Lily tersenyum menatap lalu lalang manusia dari jendela apartemen mewah tempatnya bekerja saat ini. Hongkong, yang dikenal dengan sebutan Negeri Beton ini adalah tempat yang akhirnya ia singgahi untuk meraih mimpinya.
Tak terasa sudah 6 bulan Ia bekerja disini, mempunyai penghasilan yang menurutnya sangat layak, ditambah pekerjaan yang tidak terlalu berat membuatnya kerasan bekerja di Apartemen mewah ini.
Mungkin tetangga-tetangga dan saudara-saudara nya menganggap ini pekerjaan yang nista, menjadi pembantu di negara orang, tapi Lily yakin kalau mereka sudah diamplopin dolar satu persatu pasti mindset mereka akan berubah. hehe
Baru saja Ia kembali dari Mengantar peri kecil yang cantik, putri semata wayang bos gantengnya, Alicia.
Aiih kalau membayangkan wajah bosnya yang seperti bintang film Hollywood, jantung Lily mendadak dag dig dug ser. udah ganteng, baik, jarang berbicara dan sangat tenang membuat Lily terkagum-kagum. sungguh ia sangat mengagumi bos nya. Cuma kagum lho, ngga lebih.
Yah, bagaimanapun Lily sadar diri lah, apalah dia jika disandingkan dengan bosnya, Lily hanyalah sebongkah upil sedangkan bosnya itu seperti berlian, mahal dan bersinar.. ck ck ck..
Oh iya nama bos Lily sangat keren, sekeren orangnya. Emiliano Davidson. ulalah keren sekali!
Kalau di desa Lily paling bagus nama pria nya seputaran Edi, Joko, Naryo, Anto, Nawir, Mi'an, Udin, Warjum dan yah begitulah kira-kira. Hehe
Ting!
Suara denting oven menyadarkan Lily agar segera kembali ke dunia nyata.
Ia melangkahkan kaki ke dapur mengecek hasil karyanya, Brownies Cokelat kesukaan Alicia.
Anak itu memang gemar sekali dengan cokelat. terutama semua hidangan cokelat buatan Lily, Alicia pasti akan melahapnya sampai habis dengan semangat.
Awalnya anak itu sangat pendiam, dan pemalu. Tapi ternyata tak butuh lama Alicia saat ini begitu lengket padanya bahkan lebih dari kedekatan anak itu dengan ayahnya, mungkin karena Alice (panggilannya) tidak pernah merasakan kasih sayang ibu dari lahir jadi saat Lily datang dan tahu bahwa Lily adalah wanita yang tulus Alice pun dengan cepat akrab dan bahkan sangat dekat dengan Lily. Alice memang anak yang manis dan penurut.
"Alice pasti seneng banget pulang sekolah nanti aku kasih surprise brownies ini, hmmm... mau aku hias dulu biar cantik"
Dengan cekatan Lily menghias Brownies itu dengan berbagai toping kesukaan momongannya itu. Setelah selesai dengan puas ia memandangi dan kemudian mengambil potret kue cokelat itu untuk di upload ke Story WhatsApp.
"Cakep banget Ya Allah... ngga sia-sia aku belajar dari YouTube hehe"
Kemudian dengan hati-hati Lily meletakkan Brownies tersebut kedalam lemari pendingin.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 HK time. Sudah waktunya menuju sekolah Alice. Kalau tidak anak itu akan merajuk dan susah sekali untuk di bujuk. Tingkah nya benar-benar seperti anak sendiri bagi Lily.
Syukurlah Ia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat setelah mengantar Alice, saatnya pergi menjemput peri kecil kesayangannya. Ia pun bergegas menuju Stasiun MTR dekat kawasan Apartemen itu.
Sambil menunggu kedatangan kereta berikutnya, Lily memainkan gawainya sekedar melihat Youtube atau mengirim pesan WhatsApp kepada adiknya di kampung untuk menanyakan kabar keluarga nya.
[My Hot Boss] : kamu buat cake lagi?
Hampir melompat keluar mata Lily membaca Pesan WhatsApp dari bos gantengnya itu. Apakah bosnya kesambet atau sedang kerasukan jin?
Demi Nasi ponggol buatan mamaknya, ini adalah pertama kali bosnya mengirim pesan terlebih dahulu kepadanya. biasanya Dirinya lah yang selalu aktif mengirim pesan duluan dan hanya dijawab singkat bahkan lebih sering di read doang.
[Lily] : Yes Sir. Sorry
[My Hot Boss] : It's Okay, tolong sisakan sepotong untuk saya. saya ingin mencobanya.
"Huaaaa" tanpa sadar Lily berteriak histeris, membuat semua penumpang disana menganga menatapnya. dia pasti dianggap tidak waras. Sementara Lily langsung salah tingkah dan memasang wajah memelas dengan kode [maaf] yang mungkin muncul di wajahnya.
Dengan cepat Lily membalas pesan bosnya,
'Ok sir'
Wah sungguh luar biasa hari ini, Bos gantengnya akan mencicipi Kue buatannya. Mengingat selama ini bahkan untuk sarapan dan makan malam pun pria itu selalu makan diluar.
"Mhudah-mudahan bos bakalan suka, Aamiin"
Kemudian dengan langkah ceria Lily melanjutkan perjalanannya menuju sekolah Alice dengan berjalan kaki. Rasanya langkahnya begitu ringan. Mungkin karena saking bahagianya.
bersambung....
*Bismillahirrahmanirrahim semoga suka ya buat pembaca-pembaca semuanya ☺️🙏
"Cece" suara lembut dari gadis kecil berusia 5 tahun itu membuat Lily Yang sedang sibuk didapur otomatis menoleh.
"Iya lengloi, ada apa?" tanya Lily lembut kemudia meraih gadis itu kedalam gendongannya.
"Alice lapar" Gadis kecil itu berucap seraya menampakkan puppy eyes nya. membuat Lily sungguh gemas dibuatnya.
"Oh Alice lapar? okeeey, wait. Cece punya sesuatu buat Alice" ucap Lily membuat gadis itu seketika berbinar. Kemudian menurunkan Alice dari gendongannya.
"Benarkah? apa itu Cece?"
"Tunggu sebentar yah?"
Kemudian dengan hati-hati Lily mengeluarkan kejutan yang ia simpan untuk Alice...
"Taraa! Chocolate Brownies yang enak banget spesial buat Alice!! yeayy"
"Yeayyy, aku mau aku mau" teriak Alicia penuh semangat.
"Oke oke. Alice tunggu di meja makan. nanti Cece bawakan brownies ini untuk Alice yah, oke?"
"Oke Cece!" ucap bocah kecil itu dengan semangat dan kemudian berlari kecil kearah meja makan.
Tak lama kemudian, Lily datang dengan potongan brownies yang sudah terletak rapi di piring kecil lengkap dengan sendok dan garpunya.
"Makan pelan-pelan yah, setelah ini kita akan pergi ke rumah Laose untuk les pelajaran, oke?"
"O-ke" jawab Alicia tersenyum manis.
Setelah itu Lily kembali ke dapur dan menyiapkan bahan-bahan yang akan ia masak untuk makan malam.
Makan malam di Hongkong memang biasanya sudah di siapkan dari siang hari, meskipun simple, Di negara ini makan-makan berprotein boleh dikatakan wajib seperti daging, ikan, seafood dan sebagainya. Mengingat Alice alergi dengan makanan laut maka setiap hari Lily harus menyiapkan 2 menu berbahan daging misalnya beef atau ayam.
Untuk keluarga lain biasanya akan mengkonsumsi daging babi/pork. Namun lagi-lagi bos Lily sangat memahami bahwa Lily tidak di perbolehkan mengkonsumsi daging tersebut maka dari itu David membebaskan jika Lily tidak memasak menu berbahan dasar pork.
Setelah selesai dengan semua kegiatannya didapur ia pun kembali ke meja makan dan menemani Alice menikmati brownies nya.
Lily memandang gemas gadis kecil yang dengan serius memakan kue favoritnya itu.
Hingga tiba-tiba gawainya berdering.
Bos!
Tak menunggu lama Lily pun menjawab panggilan telepon dari bosnya
"Ya, sir"
"Lily, malam ini saya pulang larut, jadi Alice hari ini tidur sama kamu ya"
"Kalau Alice tanya tentang sir bagaimana?"
"Katakan saya pulang malam. Jangan menunggu karena besok masih sekolah"
"Oke sir"
"Oke. Thank you. Oya... Jangan lupa cake nya kasih saya sepotong ya"
"Eh? Oh i-iya sir tentu"
"Ok. Bye"
"Oke sir, bye"
Tanpa sadar wajah Lily merona, entah dia harus senang atau waspada. Tapi akhir-akhir ini komunikasi dengan bos gantengnya semakin meningkat membuatnya salah tingkah. Tidak boleh! Jangan sampai rasa kagumnya bertransmigrasi menjadi rasa yang lain.
"Cece, telepon dari Daddy?"
"Oh... Iya lengloi" jawab Lily masih dengan salah tingkah.
"Cece, apa Cece suka dengan Daddy?" Tanya Alice tiba-tiba.
"What? Nggak Alice, tentu saja nggak, kenapa Alice tanya begitu?"
"Karena Cece terlihat sangat bahagia saat bicara sama Daddy?"
"Masa sih?" Tanya Lily penasaran, apa iya sekentara itu?
"Hmmm" jawab Alice mengangguk mantap.
"Enggak Alice. Itu perasaan Alice aja. Ya udah habiskan brownies nya, habis itu kita siap-siap ke rumah Laose yah"
"Oke Cece"
"Anak pintar"
Waktu menunjukkan pukul 6 sore, Lily berdiri di depan apartemen tempat Alice les pelajaran. Sebentar lagi gadis kecil itu pasti akan muncul.
Sesuai dugaannya, Alicia muncul dari lift Ground floor Apartemen itu dan berlari kecil menuju kearahnya.
"Ceceee" serunya riang
"Jangan lari-lari nanti jatuh kamu bisa lecet, cece yang akan dimarahi"
"Sorry Cece"
"It's Okay, jangan diulangi yah. yuk pulang"
"Ayok"
Mereka pun berjalan bergandengan menuju apartemen Milik Bos Lily yang letaknya tidak jauh dari tempat les Alice.
Sesampainya di Flat mereka..
"Alice mandi dulu ya, Cece akan siapka. Baju gantinya"
" Oke Cece"
Aahhh gadis kecil ini memang sangat penurut.
Setelah selesai dengan kegiatan mandinya. Lily mengantar Alicia ke ruang khusus untuk bermain. Yah, Ia tak langsung menyuruh Alicia belajar meski harus melanggar job description yang ia tanda tangani.
Bagaimanapun Alice hanya anak kecil terlalu memforsir otaknya untuk selalu belajar juga tidak baik kan?
Kemudian Lily kembali di sibukkan di dapur, memasak makan malam.
Sudah pukul 23.30 HK time.
Setelah drama yang terjadi akhirnya Peri kecil Alice sudah tertidur. Anak itu terus merengek meminta menunggu ayahnya pulang. Padahal biasanya Alice tak pernah seperti ini. Mau ayahnya pulang larut atau bahkan pulang siang bolongpun sepertinya Alicia tidak terlalu perduli. Mungkin karena kesibukan sir David yang jarang sekali punya waktu untuk putrinya maka Alice pun sudah terbiasa dengan ketidakhadiran ayahnya itu.
"Hmmm, aku tidur duluan aja kali yah, lagian pak bos bawa kunci sendiri kan, hehe kecuali kalo aku jadi istrinya baru deh aku tungguin walaupun sampe subuh xixixi" Lily terkikik sendiri menyadari kekonyolannya.
Tanpa pikir panjang Ia pun kembali ke kamar, menemani peri kecil yang malam ini tidur bersamanya.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu begitu keras, hingga Lily yang memang belum begitu nyenyak tidur sejak 1 jam yang lalu pun terbangun. Kemudian beranjak dari kamar pelan-pelan siapa tidak ikut membangunkan Alicia.
"Apa sir David yah? Duh serem amat sih, mudah-mudahan bukan demit ya Allah, mana kebelet pipis pula! Keluar ngga yah buat ngecek?"
Setelah menimbang, memikirkan dan menelaah, akhirnya Lily putuskan untuk keluar kamar dan mengecek keadaan apartemen, meskipun Hongkong terbilang aman dari kasus pencurian, Yaa kali aja ada maling kesurupan yang lagi butuh dana dadakan siapa tahu ya kan?
Dengan mengendap-endap Lily berjalan menuju ruang tamu, hingga samar-samar Ia melihat.
"Ya Allah, Sir!" Panik. Lily melihat bos gantengnya tergeletak di lantai.
Segera Lily menyalakan lampu dan dengan cepat menghampiri bosnya itu.
"Sir! Sir! Sir kenapa?" Lily dengan keras menepuk-nepuk pipi David namun pria itu hanya bergumam tidak jelas.
"Ya Allah, Sir David mabok kecubung? Sir bangun sir!"
Dengan susah payah Lily menarik tubuh David agar setidaknya bisa ia papah menuju kamar pria itu. Tidak mungkin Ia menggendongnya kan, tubuh David 3x lebih besar dari tubuh Lily, bisa gepeng dong Lily nya.
Setelah berjuang dengan keras akhirnya Lily berhasil memapah bosnya kedalam kamar tidur Pria itu.
Bug. Tiba-tiba David menarik tangan Lily hingga terjatuh ke tempat tidur membuat gadis itupun terpekik kaget.
"Sir! Ada apa sir!" Lily berusaha bangun dari tempat tidur itu danningin berlari. Ia yakin jika tidak gercep Iabtak akan baik-baik saja. Melihat wajah bosnya yang sudah menampakkan ekspresi lain.
"****! Beraninya kamu muncul dihadapan saya sekarang" ucap David dingin.
"Maaf Sir. Sumpah tadi saya kira ada maling sir!"
"Diam! Kamu sudah pergi dari hidup aku dan muncul lagi? Untuk apa???? Untuk menyakiti aku lagi??? Hahh??!! Teriak David membuat Lily ketakutan setengah mati.
'Bos beneran kesurupan ya Allah gimana ini' bathin Lily. Tanpa pikir panjang ia segera melompat dan hendak menerjang tubuh David agar bisa keluar. Bodo amat lah dipecat urusan belakangan yang penting selamat. Pikirnya.
Namun Lily kalah cepat Davi dengan mudah menangkap nya. Mencekal kedua tangannya dan menjatuhkan tubuh mereka keatas ranjang.
Tanpa aba-aba David mencium bibir Lily dengan rakus. Hingga gadis itu sejenak kehilangan akal karena terkejut. Sampai kesadarannya kembali dan kemudian sekuat tenaga Ia memberontak namun tak berguna, karena David 10 kali lipat lebih kuat darinya.
Dengan disaksikan air mata dan teriakannya Lily tak bisa berbuat apa-apa saat bos yang sangat di kaguminya itu menodainya.
Malam ini adalah malam kelabu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Meski mengagumi ia tak pernah berharap memiliki. Dan tak pernah mengharapkan di perlakukan seperti ini.
David yang mulai kembali kesadarannya seketika terbelalak saat melihat pengasuh putrinya, Lily, menangis sesenggukan tanpa sehelai benangpun di sampingnya!
'Apa yang sudah aku lakukan??' batinnya.
Apa yang sudah Aku lakukan??' Batinnya
Kini David menatap tak percaya pada dirinya sendiri. Benarkah? Apa dia baru saja menggag*aji gadis yang sedang menangis disampingnya ini?
"Lily" Suara David terasa tercekat di tenggorokan. Antara terkejut, menyesal dan malu. Bagaimana mungkin Ia sebodoh itu meniduri pengasuh putrinya?
Sementara Lily yang mendengar suara panggilan itu menghentikan tangisnya, Ia menoleh takut kepada Bosnya itu. Bagaimanapun kejadian yang baru saja berlalu masih bercokol di hatinya, menyisakan luka tak terperi. Matanya bertemu dengan mata David. Mereka saling mengunci pandangan masing-masing seolah ingin memastikan bahwa kejadian ini adalah mimpi. Dan ternyata nyata.
Lily yang tak lagi sanggung menatap manik tajam laki-laki yang sudah menghancurkan masa depannya itu pun dengan susah payah bangkit dari tempat tidur itu, memunguti pakaiannya yang sudah tak tertolong di lantai kemudian segera menghambur keluar dari kamar itu, masuk ke kamarnya sendiri.
Sementara David Hanya terpekur seperti orang kebingungan.
Siall!! Pertemuannya dengan Mary di Party sahabatnya itu membuatnya kalut dan mengkonsumsi banyak minuman keras.
"****!" Umpatnya pelan kemudian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sementara Lily masih setia menangis di balik pintu. Menyesali kelemahannya dan kebodohannya kenapa tak segera lari dari kamar bosnya.
'bodoh bodoh bodoh' Lily terus memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Cece" suara gumaman Alice menyadarkannya. Segera Lily mengusap air matanya dan mengenakan pakaian sebisanya, kemudian menuju ranjang kecil di hadapannya untuk menenangkan Alice agar tidur kembali mengingat waktu masih pukul 04.00 dini hari.
"Maafkan Cece Alice, maaf" bisik Lily pelan, Ia meminta maaf bukan karena kejadian tadi,itu tak ada hubungannya dengan gadis kecil itu. Ia meminta maaf karena mungkin setelah ini Ia akan mengajukan pengunduran diri kepada Agency dan kembali ke kampung halamannya.
Akhirnya Lily pun ikut tertidur karena kelelahan menangis dan juga akibat di gempur habis-habisan oleh bosnya.
Pukul 06.30
Tok tok tok
Suara pintu kamar Lily di ketok dari luar.
Lily terhenyak. Dia kesiangan. Dengan panik Ia segera bangkit dan mencari pakaiannya yang bersih di laci lemari. Menguncir rambutnya asal dan keluar kamar.
Begitu pintu terbuka matanya langsung berhadapan dengan tubuh David yang menjulang tinggi. Jika ini terjadi malam naas kemarin Lily pasti akan salah tingkah. Tapi sekarang Lily lebih beraksi takut dan gemetar. Kejadian menyakitkan kemarin malam masih berputar dengan jelas di otaknya. Apalagi rasa sakit bagian bawah tubuhnya yang masih belum hilang juga.
"Lily, Saya..."
"Maaf Sir, saya kesiangan. Saya akan siapkan sarapan dan membangunkan Alicia, permisi" ucap Lily buru-buru melangkah ke dapur. Sungguh ia tak ingin berlama-lama bersama dengan bosnya.
Berusaha tetap fokus membuat sarapan didapur dengan cepat agar peri kecilnya tidak kesiangan.
Kemudian Lily membangunkan Alicia dengan sedikit terburu-buru, namun untungnya Alicia menurut begitu saja.
Setelah selesai dengan semua ritual sebelum mengantar sekolah dan sarapan, Lily buru-buru pamit kepada Bosnya tanpa memperdulikan ekspresi kebingungan David , yang ada di kepala Lily saat ini adalah kabur secepat mungkin dari pria itu.
"Huuuuft akhirnya..." Lily menghembuskan nafasnya lega setelah berhasil mendaratkan bosnya di salah satu bangku kosong MTR yg tersedia.
"Cece, Are you oke?" Alice yang sejak tadi memperhatikan tindak tanduk Lily yang dinilai aneh punbtak tahan untuk bertanya keadaan pengasuh kesayangannya itu.
Mendengar pertanyaan keramat seperti itu Lily yang sejak tadi sudah menahan untuk tidak menangis akhirnya menyerah, bulir bening itu mengalir mewakili perasaannya saat ini, Ia sedang tidak baik-baik saja. kemudian Lily dengan cepat memeluk tubuh mungil Alice dengan erat, Alice membalasnya sambil menepuk-nepuk pelan punggung wanita dipelukannya itu.
"Jangan sedih Cece, Alice disini" ucap Alice menghibur.
Lily mengangguk-angguk cepat.
Yah mudah-mudahan semuanya akan baik-baik saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!