"Eyuh, lihat bajunya kayak sampah, ih jijik." ujar salah seorang anak bernama Leon.
Anak anak lain ikut mengejek Shine di sana.
"Iya hahaha, hush.. hush.. jauh jauh dari kami!" ujar mereka mengusir Shine.
"Shine, kamu anak yang tidak punya bakat apapun. Bahkan kamu berbeda dari kami Shine! semua anak mempunyai kemampuan magic, bahkan ayahmu saja pergi karena malu kamu bukan anak cahaya bulan. Hahahaha." tawa seorang anak membully Shine.
"Jika aku punya, akan aku tunjukan padamu. Tapi tidak sekarang!" ucap Shine.
"Penipu, kamu pembohong Shine." melempar batu ke arahnya, sehingga Shine menangis.
Mendengar semua itu Shine hanya bisa terdiam dan menahannya. Jack yang merasa khawatir pada Shine temannya, sebab sering dijahili oleh anak lain pun mendatangi Shine.
Ternyata benar saat itu Shine sedang di ejek oleh anak lain. Jack pun menarik tangan Shine dan membawanya pergi.
"Shine, ayo!" ujarnya seraya memegang tangan Shine dan membawanya berlari.
Ketika mereka agak jauh Jack yang melihat Shine murung mencoba untuk menghiburnya.
"Heh dasar para anak manja yang bisanya cuman menghina orang," ujarnya.
"Omongan mereka tuh kayak sampah nggak usah ditanggepin," ujarnya lagi, sambil merangkul Shine.
"Yuk kita main!" ujarnya sambil membawa Shine bermain.
"Tapi mereka bilang benar Jack. Aku tidak memilikinya."
"Shine, bakat semua anak di zaman ini pasti ada. Aku yakin, masih tersembunyi dan akan terlihat saat waktunya tiba. Ayo Shine, jangan sedih lagi!"
Mereka pun bersenang senang bersama dan kesedihan Shine pun memudar. Setelah puas bermain mereka pun pulang.
Setibanya di rumah Shine telah disambut hangat oleh seorang wanita yang tersenyum padanya. Dialah sang ibu bernama, Mala Shinar.
Sebelum semua kemalangan menimpa Shine, dia adalah anak yang riang, meski banyak yang mencemooh, ia tetap bahagia karena masih banyak orang yang menyayanginya.
Sebuah kejadian, di mana seseorang yang jahat telah meracuni ibunya. Satu satunya wali Shine yang tersisa di dunia. Ayahnya menghilang entah kemana meninggalkan mereka berdua.
Shine tinggal dipinggiran kota malang, kehidupan di kota itu sangat makmur, namun tempat yang Shine tinggali adalah tempat terbuang, khusus untuk manusia yang dianggap beban.
Dunia tempat Shine tinggal adalah sebuah dunia yang dipenuhi dengan orang yang memiliki kemampuan super.
Oleh karena itu manusia yang tidak memilikinya akan dianggap sampah yang tidak berguna. Ia tinggal bersama dengan seorang ibu yang sangat mencintainya. Walaupun Shine terlahir sebagai manusia biasa yang tak memiliki kemampuan super.
Selalu diejek karena ia sangat miskin dan ayahnya telah pergi menelantarkan mereka berdua, bukan hanya itu saja saat Shine keluar rumah lontaran cibiran dari tetangga sekitar pun, tak lepas selalu terdengar oleh Shine, hanya Jack teman baiknya yang mengerti, namun Jack harus dipaksa pindah rumah tanpa pamit, ketika Shine membutuhkannya dan hal itulah membuat Shine tidak percaya pada siapapun.
"Shine, maafkan aku. Aku tidak bisa menemanimu!" ujar Jack berteriak, dengan menangis. Bocah sepuluh tahun itu, ingin menemani Shine tapi dihalangi oleh orang tuanya.
Semua itu tak masalah karena ibu tercinta masih ada di sisinya.
Tapi kini ibunya telah..., sebuah luka terdalam dalam hati Shine.
Pagi itu Shine berlari dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan apa apa yang ada disekelilingnya.
Bulu mata lentik yang dipenuhi tetesan air hujan dengan bola mata berwarna hazel yang indah, hidung mancung yang imut, warna bibir indah bagaikan mawar merah.
Tik, tik, tik!! Hujan turun semakin deras.
Tanpa memakai alas kaki, baju lusuh yang telah basah, sebotol obat dan sedikit makanan yang di bawahnya.
Huh.. Hah.. Huh.. Hah, keringat menyatu dengan tetesan air hujan.
Kaki kecil yang terlihat lebam, wajah yang kelelahan, ia gemetar bukan karena dingin namun rasa takut yang ada dalam hatinya.
Sorot matanya yang menatap tajam dengan kegigihan hati, bibirnya yang telah membeku, nafas yang terengah engah, dengan tangannya yang kecil terus menggenggam obat dan makanan itu, seakan hal itu sangatlah berharga baginya.
"Aku harus cepat."
Semua yang ada di dunia dibandingkan dengannya tidak ada yang setara. Harta, kekayaan, dan kejayaan tanpanya hanyalah hidup yang kosong.
Terus menerus menahan rasa sakit yang membuat dirinya sesak. Shine terus mengusap air mata yang keluar.
"Andai aku lebih besar kaki akan lebih kuat dan panjang, aku akan berlari dengan cepat sehingga akan cepat sampai dirumah" berbicara di dalam hati.
Aaaa, bruk!!
Shine tersandung batu dan jatuh, namun ia tetap memeluk dengan erat obat dan makanan di tangannya. Lutut dan tangan telah terluka, darah itu mengalir di tubuhnya karena aliran hujan. Sangat pedih. Namun ia tersenyum. Hingga Shine sampai di depan pintu rumah.
"Syukurlah Obat dan makanan ini baik baik saja," mata sembab yang berkaca kaca, tersenyum dengan lebar dengan hati yang pasrah, sambil menghadap langit, membiarkan hujan membasahi wajahnya.
"Ibu... Aku datang, syukurlah aku masih sempat," ujar Shine sembari memegang hatinya yang terasa sesak karena menahan tangis.
Bergegas ia mengelap tangan dengan kain, pergi ke dapur untuk mengambil air.
Kemudian berdiri dengan menatap sedih wajah ibunya. Segera ia memberikan obat yang telah didapatkan untuk ibunya.
"Ibu minumlah! sekarang aku akan bisa melihat wajah ibu lagi," tersenyum dengan mata yang berkaca kaca.
"Ibu apa kau tau aku sangat rindu ibu."
"Senyuman ibu yang manis."
"Masakan ibu yang enak."
"Belaian tangan dan suara ibu yang lembut, aku juga rindu saat ibu marah."
"Saat marah ibu akan mencubit pipiku" Shine berharap ibunya segera bangun.
Menitikkan air mata sambil memegang pipi ibunya dengan kedua tangannya.
Sambil Mengingat kenangan bersama ibunya. Merebahkan kepalan tangannya dengan pipi yang menyentuh kedua tangan ibunya.
Memejamkan mata melepas lelah sambil menunggu ibunya untuk kembali siuman. Menahan air mata, dengan tubuh dan hati yang lelah, semua beban ini terlalu berat untuknya.
"Hahh.. Ibu, ibu, ibu..."
"Jangan tinggalkan aku..." kedua tangannya mencoba meraih ibunya namun tak dapat menggapainya.
Shine panik, gelisah, pasrah, suasana dingin mencekam, harapan, rasa sakit semua rasa bercampur aduk.
Melihat ke sebelah ibunya ternyata masih di sampingnya.
"Ibu... Jangan ke mana mana, jangan tinggalkan Shine, tetap selalu bersama Shine ya!" ujarnya sembari memeluk tangan ibunya.
"Bagaimana aku akan hidup lagi jika ibu.." sambil mengusap air mata dengan tangan kecilnya.
Tiba tiba saat itu, keadaan ibunya bertambah parah, tidak tahu apa yang terjadi seakan energi kehidupan ibunya terhisap.
Sekejap rambutnya memutih, wajah memucat, kuku menjadi semakin membiru.
"Tidak.. tidak.. ibu.." meraba raba tubuh ibunya yang sekejap berubah.
Shine panik tidak tahu harus berbuat apa, gelisah, gemetar Shine bergegas pergi untuk meminta bantuan.
Tapi saat beberapa warga mendatangi, beberapa orang bicara jika ibunya sudah tiada. Hal itu yang membuat Shine semakin terpuruk dan menangis sekeras mungkin. Petir hujan deras, tak banyak yang menolong sehingga Shine berteriak seolah menantang guntur langit yang menyala.
"Kau tidak adil padaku! kenapa harus aku, aku tidak takut pada sinarmu. Tapi tolong kembalikan nyawa ibuku… !" teriak Shine.
Jleger!!
Tbc.
"Shine." lirih bibi.
Memegang pundak Shine, "Janganlah bersedih, bersabarlah!" memeluk Shine sambil menguatkan.
"Maafkan Bibie ! tidak ada yang bisa bibie lakukan.. " meneteskan air mata, memikirkan betapa malangnya nanti Shine akan hidup tanpa ibunya.
"Kakak! jangan menangis!" Lulu pun ikut memeluk Shine yang tengah bersedih saat itu.
Shine terdiam gemetar hatinya hancur, kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri, lemah dan tak berdaya ia pun terduduk dengan pasrah saat itu, tak bisa ia bayangkan hidup tanpa seorang ibu.
Shine seperti tubuh yang kehilangan jiwanya, tatapannya kosong ia terdiam, seakan tak sadar dan tak kuat lagi atas apa yang menimpanya.
"Shine, jangan seperti ini lihat bibi! kamu harus kuat!" dengan kedua tangannya memegang wajah Shine sambil mengusap air matanya.
"Kakak..." Lulu pun juga ikut menangis saat itu sambil memeluk Shine.
Air mata Shine kembali bercucuran.
"Tidak...! tidak.. ti...ti.. tidak, aku tidak mau ditinggalkan ibu." teriaknya.
"Shine. Tenanglah Shine!"
"Kakak!" Lulu melihat Shine yang tak kuasa menahan rasa sakit itu."
"Huhu, kakak... jangan sedih lagi, ada kami!"
"Shine janganlah putus harapan, semoga ada keajaiban dan Ibumu sudah tenang, kita siapkan semuanya. Shine sadarlah sayang." ucap bibinya.
Shine yang menangis dengan pilunya, sungguh menyakitkan apa yang dialaminya, terus menatap ibunya dan sekejap menatap ke langit, memejamkan mata berharap ibunya kembali sadar, tangannya gemetar, terus berharap dan berharap.
"Kasihan kakak..." dengan kepala tertunduk dan meneteskan air mata dengan penuh harapan dalam hatinya, agar ibu yang sedang terbaring itu bisa segera sadar.
Keadaan ibu Shine saat itu semakin memburuk saja. Tidak ada nafas, membuat beberapa orang membantu memakamkan. Meski Shine menolak untuk sang ibu tidak di gotong.
"Jangan, ibuku masih hidup!"
"Shine, sadarlah sayang. Ibumu sudah tenang!"
"Bagaimana aku tanpa ibu. Ibu paling menyayangi aku, bibi tidak akan membuat aku sedih kan? tolong bilang pada mereka jangan bawa ibu!" dengan kedua tangan kecilnya memegang tangan bibinya.
Selangkah demi selangkah Shine mendatangi ibunya, rasanya kakinya tak sanggup lagi untuk berjalan, terus menatap ibunya dan tatapannya kosong, di pikirannya hanyalah ibunya.
Shine berdiri di hadapan ibunya, dinginnya hawa hujan saat itu tak sedingin hatinya yang tengah kehilangan kehangatan ibunya, sakit yang Ada di tubuhnya tak sesakit rasa perih yang ada dalam lubuk hatinya.
Tubuhnya gemetar takut, kembali dengan wajah tertunduk. Ia terduduk diam kakinya seakan lemas.
"ibu. Ma-maafkan Shine, tidak bisa menjaga Ibu dengan baik."
Menapakkan tangannya ke lantai, "Shine bukan anak baik, Shine yang membuat ibu seperti ini."
Suasana menjadi hening, semua orang tertunduk diam.
Tiba tiba, suatu lambang telah muncul, lambang itu kemudian memecah keseluruh ruangan. Cahaya guntur yang saat itu Shine berteriak meminta sang ibu kembali, tiba saja menggelegar membuat semua orang hening dan silau tak melihat siapapun di sampingnya.
Wuss... wash.. berubah menjadi bunga dan daun yang menyelimuti tubuh ibunya Shine, seluruh tubuhnya tertutup dengan bunga bunga berwarna putih merah dan daun hijau berwarna jingga.
Terangkatlah badan ibu Shine saat itu, bunga bunga yang menyelimuti tubuh ibu Shine, seperti kepompong yang menutupi ulat sebelum berubah menjadi kupu kupu.
Kemudian gumpalan bunga bunga itu berubah menjadi butiran cahaya berbentuk bunga kecil, terbuka dan tersebar ke seluruh ruangan.
Shine yang melihat kejadian itu tersentak dan betapa terkejutnya ia saat itu. Setelah bunga bunga itu tersebar ke seluruh ruangan kembalilah ibu Shine ketempat semula.
Keadaannya berubah total, rambut yang memutih, kuku yang membiru, wajah yang semakin pucat dan tua telah kembali seperti semula bahkan keadaannya menjadi lebih baik.
Walaupun ibu Shine menjadi lebih baik namun ia tak kunjung sadar juga. Tak bisa berkata kata Shine dan hanya memanggil nama ibunya.
Suasana menjadi terbalik menjadi harapan dan rasa lega dalam hati Shine. Shine terus memandang wajah ibunya saat itu, tak sadar akan apa yang terjadi dengan hal lainnya.
Shine bingung, tak ada seorang pun di sana. Hanya ada dirinya dan cahaya besar. Shine mencari keberadaan ibunya dan yang lain. Tapi ia melihat seorang wanita dan bicara pada Shine untuk terus melanjutkan hidupnya. Suara guntur tiba saja membuat tubuh Shine terpental hingga setengah sadar.
Tubuh Shine yang memancarkan energi berwarna hijau pekat, mereka tahu bahwa itu adalah energi kebangkitan yang sangat kuat.
Kemudian datanglah orang yang ada di luar pintu cahaya. Mereka tampak seperti bukan orang biasa, dengan baju hitam dan putih yang mewah berlambang bunga kristal hijau dan di dampingi dengan beberapa pengawal disampingnya.
Berdiri di depan Shine, melihatnya yang sedang memancarkan energi yang sangat kuat.
"Apa!"
Mereka semua terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"luar biasa sungguh sangat luar biasa"
"Selama beribu ratus tahun kami tidak menemui energi kebangkitan yang sangat luar biasa." takjub dengan Shine saat itu.
"Terus rasakan energi itu mengalir dalam tubuhmu dan jangan biarkan ia lepas, biarkan masuk ke dalam dirimu, biarkan ia menuju hatimu." ucap seorang lelaki paruh baya yang ada di barisan orang orang itu.
"Ini adalah awal kehidupan kamu, lakukanlah sesuai skill kemampuan yang kamu miliki. Jadilah ratu dunia, energi cahaya ini akan membantumu menelusuri dan mencari yang hilang yang kamu cari dan kamu inginkan."
"Ibu, aku hanya ingin ibuku!" teriak Shine.
Tapi cahaya itu melenyap, sehingga Shine membuka matanya. Ia sudah asing ketika tatapan seluruh orang orang yang melihatnya, dengan penuh tanya.
Tbc.
Shine kembali meletakkan sebuah gelas ramping, ia sudah akan berangkat ke markas. Tempat dimana dirinya dibesarkan dari nol, hanya karena kekuatan yang tersembunyi. Membuat dirinya bisa mengalahkan beberapa pesaing kemampuan, termasuk peretas dan hacker sedunia sekalipun meminta tolong padanya.
Hanya satu, ia masih mencari keberadaan raja system yang konon membuat kelemahannya pudar. Sekaligus Shine ingin mencari Jack, teman kecil seperjuangannya. Konon ia juga berada di negeri tetangga yang kini ia tinggali.
"Jack, kamu adalah sosok seperti ibu yang hilang di telan bumi. Berbagai perusahaan elite memohon padaku, untuk meretas segala pesaingnya. Jika keluargamu benar benar kaya, kenapa tidak salah satunya memohon dengan atas namamu. Tidak satu pun!" lirihnya.
"My Queen, saya kembali datang, peretas Mr Leon sedang menuju markas kita. Konon ia ingin kita pergi dari sini, mereka sudah mengetahui kegiatan kita selama ini. Dan konon mereka ingin mengambil system yang kita miliki." ucap Jibon.
"Tidak bisa, biarkan saja mereka datang. Mereka pasti akan kalah telak, siapa yang bisa mengalahkan my Queen." gelak tawa Shine bagai ratu iblis.
Shine meninggalkan markas, ia menutup seluruh akses markasnya. Dengan jentik jari, sebuah cahaya akan kembali muncul dan menutup rapat, seolah mereka yang mencari akan kehilangan kendali dan tak bisa melihatnya.
Shine pergi dalam beberapa jam, ia berusaha menghadiri sebuah pesta. Pesta yang terdiri dari berbagai manusia yang mempunyai kelebihan bahkan otak jenius sekalipun hadir di sana.
Seorang gadis cantik berkulit kecoklatan menurunkan tangannya, matanya menyipit memandang meletakkan tangannya di pipi gadis itu, kemudian menghisapnya dan menepuknya beberapa kali, membuat sang empu tertawa ringan.
Candy adalah kekasih Jack Orlando, seorang gadis cantik dengan warna kulit yang kecoklatan dan mempunyai kelopak mata tunggal.
"Kenapa kamu semakin hitam?" ucap Jack pertama menatap Candy yang sedikit mundur memperlihatkan dirinya.
Senyum kecil Jack Orlando menghiasi sudut bibirnya, ditambah cahaya matahari memancar ke wajahnya.
"Akhir akhir ini aku sering berenang," jawab Candy. Mereka berdua berjalan menuju tempat istirahat jamuan.
Sementara Shine mengelilingi putaran dua sejoli, Shine masih berfikir apakah Jack Orlando adalah teman masa kecilnya, tapi saat ini ia tak memiliki bukti jika itu benar benar Jack, sehingga Shine masih menahan emosi dan membuntuti.
"Jika itu kamu, Jack aku akan memberi perhitungan. Aku masih menahan, jika kamu bukan hanya mirip nama, dua orang yang aku cari di kehidupan system ini, yakni ibu ku yang ingin aku temui, dan kamu yang ingin aku beri perhitungan. Termasuk mereka yang dulu telah mengejekku berbeda dan miskin."
Candy mengeluarkan dua lembar kertas tisu untuk menghapus keringat kekasihnya. Setiap kali dekat dengan Jack Orlando, dia selalu mencium aroma tembakau bercampur dengan aroma keringat, menjadikan perpaduan aroma yang khas.
Sambil ngerjain, Candy menutup matanya dan membayangkan laki laki di hadapannya adalah seorang pria dewasa yang berusia tiga puluh tahun.
Ketika membuka matanya, dia melihat wajah yang dewasa sebelum waktunya.
"Gadis bodoh, apa yang kau lihat?" Jack Orlando mengerutkan keningnya menatap Candy yang aneh. Tapi, kemudian Jack menggenggam tangan Candy sambil menghela napas.
"Kau tahu ... besok ayahku akan menikah."
Mata Candy melebar. "Secepat itukah?"
"Menurutmu, apa aku harus datang atau tidak?"
"Emm ... datang saja lah! Kenapa tidak. Kau harus biarkan dia memahamimu kalau kamu itu bagian dari keluarganya, dia tidak akan mempermasalahkan apa pun."
Satu satunya yang bisa dilakukan Jack adalah mengubur dalam dalam rasa ketidak berdayanya, "Aku benar benar tidak ingin melihat mereka berdua, apa kau tahu? ketika ibuku mengalami kecelakaan, sebenarnya mereka berdua sudah saling kenal, dan 'Dia' ... tahu dengan status ayahku.
Karena hal itu, tidak mungkin bisa melakukan pernikahan untuk kedua kalinya. Seharusnya kau mengerti tanpa harus diceritakan.
Shine masih melebarkan telinga, lalu minum dua tegukan air, terlihat tenggorokannya berayun, berharap masalah masalah itu ikut hanyut bersama air yang diminumnya. Masih mendengar kata kata pria dan wanita itu bicara, akan datang ke pernikahan.
Bahkan kelebihan Shine saat ini adalah, bisa mendengar pembicaraan orang meski dari jarak sepuluh kilometer. Serta kemampuan otak dan jarinya yang mengeluarkan cahaya dibarengi dengan permintaan apa yang ia ucapkan.
Tapi saat Shine masih menguping, anak buahnya datang, Jibon berlari dan berkata pada Shine.
"My, Queen. Dia ada disini!" lirihnya.
Dengan kilat dan reflek, tangan Shine menunjuk dan bicara dengan lantang, sehingga tatapan seluruh penghuni tamu menatapnya.
"Tutup, pintu besi terkuncilah!"
Kraak!! Grgrgrgrg.
Sebuah pintu tertutup rapat, dan berubah menjadi pagar besi yang sulit dilewati. Tanpa disadari, Jack Orlando dan Candy mendekat ke arah Shine. Shine pun menatap mata Jack, lalu berusaha melihat kedalam bola matanya. Apakah dia benar benar Jack dua belas tahun lalu.
"Apa yang kamu lakukan?" cibir Jack dan Shine membuka matanya.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!