...Arc.1 Moon Light Witch....
...Chapter 00 – Dina dan Sistem Kehidupan....
Dimalam yang cerah terlihat sosok wanita sedang serius bermain didalam ruang apartemen kecil nya.
Nama wanita itu Dinna Rahayu, 21 tahun dan sudah menganggur setahun yang lalu karena tempat dia bekerja mengalami krisis hingga membuat di PHK.
Awalnya Dinna bersedih dan kecewa namun, seiring waktu Dinna menemukan kesibukan nya yaitu bermain game MMORPG Magic Magic Magic Online atau MMMO.
Dinna menyukai game itu lantaran Dinna juga menyukai sihir dari kecil dari sihir element, sihir suci, sihir pemanggil, sihir kegelapan, dan sihir-sihir lainnya.
Selain itu semua, game MMMO menyediakan hadiah nyata yang mana kebutuhan keuangan Dinna berasal dari game tersebut.
Salah satu ketertarikan Dinna bermain Magic Magic Magic Magic Online ialah fitur pembuatan sihir sendiri, pengendalian sihir, mempelajari berbagai sihir dan terutama menjadi ahli sihir.
Selain itu juga game Magic Magic Magic Online memiliki map yang sangat luas serta perlengkapan yang kuat dan berlimpah.
Sedangkan, senjata Dina sendiri berupa tongkat sihir kecil seperti Harry Potter atau konduktor tim okestra.
Maka dari itulah Dina sangat fanatik bermain Magic Magic Magic Online dari pagi hingga pagi keesokan harinya karena itulah Dina pun menjadi player nomor satu yang sulit digantikan.
Meski Dina terkenal didalam game pada dasarnya, Dina hanya pengangguran dan jarang keluar rumah.
Sampai suatu ketika Dinna mendapatkan sebuah panggilan telepon dari adiknya.
"Halo, Dek. Ada apa?" sapa Dina.
"Kak, ada kabar penting!" jawab gelisah adik Dina dari balik telepon.
Mendengar itu, Dina pun sontak panik. "Ada apa, dek?!"
"Kak, Ibu terkena serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit!" jawab sang adik.
Dina yang mendengar itu, dia menjadi lebih gelisah. "Eh? benarkah!"
"Iya, kak. Saat ini, aku masih dirumah sakit menunggu operasi ibu selesai."
"Baiklah, Kakak akan ke sana."
Setelah percakapan itu, Dina pun merapihkan pakaiannya dan pergi keluar rumah untuk mengunjungi ibu nya di rumah sakit.
Setibanya di stasiun, Dina pun berdesak-desakan di stasiun kereta meski begitu, Dina bersikap tenang dengan earphone di kedua telinga dan tidak memperhatikan sekitar nya.
Yang mana di stasiun sedang terjadi pengejaran pencuri dan penjaga keamanan hingga banyak penumpang terdorong-dorong oleh pengejaran tersebut.
Sesaat kemudian kereta pun datang yang mana Dina mengetahui hal itu lantaran suara klakson kereta yang keras menembus Earphone nya.
Lalu, Dina melihat kearah datang nya kereta dan dia maju kedepan dekat peron.
Dibelakang nya, penjaga keamanan memberikan tembakan peringatan keatas.
Mendengar suara tembakan itu, semua calon penumpang jongkok terkecuali Dina yang tidak mengetahui apapun dibelakang nya.
Suara tembakan itu membuat pencuri juga panik namun, dia terus berlari hingga membuat Dina terdorong dan jatuh kedalam rel.
"Eh?" gumam Dina yang terjatuh.
Lalu, kereta yang sudah dekat dengan Dina. Dia pun sontak diterjang kereta dan meninggalkan dunia seketika ditempat hingga membuat kehebohan dan pencuri itu pun ditangkap dengan rasa bersalah karena telah mendorong seorang gadis muda.
Beberapa saat kemudian, adik Dina mendapatkan kabar kematian kakaknya bersamaan dengan kabar keberhasilan operasi ibunya.
Sesaat ibu nya sembuh dan sadarkan diri, dia pun menangis tersedu-sedu bersama dengan adiknya.
Sedangkan, di dunia yang berbeda. Dina sedang terombang-ambing kegelapan.
"Apa yang terjadi kepada ku? Kenapa aku tidak bisa mengerakkan tubuh ku?"
Lalu, Dina pun teringat akan kronologi kematian nya yang terdorong ke dalam rel dan ditabrak oleh kereta.
"Iya, aku sudah mati tertabrak kereta."
Tidak lama kemudian, Dina mendengar suara notifikasi dengan suara wanita.
Kling!
[Selamat jiwa anda telah terpilih untuk hidup kembali ke dunia lain dan sistem telah terpasang.]
Lalu, Dina pun menjawab melalui batin nya. "Hidup di dunia lain? Menarik! tapi, kamu siapa?"
Kling!
[Nona, saya sistem kehidupan yang memilih kandidat manusia terbaik di dunia lain dan anda lah yang terpilih.]
"Ahh, seperti nya ini mimpi tapi akan sangat menyenangkan jika aku hidup kembali sebagai Eulalia di game Magic Magic Magic Online."
Kling!
[Diterima. Sosok tubuh anda telah disesuaikan dengan game Magic Magic Magic Online bernama Eulalia.]
"Tidak hanya Karakter saja. Aku ingin juga mendapatkan kemampuan sihir nya yang luar biasa."
Kling!
[Diterima. Kemampuan sihir telah di sinkronisasi kan terkecuali Moon Light. Percobaan merubah ... Sihir Moon Light telah berhasil dirubah menjadi Extraordinary Magic System.]
"Akhirnya, jika memang itu menjadi kenyataan aku akan berjanji untuk menolong semua ras baik Manusia atau pun monster yang kesusahan."
Kling!
[Diterima. Sistem Order telah terpasang. Sistem order telah disatukan dengan sistem Moon Light.]
"Meski ini mimpi ataupun kenyataan aku tidak menyesal dan bisa beristirahat dengan tenang."
Kling!
[Dengan ini proses analisa selesai ... Proses Reinkarnasi dimulai ...]
Dan, sosok tubuh Dina yang melayang di selimuti oleh cahaya putih lalu pecah menjadi butiran cahaya.
...Chapter 1. Dunia Lain (Rev III)...
Di dunia berada ada sebuah desa yang mana saat itu sedang diserang oleh bandit.
"Serahkan semua harta kalian!" seru pemimpin bandit seraya menodongkan tongkat sihirnya.
Semua warga pun tidak berani untuk bertindak sembarangan dan anak buah yang lain menangkap satu persatu warga desa.
Disudut yang lain, seorang pria berambut kuning sedang bersembunyi. Ditengah itu, pria berambut kuning itu bertemu dengan kepala desa.
"Kepala desa?" gumam pelan pria berambut kuning.
Melihat sosok pria itu, kepala desa sontak memberikan instruksi nya.
"Kazuo, pergilah ke Asosiasi petualang di kota Tito. Mereka pasti akan membantu dan ini uang untuk misi nya!" ucap Kepala Desa seraya memberikan uang nya.
Setelah itu, pria yang bernama Kazuo mengangguk kepalanya. "Baik, kepala Desa. Saya akan melaksanakannya!"
Sesudah itu, Kazuo pun berlari kedalam hutan yang mana saat Kazuo berlari, dia dilihat oleh para bandit.
"Hei, kamu jangan lari!" seru pemimpin bandit lalu, dia memerintahkan anak buahnya. "Apa yang kalian lakukan?! Kejar dia!"
"Baik!" jawab anak buah bandit. Lalu, para bandit itu mengejar Kazuo.
Didalam hutan, sebuah cahaya muncul dan membentuk sosok wanita bertubuh kecil, berambut pendek hitam, mengenakan jubah penyihir dan dia adalah Dina yang sudah berubah menjadi sosok Eulalia.
Lalu, saat cahaya yang menyelimuti nya terlepas. Dina pun sontak membuka mata nya yang mana pandangan pertama yang dilihat nya ialah pohon yang menjulang tinggi disertai dengan suara kicauan burung.
Menyadari pemandangan nya yang berbeda, Dina bangun dari rebahan nya dan melihat sekeliling nya.
"Dimana aku? Di hutan kah?" ucap Dina. Lalu, dia pun menyadari sesuatu hingga dia mengerutkan keningnya. "Mungkin kah, aku sungguh-sungguh berada di dunia lain.
Ditengah memeriksa dirinya, Dina pun menyadari ada aneh dalam dirinya dan menyadari sesuatu.
"Suara itu nyata. Aku benar-benar menjadi Eulalia!" ucap Dina seraya melihat tubuhnya.
Tidak lama kemudian, Dina pun mendengar suara pria bersamaan dengan suara pemberitahuan seperti ponsel.
Kling!
[Selamat, Nona! Anda berhasil hidup kembali dan bereinkarnasi di dunia ini bersama dengan Extraordinary Magic System yang sudah terpasang.]
Mendengar itu sontak Dina pun kebingungan dan melihat sekeliling nya.
"Suara siapa itu? Dan, dimana? Keluar lah! Jangan membuatku takut!"
Dan, suara pria itu pun muncul kembali.
Kling!
[Saya AI atau Artificial Intelligence dari Extraordinary Magic System yang siap membantu dan memandu anda.]
Dina yang mendengar itu, dia menepuk dahinya dan menghela nafas panjang seraya melipatkan tangan nya.
"Ahufu ... seperti nya aku tidak terkejut. Ini mirip seperti game dan novel-novel saja. Mungkinkah kamu berada di dalam jiwa ku?"
Kling!
[Benar sekali, Nona. Saya berada di dalam jiwa anda. Nona, Bolehkah anda berkenan memberikan nama saya? Jika anda lakukan, Nona akan mendapatkan 500 poin sistem.]
"Oh, menarik. Baiklah, aku akan memberikan mu nama ...." Dina menutup matanya dan melipatkan tangan nya disertai tepukan jari. Lalu, Dina pun terpikir sebuah nama yang cocok berdasarkan gabungan kata System miliknya, "Bagaimana dengan Exoma?"
Kling!
[Dimengerti. Mulai saat ini saya bernama Exoma.]
Setelah itu, Dina pun bertanya sesuatu. "Anuu ... Exoma, Extraordinary Magic System itu apa?" tanya Dina seraya tersenyum lebar dan menaruh tangan di rambut belakang nya.
Sesaat itu, Exoma pun menjelaskan tentang Extraordinary Magic System yang mana itu merupakan sebuah sistem dunia yang mampu menciptakan, merubah, menghapus dan memberikan teknik sihir.
Lalu, dalam proses nya dibutuhkan poin System yang mana semakin tinggi teknik sihir maka jumlah poin yang dikonsumsi akan tinggi juga.
Mendengar itu, Dina mengangguk kepalanya. "Jadi begitu, aku mengerti."
Kling!
[Nona, kenapa mencobanya?]
"Baiklah, Exoma. Ajari aku!" seru Dina.
Kling!
[Dimengerti!]
Sesaat kemudian, Dina pun diajari oleh Exoma cara pengunaan. Tidak hanya itu, Dina juga dapat mengetahui bahwa Dina dan Exoma bisa berkomunikasi secara telepati.
Ditengah mempelajari sistem, tiba-tiba terlihat sosok pemuda berambut pirang yang sedang dikejar oleh beberapa pria besar dengan pakaian armor ringan dan terlihat seperti bandit abad pertengahan.
"Tunggu, pemuda sialan!" seru bandit.
Pemuda berambut kuning tidak mempedulikan suara itu dan terus berlari namun, Dina yang masih terdiam bingung tiba-tiba ditabrak oleh pemuda berambut kuning hingga membuat Dina dan pemuda itu terjatuh.
"Aduhh!" gumam Dina dan pemuda pirang.
Karena kejadian itu, para bandit pun menghentikan larinya dan berjalan menghampiri Dina dan pemuda pirang.
"Hahaha ... kalian tidak bisa lari!" seru senang bandit.
"Hei, lihat! kita mendapatkan satu wanita muda lagi yang ingin melarikan diri!" ucap salah satu bandit yang melihat kearah Dina.
Lalu, bandit yang lain melihat kearah Dina dengan seksama.
"Dia sangat cantik, jika kita jual sebagai budak. Kita akan kaya!" ucap senang bandit.
Dan, bandit yang lainnya ikut senang.
Dina pun menganalisa situasi nya yang mana dia pun menyadari sesuatu dan melihat kearah pemuda pirang.
"Hei, apakah mereka bandit seperti di Anime, game atau novel?"
Meski pemuda tidak mengerti maksud dari Dina, dia pun mengangguk kepalanya lantaran dia mendengar kata bandit.
Setelah mendapat kan jawaban itu, Dina pun tersenyum senang. "Seperti nya kalian akan menjadi kelinci percobaan ku!" ucap Dina seraya melihat bandit.
Bandit itu pun mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?"
Dina tidak menjawab nya, dia langsung mengambil tongkat sihirnya yang tergantung di pinggang nya setelah itu menodongkan dan mengayunkan tongkat sihirnya seraya merapalkan sihir System nya.
[System Call. Telekinetik.]
Sesaat kemudian, kedua bandit itu terlempar jauh.
Pria pirang sontak terkejut melihat Dina dengan mudah mengalahkan para bandit.
"Hehehe ... begitu cara mengunakan nya.]
Lalu, Dina sontak bangun berdiri.
"Kamu tidak apa-apa?" ucap Dina seraya memberikan tangan nya.
Pria pirang itu pun menerima tangan Dina dan berdiri.
"Nona Penyihir, tolong desa kami!" pinta pria pirang dan memegang erat tangan Dina.
Dina terkejut dengan sikap itu namun, dia pun menenangkan diri dan menjawab nya. "Baiklah, ayo kita pergi!"
Setelah itu, Dina dan pria pirang kembali ke desa.
Setibanya disana, Dina pun melawan para bandit hanya dengan ayunan tongkat sihir disertai sihir lanjutan.
[System Call. Telekinetik. Continue.]
Dengan rapalan itu, sihir yang terus berlangsung di tongkat sihirnya hingga membuat para bandit dikalahkan dengan mudah. Lalu, mereka pun ditangkap dan dibawa oleh para petualang.
Lalu, sebagai rasa terima kasih nya. Kepala Desa mengizinkan untuk Dina tinggal di Desa itu yang bernama Desa Shoyo.
Keesokan harinya, Dina pun bangun dari tidur nya yang mana kamar itu diberikan oleh para warga dengan cuma-cuma.
Disaat Dina bangun dari rebahan nya dan merenggangkan badannya.
Dina pun melihat kesamping yang mana terlihat ada anak perempuan berambut coklat yang berusia sekitar 10 tahun sedang tidur di kursi samping dirinya.
Melihat anak perempuan itu, Dina pun membangunkan nya pelan.
“Hei, nona!”
Tidak lama kemudian, anak perempuan itu pun terbangun dan terkejut saat melihat Dina yang sudah sadar dan tersenyum kepadanya.
“Nona, anda sudah bangun?” ucap anak perempuan itu.
“Ya, begitulah,” jawab Dina.
"Apa yang kamu lakukan disini? tanya Dina.
"Aku ditugaskan oleh kepala desa untuk memeriksa anda yang mungkin saja terluka dengan petarung kemarin," jawab anak perempuan.
"Ah, begitu kah. Terimakasih atas perhatiannya."
“Tidak ... Tidak, sudah seharusnya aku merawat seseorang. Perkenalkan namaku Marsha, seorang pendeta suci,” jawab anak perempuan yang bernama Marsha.
Dina terkejut saat mendengar ucapan dari Marsha.
“Pendeta Suci? Ah, benar juga. Aku berada di dunia lain,” batin Dina.
“Anu ... Nona ...”
Dina pun tersadar dari lamunannya dan memberikan senyuman, “Panggil aku Eulalia, Marsha!” seru Dina.
Dina memakai nama yang digunakan dalam game MMMO dengan maksud agar dirinya bisa dikenali dan ada orang bumi sama sepertinya yang tinggal di dunia tempat dirinya berada.
Selain itu, Dina mengetahui bahwa dirinya sudah berubah menjadi sosok karakter yang dia mainkan. Ini diketahuinya saat melihat pakaian yang dia kenakan dan rambutnya yang berbeda.
“Baik nona Eulalia, bagaimana jika anda berkumpul bersama lainnya untuk makan bersama?” ucap ajakan Marsha.
“Tidak masalah, ayo!” jawab Eulalia.
Marsha pun menarik tangan Eulalia dan dia pun berdiri dari kasurnya dan berjalan keluar ruangan.
Matahari yang terang diluar membuat mata Eulalia tertutup sebentar dan dia pun melihat ke depan sebuah pemandangan desa di abad pertengahan pun dilihatnya.
“Sungguh! aku berada di dunia lain,” batin Eulalia.
Eulalia berjalan dengan digandeng oleh Marsha ke tempat halaman desa yang disana sudah berkumpul banyak warga yang sedang makan siang.
Saat Eulalia melewati para warga. Sosok Eulalia yang tinggi dan cantik membuat dirinya menjadi pusat perhatian.
Langkah Marsha terhenti saat berhadapan dengan sosok pria paruh baya yang duduk di meja makan yang besar.
“Kepala Desa, ini Nona Eulalia. Dia baru saja sadar,” ucap Marsha yang memperkenalkan Eulalia.
Eulalia yang mendengar itu, dia menundukkan kepalanya kehadapan kepala desa.
“Salam kenal. Aku Eulalia.”
“Iya, silahkan duduk, Nona! Kita makan bersama,” ucap kepala Desa.
“Iya,” jawab Eulalia.
Eulalia pun duduk bersama dengan warga lainnya dan dia disajikan makanan sup kentang. Eulalia tidak mempermasalahkannya dan dia pun memakan sup tersebut.
“Maaf, Nona Eulalia. Saya ingin bertanya. Darimana kah asal, Nona?" tanya Kepala desa.
Eulalia sempat terdiam lama karena dalam pikirannya tidak mungkin dia berkata jujur yang menimpah dirinya.
“Maaf, sejujurnya aku juga tidak tahu dari masa asal ku meski begitu aku mengingat nama ku saja,” jawab Eulalia.
Saat para warga mendengarkan ucapan Eulalia membuat mereka bingung dan berbincang sendiri antar sesamanya.
“Tidak apa. Mungkin Nona terkena kutukan Dewa Hades,” ucap kepala desa.
“Dewa Hades? Dewa apa itu?” tanya Eulalia.
Dalam penjelasan kepala desa, Dewa Hades adalah Dewa kegelapan yang suka iseng menculik seseorang dan menaruhnya di hutan dengan kondisi hilang ingatan.
Saat mendengar penjelasan dari warga desa, Eulalia bernafas lega bahwa alasan bohongnya diterima oleh para warga.
...Chapter 02. Kazuo dan Pohon Iblis (Rev I)...
Sesuai makan Eulalia pergi bersama Marsha menuju pohon Iblis tempat Kazuo menebang pohon. Eulalia telah mendengar cerita dirinya yang di tolong oleh Kazuo dari Kepala desa.
Sebelum sampai di tempat Kazuo, Eulalia sudah melihat pohon cemara yang tingginya hingga menembus awan.
“Jadi itukah pohon Iblis?!” ujar Eulalia.
Marsha menganggukan kepalanya, “Ya. Itu adalah Pohon Iblis,” jawab Marsha.
Dalam perjalanan Marsha menceritakan tentang pohon Iblis itu.
Pohon itulah yang mengakibatkan warga desa tidak bisa membuat perkebunan dan kekurangan makanan lantaran cahaya matahari yang tidak bisa menyinari perkebunan.
Sedangkan Kazuo adalah turunan yang keempat yang bertugas untuk menebang pohon tersebut. Karena pohon itu sudah berumur 200 tahun.
Dang ... Dang ... Dang.
Saat Eulalia dan Marsha sudah dekat di pohon itu, terdengar suara kapak yang menebang pohon.
Sesampainya disana terlihatlah sosok pria berambut pirang yang sedang menebang pohon di pohon yang sangat besar.
“Kak Kazuo ....” teriak Marsha.
Kazuo yang sedang menebang menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke belakang. Dia melihat Marsha dengan sosok wanita yang diselamatkannya.
“Marsha,” jawab Kazuo.
Sesaat kemudian, Marsha dan Eulalia tiba dihadapan Kazuo.
“Maaf, Kak Kazuo. Kami menganggu pekerjaan kakak,” ucap Marsha.
“Tidak apa-apa,” jawab Kazuo.
Eulalia pun maju satu langkah dan menundukkan kepalanya.
“Terima kasih telah menyelamatkan saya dan membawa ke desa,” ucap Eulalia.
“Sudah seharusnya manusia untuk saling tolong menolong. Tidak perlu dipermasalahkannya,” ucap Kazuo.
Eulalia mengembalikan posisi berdirinya dan tersenyum kepada Kazuo.
“Kamu memang pria yang baik,” ucap Eulalia dengan tersenyum kepada Kazuo.
Kazuo yang mendengar ucapan dari Eulalia membuat dirinya malu dan menggarukan kepala belakangnya disertai dengan senyuman lebar.
“Kamu terlalu memuji,” jawab Kazuo.
Eulalia dan Kazuo pun saling bertukar senyum.
“Oiya, kak. Ini bekal kakak dari Kepala Desa,” ucap Marsha seraya memberikan keranjang makanan.
“Terima kasih, Marsha,” ucap Kazuo dan menerima keranjang makanan tersebut.
Kazuo pun beristirahat dan memakan bekal yang dibawakan Marsha serta mengobrol kecil dengan Eulalia.
Dia bertanya penyebab Eulalia berada di hutan dan Eulalia menjawab sama seperti yang dijawabnya kepada Kepala Desa bahkan Kazuo pun percaya Eulalia di iseng kan oleh Dewa Hades.
Setelah makan Kazuo melanjutkan pekerjaannya dan Eulalia serta Marsha menemani Kazuo di pohon Iblis tersebut untuk menikmati pemandangan hutan.
Beberapa saat kemudian, Marsha yang sudah tidur di bahu Eulalia dan Kazuo yang sedang sibuk menebang.
Sesaat kemudian, Exoma memberikan sebuah saran.
Kling!
[Nona, saya sarankan anda untuk menebang pohon itu.]
Mendengar itu, Eulalia mengerutkan keningnya. "Pohon sebesar itu, apakah aku bisa melakukan nya?"
Kling!
[Poin System Anda saat ini tersisa 250. Saya rasa cukup untuk membuat sihir. Selain itu, jika Nona berhasil maka nona akan mendapatkan 500 poin.]
Mendengar itu, Eulalia pun menghitung-hitung yang mana 50 poin untuk sihir telekinetik dan 100 poin untuk sihir penyimpanan. Lalu, Eulalia berpikir sihir yang tepat untuk menebang pohon dan didapati lah satu sihir.
"Baiklah, Exoma. Mari kita buat sihir nya!" seru batin Eulalia.
Kling!
[Dimengerti!]
Setelah berhasil membuat satu sihir, Eulalia membuka matanya dan melihat Kazuo yang sudah menyelesaikan pekerjaannya karena matahari sudah akan terbenam.
Kazuo mengusap keringatnya dan berjalan ke arah Eulalia.
Eulalia yang melihat itu, dia pun membangunkan Marsha dan berdiri kehadapan Kazuo.
“Kamu sudah selesai, Kazuo?” tanya Eulalia.
“Iya, aku akan melanjutkannya besok pagi,” jawab Kazuo.
Setelah itu mereka pun kembali kedesa. Dalam perjalanan, Kazuo menceritakan dirinya yang mewarisi tugas langit dari kakeknya kakek hingga dirinya.
Eulalia yang mendengarkan itu membuat dirinya prihati dengan hidup yang dijalankan Kazuo.
Sesampai di desa, ada seorang pria yang membawa pedang sedang berjaga di perbatasan desa dan menegur kami.
“Yo, Kazuo! Bagaimana tugas langitmu memuaskan dan adakah kesenangan disana? Haha,” ucar ledek penjaga.
“Kak Koi, hentikan itu tidak lucu!” seru Marsha.
“Aku berkata yang sebenarnya dan Nona Eulalia, mengapa kamu dekat dirinya? Lebih baik denganku. Aku akan mengajarkan kesenangan yang sesungguhnya,” ucap Koi.
Eulalia hanya tersenyum mendengar dan melihat Kazuo yang terdiam dengan menundukan kepalanya.
“Hei, Tuan Koi. Memang tugas langitmu lebih mulia?” tanya Eulalia.
“Tentu, aku adalah seorang ksatria pedang. Tentu lebih kuat dan mulia dibandingkan dengan Kazuo dan memang apa tugas langitmu, Nona?” ujar Koi.
“Penyihir,” ucap bangga Eulalia yang menolak pinggang tangan kanannya dan tersenyum kepadanya.
Koi yang mendengarkan ucapan Eulalia meminta dirinya untuk menguji coba kekuatannya. Mereka pergi ke halaman perbatasan yang disana merupakan tempat latihan Koi.
“Baiklah, Nona Eulalia. Sekarang bakar kayu itu!” seru Koi yang menunjuk kayu dengan ukiran orang-orangan.
“Oke,” jawab Eulalia.
Eulalia pun menutup matanya dan mengambil tongkat sihir kecilya dari kotak penyimpanan. Dengan cahaya biru ditangannya, muncul tongkat sihir kecil di tangannya.
“Itu ...” ucap Marsha.
Eulalia tidak mendengarkan ucapan Marsha dan dia membidik tongkat kearah kayu dan berkonsentrasi untuk merapalkan mantra.
"System Call. Fire Bullet."
Beberapa saat kemudian, tongkat itu melesatkan satu tembakan bola api yang membakar kayu.
“Belum cukup!” Eulalia pun merapalkan perintah sistemnya. "System Call. Modification."
Eulalia pun merubah api itu menjadi warna biru hingga pembakaran lebih cepat dan panas yang membuat kayu dengan cepat menjadi abu.
Kazuo dan lainnya terkejut saat melihat kemampuan dari Eulalia.
“Luar biasa!” seru Kazuo.
Setelah berhasil Eulalia menghela nafasnya dan kembali kepada Kazuo dan lainnya.
“Bagaimana, Koi? Cukup memuaskan, bukan dan aku bisa lebih menyenangkan lagi,” ucap Eulalia dengan senyum sinisnya.
“Hehe, iya. Maaf Nona Eulalia,” ucap Koi.
Setelah itu mereka kembali berjalan masuk desa. Eulalia yang ditawarkan untuk tinggal di rumah kepala desa, dia menolaknya dan lebih memilih tinggal di klinik.
Marsha yang mengetahui Eulalia tinggal di Klinik, dia pun memutuskan untuk tinggal bersamanya.
Ditengah malam, Eulalia masih belum mengantuk dan dia melamun dengan menatap bulan dari luar jendela.
“Kak Eulalia, belum tidur?” ucap Marsha.
Eulalia yang mendengar itu, dia membalikan badannya kehadapan Marsha.
“Aku belum bisa tidur, mungkin aku sudah terlalu lama tidur,” ucap Eulalia.
“Ohh, begitu,” jawab Marsha.
Eulalia pun mengelus-ngelus rambut Marsha hingga dia tertidur.
Eulalia yang melihat itu, dia pun tersenyum. "Besok, aku akan menebang pohon Iblis itu. Aku harap desa bisa lebih makmur."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!