NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Om Duda Sombong

BAB 1.

DI SEKOLAH SMA TERELITE DAN TERNAMA YANG BERADA DI JAKARTA.

Waktu menunjukkan pukul 07.30 pagi.

Terlihat Tania yang baru saja datang dan masuk ke dalam sekolahan tersebut sambil sibuk menelpon teman-teman segank nya yang juga sekolah di sekolahannya itu.

TANIA.

Ia adalah seorang siswi yang duduk di bangku kelas 2 SMA, usianya sekarang ini 18 tahun. Ia baik, cantik, seksi, dan mudah dalam bergaul. Namun sayang ia sedikit brutal, manja, polos, centil, dan juga ceroboh. Di sekolahnya itu ia pun bukan lah termasuk anak yang cerdas, bahkan ia memiliki nilai yang hanya pas-pasan, mungkin ia seperti itu karena ia dan teman-teman segank nya itu seringkali kabur dan bolos dari sekolah. Namun beruntungnya ia memiliki paras yang sangat cantik, atau bisa dibilang ia itu adalah ratu tercantik di sekolahanya, dan beruntungnya lagi ia juga terlahir dari keluarga yang cukup kaya raya, sehingga banyak teman-teman di sekolahanya itu yang baik dan sayang kepadanya meskipun kelakuannya seperti itu, terutama buat para kaum lelaki, diantara mereka banyak sekali yang tergila-gila dan jatuh cinta kepadanya meskipun tidak ada respon darinya.

"Iya hallo! sekarang kalian ada dimana?" Ucapnya via telepon.

"Apa! Sekarang kalian udah ada di mall? Kok kalian nggak kabarin gue dulu sih! Kalau kalian kabarin gue dulu, kan tadi gue bisa langsung kesitu! Gue nggak perlu ke sekolah dulu kayak gini!" Ucapnya lagi sedikit kesal, karena teman-teman segank nya itu tidak memberi tahunya terlebih dahulu kalau mereka semua langsung bolos ke mall dan tidak ke sekolah terlebih dahulu.

"Aduuuuh! Kalau kayak gini gimana caranya gue bisa susulin kalian! Mana gerbang sekolah juga udah ditutup lagi!" Ucapnya lagi semakin kesal.

"Ya iya, ngomong sih gampang! Tapi kan kalian juga tau sendiri! Kalau Pak Asep itu sekarang ini sudah susah banget kita kibulin!" Ucapnya lagi, ia berbicara seperti itu karena memang benar, kalau sekarang ini Pak Asep yang tak lain adalah satpam di sekolahnya itu sudah sangat susah untuk ia bohongi, mungkin ia seperti itu karena ia sudah terlalu sering dibohongi olehnya dan juga teman-teman segank nya itu.

"Ya udah, ya udah deh! Dari pada gue ketinggalan nonton bareng kalian! Mendingan sekarang gue coba rayu Pak Asep dulu, siapa tau aja berhasil!" Ucapnya masih kesal sambil buru-buru memutuskan sambungan telepon tersebut, kemudian ia pun langsung melangkah menuju pintu gerbang sekolahnya itu dan langsung buru-buru merayunya.

"Pak Aseeep, paaak!" Ucapnya sambil tersenyum kecentilan menatap kearahnya yang sedang berdiri tepat di depan pintu gerbang sekolahan tersebut.

"Ada apa kamu panggil-panggil bapak kayak gitu! Mau kabur dari sekolah lagi kamu!" Ucap Pak Asep nyolot, karena ia sudah bisa menebak apa yang akan Tania itu lakukan.

"Iiiihhh! Kok Pak Asep ngomongnya kayak gitu sih! Suudzon aja nih Pak Asep sama Tania!" Ucap Tania pura-pura kesal.

"Ya habisnya ngapain kamu pagi-pagi kesini, berdiri di depan pintu gerbang! Kalau kamu nggak niat untuk kabur lagi dari sekolah?" Ucap Pak Asep masih nyolot.

"Kok Pak Asep gitu amat sih sama Tania! Nggak asyik nih Pak Asep sekarang!" Ucap Tania lagi.

"Nih yah Pak, Tania kasih tau Bapak! Sekarang ini Tania kesini, itu karena sekarang ini Tania lagi nungguin sopir Tania! Soalnya ada buku sekolah Tania yang ketinggalan di rumah!" Ucapnya lagi berbohong.

"Jadi boleh nggak Pak, kalau sekarang pintu gerbangnya dibuka! Soalnya sopir Tania itu masih baru Pak! Tania cuma takut aja kalau nanti sampai sopir Tania itu nyasar," Ucapnya lagi mencoba untuk mencari-cari alasan

"Eeehhh, nggak bisa, nggak bisa, nggak bisa! Enak aja! Nanti kamu bohongin bapak lagi kayak kemaren-kemaren!" Ucap Pak Asep tak percaya, kemudian ia pun langsung melangkah menuju pos satpam yang berada tepat disamping pintu gerbang tersebut.

"Eh, Pak Asep! Tunggu dulu!" Teriak Tania mencoba untuk menghentikan langkahnya.

"Ada apa lagi sih kamu panggil-panggil Bapak?" Ucap Pak Asep kesal.

"Pak Asep, Tania mohon banget sama Bapak! Buka pintu gerbangnya yah Paaaak! Tania serius loh Pak, Tania ini nggak lagi bohong! Sopir Tania itu masih baru, jadi Tania takut kalau sampai nanti sopir Tania itu nyasar! Jadi Tania mohoooon banget sama Bapak! Tolong bukain pintu gerbangnya yah Paaaak!" Rengek Tania memohon sambil memasang wajah yang sangat melas, hingga akhirnya Pak Asep pun percaya dan merasa kasihan kepadanya.

"Ya udah, ya udah! Sekarang Bapak buka nih pintu gerbangnya! Tapi beneran kan, kamu nggak lagi bohongin Bapak lagi kayak kemaren-kemaren?" Ucap Pak Asep mencoba untuk memastikan.

"Iiiihhh Pak Asep, beneraaan! Tania nggak lagi bohong! Lagian emang wajah cantik Tania ini ada tampang tukang bohongnya apa, nggak kan?" Ucap Tania lagi-lagi tersenyum kecentilan, dengan percaya diri ia berbicara seperti itu.

"Bisa aja kamu!" Ucap Pak Asep sambil membuka pintu gerbang sekolah tersebut.

"Ya udah sana keluar! Tapi jangan lama-lam,,,,,," seketika ucapan Pak Asep pun terpotong, karena tiba-tiba Tania langsung menyerobotnya untuk keluar.

"Pak Asep! Thanks yah bantuannya!" Teriaknya sambil tersenyum senang, kemudian ia pun langsung lari untuk kabur dari sekolahnya itu.

"Dadaaaaaaaah!" Teriaknya lagi sambil terus berlari.

"Eeehhh ini anak bener-bener yah! Awas aja nih!" Ucap Pak Asep marah, sambil buru-buru lari untuk mengejarnya.

"Loh, kok Pak Asep ngejar gue sih! Biasanya juga Pak Asep nggak pernah kayak gitu!" Ucap Tania panik, ia berbicara seperti itu karena memang benar, biasanya Pak Asep memang tidak pernah mau ikut campur urusannya jika ia sudah keluar dari pintu gerbang, mungkin ia bisa seperti itu karena sekarang ini kesabarannya sudah habis karena sudah terlalu sering ia bohongi.

"Kalau kayak gini ceritanya! Gue harus lari kemana nih sekarang? Biar gue bisa kabur dari Pak Asep!" Ucapnya lagi semakin panik dan bingung, sambil terus berlari menjauh darinya.

"Apa gue lari kesana aja yah! Gue cegat itu mobil!" Ucapnya lagi sambil menatap kearah mobil yang sedang berjalan kearahnya, karena sepertinya ia mau meminta tolong dan numpang didalam mobil tersebut.

"Iya bener! Mendingan sekarang gue cegat aja itu mobil!" Ucapnya lagi sambil buru-buru berlari ke tengah-tengah jalan untuk mencegat mobil tersebut.

"Woy! Stoooooooooop!" Teriaknya dengan sangat kencang sambil melentangkan kedua tangannya, dan berdiri ditengah-tengah jalan tepatnya di depan mobil tersebut, sehingga pengendara mobil tersebut yang tak lain adalah Bara pun seketika mengerem mobilnya itu secara mendadak, hingga mobilnya itu pun berhenti tepat dihadapannya.

BARA.

Ia adalah seorang CEO muda yang sangat tampan, dewasa, mapan, cerdas, berprestasi, dan juga sangatlah sukses. Mungkin ia bisa sesukses itu karena ia itu adalah salah satu orang yang sangat berkompeten dalam kerja. Usianya sekarang ini 28 tahun, namun ia memiliki sifat yang sangatlah dingin, galak, disiplin, dan juga tegas, apalagi jika sudah menyangkut dengan masalah pekerjaannya. Namun sebenarnya ia juga adalah sosok pria yang sangat penyayang dan hangat terhadap keluarganya, apalagi terhadap anak semata wayangnya. Iya, anak semata wayangnya, karena ternyata ia itu adalah seorang hot papah dan juga seorang duda muda yang ditinggalkan istrinya entah kemana dan entah apa alasannya.

######

Mampir ke Novel baru ku juga yah, guys!

BAB 2.

"Aduuuuh! Siapa sih itu cewek! Lagi cari mati kali yah?" Ucap bara marah sambil buru-buru membuka kaca mobil miliknya itu.

"Heh! Kamu ngapain berdiri di tengah-tengah jalan kayak gini? Kamu ini lagi cari mati kali,,,,," seketika teriakan Bara itu pun terpotong.

"Eh, Om, Om! Tolongin Gue dong Om, pleaseee!" Ucap Tania tergesa-gesa dan panik, sambil menatap ke arah Pak Asep yang masih terus mengejarnya.

"Woy! Mau lari kemana kamu sekarang? Udah kamu nyerah aja!" Teriak Pak Asep yang semakin mendekat ke arahnya.

"Om, kok Om diem aja sih? Bukain pintunya! Tolongin gue Om!" Ucap Tania lagi masih tergesa-gesa dan semakin panik sambil menarik-narik pintu mobil tersebut.

"Lihat itu Om! Itu orangnya udah deket bangeeeet! Bukain pintunya dong Om, tolongin gue Om, pleaseee!" Ucapnya lagi-lagi meminta tolong sambil memohon dengan raut wajah yang sangat melas, sehingga membuat Bara pun tak tega melihatnya.

"Ya udah ayo masuk!" Ucapnya dengan raut wajah yang sangat dingin sambil membuka pintu mobil miliknya itu.

"Ya ampun Om, makasih ya Om? Makasiiiih banget!" Ucap Tania sambil buru-buru melangkah masuk ke dalam mobil tersebut dan menutup pintunya. Kemudian ia pun langsung menatap kearah Pak Asep yang masih terus mengejarnya.

"Pak Asep! Weeeek,,," teriaknya meledek Pak Asep sambil menjulurkan lidahnya seperti anak kecil, sehingga Bara yang sedang duduk disampingnya pun tersenyum heran melihat tingkah lakunya.

"Dasar gadis kecil!" Ucapnya dalam hati, kemudian ia pun langsung buru-buru melajukan mobilnya itu kembali.

"Aduuuuh! Ini mobil kok panas banget sih Om? Gue gedein ya Om AC nya!" Ucap Tania sambil kipas-kipas karena saking panasnya, namun sebenarnya bukan AC mobil tersebutlah yang kurang dingin, akan tetapi keadaan tubuhnya lah yang sekarang ini sedang panas. Karena seperti yang kita tau, tadi itu ia habis kejar-kejaran dengan Pak Asep. Kemudian dengan cerobohnya ia pun langsung buru-buru memencet tombol otomatis untuk meningkatkan volume AC mobil tersebut, namun belum sempat ia memencet tombol otomatis tersebut, tak sengaja ia menjatuhkan Handphone milik Bara yang sedang dicharger di dalam mobil tersebut.

PRAAAAKKKK!

"Ya ampun Om! Sorry banget ya Om, sorry bang,,,,,," seketika ucapan Tania pun terpotong.

"Kamu itu bisa enggak sih sopan sedikit!" Ucap Bara marah dengan raut wajah yang semakin dingin.

"Ups! Sorry Om, tadi itu gue enggak sengaja. Sorry banget yah!" Ucap Tania meminta maaf karena ia benar-benar merasa sangat bersalah kepadanya. Namun sayang, Bara tidak perduli dan tidak menghiraukan ucapannya, ia pun terus melajukan mobilnya dengan raut wajah yang masih sangat dingin. Sehingga Tania pun hanya bisa menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.

"Aduuuuh, gila! Dingin banget sih ini Om-om! Emang ini Om-om enggak lihat apa kecantikan gue yang paripurna ini!" Ucapnya dalam hati kesal sambil melirik kearahnya, karena ia benar-benar heran mengapa ada seorang lelaki seperti itu yang tidak tertarik melihat kecantikannya. Namun lagi-lagi sayang, melihatnya melirik seperti itu, lagi-lagi Bara tidak perduli. Ia pun tetap fokus mengendarai mobilnya tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun, sehingga mereka berdua pun terdiam cukup lama di dalam mobil tersebut.

"Dari pada gue diem kayak gini, mendingan sekarang gue telpon anak-anak aja!" Ucap Tania dalam hati, kemudian ia pun langsung buru-buru mengeluarkan ponselnya dan langsung buru-buru menelepon teman-teman segank nya itu.

"Iya hallo! Sekarang kalian masih ada di mall xxxxx kan? Terus filmnya juga belum mulai kan?" Ucapnya lagi via telepon.

"Ya ampuuun! Sorry banget yaaah? Kalian berdua udah pada nungguin gue lama yah? Soalnya tadi itu gue hampiiiir aja enggak berhasil kabur dari sekolah! Soalnya tadi itu gue dikejar-kejar sama pak Asep!" Ucapnya lagi mencoba untuk menjelaskan seperti itu kepada teman-temannya, sehingga Bara yang sedang fokus mengendarai mobilnya pun tersenyum dingin mendengarnya.

"Dasar gadis brutal!" Ucapnya dalam hati, ia tidak suka dengan kelakuannya itu

"Oh enggak, enggak! Gue jadi kesitu kok sekarang, malahan sekarang ini gue udah dijalan!" Ucap Tania lagi yang masih terus menelpon teman-teman segank nya itu.

"Iyaaa, gue serius! Soalnya tadi itu gue ketemu sama Om-om yang baiiiiik banget mau nganterin gue kesitu!" Ucapnya lagi sambil tersenyum kecentilan menatap kearahnya yang masih terus fokus mengendarai mobilnya. Namun sayang, mendengar ia memuji-mujinya seperti itu, lagi-lagi Bara tidak perduli, ia pun terus fokus mengendarai mobilnya dengan raut wajah yang masih sangat dingin.

"Iya, iya, kalian tentang aja! Gue langsung kesitu kok sekarang! Ya udah dulu yah kalau gitu!" Ucap Tania lagi, kemudian ia pun langsung buru-buru memutuskan sambungan telepon tersebut.

"Om, anterin gue ke mall xxxxx yah!" Ucapnya lagi, dengan seenaknya ia menyuruhnya seperti itu, sehingga membuat Bara pun tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena heran dengan tingkah lakunya itu yang menurutnya sangatlah minus.

"Oh iya Om, ngomong-ngomong sepi amat ini mobil!" Ucapnya lagi dengan bawelnya, ia tidak tau sama sekali kalau ternyata dari tadi Bara itu sudah tidak suka dengan tingkah lakunya.

"Gue coba nyalain Musicnya yah Om?" Ucapnya lagi, kemudian ia pun langsung buru-buru mengambil kaset milik Bara yang ada di dalam mobil tersebut, namun belum sempat ia mengambil kaset tersebut, tiba-tiba tangannya tertahan.

"Jangan sentuh barang-barang saya!" Ucap Bara dengan tegas dan dingin, ia melarangnya seperti itu, karena ia memang paling tidak suka jika ada seseorang yang menyentuh barang-barang miliknya, apalagi seseorang tersebut adalah seseorang yang tidak ia kenal seperti dirinya.

"Tapi ini mobil sepi banget loh Om! Emang Om betah apa di dalam mobil sepi banget kayak gini!" Ucap Tania lagi, kemudian ia pun langsung mencoba untuk mengambil kaset tersebut lagi.

"Saya bilang jangan sentuh barang-barang saya!" Ucap Bara lebih tegas lagi, lagi-lagi ia melarangnya seperti itu, sehingga membuat Tania pun sedikit kesal.

"Iiiiiihhhh! Om ini pelit banget sih jadi cowok! Ati-ati loh.! Nanti enggak ada cewek yang mau deket-deket sama,,,," seketika ucapnya pun terpotong, karena tiba-tiba Bara menghentikan mobilnya itu secara mendadak.

"Loh, kok berhenti sih Om?" Ucapnya lagi bingung.

"Keluar!" Ucap Bara dengan tegas dan raut wajah yang semakin dingin, ia menyuruhnya untuk keluar dari dalam mobil miliknya itu.

"Keluar, maksudnya?" Ucap Tania lagi masih bingung, karena menurutnya mall xxxxx yang ia tuju itu masih jauh jaraknya dari jalan yang sedang ia lewati sekarang.

"Iya keluar, saya bilang keluar! Keluar dari dalam mobil saya!" Ucap Bara lebih tegas lagi, ia mencoba untuk menjelaskan apa maksud dari ucapannya itu, sehingga Tania yang sedang kebingungan pun seketika langsung tersenyum kesal mendengarnya.

"Jadi Om usir gue?" Ucapnya lagi tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan kepadapnya, karena sebelumnya tidak ada seorang lelaki pun yang berani melakukan hal seperti itu kepadanya, bahkan mereka semua malah justru berbondong-bondong ingin memberi tumpangan untuk perempuan bertubuh seksi dan secantik dirinya.

"Iya, keluar sekarang juga!" Ucap Bara lagi dengan sangat jelas.

"Ok! Kalau emang ini mau Om, gue keluar sekarang juga!" Ucap Tania marah, kemudian ia pun langsung buru-buru melangkah keluar dari dalam mobil tersebut dan langsung menutup pintunya dengan sangat kencang JEBREEET!

"Eh, Om! Asal Om tau yah! Kalau Om mau nolongin orang itu jangan setengah-setengah!" Teriaknya masih marah, ia mencoba untuk menasehatinya seperti itu, sehingga membuat Bara pun lagi-lagi tersenyum dingin mendengarnya.

"Heh gadis brutal! Kalau saya tau dari awal kamu dikejar-kejar karena kabur dari sekolah, saya juga enggak bakalan mau nolongin kamu!" Ucapnya dengan jelas.

"Apa tadi Om bilang? Gadis brutal? Jadi Om ngatain gue gadis brutal?" Ucap Tania tak terima dengan sebutannya itu.

"Iya gadis brutal! Itu tuh sebutan yang paling cocok untuk anak sekolah yang suka kabur kayak kamu!" Ucap Bara mencoba untuk menjelaskan yang sejelas-jelasnya.

"Dan saya peringatin lagi yah sama kamu! Kalau dari awal saya tau kamu dikejar-kejar karena kabur dari sekolah, saya juga enggak bakalan mau nolongin kamu!" Ucapnya lagi-lagi berbicara seperti itu, sehingga membuat Tania pun semakin kesal.

"Ooooh, jadi Om nyesel udah nolongin gue? Ya udah kalau gitu! Lagian gue juga enggak mau lama-lama dekat sama Om! Udah jelek, galak, dingin, kaku, ngeselin, udah gitu pelit lag,,,,,," seketika ucapnya terpotong, karena lagi-lagi Bara tidak menghiraukan ucapannya itu, dan ia pun malah justru melajukan mobilnya itu dengan sangat kencang melewati comberan, sehingga tak sengaja air comberan tersebut pun muncrat mengenai seragam sekolahnya yang sedang ia pakai.

"Iiiiiihhhh! Dasar Om-om gila! Kan baju gue jadinya basah, mana kotor banget lagi kayak gini!" Teriaknya dengan sangat kencang karena saking kesalnya, sambil menatap kearah seragam sekolah nya itu yang memang sudah basah dan kotor terkena air comberan tersebut.

"Aduuuuh! Kalau kayak gini gue harus ganti baju dimana? Mana mall xxxxx juga masih jauh lagi dari sini! Gue harus lanjutin kesana naik ap,,,,," Lagi-lagi ucapnya itu terpotong, karena tiba-tiba mobil Bara mundur kembali dan berhenti tepat disampingnya, sambil membuka kaca mobil tersebut.

"Enggak mau! Gue enggak mau numpang di mobil Om lagi!" Teriak Tania sok jual mahal sambil cemberut, dengan percaya dirinya ia berbicara seperti itu, sehingga membuat Bara pun lagi-lagi tersenyum heran karena melihat tingkah lakunya. Kemudian ia pun langsung melempar tas sekolah miliknya yang tak sengaja ketinggalan didalam mobilnya itu.

"Nih tas kamu!" Teriaknya sambil melempar tas sekolah tersebut, karena memang itulah tujuannya mengapa ia memundurkan mobilnya kembali. Kemudian ia pun langsung melajukan mobilnya itu dengan sangat kencang meninggalkannya lagi ditengah-tengah jalan hanya sendiri.

"A_apa! J_jadi Om-om itu balik lagi cuma mau,,,,,,," seketika Tania pun langsung terdiam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatap kearah tas sekolahnya itu yang terlempar tepat di bawah kakinya. Lagi-lagi ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan kepadapnya.

"Iiiiiihhhh! Dasar Om-om gila, gila, gila, gilaaaa!" Teriaknya lagi semakin kesal.

BAB 3.

DI MALL XXXXX.

Waktu menunjukkan pukul 09:00 pagi.

Terlihat teman-teman gank Tania yang dari tadi masih menunggunya di depan mall tersebut.

"Eh, Tania kemana sih? Kok udah jam segini belum nyampe-nyampe! Bukanya kata dia, tadi itu dia lagi di jalan yah numpang sama Om-om siapa gitu kalau enggak salah," ucap Tari salah satu dari anggota gank nya itu sedikit kesel, karena ia sudah menunggunya cukup lama.

"Tau, kemana kali itu anak! Bisa lama banget kayak gini! Kalau kayak gini ceritanya, bisa ketinggalan nonton kita!" Ucap Nita yang juga salah satu dari anggota gank nya itu ikutan kesal.

"Ya udah laaah, sabar aja! Lagian film nya juga belum mulai kan?" Ucap Sinta yang juga salah satu dari anggota gank nya itu mencoba untuk membelanya, karena dari semua anggota gank nya itu, ia lah yang paling pengertian dan paling dewasa dalam berfikir.

"Tau nih kalian, nggak jadi gue teraktir nih nanti kalian! Kalau ribut terus kayak gini!" Ucap Rio yang juga ikutan membelanya. Ia berbicara seperti itu, karena ternyata ia lah yang mengajak mereka semua bolos dari sekolah, dan yang menelaktir nya untuk nonton. Tujuannya yaitu agar ia bisa pedekate dengan Tania.

RIO.

Ia adalah kakak kelas Tania di sekolah. Ia baik, gaul, dan sangat perhatian kepadanya. Namun ia bukanlah salah satu dari anggota gank nya. Ia hanyalah salah satu dari sekian banyak cowok yang telah jatuh cinta dan sudah lama mengejar-ngejarnya untuk menjadi kekasihnya. Akan tetapi sayang, Tania tidak pernah peka sedikit pun dengan perasaannya, mungkin ia seperti itu karena dari dasarnya ia memang belum pernah pacaran sekali pun.

"Iya deh iyaaaa, gue diem nih sekarang! Puas kalian!" Ucap Nita sambil cemberut, sehingga membuat Rio pun tersenyum.

"Nah gitu dong! Kalau diem kayak gini kan jadi lebih enak dideng,,,,," Seketika ucapannya itu terpotong.

"Ya ampuuun! Sorry banget yah semuanya! Soryyyyy banget! Kalian-kalian udah pada nungguin gue lama yah?" Ucap Tania yang baru saja datang dan sampai di depan mall tersebut dengan suara tergesa-gesa dalam keadaan jalan kaki.

"Tania?" Ucap mereka semua secara bersamaan dengan suara tinggi, karena kaget melihat keadaannya seperti itu.

"Loh dari mana aja? Kok lama banget sih nyampenya? Terus kok loh jalan kaki? Baju seragam loh kemana? Terus mana Om-om yang tadi kata loh itu baik banget mau nganterin loh kesini!" Ucap Sinta penasaran.

"Iya Tan, aman Tan? Mana Om-om yang kata loh baik itu!" Sambung Nita dan Tari secara bersamaan, ia juga penasaran melihat keadaannya seperti itu.

Mendengar pertanyaan dari teman-temannya, seketika ia pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.

"Aaaah, udah lah! Gue lagi males banget ngomongin Om-om gila dan enggak jelas kayak dia!" Ucapnya dengan raut wajah yang sangat kesal, karena ia masih mengingat betul perlakuannya itu tadi seperti apa kepadanya saat diperjalanan.

"Kok loh ngomong gitu sih Tan? Emang loh kenapa? Loh enggak papa kan? Loh enggak digodain atau diapa-apain sama Om-om itu kan?" Ucap Sinta panik dan khawatir, karena sebagai sahabatnya, ia tau betul kalau selama ini banyak sekali cowok-cowok yang berusaha untuk mendekati, menggoda, dan merayunya.

"Iya Tan, loh enggak papa kan? Om-om itu enggak ngapa-ngapain loh kan?" Ucap Rio emosi, karena ia benar-benar tidak terima kalau sampai apa yang Sinta khawatir kan itu beneran terjadi kepadapnya.

"Iya Tan, bener kata Sinta sama kak Rio! Om-om itu enggak ngapa-ngapain loh kan? Loh enggak digoda-godain atau dipegang-pegang sama Om-om itu kan?" Ucap Nita yang juga panik dan khawatir, sambil memperhatikan tubuhnya yang sangatlah seksi bak gitar spanyol itu, dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, karena takut kalau sampai terjadi sesuatu kepadanya.

Mendengar pertanyaan dari teman-temannya itu, lagi-lagi Tania pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.

"Aduuuuh! Boro-boro yah itu Om-om gila tadi goda-godain gue, atau pegang-pegang gue! Yang ada juga tadi gue itu diusir dan diturunin paksa ditengah-tengah jalan sama itu Om-om gila!" Ucap Tania menjawabnya sepereti itu dengan penuh emosi, sehingga membuat teman-temannya itu pun kaget.

"What! Serius loh? Om-om itu usir loh dan turunin paksa loh ditengah-tengah jalan, meskipun Om-om itu udah ngeliat keadaan loh secantik dan sesempurna ini!" Ucap Tari tak percaya dan tak habis pikir ada seorang lelaki yang berani melakukan hal seperti itu kepadanya, karena sebagai sahabatnya, ia pun tau betul kalau selama ini semua lelaki itu takluk kepadanya.

"Iya Tar, beneran! Gw enggak bohong. Tadi itu Om-om gila itu ngusir gue dan nurunin gue dengan paksa ditengah-tengah jalan! Makanya gue itu kesel banget tau enggak sih sama itu Om-om!" Ucap Tania semakin emosi.

"Dan gue rasa, itu Om-om gila kayaknya punya kelainan deh!" Ucapnya lagi asal menuduhnya seperti itu, sehingga membuat mereka semua pun bingung mendengarnya.

"Punya kelainan, maksudnya?" Ucap mereka semua secara bersamaan.

"Iya, kayaknya Om-om gila itu punya kelainan! Om-om gila itu kayaknya enggak suka deh sama perempuan! Iya enggak sih kalau menurut kalian?" Ucap Tania lagi, ia mencoba untuk menjelaskan apa maksud dari ucapannya itu, sehingga membuat Nita pun langsung tersenyum mendengarnya.

"Waaah, bener, bener! Bener banget kata loh! Kalau menurut gue, Om-om itu emang punya kelainan deh! Om-om itu kayaknya emang enggak suka deh sama perempuan! Atau lebih tepatnya lagi, Om-om itu kayaknya suka sesama jenis deh! Buktinya aja, itu Om-om berani ngusir dan nurunin loh dengan paksa ditengah-tengah jalan, meskipun Om-om itu udah ngeliat keadaan loh secantik dan sesempurna ini! Apa lagi coba namanya kalau bukan kelainan?" Ucap Nita yang sependapat dengan tuduhannya, sehingga membuat Tania pun senang karena ada pendukungnya.

"Nah bener banget kan kata gue, loh juga sependapat kan sama gw! Kalau Om-om gila itu pasti punya kela,,,,,,," Seketika ucapannya itu terpotong.

"Eh udah, udah! Kalian ini lagi pada ngomongin apa sih?" Ucap Rio.

"Dari pada kalian ini ribut terus masalah Om-om enggak jelas itu! Mendingan sekarang kita nonton!" Ucapnya lagi mencoba untuk memberinnya saran seperti itu.

"Iya Tan, bener kata kak Rio! Udah loh enggak usah marah-marah terus, loh enggak usah ribut terus masalah Om-om enggak jelas itu! Lagian loh enggak kanal juga kan sama itu Om-om! Dan loh juga enggak bakalan ketemu lagi kan sama dia!" Ucap Sinta mencoba untuk menasehatinya seperti itu.

"Jadi lebih baik, sekarang kita have fun! Kita nonton, kita seneng-seneng! Karena mulai senin besok, kita ini udah enggak bakalan bisa seneng-seneng lagi kayak gini loh!" Ucapnya lagi mencoba untuk mengingatkannya seperti itu, sehingga membuat Tania pun seketika langsung cemberut.

"Oh iya yah, mulai senin besok kan kita harus magang! Yaaaah, kita enggak bisa seneng-seneng lagi kayak gini deh!" Ucapnya sambil terus cemberut, ia berbicara seperti itu karena memang benar, kalau mulai senin besok ia dan teman-teman sekelasnya itu harus magang (PKL) disebuah perusahaan yang ia pun belum tau dimana dan siapa pemiliknya.

DI TEMPAT BERBEDA, DI RUMAH PAK ILHAM.

Terlihat Bara yang baru saja datang dan masuk ke dalam rumah tersebut.

"Haaai, nak Baraaa! Akhirnya main juga kamu ke rumah Om!" Ucap Pak Ilham sambil tersenyum dan menepuk-nepuk punggungnya karena saking bangganya melihatnya mau berkunjung ke rumahnya.

"Iya nih nak Bara! Akhirnya nak Bara mau juga main ke rumah Tante!" Ucap Ibu Savira yang tak lain adalah istri dari pak Ilham, yang juga bangga akan kunjungannya itu ke rumahnya.

"Iya Om, Tan, Alhamdulillah setelah bertahun-tahun kita ini terpisah oleh jarak dan waktu, akhirnya sekarang ini kita masih bisa diberikan kesempatan lagi untuk bertemu," ucap Bara sambil tersenyum. Ia berbicara seperti itu, karena ternyata Pak Ilham dan Ibu Savira itu adalah sahabat karib dari Pak Arga yang tak lain adalah almarhum Ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan dulu keluarga Pak Ilham dan keluarga Pak Arga itu semuanya tinggal di Surabaya. Dan sewaktu Bara masih kecil, almarhum Pak Arga yang tak lain adalah Ayahnya itu sering sekali mengajaknya main ke rumah Pak Ilham, dan persahabatan kedua keluarga tersebut pun terjalin sangatlah baik, bahkan keluarga Pak Ilham pun dulu sempat mendonorkan dananya ke perusahaan Pak Arga, disaat perusahaan Pak Arga itu sedang terjatuh dan bangkrut, hingga akhirnya perusahaan Pak Arga itu naik pesat dan bisa menjadi sesukses seperti sekarang ini. Namun karena adanya urusan bisnis, kedua keluarga tersebut pun terpaksa harus pindah dari Surabaya ke Jakarta. Namun sayang, Bara tidak bisa ikut pindah bersama dengan mereka, karena pada saat itu ia masih sekolah SD, dan ia harus menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu di Surabaya dan tinggal bersama dengan Oma dan Opa nya. Namun tak lupa, disaat libur sekolah tiba, ia pun selalu berkunjung ke Jakarta untuk menemui kedua orangtuanya, dan setelah hari libur selesai, ia pun kembali lagi ke Surabaya. Sampai akhirnya ia pun nyaman tinggal disana bersama dengan Oma dan Opa nya itu, hingga kuliah, hingga ia pun menemukan tambatan hatinya dan akhirnya menikah muda diusianya yang pada saat itu baru saja menginjak umur 22 tahun, dengan Rika mantan istrinya, yang pergi meninggalkannya dan juga buah hatinya entah kemana dan entah apa alasannya.

"Oh iya Om, Tan, ini ada oleh-oleh dari Surabaya buat putri Om sama Tante! Kata mamah, makanan ini kesukaan putri Om sama Tante!" Ucap Bara sambil tersenyum memberikan oleh-oleh tersebut yang ia bawa dari Surabaya kepadanya, yang dipesankan langsung oleh Ibu Risma yang tak lain adalah mamahnya, khusus untuk putri Pak Ilham dan juga Ibu Savira, yang ia pun belum tau sebenarnya siapa dan seperti apa orangnya. Ia berbicara seperti itu, karena ternyata ia dan buah hatinya yang sekarang ini baru berusia 6 tahun, baru saja pindahan dari Surabaya ke Jakarta, dan akan tinggal dan menetap di Jakarta bersama dengan Ibu Risma yang tak lain adalah mamahnya itu.

"Ya ampuuun, makasih banyak yah nak Bara! Ternyata mamah kamu masih inget juga makanan khas Surabaya kesukaan putri Tante ini!" Ucap Ibu Savira sambil tersenyum dan buru-buru mengambil oleh-oleh tersebut darinya.

"Iya Tan, bahkan mamah itu kemaren sampai marah-marah loh ke Bara! Karena kemaren itu Bara hampiiiir aja lupa enggak beliin oleh-oleh ini buat putri Tante!" Ucap Bara serius sambil tersenyum mengingat kejadian tersebut.

"Ya ampuuun, Risma, Risma! Ada-ada aja sih kamu ini!" Ucap Ibu Savira yang juga ikutan tersenyum, ia tak habis pikir dengan perlakuan Ibu Risma yang tak lain adalah sahabatnya itu, yang dari dulu sangatlah baik dan perhatian kepada putrinya.

"Oh iya Tan, Om, ngomong-ngomong putri Om sama Tante mana? Bara jadi penasaran, kayak gimana sih anaknya!" Ucap Bara. Ia berbicara seperti itu karena memang ia itu belum pernah ketemu dengannya sekali pun. Karena ternyata dulu itu saat Ibu Savira hamil dan melahirkan putrinya itu, setelah ia dan Pak Ilham sudah lama, bahkan sudah bertahun-tahun pindah ke Jakarta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!