Blup!
Blup!
Blup!
Nanana~
Suara lantunan lagu itu terdengar merdu di kedua telinga seorang gadis berusia delapan tahun. Kedua matanya samar-samar menangkap sekelabat sosok ikan raksasa yang berenang mendekati dirinya.
Rasa takut yang begitu besar menghampiri dirinya, bagaimana tidak? Ekor ikan itu begitu panjang, rasanya tinggi ikan itu hampir dua setengah meter jika dihitung dengan sirip yang tajam berduri di sisi kanan dan kiri ekornya.
Nanana~
'Papa... Tolong aku' gumam si gadis kecil di dalam hatinya. Hari itu benar-benar hari yang buruk untuknya, disaat dia ingin berangkat ke sekolah seorang diri layaknya anak-anak normal, teman-temannya justru mengatai dirinya yang cacat dan tidak bisa berjalan dengan normal. Parahnya mereka semua membuat gadis itu kini dalam masalah yang rumit, kedua kakinya sama sekali tak bisa ia gerakkan disaat ikan itu semakin mendekati tubuhnya.
'Apakah aku akan mati?' Tanyanya dalam hati sebelum pada akhirnya dia memejamkan kedua matanya perlahan.
Nafas gadis kecil itu tak beraturan ketika seseorang sedang berusaha membantunya untuk bernafas. Seseorang tengah menekan dada gadis itu, membuat aliran udara masuk dan mengeluarkan banyaknya air yang tertelan saat dia tenggelam beberapa waktu yang lalu.
"Uhuk! Uhuk!"
Gadis kecil itu terbangun, dia memuntahkan banyak air laut yang tertelan. Seseorang di sampingnya memijat tengkuk si gadis dengan lembut, membantunya mengeluarkan air laut dari dalam perutnya.
"Ya Tuhan! Syukurlah kau masih selamat!" Ucap seseorang di sampingnya.
Dengan pandangan bingung, gadis kecil itu menatap sosok perempuan tanpa busana di dekatnya. Kedua matanya mendelik menatap aksi telanjang wanita dewasa di depannya, refleks saja anak kecil itu menutup bibirnya tak percaya.
"No-nona, kau...."
"Ah!" Gadis cantik itu menatap dirinya sendiri dan segera mengarahkan rambut panjangnya ke arah depan, untuk menutupi sebagian tubuhnya yang terbuka. "Maafkan aku!"
"Dimana pakaianmu nona?"
"Mmm..." Gadis itu tengah berpikir lalu tersenyum memandang gadis kecil di depannya. "Aku lebih suka berenang tanpa mengenakan pakaian"
"Nona benar-benar aneh, tapi terima kasih karena sudah menolongku" jawab si gadis kecil dengan penuh sopan santun. "Maukah nona menjadi temanku?"
Uluran tangan mungil dari gadis kecil nan manis itu membuatnya tak bisa menolak untuk menjabat tangan hangat milik anak itu. Sesudah memantapkan hatinya, gadis cantik itu menerima uluran tangan si bocah kecil dengan senang hati.
"Namaku Suri, siapa nama nona?"
"Deryne..." Nona berwajah cantik itu segera menggerakkan tangannya untuk segera melepaskan tangan Suri. "Kau bisa memanggilku Ryn"
"Ryn??" Anak itu terlihat begitu penasaran akan sosok Ryn di depannya. "Namamu bagus sekali nona"
"Hanya Ryn, tidak perlu sesopan itu" Ryn mencubit kedua pipi Suri dengan gemas. "Bukankah kita ini teman? Kau tak perlu memanggilku nona"
"Baiklah, Ryn"
Suri tertawa lebar ketika dirinya dengan lantang memanggil seorang gadis yang lebih dewasa darinya dengan sebutan sebuah nama saja. Kedua mata Suri menatap sekitar, gadis kecil itu menyeret kakinya untuk mencari sesuatu. Melihat hal itu, Ryn melongo dan mengikuti Suri yang berjalan mengesot.
"Ada apa dengan kakimu?" Ryn menghentikan Suri, dia tidak ingin melihat Suri berjalan seperti dirinya ketika siripnya terbentuk.
"Kaki ini sudah tidak berfungsi, itu sebabnya aku tidak bisa berenang" Suri tiba-tiba memandang Ryn dengan amat tajam. "Sepertinya saat di dalam air, aku melihat sosok ikan raksasa mendekatiku. Apakah itu kau Ryn?"
"Hah?? A-aku??" Ryn begitu gugup mendengar pertanyaan Suri yang begitu tiba-tiba. "Tentu saja bukan, mungkin kau hanya berhalusinasi karena kehabisan oksigen di dalam sana"
"Kau benar!" Suri mengangguk pelan. "Bukankah duyung itu tidak ada, hehe"
Ryn tertunduk sedih mendengar jawaban Suri, ia bukannya sedih karena Suri tidak mempercayai adanya putri duyung. Ia hanya sedih karena tidak bisa berkata jujur di depan anak kecil, bagaimanapun juga anak itu adalah anak manusia yang mungkin saja bisa mengancam keberadaan bangsanya suatu saat nanti.
"Sepertinya sudah tenggelam" Suri merengut sedih.
"Eh! Apa??" Ryn menatap ke arah hamparan laut di depannya. "Apanya yang tenggelam?"
"Di atas jembatan itu" Suri menunjuk sebuah jembatan kayu yang berada cukup jauh dari tempatnya kini bersama Ryn. Gadis cantik itupun segera memicingkan kedua matanya untuk menatap Jembatan yang di maksud oleh Suri. "Tadi itu...."
👉 FLASHBACK ON 👈
Matahari yang cerah menyinari kota kecil di tepi laut, kota Mermaid Fall's yang dulunya terkenal akan putri duyungnya. Putri duyung yang dulu diburu manusia, lalu pada akhirnya sebuah bencana menghampiri kota itu yang mana membuat semua penduduk menyerah dan menamai kota mereka dengan Mermaid Fall's.
Di dalam sebuah rumah yang megah, telah terjadi keributan. Suara menggelegar seorang pria dan suara lembut seorang gadis kecil terdengar silih berganti, yah... Gadis itu adalah Suri.
Suri duduk di kursi rodanya dengan wajah yang cemberut, bahkan dia menolak untuk makan meski sudah dibujuk oleh Nany (Sebutan untuk asisten rumah tangga dirumah orang kaya). Melihat hal tersebut, Lucas lantas pergi meninggalkan Suri seorang diri dan lebih memilih untuk berangkat ke kantornya tanpa mengantarkan Suri berangkat sekolah terlebih dahulu.
Suri bergegas menekan sebuah tombol di kursi rodanya dan mengarahkannya untuk mengejar sang ayah. "Apakah ini tandanya ayah mengijinkan aku untuk berangkat seorang diri?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya, Lucas segera tancap gas meninggalkan rumahnya. Suri tersenyum senang sambil bertepuk tangan, ini pertama kalinya bagi Suri untuk berangkat sekolah sendiri. Biasanya Lucas selalu mengantar Suri kemanapun Suri ingin pergi, atau kadang-kadang Nany yang disuruh untuk mengantar Suri.
"Akhirnya...." Ucap Suri lega.
Awalnya semua berjalan mulus, Suri sangat bersemangat untuk menuju sekolah yang tak jauh dari rumahnya itu. Dengan kursi rodanya yang sudah cukup canggih itu, dia tidak akan merasa lelah karena Suri hanya menekan satu tombol saja yang membuat kursi roda miliknya berjalan dengan lancar.
Tak ada sekolah yang tak memiliki murid iseng ataupun nakal, termasuk sekolah Suri. Beberapa teman Suri yang mengendarai sepeda kayuh sengaja berhenti di depannya, mereka semua terkejut dengan keberadaan Suri dengan kursi rodanya di jalanan. Tentu saja! Ini tak seperti yang mereka lihat dulu-dulu, biasanya ayah Suri akan mengantarkan gadis itu sampai ke dalam kelas.
"Hei, lihatlah siapa ini??" Ucap seorang gadis berambut pirang dengan tas punggung berwarna pink yang ia bawa.
Ekspresi wajah Suri yang bahagia berubah menjadi datar ketika melihat teman-temannya menertawai dirinya. Teman Suri yang terdiri dari empat bocah kecil, dua perempuan dan dua pria itu segera mendorong kursi roda milik Suri ke sebuah jembatan.
"Sekolah bukan ke arah sini..." Ucap Suri tegas.
"Kita hanya ingin bermain denganmu Suri, ngomong-ngomong apa naik kursi roda itu enak?? Bolehkah aku meminjam nya?"
"Maafkan aku teman-teman, tapi aku tidak bisa meninggalkan kursi roda ini"
"Kenapa??" Si rambut pirang berhenti mendorong kursi roda Suri, ia beralih menaiki sepedanya dan membiarkan Suri terhenti tepat di ujung jembatan.
"Dasar cacat! Ayo pergi teman-teman!" Ujar salah satu bocah laki-laki disana. "Kita hanya buang-buang waktu saja disini"
"Hei, bukankah kalian harus membalikkan kursi rodaku terlebih dahulu? Aku tidak bisa berbalik dengan kondisi jembatan sekecil ini" pinta Suri memohon, gadis itu menyentuh kedua roda besar di kanan-kiri kursinya.
Tanpa memperdulikan Suri, ke empat anak-anak itu pergi begitu saja mengayuh sepedanya. Suri yang kebingungan berusaha mencoba memutar kursi rodanya namun tetap saja ia tidak bisa berbalik arah tanpa bantuan seseorang.
"Astaga! Bagaimana ini?" Gumam Suri lirih.
CKLAK!!
Ya Tuhan! - Suri.
BYURRR!!!
Suri terkejut ketika kursi roda yang ia naiki malah jatuh ke dalam air, gadis kecil nan malang itu segera menggerakkan kedua tangannya kuat-kuat untuk meraih permukaan. Sangat disayangkan ketika kedua kakinya malah tak mendukung dirinya untuk berenang.
Blup!
Blup!
Blup!
👉 FLASHBACK END 👈
BERSAMBUNG!!
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa untuk klik tombol Like, tinggalkan komentar, Vote yang mendukung agar Author terus semangat! 😘😉
"Kejam sekali" ucap Ryn lalu memeluk Suri dengan erat. "Bagaimana jika aku tak menemukanmu waktu itu?"
"Itu bukan salah mereka Ryn, aku jatuh sendiri waktu itu"
"Jika mereka tidak meletakkan mu di tempat seperti itu, kau tidak akan jatuh" bantah Ryn pelan. Gadis itu segera berjalan pergi meninggalkan Suri, Ryn menuju bebatuan pantai yang tak jauh dari tempatnya dan Suri.
Saat kembali, Suri melihat Ryn yang sudah mengenakan kaos berwarna abu-abu dengan ukuran yang sangat besar. Gadis cantik itu tak mengenakan celana atau apapun, hanya kaos kedodoran yang entah ia ambil darimana. Setidaknya itu sudah cukup untuk menutupi hingga bagian pahanya.
"Darimana pakaian itu?" Suri menatap tajam pada Ryn yang hanya tersenyum manis.
"Ini bajuku kok" pungkas Ryn, "Nah! Apa kau hafal jalan menuju rumahmu?"
"Tentu saja Ryn, aku bukan anak kecil yang tidak tahu arah"
"Oh iya?!" Ryn tertawa senang, ia menggendong tubuh mungil Suri di punggungnya. "Bagiku kau masih anak-anak, berapa umurmu?"
"Tujuh tahun, tapi tahun ini akan menjadi delapan"
WTF! Masih delapan tahun? - Ryn.
"Pegang erat-erat ya? Aku akan mengantarmu pulang" ucap Ryn senang.
Kedua gadis yang sama cantiknya itu segera berjalan pergi meninggalkan pantai. Tanpa alas kaki dan rambutnya yang acak-acakan, Ryn terlihat seperti gembel. Sedangkan Suri yang notabenenya putri konglomerat masih terlihat bersih meskipun basah kuyub.
"Ouh Ryn, sepertinya kau harus mencuci rambutmu! Lihatlah banyak sekali rumput laut yang tersangkut disini" oceh Suri, gadis kecil itu lebih mirip seorang ibu dibandingkan Ryn yang sudah dewasa.
Sayangnya di dalam laut tidak ada salon dan lain sebagainya - Ryn.
Tak mendengar jawaban dari Ryn, Suri lantas tersenyum dan membersihkan rambut Ryn dari belakang. Gadis itu mengambil beberapa dedaunan yang tersangkut pada rambut panjang Ryn.
"Ryn? Berapa lama kau tinggal di dalam air?"
Kedua mata Ryn membulat lebar, langkah kakinya lantas terhenti sejenak. Setelah sadar dari lamunannya, ia kembali berjalan menuju rumah Suri.
"Apa maksudmu?"
"Jangan sering-sering berenang, lihatlah banyak sekali kotoran yang tersangkut disini" omel Suri lalu tersenyum. "Tapi jika dilihat dari kulitmu, sepertinya kau jarang berenang. Kulitmu sangat putih seperti tahu"
"Yah, karena ayahku berkulit putih dan ibuku juga berkulit putih lalu lahirlah aku yang berkulit pucat"
"Hehehe tidak, kulitmu bagus kok!" Puji Suri senang. "Di depan sana belok kanan"
"Uh, oke-baik!"
"Oke, baik??" Suri terkekeh mendengar cara bicara Ryn yang lucu. "Hanya oke atau baik Ryn, jangan gunakan keduanya. Itu terdengar lucu dan aneh"
"Benarkah? Tapi aku lebih suka bicara seperti itu"
"Baiklah Ryn, terserah kau saja!"
Perlahan Suri mempererat pelukannya pada tubuh Ryn. Gadis kecil itu tersenyum senang di belakang sana, tidak tahu mengapa, Suri merasa nyaman bersama dengan gadis asing yang baru ia kenal itu. Gadis asing yang menyelamatkan nyawanya dari malaikat pencabut nyawa.
Berbeda dengan Ryn, yang terlihat semakin pucat ketika menginjakkan kakiknya ke jalanan yang menjauh dari laut. Gadis cantik itu tertunduk lesu sambil menatap jalanan kosong di depannya.
Setelah bertahun-tahun aku mengurung diri di dalam lautan, jantungku jadi berdebar saat menginjakkan kakiku ke daratan - Ryn.
•••••
PLAK!!
PLAK!!
PLAK!!
Tamparan keras mendarat secara bergantian di wajah beberapa orang pria bertubuh kekar, ketiga pria itu tertunduk dan tak berani melakukan apapun ketika melihat seorang pria di depannya sedang mengamuk.
"DASAR IDIOT!!" Maki seorang pria tampan bertubuh tinggi dan proporsional. "Bisa-bisanya kalian tidak menemukan Suri!"
"Maaf tuan muda, tapi nona Suri memang tidak berada di sekolah dan gurunya bilang dia tidak hadir hari ini"
"Kep*rat!!" Pria itu meraih kerah baju pria lain yang berani menjawab ucapannya. "Kalau begitu cari dia ke tempat lain, aku tidak peduli seberapa jauh kalian harus mencari. Pokoknya Suri harus ditemukan!"
Keringat dingin mengucur di tubuh ketiga pria itu, mereka semua berjalan keluar dari ruangan tuan mudanya dan beranjak pergi untuk mencari Suri, putri dari tuan muda mereka.
"Ini salahku...." Gumam pria itu lirih. "Tak seharusnya aku menuruti keinginannya untuk berangkat ke sekolah sendirian"
Kring!
Kring!
Kring!
(Telpon berdering)
"......."
"Sayang?" Suara wanita terdengar dari ujung telepon. "Apa Suri sudah ketemu?"
"Tutup teleponmu Wen, mungkin saja disaat seperti ini ada orang yang mencoba menelponku mengenai Suri" pinta pria itu dengan nada kurang menyenangkan.
"Ah! Maafkan aku, kau tahu kan? Aku hanya mengkhawatirkan Suri"
KLAP!!
(Telpon ditutup)
Aura dingin pria itu tak menghilangkan kesan tampan dari wajahnya, dia menatap ke arah luar jendela dengan perasaan penuh penyesalan. Dia sungguh menyalahkan dirinya sendiri karena membiarkan hal ini terjadi, pria bernama Lucas itu memejamkan kedua matanya. Bayangan wajah Suri muncul begitu saja di dalam kepalanya yang membuatnya semakin panik dan ingin segera menemukan Suri.
"Hahahaha...."
Kedua mata Lucas terbuka ketika kedua telinganya tanpa sengaja mendengar suara tawa seorang gadis cilik, suara itu begitu pelan dan tentu saja dia hafal betul bahwa pemilik suara itu adalah Suri, putrinya.
"Ryn, ceritakan lagi mengenai singa laut yang lucu itu" pinta Suri dengan senyuman manisnya.
"Apa kau tidak bosan mendengar kisah yang sama berulang-ulang?"
Suri menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak"
Di lantai atas, Lucas melihat putrinya yang sedang tersenyum bahagia dengan seorang gadis gembel. Pria itu buru-buru turun dari ruangannya dan menuju pintu depan, kedua matanya menatap khawatir kepada Suri yang malah melambaikan tangan ke arah Lucas tanpa rasa bersalah.
Ryn diam membisu memperhatikan postur tubuh Lucas dari ujung kaki hingga ujung kepala, gadis itu membiarkan Lucas merebut Suri dari punggungnya begitu saja.
"Astaga! Suri!!" Seru Lucas penuh khawatir. "Kemana saja kau?! Semua orang mencarimu!"
Tak henti-hentinya Lucas mencium kedua pipi putrinya, melihat hal itu kedua mata Ryn nampak berkaca-kaca. Ia ingat betul bahwa saat dirinya dilahirkan tak ada karakter seorang ayah disampingnya kala itu.
"Papa! Kau menciumku di depan temanku!" Suri menutupi wajah cantiknya dengan kedua tangan.
Teman?? - Lucas.
"Ah, maaf... Aku akan pergi" ujar Ryn lembut. Gadis itu melambaikan tangan kanannya pada Suri sebelum beranjak pergi.
"Hei, aku akan memberimu sedikit uang karena telah membawa Suri kembali"
Lucas hendak mencegah Ryn agar tak segera pergi begitu saja dengan tangan kosong, pria itu segera merogoh saku celananya dan mengambil beberapa lembar uang dari dalam sana.
"Tidak perlu..." Ryn menggelengkan kepalanya pelan. "Aku dan Suri berteman, dan teman tidak memerlukan imbalan apapun untuk saling menolong"
"Papa..." Suri menarik telinga Lucas lembut dan membisikkan sesuatu kesana. "Dia orang baik"
Mmmm.... - Lucas.
Ryn segera beranjak pergi meninggalkan rumah megah nan mewah milik keluarga Suri, gadis itu berlari menjauhi rumah Suri yang ternyata dulunya Ryn juga pernah tinggal di daratan beberapa tahun yang lalu. Dalam hati kecilnya, Ryn ingin segera kembali ke dalam air.
Sudah hampir dua puluh tahun Ryn tidak mengunjungi daratan hanya untuk menghapus semua kenangan yang ia miliki dari tempat itu, namun bukan hanya itu alasan dari Ryn. Alasan utama Ryn adalah wajahnya, wajahnya yang berhenti menua di usia delapan belas tahun itu membuatnya selalu terlihat seperti remaja. Dan hal itu sangat berbahaya di dunia manusia, segera setelah kepercayaan dirinya hilang akibat perundungan yang ia terima, Ryn memutuskan untuk tinggal di dalam laut selamanya. Sampai dia menemukan Suri yang tenggelam pagi itu.
Gadis duyung itu berjalan-jalan menuju jalanan sekitar rumahnya terdahulu, ia menemukan rumah itu sudah dalam keadaan yang amat kacau dan tak terurus. Tentu saja tidak ada lagi perusahaan Mikaelson yang dulunya terkenal itu, perusahaan itu telah bangkrut karena kehilangan penerusnya.
Ryn tersenyum menatap rumah yang sudah seperti rumah horor tersebut, gadis itu memejamkan kedua matanya sambil menyebut nama kedua orangtuanya yang amat ia sayangi.
Meskipun aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya berbicara denganmu, tapi aku sangat menyayangimu papa... - Ryn.
"Ngomong-ngomong, apakah keturunan keluarga Collin masih ada?" Gumam Ryn seorang diri.
Tak tahu arah ingin kemana, Ryn memutuskan untuk kembali ke laut. Gadis itu berlari kecil menuju bibir pantai yang terletak di belakang hutan, dirinya menatap area sekitar yang kini sudah sangat sepi. Kedua tangan Ryn mulai menarik ujung kaos yang ia kenakan.
"Kau akan berenang malam-malam begini?"
SRUK!!!
Saking terkejutnya dengan suara seseorang dari belakangnya, Ryn sampai jatuh terduduk diatas pasir-pasir pantai. Kedua matanya mendelik menatap pria yang berdiri di dekatnya, pria itu tak kalah terkejutnya dengan sikap Ryn yang menurutnya berlebihan itu. Yahh... Pria itu adalah Lucas, ia yang tak sengaja melihat Ryn berlari ke arah hutan memiliki inisiatif untuk mengikuti gadis yang telah memulangkan putrinya dengan selamat.
"Ya Tuhan! Ma-maafkan aku nona, aku tidak bermaksud membuatmu takut" Lucas mengulurkan tangannya untuk membantu Ryn.
Apa pria ini mengikutiku? - Ryn.
"Kenapa anda disini?"
Ryn tak meraih uluran tangan Lucas, hal itu tentu saja membuat Lucas sedikit kecewa dan menarik tangannya yang terasa kosong itu. Tribrid cantik itu segera berdiri dan memandangi Lucas dengan tatapan penuh curiga.
"Aku tak sengaja melihatmu berlari ke arah hutan, aku hanya ingin tahu dimana kau tinggal?!"
"Aku rasa itu bukan urusan tuan!" sahut Ryn pelan dan cepat, gadis itu mulai melangkah pergi menjauhi Lucas.
"Kenapa??"
"???" Ryn menoleh kepada pria yang menatapnya dengan pandangan dingin.
"Kenapa kau berusaha menjauhiku?"
BERSAMBUNG!!
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa untuk klik tombol Like, Favorit, tinggalkan komentar, Vote yang mendukung agar Author terus semangat! 😘😉
"Apa??"
Salah satu alis Ryn terangkat mendengar pertanyaan aneh dari bibir pria tampan bernama Lucas tersebut. Ryn hanya menggeleng pelan lalu meneruskan perjalanannya kembali.
"Suri bilang padaku bahwa kau aneh!" Ujar Lucas sambil terus memperhatikan gadis asing yang berjalan menjauhi dirinya. Bahkan gadis itu tak menghentikan langkah kakinya untuk sekedar mendengar ucapan Lucas.
"Kenapa kau menghindar dan berusaha bersembunyi saat bertemu dengan orang lain?"
Deg!
Deg!
Deg!
Kedua mata Ryn terbuka lebar, gadis duyung itu kini benar-benar menghentikan langkah kakinya. Kilasan balik mengenai ingatan yang sudah puluhan tahun sengaja ia lupakan tiba-tiba memaksa muncul di kepalanya. Nafas Ryn terasa sesak, secara refleks ia menyentuh bagian jantungnya yang berdenyut nyeri.
Lucas berjalan mendekati Ryn, belum sampai kedua langkah kakinya berhasil untuk mendekati gadis itu. Ia sudah dibuat bingung dengan Ryn yang tak sadarkan diri secara tiba-tiba. Buru-buru Lucas menangkap tubuh mungil Ryn, kedua pipi putih gadis itu terlihat basah. Sepertinya Ryn baru saja menangis.
"Wah, aku rasa Suri benar" Pria tampan itu mengangguk-angguk kan kepalanya berulang kali. "Kau memang aneh!"
Begitulah kata yang keluar dari bibir pria tampan itu, dia tidak mempedulikan pakaian lusuh yang dikenakan oleh Ryn. Dengan mudahnya ia mengangkat tubuh Ryn yang mungil dan kurus itu.
Lihat badanmu yang ringkih ini! Apa kau tidak pernah makan? - Lucas.
Lucas membawa Ryn pulang ke rumahnya karena ia tidak tahu dimana Ryn tinggal, meskipun tubuh Ryn tidak terlalu berat tapi jarak antara rumahnya dan bibir pantai itu cukup memakan waktu dan tenaga.
•••••
Di depan pintu rumah yang besar, terlihat Suri yang sedang di gendong oleh Nany berdiri disana sambil menunggu ayahnya pulang ke rumah. Kedua mata Suri terus menerus menatap keluar pagar, berharap ayahnya segera pulang karena ini sudah sangat lama sejak Lucas pergi meninggalkan rumah.
"........." Dahi Suri berkerut ketika mendapati sang ayah sedang menggendong seseorang ala bridal style. Kedua matanya memperhatikan sosok gadis yang dibawa ayahnya pulang ke rumah. Setelah Lucas sampai tepat di depan pintu barulah Suri tersenyum senang tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Aku tahu kau akan membawanya! - batin Suri riang.
"S-siapa ini tuan?" Nany yang sedang menggendong Suri, berjalan mengikuti Lucas dari belakang.
"Kau tanya saja pada Suri, dia bilang gadis ini temannya"
"Teman??" Nany memandang ke arah Suri yang hanya dijawab Suri dengan anggukkan kepala dan kedipan sebelah mata. "Oh, teman??"
Nany terkekeh pelan, rasanya ia tahu kenapa nona kecilnya itu terlihat bahagia ketika melihat sang ayah membawa gadis lain pulang ke rumah. Ini karena Suri tidak pernah menyukai Wendy, pacar ayahnya. Melihat kedipan mata nona kecilnya, sepertinya Suri memiliki maksud lain di balik rasa senang tersebut.
"Hei, kenapa kalian berdua saling melempar senyum seperti itu?" Lucas berhenti tepat di anak tangga pertama, kedua matanya mendelik menatap ke arah Suri dan Nany secara bergantian. Tanpa sadar, rupanya sedari tadi Lucas memperhatikan kedua orang di belakangnya tersebut.
"Tidak" Suri menatap ke arah lain, berpura-pura tidak tahu. "Si--siapa yang tersenyum?"
"Cih!"
Lucas membuang muka dengan kesal, ia kembali meneruskan langkah kakinya menuju kamar. Kamar utama, dimana kamar itu adalah kamar yang ditempatinya untuk tidur.
Di bawah sana, Suri dan Nany melakukan tos untuk merayakan rasa bahagia mereka berdua. Ini merupakan hal yang langkah, tak biasanya Lucas akan membawa seorang gadis untuk masuk ke dalam kamarnya. Bahkan Wendy, gadis yang sudah ia pacari tiga tahun itu tak pernah mendapat kesempatan untuk sekedar bernafas di dalam kamarnya.
"Kau lihat itu Nany?" Suri tersenyum lebar, "Papa membawanya masuk ke dalam kamar"
"Iya nona, saya melihatnya" ungkap Nany dengan mata yang berbinar.
"Langkah selanjutnya papa akan jatuh cinta padanya"
Nany terkejut mendengar pernyataan nona kecilnya itu, wanita itu hanya tersenyum manis lalu mengusap kepala Suri dengan begitu lembut. Ia membawa Suri untuk masuk ke dalam kamarnya dan meminta gadis kecil itu agar segera tidur.
_____________________________________
"Oh, astaga!" Lucas memperhatikan kedua lengannya yang kini memerah, tepat setelah ia meletakkan tubuh Ryn diatas ranjang tidurnya, ia segera merasakan rasa nyeri di kedua tangannya. Ini sama saja dengan dirinya melakukan latihan ditempat kebugaran setiap minggu.
Pria itu lantas mencium-cium aroma tubuhnya sendiri yang terasa lengket akibat keringat. Lucas segera beranjak pergi ke kamar mandi dan menyiapkan bak mandi untuk dirinya sendiri.
Di dalam keheningan dirinya yang sudah berendam di dalam bak mandi, pria itu tersentak kaget dengan sendirinya. Lucas menepuk dahinya berulang kali sampai membekas kemerahan disana.
"Ya Tuhan! Bodoh sekali aku!" Gumam Lucas lirih. "Memangnya siapa gadis itu? Kenapa aku malah membawanya ke dalam kamar?"
Di lain sisi, kedua mata dan dahi Ryn nampak berkerut. Gadis itu seolah sedang mengalami mimpi buruk saat ini, bukan! Itu bukan mimpi, itu adalah ingatan buruk yang sengaja ia pendam dan ingin sekali ia lupakan.
Nafas Ryn terengah-engah, kedua tangannya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Belum juga debaran di jantungnya menghilang, ia sudah dibuat kaget dengan keberadaan dirinya diatas ranjang mewah bak milik seorang sultan.
Oh my... Dimana aku? - Ryn.
Dengan amat hati-hati Ryn menurunkan kedua kakinya ke atas lantai. Lantai yang begitu dingin karena pemilik kamar sengaja menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang sama dinginnya dengan sifatnya. Gadis bermata biru itu celingak-celinguk mencari pintu keluar kamar, terlalu banyak pintu di dalam kamar tersebut. Ryn yakin betul bahwa pintu yang berjejer rapi di sebelah kanan itu adalah lemari, bukankah memang seperti itu rupa lemari orang kaya? Mereka akan menyimpan semua pakaiannya dibalik dinding yang ukurannya hampir sama dengan setengah kamar mereka.
Suara air mengalir terdengar samar-samar dikedua telinga Ryn, gadis itu segera mendekati pintu dimana sumber suara tersebut terdengar. Ryn menempelkan telinga kirinya ke permukaan pintu dan mendengar suara gemericik air, gadis itu pun segera menjauhi pintu tersebut.
"Astaga! Ada orang mandi didalamnya?" Ungkap Ryn terkejut sambil membungkam mulutnya sendiri.
Buru-buru Ryn mencari tempat untuk bersembunyi, ia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sekarang ini berada di rumah Lucas. Yang ada dipikiran Ryn saat ini hanyalah hal-hal berbau negatif, ia amat takut kalau-kalau itu adalah pria jahat yang ingin bermaksud buruk terhadapnya.
Gadis bermata biru itu bersembunyi dibawah meja yang tak jauh dari ranjang tidur Lucas, meja tempat Lucas untuk meletakkan laptopnya. Setidaknya sisi lain dari bagian meja itu mampu untuk menutupi tubuh Ryn agar tidak terlihat oleh Lucas.
Tunggu dulu! Kenapa aku bersembunyi? Aku kan bisa dengan mudah membunuhnya? Aku bahkan bisa menghapus ingatannya semauku - Ryn.
CEKLEK!!
Kalimat yang penuh dengan kobaran api dari dalam hati Ryn, mendadak menghilang ketika suara pintu kamar mandi yang terbuka terdengar sampai ke telinganya. Gadis cantik itu segera meringkuk ketakutan sambil memeluk kedua kakinya dengan begitu erat.
Sorot mata Lucas langsung menuju ke arah atas ranjang tidurnya. Dia terkejut karena tidak mendapati Ryn berada di dalam sana, padahal bekas-bekas keberadaan Ryn masih ada disitu, seperti kain sprei yang kusut bekas ditempati oleh suatu makhluk yang disebut manusia. Tunggu! Memangnya Ryn manusia?
Lucas menghela nafas panjang, pria itu berkacak pinggang sambil menatap sekeliling. "Tidak tahu terima kasih!" Omel Lucas dan segera merapikan ranjang tidurnya.
Dibawah meja, Ryn berusaha mencuri-curi perhatian ke arah pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya bersembunyi. Pria itu terlihat begitu segar karena habis mandi, aroma tubuhnya sangat enak untuk dihirup. Tanpa sadar Ryn mencubit hidung mancung miliknya dengan gemas, ia menggelengkan kepala berulangkali dan mencoba untuk menyingkirkan aroma tubuh Lucas dari indera penciuman nya.
Kenapa dia memilik aroma tubuh seperti ini? - Ryn.
"Ehem!"
Kedua mata Ryn membulat lebar, ketika Lucas mendapati dirinya sedang bersembunyi dibawah meja. Tatapan dingin Lucas seolah ingin menganiaya gadis cantik bermata biru tersebut.
"Apa yang kau lakukan di bawah sana?! Cepat keluar!!"
Perlahan Ryn merangkak keluar dari bawah meja, ingin sekali dirinya mencubit kedua mata yang begitu tajam menatap dirinya itu. Sayang sekali... Ryn tidak bisa melakukan hal tersebut saat ini, dipikir bagaimanapun tinggi badannya dan Lucas amat jauh berbeda. Bahkan jika diamati secara teliti, kedua tangan Ryn hanya mampu menyentuh sebatas dagu pria itu saja. Mungkin dia bisa menyentuh pipi dan matanya, itupun jika Lucas bersedia menundukkan kepala untuknya.
"Jangan sampai aku mengulangi pertanyaanku dua kali!"
"M--maaf...." Ucap Ryn lirih. "A-aku pikir, aku sedang berada di tempat yang tidak beres"
"Tempat yang tidak beres??!!" Ujar Lucas meniru akhir kalimat yang dilontarkan oleh Ryn, namun penuh penekanan. "Kau pikir rumahku ini tempat ilegal?"
"M--maaf...."
"Astaga! Kau ini benar-benar keterlaluan!" Ledek Lucas kesal, ia membuang muka ke arah lain. Sekilas, pria itu melirik ke arah Ryn. Gadis bermata biru itu tetap menundukkan kepalanya, kedua jemarinya terkepal erat seolah tak merasakan kenyamanan didekat Lucas.
Apa ini? Apa kau merasa risih berada di dekatku? - Lucas.
"Siapa namamu?"
"Apa?" Ryn menengadahkan kepalanya menatap Lucas yang bahkan tak membalas tatapan matanya.
"Namamu! Siapa namamu?"
"D--Deryne..." Ryn kembali menundukkan wajahnya. "Tuan bisa memanggilku Ryn"
Ryn ya?? - Lucas.
Bersambung!!
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa untuk klik tombol Like, favorit, tinggalkan komentar, Vote yang mendukung agar Author terus semangat! 😘😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!