NovelToon NovelToon

Bodyguard Cantik Dan Mr. CEO

Misi Bodyguard

Namaku adalah Naziera Anastasia Utama namun dalam pekerjaan ku sebagai bodyguard aku dikenal dengan code name Zie. Aku adalah seorang bodyguard profesional yang baru menjalankan profesi ini dua tahun yang lalu. Keluarga ku tidak pernah memberikan izin anaknya menjadi bodyguard, karena mereka merasa khawatir dengan keselamatan ku. Aku berulang kali mencoba meyakinkan mereka bahwa keputusan ku menjadi bodyguard adalah benar untuk kebaikan ku, tapi selalu gagal merubah pemikiran mereka.

Aku berasal dari keluarga yang cukup terpandang dan memiliki pengaruh sosial yang sangat besar di Indonesia. Aku adalah pewaris tunggal dari Group Utama dan anak satu-satunya dari Wiranata Utama seorang bisnis man sukses yang merupakan CEO dari Group Utama yang memiliki bisnis di sektor Media dan Pertanian.

Sejak 2 tahun yang lalu aku meninggalkan keluarga ku untuk menjadi seorang bodyguard, profesi yang sudah aku impi-impikan sejak 8 tahun yang lalu. Banyak yang berfikir aku ini bodoh memilih menjadi bodyguard daripada menjadi pewaris group Utama. Profesi yang mengharuskan selalu siaga dan kita tidak pernah tahu kapan bahaya akan datang. Hidup dalam penuh tekanan untuk menjamin keselamatan klien dan bahkan tidak jarang membahayakan nyawa dalam prosesnya. Aku memiliki alasan tersendiri mengapa memilih menjadi seorang bodyguard. Untuk menjelaskannya dalam kata-kata akan sangat sulit. Semuanya ada dalam pikiran ku yang sulit untuk diungkapkan. Kejadian yang aku alami 8 tahun yang lalu adalah permulaannya.

"Zie, aku punya misi baru untukmu." Bos Ku AK menyadarkan ku dari lamunan. AK adalah code name nya, nama aslinya adalah Adrian Kusuma. Adrian adalah orang yang merekrut ku menjadi bodyguard di Agency nya. Tentu saja dia mengetahui tentang latar belakang keluargaku dengan sangat baik, Dia adalah kakak ipar ku. Sejak kakak ku meninggal 8 tahun yang lalu, kami putus kontak dan baru bertemu kembali 2 tahun yang lalu.

Dia mengajak ku bergabung di Agency nya karena tahu aku punya kemampuan dan ada tujuan lain dibaliknya. Dia mengetahui sumpahku 8 tahun yang lalu. Kami berdua memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencari 'BEE' pembunuh kakak ku. Dia selalu melindungi ku seperti adiknya sendiri. Kami selalu menggunakan Code name saat bekerja untuk merahasiakan identitas kami yang sebenarnya.

"Yes Boss, misi apalagi kali ini? Siapa yang ingin menyewa jasa Ku?"

"Dia adalah CEO baru di group Mahaputra, namanya adalah Juan Anthony Mahaputra. Aku yakin kamu sudah mendengar apa yang telah terjadi dengan Group Mahaputra dua bulan terakhir ini?" Aku mengangguk kan kepala, memberitahu bahwa aku memang sudah tahu. Group Mahaputra adalah salah satu kolega utama dari Group Utama. Salah satu anak dari pendiri Group Mahaputra adalah sahabat baik Ku saat SMA dulu.

Dua bulan yang lalu, CEO dari group Mahaputra yaitu Satria Mahaputra menjadi korban dari penyerangan oleh orang tidak dikenal. Laki-laki dengan pakaian serba hitam dan menutupi wajahnya dengan kain hitam mencoba membunuhnya dengan menembakan sebuah pistol dengan peredam. Satria di tembak tepat mengenai paru-parunya dan dalam keadaan koma hingga hari ini. Untuk menstabilkan kondisi perusahaan group Mahaputra disaat CEO mereka masih koma, Juan anak tertua dari Satria mengambil alih posisinya sebagai CEO. Juan adalah CEO terbaru dari group Mahaputra yang baru menjabat tidak lama dari kejadian tersebut.

"Juan saat ini ingin merekrut bodyguard-bodyguard terbaik untuk melindungi seluruh keluarganya. Jadi dalam misi ini kamu tidak akan bekerja sendirian. Kamu akan bekerjasama dengan bodyguard dari agency lainnya. Kamu sudah siap?" Adrian bertanya padaku.

"Tentu saja aku selalu siap, aku tidak keberatan bekerja sama dalam kelompok dengan orang lain. Mereka adalah bodyguard terbaik sepertiku, mereka pasti sudah sangat profesional." Aku tatap mata Adrian untuk meyakinkannya. "Masalahnya adalah Bian Alvian Mahaputra, dia mengenaliku dengan sangat baik. Bian adalah sahabatku di SMP dan SMA."

"Bagus jika kamu sudah siap. Jangan khawatir mengenai Bian, dia sedang dalam perjalanan bisnis ke Jepang. Dia tidak akan kembali dalam waktu dekat. Tidak akan ada yang tau identitas mu yang sebenarnya." Adrian meyakinkanku.

"Aku memiliki informasi lain yang harus kamu ketahui. Tragedy yang terjadi pada keluarga Mahaputra memiliki koneksi dengan seseorang yang sedang kita berdua cari." Mata Adrian terlihat menerawang. Sedangkan aku mengepalkan tanganku dengan penuh amarah. 'Akhirnya aku akan menemukan bajingan itu.'

Aku selalu mengingat tragedi 8 tahun yang lalu, meskipun sebagian memori ku mengenai hal itu hilang. Aku mengingat kembali semua detail yang masih tersisa dibenak ku. Sangat. sulit untuk melupakan hal yang telah terjadi, terlalu menyakitkan. Tragedy itu telah meninggalkan luka yang sangat mendalam pada jiwa dan ragaku.

"Are you okay?" Adrian bertanya padaku.

Ku anggukkan kepalaku. "I'm okay. Kamu yakin 'BEE' terlibat dalam hal ini? Dari mana kamu dapat infonya?"

"Aku yakin dengan hal tersebut. Aku sendiri yang melakukan pengecekan pada CCTV yang merekam itu di perusahaan Mahaputra. Pelakunya memiliki tatto 'BEE' pada pergelangan tangannya. Ini print out nya." Adrian memberiku beberapa lembar print out kertas. Aku terima dan Ku pandangi satu persatu dengan seksama.

Pada print out itu aku melihat pelakunya memegang dan menodongkan senjatanya pada Satria dengan menggunakan tangan kanannya. Saat dia menodongkan senjata dan menembak Satria, bisa terlihat sangat jelas tatto bertuliskan 'BEE' di pergelangan tangannya. Tatto itu mengingatkan ku pada kejadian hari itu. Kejadian yang telah merubah kehidupan ku selamanya. Luka pada pelipis yang kumiliki peninggalan 8 tahun yang lalu berdenyut dan membuatku sakit kepala. Ku usap pelipis dengan perlahan. Sangat sulit untuk berusaha mengingat apa yang sudah dilupakan. Semakin aku berusaha mengingat semakin sakit kepalaku. Tatto itu adalah satu hal yang akan selalu aku ingat

"Ada apa Zie? kamu yakin akan mengambil job itu? Jika kamu tidak yakin, aku bisa mengirimkan bodyguard lain untuk menggantikan mu." Adrian terlihat sangat khawatir pada ku.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir aku pasti bisa melakukan yang terbaik. Ini adalah saat yang sudah lama aku tunggu-tunggu, tidak mungkin aku akan melepaskan kesempatan ini. Akhirnya aku akan semakin dekat untuk mengungkap bajingan itu yang telah membunuh Natha kakak ku." Dengan penuh emosi ku tinju kan kepalan tangan ku pada dinding beton dibelakang kami. Aku sangat marah hanya dengan memikirkan tragedi itu.

"Woaahh...Calm down Sis! Aku tahu apa yang kau maksudkan. Kita harus hati-hati dalam misi ini, jangan sampai mereka mengetahui identitas mu yang sebenarnya. Jika identitas mu terungkap, nyawa yang akan jadi taruhannya. Aku akan memonitoring semua aktivitas mu untuk melindungi mu." Adrian menepuk bahu ku dengan sayang.

"Blue akan bersama mu dalam misi ini. Please jangan matikan transmisi mu mulai hari ini. Believe in me okay! Aku akan update informasi tentang 'BEE' pada mu." Adrian, memandang mataku dengan sangat dalam. Dia mencoba membuatku tenang. Tatapan matanya yang tulus dan penuh kesungguhan membuatku sedikit lebih tenang. Aku sangat mempercayainya dengan sepenuh jiwaku. Blue adalah salah satu bodyguard terbaik di agency ini. Dia adalah saingan terberat ku dalam memperebutkan gelar bodyguard nomor satu pada AK Agency.

"I believe in you Bro, kamu adalah kakak dan bos terbaik. Aku senang bekerja sama dengan mu." Ku peluk Adrian untuk menunjukan bahwa aku sayang padanya. Aku yakin Adrian akan melakukan yang terbaik dalam misi ini, karena kami memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencari pembunuh Natha.

"Bagus, jika kamu ready kamu bisa jalan sekarang. Mereka menunggu mu di kantor pusat group Mahaputra. See you later Zie and be careful okay!" Matanya terlihat sangat sedih. Aku yakin Adrian sedang mengingat Natha almarhum istrinya. Luka dihatinya adalah sama dalamnya seperti yang kumiliki.

"Aku berangkat, doakan aku Kak..!" Ku balikan badan ku berjalan ke arah pintu sambil melambaikan tanganku. Rasanya berat meninggalkan Adrian sendirian. Aku sangat mengenalnya, rasanya sangat berat memikirkan Adrian menangis sendirian memikirkan kakak ku yang telah meninggal dunia dan calon anaknya yang tidak pernah lahir ke dunia.

Hari Pertama

Sekarang ini aku berdiri di aula kantor Mahaputra. Ruangan ini penuh dengan orang-orang yang memakai setelan resmi jas berwarna hitam. Dengan sekali pandang saja bisa diketahui bahwa mereka adalah bodyguard profesional. Mereka adalah yang terbaik di negeri ini.

Disebelah kanan ku berdiri seorang pria pertengahan tiga puluh tahun dengan tubuh besar dan badan tegap. Tinggi badanku yang 175 cm tidak sampai tinggi bahunya. Dia dikenal dengan code nama Shark. Dia dikenal adalah yang terkuat diantara kami secara fisik.

Disebelah kiri ku berdiri seorang pria awal dua puluh tahun, dia lebih muda dariku. Perawakannya lebih kecil sedikit dariku. Sekilas dia tampak sangat imut dan cute seperti oppa Korea. Jangan salah, dia adalah mantan juara nasional pencak silat. Code name nya adalah Cloud.

Blue berdiri disebelah Cloud, sambil sesekali memandangi ku. Aku tidak pernah mengerti kenapa Blue selalu memandangku seperti itu, bisa jadi dia membenci ku karena kami selalu bersaing memperebutkan posisi nomor satu di agency.

Bodyguard lainnya yang ada di ruangan itu terlihat sangat tenang dan profesional. Aku mengenal beberapa diantara mereka karena kadang kita bertemu dan memiliki misi yang sama. Mereka sangat terkenal di dunia bodyguard.

Saat ini semua bodyguard berdiri dalam tiga barisan menghadap Juan yang sedang menyampaikan apa yang dia inginkan dari kami para bodyguard. Penampilan Juan tidak terlalu banyak berubah dari 8 tahun yang lalu saat terakhir aku bertemu dengannya. Dia tampak sedikit lebih matang.

"Terimakasih pada semuanya yang telah datang karena undangan saya. Saya harap anda semua akan memberikan yang terbaik saat bekerja sebagai bodyguard untuk melindungi seluruh keluarga Mahaputra. Aku sangat senang bodyguard terbaik di negara ini dapat berkumpul disini. Saya yakin anda semua pasti sudah mengetahui situasi keluarga saya saat ini. Untuk menghindari adanya penyusup yang menyamar diantara kalian, saya memutuskan untuk mengubah jadwal kalian secara periodik. Ini adalah asisten saya Luna, dia yang akan membagikan schedule kalian." Juan mundur dari tempatnya berdiri untuk memberi Luna ruang untuk maju dan berbicara di depan kami.

Luna berdiri tepat di depanku. Dia terlihat sangat muda, aku yakin dia seusia dengan ku. "Terimakasih Pak Juan. Selamat pagi semuanya, saya Luna asisten Pak Juan yang akan bertanggung jawab untuk pembagian schedule untuk anda semuanya. Saya akan memberikan schedule untuk dua hari kedepan. Schedule selanjutnya akan saya berikan secara personal untuk melindungi dari bocornya informasi. Ini adalah jadwal anda semua di dalam amplop, silahkan ambil amplop yang tertulis nama anda di atasnya." Luna menyimpan amplop yang dimaksud di atas meja lalu mengangkat alat communicator di tangannya. "Ini adalah alat komunikasi yang akan anda semua gunakan untuk berkomunikasi, silahkan digunakan. Anda akan terhubung dengan pusat yang akan menginformasikan apa yang terjadi dan apa yang harus anda kerjakan." Luna membagikan jadwal dan alat komunikasi pada setiap orang.

Aku membuka amplop ku dan membaca jadwalku dalam dua hari kedepan. Klien yang harus aku lindungi pertama adalah Juan. Ku pasang alat komunikasi di telinga sebelah kanan. Semua bodyguard pergi meninggalkan aula mengikuti Luna kecuali aku dan Blue. Kami berdua memiliki jadwal yang sama dua hari ini yaitu untuk melindungi Juan

Juan membaca kertas ditangannya. "Jadi kalian adalah Zie dan Blue benar?" Juan memandang kami satu persatu, menatap Blue lalu menatap ku.

"Ya Pak." Kami berdua menjawab bersamaan. Dia memandangku sekali lagi, dan kali ini sedikit lebih intense dari sebelumnya. Dia terlihat seperti mengenaliku. Aku berharap dia tidak akan mengenali ku. Dulu hubungan kami tidak cukup dekat, hanya sebatas saling tahu satu sama lain. Jadi aku yakin dia tidak mungkin akan mengingatku karena 8 tahun sudah berlalu.

"Kalian berdua datang dari agency yang sama bukan?"

"Ya Pak, kami dari satu agency." Blue menjawab.

"Bagus, aku pikir kalian akan mempunyai team work yang bagus karena sudah terbiasa bekerja sama. Sekarang aku harus pergi mengunjungi Pabrik kami yang di Kota S. Ada meeting penting yang harus aku ikuti di sana. Kalian bisa memulai pekerjaan kalian sekarang. Ikuti aku!" Perintah Juan.

...***...

Kami bertiga pergi meninggalkan perusahaan. Blue berjalan didepan Juan untuk memastikan jalan yang akan kami lewati aman. Juan dan aku mengikuti dari belakang. Aku berjalan di belakang Juan untuk melindunginya.

Kami berjalan menuju Lobby sambil menunggu mobil datang. Tidak terlalu lama tampak sebuah mobil sedan Mercedes Benz S 500 berwarna hitam terparkir di depan pintu loby.

Kami berjalan lagi ke arah mobil yang diparkir dengan Blue berdiri mengawasi mencari gerakan atau individu mencurigakan yang berada disekitar kami sementara aku mengecek mobil yang akan Juan naiki, memastikan mobil sudah aman untuk digunakan. Aku menggunakan metal detektor memeriksa keseluruhan mobil. Tidak ada signal yang mencurigakan. Juan, Blue dan aku menaiki mobil sedan tersebut. Blue duduk di kursi penumpang sebelah supir, sementara aku duduk di kursi belakang bersama Juan.

Setelah dua jam perjalanan, kami akhirnya sampai di pabrik. Kami menaiki lift hingga lantai 4 dimana meeting dilakukan. Aku dan Blue berjaga diluar ruang meeting karena Juan tidak ingin meeting bersama partner bisnisnya terganggu karena kehadiran kami. Kami berdua dalam keadaan siaga dan siap sedia kapan pun Juan memerlukan kami.

Aku mendengar suara langkah kaki semakin mendekat dibalik ruang meeting, aku yakin meeting telah berakhir. Pintu dibelakang kami perlahan terbuka, aku dan Blue berbalik badan menghadapi pintu yang terbuka tersebut. Orang yang pertama keluar adalah partner bisnis Juan diikuti asisten yang berpamitan untuk kembali ke perusahaan mereka. Tidak lama Juan keluar diikuti manager produksi berkacamata tebal dengan perut buncit dan kumis tipisnya dan Manager Pemasaran yang terlihat sangat atraktif dan cantik dengan blazer berwarna pink senada dengan rok selututnya.

Juan memandangku dan Blue, memberi kami signal untuk mengikutinya setelah berpamitan kepada kedua manager.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama" Ucap Juan.

"Tidak masalah Pak, ini sudah tugas kami." Aku menjawabnya, Blue hanya mengangguk mengiyakan.

Juan memandangku dan memberikan senyumannya. Dia sangat tampan, detak jantungku tiba- tiba melonjak cepat. Lesung pipinya sangat menawan, aku merasakan pipiku hangat dan memerah. Hal yang sangat wajar tentunya jika aku merasakan hal tersebut, karena wanita mana pun akan merasakan hal yang sama jika berhadapan dengan Juan. Aku merasa malu, semoga tidak ada yang melihatku. Aku mengalihkan pandanganku dan mendapati Blue sedang memandang ke arah ku. Dia terlihat kesal, aku tidak tahu alasannya. Aku yakin dia sangat membenciku, karena dia selalu memandangku dengan tatapan yang sangat intense. Aku tidak pernah tahu alasannya membenciku. Aku berkali-kali mencoba membicarakan hal ini pada Blue, tetapi Blue selalu menghindari dan tidak pernah mengakuinya.

Kami kembali memasuki mobil setelah memastikan mobil sudah aman dan tidak ada sabotase didalamnya. Kami sudah hampir sampai kembali ke kantor pusat Mahaputra. Sekitar dua blok dari area perkantoran, aku melihat seseorang berada di atas bangunan apartemen tua yang akan dirubuhkan sedang mengarahkan sebuah senapan kearah mobil kami. Aku menarik Juan melompat keluar dari mobil yang sedang melaju dengan sebelumnya berteriak "KELUAR DARI MOBIL SEKARANG..!!!!!" untuk memperingatkan Blue dan sopir.

Aku melihat Blue dan sopir melompat keluar dari mobil, sementara aku terjatuh ke jalan dan menarik Juan keluar bersamaku. Badan Juan yang besar sangat berat dan menghimpit tubuhku ke jalan aspal. Juan jatuh keatas tubuhku sementara tanganku dalam posisi yang tidak benar menahan beban. Aku yakin tanganku pasti terkilir.

Karena mobil tidak terkendali akhirnya mobil terguling tidak terlalu jauh menabrak tiang rambu lalulintas. Bensin mobil terlihat merembes keluar dari tangki. Pada saat itu aku melihat sniper tadi mengarahkan tembakannya ke arah tangki mobil yang sudah bocor.

Dengan sekuat tenaga ku balik posisi kami, mendorong tubuh Juan menjadi berada di bawahku dan melindungi tubuh Juan dari efek ledakan yang akan terjadi dengan tubuhku. Tak lama aku mendengar suara ledakan yang lumayan kencang dari mobi Mercedes Benz S 500 yang kami tumpangi tadi.

Tekanan dari ledakan mobil itu sangat kuat, aku merasakan seluruh tubuhku sangat sakit dan belakang punggungku terbakar. Ku tatap Juan untuk memastikan dia baik-baik saja.

'Terimakasih Tuhan, dia baik-baik saja. Aku berhasil melindungi nya.' seruku dalam hati. Tubuhku terjatuh dijalan aspal disebelah Juan, aku terlalu lemah untuk bangun.

"Zie, kamu baik-baik saja?" aku mendengar kekhawatiran dari nada bicara Juan.

"Aku baik-baik saja." Kemudian seluruh pandanganku menjadi blur dan gelap.

Wake Up Zie..

"Agent Zie..Bangun Agent Zie..!" Juan mencoba membangunkan Zie dengan menggoyangkan pipi Zie menggunakan telunjuk dan jempol tangan kanannya.

"Agent Zie..bagun.." masih tidak ada reaksi dari Zie. "SIAPA SAJA TOLONG BANTU AKU...!!" Juan berteriak meminta bantuan.

Blue melihat sosok yang menembak mereka saat ini masih bersembunyi di atap apartment tua. Blue langsung mengeluarkan pistolnya dan menembak ke arah pelaku untuk menarik perhatiannya dan mencegah pelaku menembak ke arah Juan. Pelaku penembakan itu terlihat melompat dan berlari menjauh mengetahui usahanya telah gagal. Sopir yang selamat dari ledakan berlari ke arah Zie dan Juan untuk mengecek kondisi mereka yang diikuti oleh Blue setelah meyakini mereka sudah aman. Blue langsung menginformasikan ke pusat mengenai apa yang mereka alami melalui komunikator sambil berlari. Blue meminta mereka mengirimkan bantuan secepatnya.

"Pak Juan, anda baik-baik saja?" Blue bertanya pada Juan dengan nada khawatir.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Agent Zie menyelamatkan ku disaat yang tepat. Tolong bantu dia sekarang, dia dalam kondisi pingsan. Aku jauh lebih khawatir pada kondisinya." Mata Juan tampak merah. Dia tampak sangat mengkhawatirkan Zie. Badan Blue tiba-tiba membeku mendengar nya.

"Agent Blue cepat, kita harus menolong agent Zie secepatnya!" Ucapan Juan menyadarkan Blue.

Blue berlutut disebelah Zie yang tidak sadarkan diri. Juan memperhatikan bahwa wajah Blue saat ini pucat dan terlihat sangat khawatir. Blue menggenggam tangan Zie menggunakan tangan kirinya dengan sangat erat dan dengan tangan kanannya Blue berusaha menyadarkannya Zie dengan menepuk lembut pipinya.

"Zie bangun sekarang juga! Apa yang kamu lakukan sekarang? Ayolah, kamu tidak akan selemah ini. Wake up Zie..!" Suara Blue bergetar dan matanya terlihat memerah. Blue mengangkat badan Zie kedalam pelukannya dengan perlahan dan memastikan tidak menekan luka pada punggung Zie yang terlihat ada rembesan darah di bajunya.

Juan memandang mereka dengan heran. Dia bisa melihat dengan sangat jelas bahwa Zie bukan hanya rekan biasa untuk Blue dari caranya menatap Zie.

'Agent Zie, rasanya aku seperti mengenal mu. Sosoknya mengingatkan ku pada seseorang yang ku cari sudah sejak lama. Mereka begitu mirip namun berbeda. Mungkinkah itu dia? Rasanya tidak mungkin dia menjadi bodyguard.' Pikir Juan mengingat kenangan masa lalunya.

Agent Zie memiliki tinggi 175 cm dimana termasuk sangat tinggi untuk rata-rata tinggi wanita. Badannya ramping dan luwes namun menyimpan kekuatan besar. Buktinya dia sanggup menarik tubuh Juan yang berat disaat-saat genting. Sosok Juan jauh lebih besar dari Zie. Dengan tinggi 186 cm dan berat 82 kg. Tubuh Juan penuh dengan otot hasil dari berbagai olahraga yang rutin dijalaninya.

Sebenarnya Juan sempat kaget saat mengetahui salah satu bodyguard yang akan bekerja untuknya adalah wanita. Apalagi melihat sosoknya yang mengingatkan nya pada sosok seseorang yang sangat manis dan lembut, meskipun sebenarnya dia seorang yang tomboy. Berdasarkan track record yang dimilikinya, dia memang salah satu bodyguard terbaik di bidangnya. Ini terbukti dengan upaya penyelamatan yang sukses dilakukannya barusan.

Tidak lama kemudian bantuan datang. Luna datang dengan beberapa orang bodyguard mendekati mereka. Anda baik-baik saja Pak Juan?"

"Aku baik-baik saja, agent Zie telah menyelamatkan ku. Sekarang dia dalam kondisi yang buruk dan sedang pingsan. Cepatlah, kita harus secepatnya membawanya ke rumah sakit sekarang. Apakah polisi sudah dihubungi?"

"Agent Blue, kamu bisa membawa agent Zie ke rumah sakit sekarang. Gunakan mobil yang agent Shark kendarai untuk mengantarkan kalian." Luna memberikan instruksi. "Polisi telah dihubungi, mereka akan segera datang kemari. Apakah pelakunya masih disini?"

"Pelakunya sudah melarikan diri saat agent Blue mengirimkan tembakan balasan kearahnya tidak lama dari mobil ku meledak." Juan menerangkan.

"Aku akan pergi dengan agent Blue membawa agent Zie ke rumah sakit. Aku mengkhawatirkan kondisinya. Dia telah menyelamatkan ku tanpa peduli dengan keselamatannya sendiri. Luna kamu urus semuanya dengan polisi, jika diperlukan hubungi aku. Sampaikan pada polisi untuk menemui kami di rumah sakit jika perlu pernyataan. " Juan memasuki mobil yang dikendarai Shark dan duduk di kursi penumpang depan, sementara Blue sudah masuk terlebih dahulu di kursi penumpang belakang mobil Land Cruiser 300 warna silver dengan Zie berada dalam pelukannya.

Shark mulai menjalankan mobilnya menuju rumah sakit, mereka diikuti oleh dua buah mobil jenis SUV lainnya berwarna hitam yang berisi pengawal untuk melindungi Juan dari percobaan pembunuhan yang mungkin terjadi lagi. Setelah kejadian barusan, jumlah pengawalan yang diterima Juan jauh meningkat.

"Kita menuju rumah sakit terdekat dari sini, jaraknya sekitar 10 menit. Agak dipercepat bawa mobilnya agent Shark!" Juan memerintahkan.

Di kursi belakang, Blue memeluk Zie dengan sangat erat. Dia mengusap rambut Zie dengan tangan bergetar. Juan memandangi apa yang dilakukan Blue melalui kaca spion tengah. Juan semakin yakin Blue memiliki perasaan khusus untuk Zie. Juan merasa tidak nyaman dihatinya melihat perhatian yang Blue berikan pada Zie. Juan merasa bingung dengan apa yang dia rasakan. Bagaimana mungkin dia merasakan itu, mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu. Sejak saat pertama mereka bertemu, dia yakin pernah mengenalnya. Dia benar-benar mengingatkannya pada seorang wanita yang pernah menarik perhatiannya dulu. Juan berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang dirasakannya adalah karena Zie telah menyelamatkan dirinya, tidak ada hubungannya dengan memory nya di masa lalu.

Mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Saat mobil sudah berhenti di depan pintu masuk rumah sakit, Blue langsung berlari keluar sambil menggendong Zie di pelukannya. Juan mengikuti mereka sementara Shark memarkir mobil. Beberapa bodyguard datang mendekat mendampingi Juan.

"Pak, silahkan baringkan pasiennya di tempat tidur. Kami akan membawa pasien ke IGD. Silahkan selesaikan administrasi nya." Perawat memerintah mereka. Blue langsung membaringkan Zie di tempat tidur. Dua irang perawat langsung mendorong tempat tidur dan membawanya ke ruang IGD. Blue dan Juan mengikuti mereka menuju ruang IGD, saat mereka akan masuk ke ruangan tersebut perawat menghentikan mereka. "Maaf, silahkan tunggu di luar. Tolong urus administrasi nya!"

Setelah perawat menutup pintunya tidak lama dokter datang untuk memeriksa kondisi Zie. Sementara itu, Blue mengurus proses administrasi. Karena identitas bodyguard yang dirahasiakan, Blue kebingungan saat akan mendaftarkan Zie. Akhirnya dia menelepon AK untuk membantu mengurus proses registrasi. AK kenal dengan Direktur rumah sakit itu, sehingga AK bisa dengan mudah mengurusnya.

Selama Zie dalam penanganan, Juan, Blue dan dua orang lainnya menunggu diluar ruang emergency. Juan dan Blue terlihat sama-sama khawatir. Juan memandang dinding dengan mata menerawang. Dia memikirkan keselamatan seluruh anggota keluarganya. Setelah percobaan pembunuhan kepada ayahnya dua bulan lalu, sekarang dia sendiri yang menjadi korban.

Setelah selesai dengan pihak kepolisian, Luna datang menyusul ke rumah sakit. Luna memasuki ruang tunggu emergency diikuti oleh Shark. " Bagaimana kondisi agent Zie?" Tanya Luna.

"Dokter masih melakukan pemeriksaan." Kata Juan. "Bagaimana kondisi keluargaku yang lain? Mereka aman bukan?"

"Ya, mereka aman. Tidak usah khawatir Pak. Aku rasa anda adalah target utama mereka Pak, bukan keluarga anda. Setelah Pak Satria koma, mereka mengubah targetnya pada anda yang merupakan CEO group Mahaputra yang baru. Masih belum terungkap apa tujuan mereka yang sebenarnya. Bodyguard yang lain masih melindungi keluarga anda." Luna menjelaskan. Juan menarik nafas dalam menandakan bahwa dia merasa sedikit lega.

Pintu ruang emergency akhirnya dibuka oleh dokter, Juan dan Blue langsung berdiri menghampiri. "Dokter bagaimana kondisi pasien?" tanya Juan.

"Pasien sudah sadar, namun kondisinya saat ini masih lemah. Saya sudah memberinya obat dan saat ini pasien sedang beristirahat. Dia perlu banyak beristirahat untuk mempercepat pemulihannya. Tangan pasien terkilir dan ada sedikit luka bakar pada punggungnya. Pasien mengalami gegar otak ringan, tetapi tidak terlalu serius. Saat ini kami masih mengawasi kondisi pasien." Dokter menjelaskan kondisi terakhir Zie pada setiap orang yang menunggu.

Mendengar hal tersebut Juan dan Blue merasa lega.

"Dokter, beri aku izin untuk membawanya keluar dari rumah sakit hari ini juga." Tiba- tiba sebuah suara mengagetkan mereka semua. Semua orang menolehkan kepalanya ke arah sumber suara itu berasal. Seorang laki-laki dengan kaca mata hitam datang mendekati mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!