"Sayang, aku sudah mengatur perjodohan Hansel. Jadi minta lah dia untuk menurut." Angeline mengelus dada sang suami, Robin Braile. Mereka berdua duduk si sofa ruang tengah rumah mewah keluarga Braile.
Saat itu Robin tidak langsung menjawab, dalam benaknya langsung terbayang sang anak yang akan menolak perjodohan itu.
Terlebih kini hubungan diantara mereka tidak lagi terjalin dengan baik.
Dan melihat sang suami yang hanya diam, membuat Angeline kembali buka suara.
"Aku takut Hansel masih memendam rasa pada ku Sayang, dia harus segera menikah," bujuk Angeline lagi.
6 bulan lalu Angeline adalah kekasih Hansel, namun siapa sangka jika Angeline hanya memanfaatkan Hansel untuk dekat dengan Robin yang seorang duda kaya raya.
Merasa dikhianati oleh keduanya, Hansel memutuskan untuk pergi dari rumah utama keluarga Braile. Adik Hansel bernama Havana pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri setelah pernikahan kedua ayahnya itu.
Sementara kerajaan bisnis milik keluarga Braile, separuhnya sudah atas nama Hansel dan Havana. Bahkan Hansel memiliki bagian lebih banyak daripada Robin. Karena dulu semua kekayaan itu berasal dari mendiang ibu Hansel dan Havana.
Angeline tidak tahu itu, membuatnya sedikit menyesal telah menikahi Robin.
Dan kini Angeline ingin mengatur perjodohan Hansel. Angeline akan menikahkan Hansel dengan salah satu putri dari keluarga Clarke.
Keluarga yang sudah dia suap untuk menjadi sekutunya di dalam keluarga Braile kelak.
Dan mendengar tentang Hansel yang mungkin masih memendam rasa pada istrinya, membuat Robin akhirnya menganggukkan kepala.
Kini Angeline adalah istrinya, dia tidak ingin Hansel merusak rumah tangga mereka.
"Baiklah, aku akan meminta Hansel pulang," jawab Robin, membuat senyum Angelina akhirnya terbit. Dia lalu menyandarkan kepalanya di pundak sang suami. Memeluk lengan Robin dengan manja.
Jam 5 sore Hansel pulang ke rumah utama keluarga Braile atas permintaan Robin.
Tapi dia hanya berdiri menemui sang ayah dan ibu tirinya di ruang tengah.
Hansel terpaksa pulang karena Robin mengancamnya dengan nama sang adik. Robin mengatakan jika dia Hansel tidak pulang dia akan melakukan apapun untuk menarik adiknya itu kembali ke negara ini.
"Katakan, aku tidak punya banyak waktu," ucap Hansel, saat mengatakan itu suaranya dingin sekali, tatapannya pun terlihat datar tanpa minat.
Sebenarnya Hansel tahu jika Angeline telah mengaturkan perjodohan untuknya. Tapi kali ini Hansel tak akan menghindar lagi, dia akan ikuti permainan wanita ular ini.
"Mama Angel sudah mengatur perjodohan untuk mu, nanti malam kita akan mendatangi rumah keluarga Clarke," ucap Robin.
Dan tiap kali Hansel mendengar Angel disebut sebagai Mama membuatnya sangat muak, Hansel benar-benar merasa jijik.
Penghianatan yang dia terima bukan hanya melukai hatinya, namun juga harga diri yang dia punya.
"Keluarga Clarke memiliki 3 putri, Freya, Pharsa dan Aileen. Nanti pilihlah salah satu sesuai keinginan mu. Tapi Freya adalah pilihan yang paling tepat," ucap Angeline pula, ikut buka suara diantara pembicaraan ayah dan anak ini.
Namun Hansel yang mendengarnya hanya memberikan tanggapan senyum sinis.
"Aku akan memilih sesuai dengan keinginan ku, bukan keinginan mu." balas Hansel.
"Dan setelah aku menikah dengan salah satu putri keluaraga Clarke, aku akan kembali tinggal di rumah ini. Bagaimana pun rumah ini adalah milik mendiang Mommy, dia ingin aku tinggal di rumah ini bersama istriku."
Robin hanya diam, sementara Angeline tersenyum miring. Memang itulah yang dia mau.
Freya adalah calon istri Hansel yang bisa dia peralat. Menggunakan Freya untuk menguasai pula harta milik Hansel.
Aileen menatap dirinya di dalam cermin, melihat Helda yang memotong rambut panjangnya dengan asal-asalan.
"Kamu harus terlihat jelek malam ini, aku tidak akan membiarkan tuan muda keluarga Braile memilih mu," terang Helda dengan emosi di dalam dirinya.
Apapun akan dia lakukan untuk membuat salah satu dari kedua anak kandungnya dipilih menjadi menantu di keluarga kaya raya itu. Harus Freya atau Pharsa yang terpilih, jangan Aileen yang hanya anak tirinya.
Dan melihat satu per satu kumpulan rambutnya jatuh ke lantai, Aileen tidak menangis, lebih tepatnya air mata itu sudah habis. Dia hanya bisa menatap nanar dan merasakan sesak di dada yang luar biasa.
Ma, aku tidak akan menangis. Aku tidak akan menangis. Batin Aileen. Mulutnya sudah lama tidak bersuara, yang sering dia lakukan hanyalah bicara dengan sang ibu dari hati.
Melihat rambut Aileen yang sudah seperti seorang pria membuat Helda akhirnya bisa tertawa.
"Nah, seperti ini lebih bagus untuk mu," kesal Helda, dia lantas membuang gunting itu sembarangan.
Lalu meninggalkan Aileen di kamar paling kecil di rumah ini. Membanting pintunya dengan keras hingga membuat Aileen terkejut.
Semenjak sang ayah meninggal 5 tahun silam, kehidupan Aileen benar-benar berubah. Dia tidak lagi diperlakukan seperti nona muda keluarga Clarke, Aileen bahkan sudah seperti jadi pelayan di istanamya sendiri.
Tak lama setelah Helda pergi, Rose masuk ke dalam kamar ini. Rose adalah pelayan setia keluarga Clarke, dia selalu diam-diam menemui Aileen dan menenangkan nona mudanya.
"Astaga Nona, apa yang terjadi?" tanya Rose, dia langsung menangis saat melihat penampilan Aileen saat ini.
Bahkan banyak rambut yang berserak di lantai.
Rose segera mendekat dan memeluk Aileen erat.
"Tidak apa-apa Nona, tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja," terang Rose, dia menangis dengan deras. Coba menenangkan namun dia sendiri yang merasa sedih luar biasa.
Sementara Aileen hanya diam, dia memeluk Rose dan menyembunyikan wajahnya di dalam dekapan wanita paruh baya ini. Satu-satunya orang yang bisa dia jadikan sandaran.
"Bi, kenapa bibi Rose menangis terus? Aku saja tidak menangis," ucap Aileen, namun ucapan itu justru semakin memancing tangisan Rose. Dia merasa iba pada Aileen yang sudah seperti mati rasa.
"Nona, akhir tahun ini anda berusia 18 tahun. Saat itu semua harta keluarga Clarke akan jatuh ke tangan Anda. Setelahnya usirlah orang-orang jahat itu dari rumah ini."
Aileen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Saat ini Helda adalah walinya, karena itulah dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena apapun pembelaannya, Helda akan selalu memutar belikan fakta, mengatakan jika umur Aileen yang masih remaja tak bisa mengambil keputusan tepat.
"Bi, apa nanti malam akan ada tamu?"
"Benar Nona, Nyonya Helda mengatur perjodohan dengan keluarga Braile, tapi nanti tuan muda Braile lah yang akan memilih pengantinnya sendiri, antara Anda, nona Freya dan nona Pharsa."
"Kenapa aku harus ikut?"
"Karena bagaimanapun anda adalah putri keluarga Clarke dan semua orang tahu itu."
"Tapi aku tidak mau ikut Bi."
Rose menggelengkan kepalanya, tidak peduli bagaimanapun tampilan Aileen nanti malam namun dia akan tetap membuat nona mudanya ini datang ke acara makan malam itu.
Rose sangat berharap jika tuan muda Braile akan memilih Aileen. Pernikahan itu akan membuat Aileen keluar dari neraka ini.
"Anda harus datang Nona, apapun yang terjadi Anda harus hadir."
Menjelang malam Freya dan Pharsa mulai bersiap untuk acara malam ini.
Kedua gadis berusia 20 tahunan itu merias dirinya sebaik mungkin, menggunakan gaun malam dari perancang ternama.
Helda memeriksa anaknya satu per satu, memastikan keduanya tampil dengan sempurna.
Kini Helda berada di kamar anak pertama, Freya. Dia tersenyum melihat sang anak yang begitu anggun dan menawan.
Helda saja sampai terpesona, dia yakin tuan muda dari keluarga Braile itu akan terpesona pula.
"Bagus sayang, kamu tidak mengecewakan Mama." Terang Helda, senyumnya lebar sekali.
"Bagaimana dengan Aileen, apa mama sudah mengurusnya?"
"Tidak perlu cemaskan itu, malam ini dia akan terlihat seperti seorang pria."
Keduanya tertawa, hal paling membahagiakan bagi mereka adalah melihat penderitaan Aileen.
Dan benar seperti apa yang di katakan oleh Helda, saat makan malam nyaris tiba, Aileen keluar dari dalam kamarnya dengan tampilan yang sangat tidak menarik.
Percuma merias diri, karena Helda pasti akan kembali menghancurkannya.
Aileen benar-benar tampil seperti apa yang diinginkan oleh ibu tirinya itu.
Menggunakan gaun malam berwarna hitam yang cukup kebesaran di tubuhnya, merias wajah sangat tipis hanya agar tidak terlihat pucat.
Di ruang tengah saat menunggu tamu semua datang, Freya dan Pharsa tidak henti-hentinya menertawakan Aileen.
Sementara Aileen yang sudah terbiasa dengan hinaan itu semua hanya diam, dia hanya menunduk dan menatap lantai dengan tatapan nanar.
Sampai akhirnya terdengar suara bell rumah ini yang berdengung, keluarga Braile sudah datang.
Helda memimpin langkah untuk menyambut, Freya dan Pharsa berada di samping kanan dan kiri nya. Sementara Aileen mengekor di belakang.
Aileen tahu, dalam pertemuan ini dia tidak diharapkan. Saat semua orang saling sapa dengan suara penuh antusias, Aileen hanya berada di belakang, terus menunduk menatap kedua tangannya sendiri yang saling teremat.
"Ini adalah Aileen, kalian pasti sudah tahu kan. Dia memang anaknya nakal sekali." Terang Helda dengan tawanya yang khas, tawa yang mengandung hinaan.
Helda menarik kuat lengan Aileen, dia gantian mengenalkan anak-anaknya.
"Angkat wajah mu," bisik Helda dengan geram, karena Aileen terus menunduk ketika sudah dia perkenalkan.
Dan Aileen yang sudah terbiasa menuruti semua perintah Helda pun perlahan mengangkat wajahnya.
Hingga akhirnya tatapan Aileen bertemu dengan kedua manik hitam milik seorang pria yang sangat tampan.
Rose sudah mengatakan padanya, jika pria dengan tatapan dingin itu adalah Hansel Braile, tuan muda dari keluarga Braile yang akan dijodohkan dengan salah satu dari kedua kakaknya.
Tak lama Aileen menatap mata itu, dia memutuskan kembali menunduk. Apalagi saat melihat Hansel yang menatap dirinya lekat. Menilai tampilannya dari atas sampai ke bawah.
Tatapan yang membuat Aileen merasa semakin hina di tengah-tengah semua orang.
Setelah perkenalan singkat itu mereka semua kini berada di ruang makan. Duduk rapi di kursi masing-masing.
Namun Aileen merasa selama makan berlangsung Hansel terus menatap ke arahnya dengan tatapan yang entah.
Membuatnya sungguh merasa tak nyaman.
Saat makan malam usai, mereka semua berkumpul di ruang tengah dan saling berbincang. Membicarakan tujuan adanya pertemuan ini.
"Hansel, tante punya 3 putri, tapi Aileen masih terlalu muda untuk menjadi pengantin mu. Jadi pilihlah diantara Freya dan Pharsa, keduanya tak ada celah untuk menjadi pendamping mu yang sempurna." Terang Helda dengan bangga, Angeline pun tersenyum lebar saat mendengar itu.
Diantara Freya dan Pharsa sudah dalam kendalinya.
Tapi tatapan Hansel, terus tertuju pada Aileen yang menunduk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!