya sangat baik padaku.

"Dit, nenek lo mana? "

"Oh nenek sebentar lagi kesini kok. Tadi ada tamu di pendopo depan. "

Saat kami sedang makan ku dengar suara langkah sepatu. Nenek Radit datang.

Wajahnya tampak awet muda dan sangat cantik. Tak kusangka dia adalah nenek nya Radit.

Dengan memakai dress hitam ketat selutut lengan panjang Nenek Radit terlihat sangat anggun.

"Hai, Kamu Ran ya? " Sapanya dengan sangat ramah

"Iya nek. Aku Ran. " kataku gugup.

"Gimana perjalananmu Ran? Capek ya?"

"Iya nek" kataku sambil melanjutkan makan.

Radit mencairkan ketegangan ku

" Ga usah tegang gitu kali Ran.. Nenek gw tu baik banget kok. Dia happy waktu gw kasih tau lo mau tinggal di sini. Iya kan nek? "

"Tentu dong nenek senang sekali kalau Ran mau tinggal disini sama nenek dan Radit. "

"Tapi nek.. Ran jujur aja belum punya uang untuk bayar sewa dan makan disini. Ran baru mau interview kerja nek. Baru mau memulai hidup Ran di sini. " kata ku polos.

Radit dan nenek tertawa terbahak bahak.

"Ran nenek tidak pernah meminta uang sewa atau apapun itu. Sesuai kata Radit nenek hanya minta di temani di rumau sebesar ini. Nenek lihat kamu gadis baik baik. Nenek yakin Ran anak baik. Nenek harap Ran tidak sungkan ya tinggal disini. Anggap saja ini rumah Ran. " Kata nenek lembut.

Aku terharu. Disini aku diterima dengan baik. Padahal mereka orang asing yang baru saja aku temui. Perlakuan mereka seperti keluarga. Berbanding terbalik dengan keluargaku. Keluarga Kandungku bahkan tidak pernah menganggap aku ada. Aku seperti dibuang dan selalu di acuhkan selama bertahun tahun.

Disini aku menemukan kehangatan yang tak pernah aku rasakan.

"Terimakasih ya nek, Terimakasih ya Radit" kataku dengan suara bergetar menahan haru.

"Santai aja Ran. Welcome to the family. " Kata Radit.

Kami mengobrol cukup lama pagi itu. Nenek ternyata orang yang sangat baik. Dari obrolan kami aku tau kenapa rumah yang besar ini hanya di tinggali oleh Radit dan nenek.

Ternyata Nenek adalah Ibu dari Ayah Radit. Ayah Radit adalah anak satu satunya. Pewaris tunggal keluarga Sastroatmojo. Ayah Radit menikah dengan ibu Radit yang seorang perawat. Awalnya Radit, Ayah, Ibunya, Nenek, dan Kakek tinggal di rumah itu bersama beberapa pelayan. Tapi seiring berjalannya waktu, usaha kakek dan nenek berkembang pesat. Sehingga Ayah dan Ibu Radit terpaksa harus pindah untuk mengurus perusahaan Kakek di luar kota. Awalnya Radit ikut ayah ibunya di kota K. Sampai dia lulus smp. Namun sejak kepergian kakek, nenek yang merasa kesepian meminta Radit untuk menemaninya. Rumah nenek juga sempat dijadikan kost kostan. Tapi tidak berlangsung lama. Radit Pindah ke kota Z meneruskan masa sma dan kuliahnya di kota ini bersama nenek. Namun setahun belakangan ini Radit terpaksa harus meninggalkan nenek sendirian karena pekerjaan nya.

Kenapa nenek tidak memakai pelayan? Itu karena mantan pelayan nenek yang dulu sering mencuri uang dan perhiasan nenek. Sejak itu nenek jadi tidak percaya pada pelayan dan memutus kan hidup sendiri.

Yang aku bingung entah kenapa nenek dengan gampang nya menerimaku. Bahkan nenek belum tau bagaiman aku. bagaimana jika ternyata aku orang jahat? bagaimana jika niatku buruk?

nenek hanya menjawab nenek percaya Ran dari kata hati nenek.

Nenek juga bercerita padaku bahwa Radit adalah cucu kesayangannya. Walaupun Radit terlihat seperti anak nakal. Tapi sebenarnya dia anak yang sangat baik.

Selesai makan aku membantu nenek membersihkan semua makanan dan piring piring. Nenek pamit akan pergi ke kantor pagi ini. Hanya ada aku dan Radit berdua di situ.

Aku canggung dan tidak tau harus berkata apa.

"Woy bengong aja lu. Hari ini kita beresin kamar lo ya. Lo bebas mau pilih kamar yang mana. mau di kamar atas juga boleh. Di dalem juga boleh. Tapi ati ati ya kamar atas itu angker banget Ran"

" Hah masa sih Dit? "

"Ya iya Ran. Lo pikir semua anak kost disini pada kabur karena apa? Padahal setiap hari nenek selalu kasih mereka makan gratis. Biaya kost yang sangat sangat murah. "

Aku mulai sedikit takut dengan kata kata Radit.

"Jadi lo mau ngejebak gw ya di rumah se horor ini? "

"Hahaha, Dasar lo hari gini masih percaya

hantu " kata Radit seraya mengacak acak rambut ku.

Dasar Radit. Dia selalu menggoda ku dengan bercandaan yang kadang tidak lucu. Tapi aku mulai nyaman dengannya. Perhatiaannya, senyumannya, candaan nya. Tak pernah ku sangka sebelumnya aku bisa bertemu dengan pria sebaik Radit. Kupikir di kota ini aku akan hidup sebatang kara. Tapi ternyata Tuhan sayang padaku. Tak dibiarkannya aku sendirian.

Rasa syukur terus mengalir dalam setiap. langkahku.

Di lain sisi aku tau aku tidak pantas untuk mendapatkan semua ini. Siapa aku? Orangtuaku saja ngga pernah peduli sedikitpun padaku.

Kadang aku berpikir apa aku benar anak mereka? Apa pantas semua perlakuan yang aku dapatkan ini? Karena semua tekanan yang ada, Aku selalu berusaha jadi yang terbaik. Urusan sekolah tidak usah di ragukan. Aku selalu berusaha jadi yang terbaik. Urusan rumah mulai dari memasak, mencuci, mengurus segala hal yang di rumah aku yang melakukan.

Aku ikhlas. Hanya sebagai manusia biasa aku sedih. Aku ingin menerima sedikit saja kasih sayang dari Ibu atau Ayahku. Sedikit saja perhatian kecil dari mereka. Tetangga ku banyak yang kasihan padaku. Terutama keluarga pak Harun sebelah rumahku. Bahkan pernah mereka sampai bertengkar hanya karena mereka berusaha menyelamatkan ku saat ayah memukuli ku saat aku masih kelas 5 sd. Aku bukan anak yang nakal. Aku tidak pernah meminta hal yang aneh aneh. Aku anak yang penurut. Memang ini nasib ku. Harus kuterima semua ini dengan ikhlas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!