Susan Amelia Tansy adalah gadis mandiri yang hidup seorang diri. Dia adalah gadis yang gigih, tangguh, dan berwatak keras. Tidak ada yang bisa menindas nya. Susan Amelia Tansy biasa di kenal dengan panggilan Amel. Tidak ada yang berani berbuat macam-macam kepadanya, di karenakan keberanian dan ketegasannya. Bahkan gadis ini tak segan segan memukul dan memaki orang yang membuat dirinya marah dan emosi.
Di sebuah perusahaan menengah yang cukup besar, terlihat seorang wanita yang sedang serius mengerjakan tugasnya. Dia adalah amel yang berkerja paru waktu di perusahaan itu.
Dengan cekatan, Amel mengetik sesuatu di komputer yang berada di depannya. Gadis itu sangat fokus pada layar komputer di depannya. Sesekali matanya melirik berkas tebal yang berada di sebelah laptopnya. "Apa apaan ini! kok bisa sih berkasnya salah. Aduh... tidak akan kelar-kelar jika begini terus." celoteh gadis itu mengutuki pekerjaannya yang tidak kelar kelar itu.
"Mel serius amat. Makan kuy." goda David teman sekantor Amel. David mengatakan itu dengan wajah manis yang tersenyum. Mungkin orang yang melihat wajah manisnya itu akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
David adalah salah satu teman amel yang paling baik dan perhatian. Dia termasuk teman kedua selain sisil teman Amel. Amel tidak memiliki banyak teman di kantor itu, disebabkan, watak dan sifatnya yang suka ngegas dan keras kepala.
"Di luan ah." tolak Amel tanpa melihat ke arah David. Sudah menjadi kebiasaan gadis ini selalu menolak ajakan temannya. Dia lebih memilih menyelesaikan tugas tugasnya dari pada mengisi perutnya.
"Lah Mel Mel, nggak seru banget!" timpal Sisil yang baru saja tiba di meja kerja Amel. Sisil berbicara dengan wajah kesal sembari membenarkan kaca matanya.
Sisil adalah salah satu teman yang paling baik dan akrab dengan Amel di kantor itu. Sisil mempunyai penampilan yang sedikit culun namun judes. Banyak yang menjuluki Sisil adalah boneka chucky yang cerewet. Meskipun di juluki dengan boneka chucky namun Sisil tetap pede dan tidak menggubris ucapan-ucapan yang tak berguna itu.
"Di luan saja loh kalian,,, tidak kalian lihat kah, aku banyak pekerjaan!" maki Amel dengan nada kasar seperti biasanya, jika ada seseorang yang memaksanya.
Amel adalah tipe orang yang tidak suka di paksa apalagi di atur. "Santai saja kali Mel." ucap Sisil cemberut dengan ucapan Amel yang ngegas.
Hanya David dan Sisil lah yang tahan berteman dengan Amel yang memiliki sifat keras dan cuek. Sudah menjadi makanan sehari-hari mereka menerima ucapan keras amel yang bisa membuat orang yang mendengarnya sakit kepala.
"Ngapain kalian ajak sih Amel,,, sampai kapanpun dia nggak akan mau di ajak pergi sebelum kerjaannya kelar." ucap Beca teman yang selalu iri dengan Amel. Beca berbicara sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Bener ih, Membuang-buang waktu saja!" timpal Popi kepada David dan Sisil. Popi berbicara dengan wajah judes dan menjengkelkan.
"Bisa diam nggak sih kalian? kalau ribut sana pergi ke diskotik!" ucap Amel dengan ketus.
"Kalau kau mau nggak ribut sana ke kuburan,,, di sini kan memang nggak bisa hening. Iya nggak Pop?" nyinyir Beca sembari menepuk pundak Popi dengan pelan.
"Bener banget,,," timpal Popi membenarkan ucapan Beca.
"Kalian tanpa ribut sehari saja tidak bisa ya?" ucap David sedikit kesal dengan Beca dan Popi yang suka ikut campur dan mencari masalah dengan amel.
"Sudahlah Dav. Kau macam nggak tau saja sifat mereka." bisik Sisil pada David.
"Sudahlah Bec, dari pada kita berkarat di sini, lebih baik kita ke kantin bawah." ajak Popi sembari menggandeng tangan Beca.
"Hey David, Sisil. Sudahlah... Kalau kalian nungguin perempuan kepala batu ini, kalian bisa mati kelaparan!" ucap Beca lalu berlalu pergi bersama Popi menuju lantai bawah. Mereka berjalan dengan centil dan sok cantik.
Amel tidak menghiraukan ucapan Beca dan Popi. Sudah menjadi makanan sehari-harinya jika terkena hujatan, omelan, nyinyiran oleh orang-orang di kantornya, termasuk Beca dan Popi.
"Kalian di luan saja." ucap Amel yang mulai mengeluarkan suaranya.
"Tapi Mel?" ucap Sisil terpotong oleh ucapan Amel.
"Perut kalian tidak akan kenyang jika hanya melihat dan menunggu ku saja." ucap Amel dengan datar dan dingin. Dia terus fokus pada pekerjaannya sehingga memilih untuk tidak ikut makan bersama David dan Sisil.
"Ya sudah Mel kalau begitu, kami ke kantin dulu ya. Kau mau makan apa biar kami pesankan?" tanya David penuh pengertian.
"Terserah." ucap Amel dengan nada datar dan singkat.
Akhirnya David dan Sisil pergi ke kantin berdua saja. Mereka sudah lelah untuk merayu dan mengajak Amel yang sangat keras kepala.
Nanti kalau ini sudah selesai aku harus langsung pulang dan mengerjakan tugas kuliah ku.
Di kantin terlihat David dan Sisil sedang menikmati sarapan siangnya. Mereka memakan makanannya dengan tenang. Di meja yang tak jauh dari meja David dan Sisil, terlihat Beca, Popi, dan beberapa teman kantor lainnya. Para gadis itu pada sibuk membicarakan Amel sembari tertawa menggelegar.
"IHH... jijik banget aku lihat muka jelek gadis itu!" ucap Beca dengan wajah yang sangat senang ketika menjelekkan Amel di depan teman semeja nya.
"Kalian tau nggak? gadis itu lebih mementingkan perkerjaannya dari pada mengisi perutnya. Aku rasa dia sudah tak waras,,, hhhh," ucap Popi yang membuat semua teman-temannya tertawa termasuk Beca.
"Sialan mereka Dev!" ucap Sisil panas sembari memukul meja dengan pelan. Sisil berdiri lalu hendak menghampiri beberapa gadis itu. Dia sangat tidak terima sahabat dekatnya di hina dan di bicarakan keburukannya
"Sudahlah Sil, biasa mereka seperti itu!" ucap Devan tidak ingin mengambil pusing.
Devan memegang lengan Sisil dan menahan nya. Dia tak mau makan siangnya hancur disebabkan keributan yang akan di buat Sisil. Di lantai atas Amel masih sibuk dengan berkas yang sebentar lagi selesai. Dengan senyum manisnya, Amel mengetik tugasnya yang sudah mau selesai.
Akhirnya sudah mau selesai juga. Kalau begini kan aku bisa pulang lebih awal. ucap Amel senang.
Amel berkerja tidak seperti karyawan biasanya. Jika karyawan lain berkerja dari pagi hingga sore, makan tidak untuk Amel. Gadis ini berkerja sepatu waktu saja sesuai dengan perjanjiannya dengan bos pemilik perusahaannya.
Amel mengambil kerja separuh waktu, sebab Amel kuliah dan memiliki perkerjaan lain untuk tambahan tabungannya. Begitulah kehidupan gadis ini. Dia harus memutar otak agar bisa bertahan hidup. Kalau Amel tidak kerja, siapa lagi yang akan memberikannya makan kecuali dirinya sendiri. Orang-orang taunya pada menghujat, membicarakan, menyinyiri, memfitnah tanpa tau hal yang sebenarnya.
"Mel ini makan." ucap David sembari memberikan sebungkus nasi dan sebotol air dingin.
"Makasih ya David, Sisil." ucap Amel dengan nada biasa saja.
Walaupun hidupnya banyak cobaan dan celaan, Amel tetap menjalani hidupnya seperti orang-orang pada umumnya. Biarpun banyak yang membencinya, tetapi itu tidak membuatnya sedih dan jatuh. Amel sangat mencintai dirinya sendiri, sehingga dia memilih fokus pada dirinya dan orang-orang tulus yang selalu ada bersamanya.
"Mel kau tau, tadi di kantin sih Beca, Popi dan yang lainnya sibuk menghibahkan kau Mel. Mereka berkata buruk tentangmu," ucap Sisil dengan mulut ember nya. Sisil merupakan gadis yang pintar, cuma satu kelemahannya yaitu tidak bisa menjaga ucapannya, alias mulut ember.
"Sil." tegur David pada sisil yang bermulut ember.
"Biasalah fans," ucap Amel dengan santai dan datar. Wajah Amel tidak ada senyum-senyum nya. Begitulah wajah sehari-harinya yang selalu ia perlihatkan pada banyak orang. "Aku sebentar lagi mau pulang, kalian nggak papa kan?." ucap Amel pada David dan Sisil.
"Cepat banget Mel. Emang tugas kamu sudah selesai?" ucap David yang seakan tidak rela Amel pulang lebih cepat. Tanpa Amel sadari, David adalah salah satu pengagum rahasianya. David sudah lama menyukai Amel. Namun ia tidak mau mengungkapkan nya.
"Biasalah Dav, sesuai perjanjian, kalau aku hanya berkerja separuh waktu saja." ucap Amel sembari mulai membereskan meja kerjanya dan menata tugasnya yang akan dia antar ke lantai paling atas. "Enak banget kau ya Mel," ucap Sisil dengan wajah sedikit sedih dan cemburu sebab amel selalu pulang lebih dulu.
Kau nggak tau rasanya jadi aku Sil makanya dengan mudah kau bilang enak jadi aku. Seandainya kehidupan kita di balik, aku yakin, kau pasti bunuh diri. Batin Amel sembari melihat ke arah kaki Sisil dan David.
"Sudahlah Sil, besok kan kita bertemu lagi. Nanti kalau sudah pulang jangan lupa istirahat ya." ucap Amel dengan penuh perhatian sembari mengelus bahu Sisil.
"Iya bestie in syaa Allah," ucap Sisil sembari terkekeh.
"Kok in syaa Allah? harus dong." ucap Amel sembari tersenyum ke arah Sisil.
Setelah percakapan singkat itu, David dan Sisil kembali mengerjakan tugasnya sedangkan Amel segera berjalan dan naik ke lantai atas untuk mengantar berkas yang sudah ia kerjakan.
Amel pun berjalan dengan tangan yang menenteng tasnya dan tak lupa ia membekap berkas-berkas yang ia kerjakan di dadanya. Amel pergi menuju lantai paling atas yaitu ruangan bosnya. "Tok tok tok." Amel sudah berada di lantai paling atas.
Amel melirik arlojinya sembari menunggu respon dari dalam. "Masuk," terdengar perintah dari dalam.
Amel yang sudah di izinkan untuk masuk pun langsung bergegas berjalan ke dalam ruangan itu. "Siang Tuan," sapa Amel seperti biasanya.
"Siang Amel." ucap Pria tua yang tak lain ialah pemilik perusahaan itu.
"Ini tugas yang Tuan berikan sudah selesai." ucap Amel sembari mendekat ke meja bosnya itu.
"Sini." ucap Pria tua itu sembari menepuk mejanya seakan menyuruh Amel meletakkan berkas yang ia bawah di atas meja.
Dengan segera Amel meletakkan berkas- berkas itu atas meja yang lumayan besar. Pria tua itu mengambil berkas yang di letakkan Amel, lalu mulai melihat dan mengecek hasil kerja Amel. Bos Amel mengambil kaca mata minusnya lalu memakainya. Bos Amel mangguk-mangguk sembari tetap fokus pada berkas yang berada di depannya. "Kenapa masih di sini?" tanya bosnya sambil menurunkan sedikit kaca mata minusnya ketika melihat Amel masih berdiri di depan mejanya.
"Tuan tidak bilang dari tadi." ucap Amel dengan nada santainya.
"Hm, ya sudah cepat pulang sana," perintah Pria tua itu lalu kembali fokus ke berkas yang ia pegang.
Amel yang sudah di izinkan untuk pulang pun langsung segera bergegas pergi ke kampus. Kebetulan Amel mengambil kuliah sore. Dengan motor Scoopy nya, Amel mulai membelah jalan menuju universitas ternama dan terkenal di negaranya. Amel termasuk anak yang pintar sehingga dia bisa mendapatkan full beasiswa di Universitas di kotanya.
"Bensinnya sudah mau habis, isi dulu kali ya." Gumam Amel pelan sembari menuju pertamina terdekat. Amel adalah gadis yang hemat sehingga dia tidak pernah membeli bensin botolan karena menurutnya dia akan rugi, sebab bensin di pertamina dan bensin di botol sangat bedah jauh isinya. Itulah sebabnya Amel selalu menyempatkan diri untuk mengisi bensin di pertamina.
Jika Amel membeli bensin botolan, itupun karena sudah sangat terpaksa. Hidup di kota apalagi sebatang kara membuat Amel sangat hemat dan giat berkerja keras karena sebenarnya Amel bukan hanya memenuhi perutnya saja tetapi ia juga suka mengisi perut anak yatim, perut pengemis, perut gelandangan dan perut orang gila.
Tidak ada yang tau kebaikan yang ada di diri Amel. Orang hanya tau Amel adalah gadis kasar, gadis nggak jelas, gadis sombong dan gadis nggak benar. Banyak sekali fikiran-fikiran negatif terhadap diri Amel tapi hal itu tidak masuk ke dalam hatinya. Amel sangat kuat batin dan mentalnya. Setelah mengisi bensinnya Amel langsung melajukan motornya ke arah kampus yang sudah tidak jauh lagi.
"Tin..." Tiba-tiba saja terdengar klakson mobil yang sangat berisik dari arah belakang nya. Mobil itupun mencoba mensejajarkan posisi nya dengan kereta yang di naikin Amel.
"Sret..." Pintu kaca mobil bagian tengah terbuka dan terlihat seorang gadis berparas cantik dan putih melihat ke arah Amel sembari tersenyum sinis.
"Masih zaman naik motor? naik mobil dong biar nggak kepanasan!" ucap Nesya dari dalam mobil itu sembari tertawa.
"Dia mana mungkin mampu membeli mobil seperti ini! kalaupun mampu, pasti dari sugar daddy nya. Hhhhh," tawa dua gadis di dalam mobil itu. Siapa lagi kalau bukan Nesya dan Dini.
Nesya dan Dini ialah salah satu pembenci Amel. Mereka selalu mencoba mencari cara agar Amel menderita dan keluar dari kampus.
Bahkan Nesya dan Dini mempunyai geng yang bernama beauty girl yang cukup terkenal dan di segani di kampus itu. Amel yang mendengar ledekan Nesya dan Dini terhadapnya hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Tin." Amel menaiki kecepatan motornya dan meninggalkan mobil mewah yang di tumpangi dua gadis cantik itu.
"Sial dia tidak bergeming!" umpat Nesya sembari melihat motor Amel yang semakin lama semakin menjauh
"Sudahlah Nesya ngapain kita membahas gadis dekil itu," ucap sini sembari memoleskan bedak tipis di pipinya.
Di parkiran kampus terlihat Amel sedang meletakkan helmnya di jok motornya. Tak lupa gadis itu mengunci setang dan menghidupkan alarmnya.
"Ha,,, lelah juga ya." gumam Amel sembari berjalan ke arah ruang kelasnya.
"Eh lihat tu." Bisik-bisik beberapa mahasiswa.
"Hihi," beberapa mahasiswa itu terkikik secara bersamaan seakan mereka akan melakukan sesuatu pada Amel.
"Jus mu masih ada?" tanya Lolita teman segeng Nesya.
"Masih banyak ni, lo mau?" ucap Dila sembari menaikan alisnya dengan ekspresi nakalnya.
Lolita mengambil jus yang di berikan Dila padanya lalu membuka botol jus itu dan berjalan ke arah Amel yang sedang menuju ke arah mereka. "Bruk." Lolita sengaja menabrak kan tubuhnya ke tubuh Amel dan dengan segera menumpah kan jus itu di baju Amel. Amel yang sudah merasa ada sesuatu yang akan terjadi pun dengan cepat menangkap dan menjatuhkan tumpahan air itu ke tubuh Lolita.
"Hati-hati kalau jalan." ucap Amel dengan datar ketika melihat Lolita yang sudah kotor dan basah kuyup karena tumpahan jus milik Dila. Amel yang mempunyai sifat cuek dan bodoh amat pun langsung segera pergi menuju ke kelasnya tanpa membantu Lolita.
Dia sendiri kan yang sengaja menabrak ku dan mencoba usil. Jadi apa peduli ku membantu dia. Membuang waktu saja! Batin Amel dengan mata tajam dan wajah datarnya.
"Ihhh ngeselin,,," oceh Lolita sebal sembari melempar botol jus yang sudah mengotori dirinya.
"Lita lo tidak papa?" tanya Dila yang panik ketika melihat Lolita jatuh dan kotor
"Apanya yang tidak papa?! tidak lo lihat ni baju gue kotor! malah sakit lagi bokongku!" Bentak Lolita pada Dila.
"Ya sudah jangan bentak-bentak," ucap Dila dengan wajah sinis sembari membantu Lolita untuk bangkit.
"Hey beb lo kenapa?" tanya Nesya sembari berjalan cepat ke arah Lolita. Tak lupa Dini yang mengikuti jejak Nesya.
"Biasalah," ucap Lolita dengan judes kepada Nesya.
"Apa ini ulah gadis udik itu?" tanya Dini sembari memainkan kuku-kuku panjangnya yang di poles kutek.
",,," Lolita hanya mengangguk dengan wajah mewek.
"Nggak bisa di biarin ni Nesy. Kita harus balas tu sih kucel!" ucap Dini memprovokasi Nesya.
"Tenang saja beb, nanti kita beri pelajaran dia!" ucap Nesya dengan wajah nyalang dan gemes ketika melihat wajah Amel di benaknya. Dina dan Lolita mengangguk secara bersamaan.
"Mel," panggil Melinda sahabatnya. "Tumben cepat datang Mel?" tanya Melinda yang sudah duduk di sebelah Amel.
"Lagi kumat rajinnya." ucap Amel dengan wajah datar.
Amel mengambil mata kuliah yang jamnya tidak menentu. Kadang kalau Amel tidak bisa masuk mata kuliah pagi maka dia akan masuk mata kuliah siang, sore atau malam. Itulah enaknya beasiswa yang di terima Amel. Pemilik kampus meringankan para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Full. Jadi terkadang Amel dan Melinda tidak ketemu karena jam masuk Amel dan Melinda bisa berbeda waktu. Melinda dan yang lainnya kuliah di jam yang tetap, bedah halnya dengan Amel yang di beri keringanan oleh kampus.
Sembari menunggu dosennya masuk Amel pun sibuk dengan sosial medianya. Amel melakukan segala cara agar bisa menghasilkan uang termasuk menjual barang barang online. "Mel Lihat tas ku, cantik kan?" tanya Melinda pada Amel sembari menunjuk kan tas branded yang baru saja ia beli dari luar negeri.
"Cantik kok. Tapi kenapa beli lagi? kan tasmu sudah banyak dan masih bagus juga," ucap Amel bingung dengan kelakuan Melinda yang di bilang sangar boros.
"Ingat ya Melinda, uangmu jangan dihambur-hamburkan hari ini, besok atau hari lainnya. Mana tau besok orang tuamu kehilangan pekerjaan atau bangkrut misalnya, bukan mendoakan, cuma membilangkan saja," ucap Amel lagi dengan wajah yang serius kearah Melinda.
"Kalau ada uang jangan langsung di belanjakan tetapi di tabung, siapkan diri untuk situasi sesulit apa pun. Karena kita nggak tau kedepannya masih bisa hidup enak atau nggak, bisa makan atau nggak, punya rumah atau nggak. Jaga-jaga, jangan boros!" ucap Amel menasehati dengan nada yang lembut dan penuh kehati-hatian sebab ia tau jika Melinda adalah tipe orang yang mudah tersinggung dan over thinking.
"Iya Mel, tapi aku nggak tahan mau beli sesuatu kalau pegang uang banyak," keluh Melinda kepada Amel.
"Makanya belajar," ucap Amel dengan wajah datarnya.
"Kita hidup di zaman modern Mel apa-apa serba baru. Ya aku ikuti tren dong," ucap Melinda dengan senyuman manisnya.
"Melinda hidup ini semakin maju dan teknologi akan semakin canggih. Setiap saat pasti akan ada barang-barang baru. Kita kalau setiap saat mengikuti tren dan nafsu kita, maka kita bisa hancur Melinda. Nggak akan ada habisnya kalau selalu ikut tren dan membeli barang baru. Kenapa? karena pasti setia bulan atau setiap tahunnya pasti akan ada orang yang meluncurkan produk baru," ucap Amel lagi dengan kata-kata bijaknya.
"Belajar lah mengelola keuangan, kita sudah dewasa. Sampai kapan lagi kita berpangku terus kepada orang tua? Belajar lah mandiri Melin, dan jika orang tuamu memberikan kau uang, itu wajar sebab mereka adalah orang tuamu. Jadi saran aku coba berfikir terlebih dahulu sebelum Membelanjakan uang yang kita miliki," ucap Amel sembari tersenyum kecil.
"Iya Mel," ucap Melinda dengan wajah sendu ketika di nasehati Amel.
Tidak lama dari pembicaraan keduanya, akhirnya dosen pun masuk dan segera memulai mata kuliah di siang ini. Amel dan Melinda pun fokus mendengar kan penjelasan dari dosen mata kuliah hari ini.
Waktu terus berjalan, mata kuliah Amel sudah selesai. Gadis itu pulang ke rumahnya untuk mandi, makan dan berganti baju lalu segera mungkin pergi ke cafe tempat kerja part time nya. Dalam sebulan Amel bisa mendapatkan uang sebesar lima juta. Terkadang bisa lebih juga jika olshop Amel laris.
"Aduh,,, pegal banget tubuhku," ucap Amel sembari merenggangkan tubuhnya. "Jangan mengeluh Amel, mengeluh bisa merusak otakmu!" ucapnya menyemangati diri sendiri. Dengan semangat Amel bersiap-siap untuk pergi menuju cafe tempat kerjanya. Setelah sampai, tanpa menunggu lama Amel segera bergegas mengantar pesanan yang sudah ada di meja kasih.
"Mel antarkan juga pesanan ini ke meja nomor lima," ucap Lela teman kerja part timenya.
"Ok," ucap Amel tanpa banyak omong.
"Mbak," panggil orang yang menduduki meja nomor tiga
"Iya kak ada yang bisa saya bantu?" tanya Amel dengan hangat dan ramah.
"Kak bisa minta kotak nggak untuk bungkus makanan ini," ucap wanita yang duduk di meja nomor tiga.
"Bisa kak, sebentar ya," ucap Amel sembari tersenyum kecil. Dengan langkah cepat Amel mengambil kotak pembungkus makanan.
"Ini kan kotaknya," ucap Amel sembari menyodorkan beberapa kotak makanan kepada orang yang duduk di meja nomor tiga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!