3264
Bruk...bruk...bruk..."cepat berpencar"
Aku berlari semakin kencang, jubah panjangku berkibar-kibar tertiup angin, dan itu menganggu jalanku, segera kuputar pengaitnya, dan kuterbangkan ke arah penjaga yang mengejarku. Aku berbelok-belok ke tempat-tempat sempit untuk menghindari kejaran mereka.
"Itu dia disana!" sahut salah satu penjaga lagi, aku melihat sebuah bangunan kecil di ujung jalan, aku mempercepat lariku, dan aku bersembunyi di balik pagar emas bangunan itu.
Namaku Dream, usiaku 22 tahun, aku sedang dalam pelarian karena aku tidak mau dijodohkan. Di jaman ini, semua memakai sistem robotik, mulai dari melakukan pekerjaan sehari-hari hingga perjodohan. Harusnya aku menikah di usia 20 tahun, tapi sistem saat itu, belum menemukan pasangan dengan kecocokan 100% untukku.
Hari ini aku berulang tahun, aku di minta untuk uji kecocokan dengan pasanganku, dan hasilnya 100%, di luar dugaanku. Itu sebabnya aku lari.
Aku mengintip para penjaga yang mengejarku, aku rasa aku sudah aman, pikirku. Aku memanggil temanku, ya, dia juga dalam pelarian, karena aku memintanya untuk menemaniku kabur, tidak mungkin bagiku untuk kabur sendirian, bukan?
"Kai, kamu dimana?" tanyaku dan mulai menghubungkan layar video proyektor yang terhubung dengan cincin di jari manisku. Video Kai masih berbayang-bayang dan suaranya terputus-putus, "Kamu dimana Dream? Apa disana sudah aman?" tanyanya lagi, suaranya semakin jelas. "Aku rasa sudah, cepatlah kesini, sebelum para penjaga itu datang dan mengejar kita lagi" jawabku. Aku mengirimkan lokasiku kepada Kai melalui robot kecilku. Robot ini memang semacam gps, namun sudah dilengkapi dengan proyektor 4 dimensi, sehingga bisa mengetahui posisi yang tepat dan akurat untuk sebuah tempat.
Tidak lama, Kai sudah tiba di tempatku. Kai sahabatku, sama seperti aku, Kai menentang sistem perjodohan melalui uji kecocokan 100%.
"Berdasarkan riset yang aku baca, nenek moyang kita dulu, akan menikah jika ada rasa berdebar-debar di dada mereka, bukan dari tes-tes aneh itu" sahutku, saat itu.
Kai mengangguk setuju, "Betul, tapi aku berpikir, tidak akan jadi masalah, andaikan aku cocok 100% sama kamu Dream" sahutnya waktu itu, dan aku otomatis berceloteh bak sistem error, "Tetep aja ngga bisa Kai, dan aku juga ngga mau. Aku mau merasakan berdebar-debar seperti nenek moyang kita. Emang kamu ngga mau tau bagaimana jantung kita berdebar-debar?" tanyaku.
"Ketika kita berlari, itu akan berdebar-debar" jawabnya, aku menggeleng, "Tentu aja beda dong Kai" sahutku kesal.
Maka dari itu, aku dan Kai ingin sekali berkunjung ke jaman nenek moyang kami. Tapi, tidak mungkin bukan, dan akan aneh jadinya. Katakanlah aku bisa kesana, kemudian aku menemukan pasangan yang membuatku berdebar-debar, dan ketika kembali ke masa sekarang, ternyata pasanganku adalah kakekku...aaaaahhhh .tidak...tidak.. itu yang aku takutkan, membayangkannya saja aku tidak sanggup.
"Hai Dream, mau kemana kita sekarang?" tanya Kai kepadaku.
"Entahlah Kai, tapi aku daritadi memperhatikan, ada apa di balik pintu itu, aku ingin sekali membukanya" kataku. Namun Kai mencegahnya, "Jangan sembarangan Dream, ah aku akan beristirahat dulu disini sebentar" sahut Kai dan membaringkan tubuhnya di rumput bangunan emas itu.
Aku menemani Kai berbaring di sebelahnya. "Kai, jangan tidur, kamu harus berjaga-jaga kalau pasukan itu mengejar kita lagi" sahutku kepada Kai.
"Hmmm, okei" jawabnya. Aku pun tertidur di sebelah Kai. Aku bermimpi, aku sedang berlari dan pasukan jaga itu mengejarku dan salah satunya berhasil menangkapku dan membekap mulutku, aku terbangun, dan aku tidak bermimpi, "Lepas...lepaskan aku" aku berteriak, petugas itu melepaskan bekapannya, namun dia menahan kedua tanganku ke belakang, "Aaarrghh, sakit tau, Kai...Kai.." aku berteriak mencari Kai, dan mereka menangkap Kai juga. Aku harus melarikan diri, pikirku, aku menginjak kaki si penjaga, meraih tangannya dan menggigitnya, Kai melihatku, dan melakukan hal yang sama kepada penjaga yang menangkapnya. Kai meraih tanganku, dan kami berlari bersama, di depan kami hanya ada pintu bangunan emas itu, aku membukanya. Okei, ready or not, here i come... bangunan itu tanpa pijakan, dan kami seolah-olah terhisap ke dalamnya...
"Aaaaaarrrgghhghhhhh..Kaaaaiiiii" teriakku memanggil Kai, kami melewati lorong gelap, panjang, dan "Ini tidak berujung, Dreaaaammm" sahut Kai, lorong itu membentuk pusaran, kami seperti berada di tengah-tengah badai topan. Kai berusaha meraih tanganku kembali, dan ketika tangan kami bersentuhan, aku memegangnya erat-erat. Aku melihat seberkas cahaya, dan cahaya itu semakin terang....brukkk...
...----------------...
"Hei...hei...bangun..kalian siapa?"
Aku mendengar suara seorang pria, dan pria itu mengguncang-guncang badanku. Aku berusaha untuk bangun, "Aw, kepalaku sakit." sahutku, aku terduduk, dan memegang kening dan kepalaku. Dan ketika mengangkat kepalaku, aku terkejut, "Kamu siapa?" tanyaku kepada pria itu, sambil aku celingukan mencari Kai. Kai belum sadarkan diri, aku berlari ke arahnya, "Kai bangun Kai...kita selamat, kita berhasil kabur" sahutku membangunkan Kai. Perlahan-lahan Kai tersadar, dan memegang belakang kepalanya, "Ouch" katanya. Kami berusaha bangkit dan berdiri, pria aneh itu memandang kami, dan aku rasa, kami pun demikian, kami saling bertatap-tapan, dan terdiam.
"Siapa kamu?" tanyanya lagi, "baju kalian aneh. Apa kalian habis pulang dari festival pesta kostum?" tanyanya. Aku tidak suka wajahnya, pikirku.
"Kamu siapa, dan ini dimana?" tanyaku, aku melepaskan robot gps kecilku, dia terbang, dan berputar. Hah? Berputar, robot kecilku ini tidak pernah berputar. Tidak lama, robotku jatuh, dan kembali berputar-putar di jalanan kasar ini, setelah berputar-putar cukup lama, robot itu tergeletak lemah, tak berdaya, kemudian muncul asap dari ujung kepalanya. Aku segera meraihnya, "Ah, Rogie, kamu jangan mati" tangisku, "Kai bagaimana ini?" tanyaku. Kai hanya menatap robot kecilku dengan tatapan tidak percaya. "Ini keluaran terbaru Dream, bagaimana dia bisa tidak berfungsi?" tanya Kai, sama bingungnya denganku.
Pria aneh itu mengambil Rogie dari telapak tanganku, "ini robot?" tanyanya. Aku merebutnya kembali, "Ngga sopan, main asal ambil aja!" sahutku kesal. Tapi pria itu merebutnya kembali, "Aku akan mencoba untuk membetulkannya. Dan aku rasa kalian tidak punya tujuan, beristirahatlah di tempatku, untuk kali ini aku berbaik hati kepada orang asing" katanya. Aku dan Kai saling berpandangan, kami lelah dan sedikit pusing, kami juga lapar dan haus. Bagaimana ini? pikirku, apa akan lebih baik kalo tadi aku tidak melarikan diri dan menikah saja dengan pasangan 100%ku? tanyaku dalam hati. Sekarang aku tidak tahu ada dimana, orangtuaku pasti akan mencari, tapi kemungkinan terbesar mereka akan marah dan mengurungku.
"Ayo, mau ngga? Atau kalian mau ke arah mana? Biar aku bantu untuk menemukan alamat yang ingin kalian cari." tanya pria aneh itu lagi.
"Kami tidak tahu ada dimana, dan kami juga tidak tahu mau kemana, apakah di tempatmu ada pil untuk makan?" tanyaku, aku sudah tidak dapat menahan rasa laparku.
"Pil? Aku ngga punya pil, tapi kalo makanan, nanti akan aku belikan, tapi tolong, segera ganti uangku" jawab pria aneh itu.
"Tunggu dulu!" sahut Kai tiba-tiba. "Siapa nama kamu?" tanyanya, "dan kami ada dimana?"
Pria aneh itu tersenyum lagi, "Hadeuh, perlu banget yah sebut nama, okelah, namaku agak sedikit susah, tapi teman-temanku memanggilku V, dan kalian lagi ada di kompleks rumahku, lihat, rumah kecil dengan pagar tinggi warna hitam itu rumahku, masih ngontrak sih tapi lumayanlah" jawabnya.
"Sekarang tanggal berapa?" tanya Kai lagi, aku memandang Kai, apakah kami baru saja memasuki lorong waktu? Pria itu melihat jam aneh di tangannya sekilas, "tanggal 29 september 2022" jawabnya. Aku dan Kai saling berpandangan, dan tiba-tiba kami terjatuh, kaki kami ngga kuat menopang kenyataan...kami bepergian menjelajah waktu!!
...----------------...
EPILOGUE
"Happy birthday Dream" sahut orangtuaku, "Terimakasih mama, papa, Kai" jawabku, ya, hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 22 tahun. Aku bahagia karena bisa merayakan dengan orang-orang yang kucintai, tapi ada satu hal yang membuatku sedih, tes kecocokan pasangan. Alat ini berbentuk seperti kalkulator, namun tanpa keypad, kamu dan pasanganmu, hanya akan menyentuh layarnya dan taarraa...hasilnya keluar. Hari ini, di tengah kebahagiaanku, seorang pria muda, klimis, memakai jas hitam dan dasi berwarna hijau, sudah ada di depanku, bersiap untuk melakukan tes kecocokan.
"Dream, mama rasa dia akan cocok denganmu, kita akan segera tahu kan?" sahut mama, memaksa tanganku untuk menyentuh layar, begitu pula dengan tangan pria itu, alat itu mulai mengkalkulasikan kecocokanku dengan si pria klimis itu..
ding...ding...ding...
"One hundred percent" dan keluarlah hasilnya. Aku berteriak histeris, dan berlari..
"Huaaaa....huaaa...mamaaa...papa...aku mau pulang" tangisku. Aku tidak peduli Kai dan V, atau W, X, Y,Z itu menutup telinga mereka dan meringis.
"Dream...stop it!! Diem dulu bisa ngga sih?!" tukas Kai, dan memukul lenganku. Aku menghentikan tangisanku, melihat ke arahnya, "Kaii...sakittt....huaaaaa" tangisku lagi.
V menutup telinganya, dan menarik Kai untuk keluar, "Biarin aja nangis dulu, entar juga capek sendiri".
Setelah sekian menit aku menangis, aku mencari-cari Kai dan pria itu, ahhhh, sekarang aku lapar sekali, pikirku, dan benar saja, perutku berbunyi gemeletuk kencang, asam lambungku akan melakukan kudeta jika sku tidak segera makan. Aku berjalan keluar, dan menemukan mereka sedang asik mengobrol, ".Mmmm...permisi, omnya, aku lapar" sahutku. Di jamanku, kami hanya mendapatkan sebuah pil untuk 3 kali makan, dan pil itu sudah berisi semua vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, dan cukup membuat kami kenyang.
Pria itu lantas berdiri, "Oke, mau makan apa?" tanyanya kepadaku. "Aku tidak tau bentuk makanan nenek moyangku seperti apa." sahutku. Pria itu masuk ke dalam, mengambil sebuah dompet kecil dan tipis, "Tunggulah di dalam, aku akan membelikan berbagai macam makanan nenek moyang" sahutnya, terdengar agak kesal. Aku menggandeng Kai untuk menemaniku masuk ke dalam.
"Bagaimana ini Kai? Aku sedikit takut dan bagaimana kalau orang tuaku mencariku karena kita ngga pulang ke rumah?" tanyaku cemas.
"Yang lebih aku takutkan adalah para petugas satuan waktu, Dream. Begitu kita terdeteksi ada disini, mereka akan segera mengejar mereka" jawabnya. Benar juga, petugas satuan waktu yang lebih menakutkan, "Aku berharap mereka tidak bergabung menjadi pasukan khusus, karena status kita buronan, Kai" kataku mengingatkan. Kai mengangguk lemah. Dan tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalaku, "Hei Kai, kita menyamar saja, kita berpura-pura menjadi penduduk nenek moyang" kataku bersemangat, "Lagian juga semua robot yang aku bawa, tidak ada yang berfungsi saat kita sampai disini tadi. Rogie hanya tergeletak begitu saja" sahutku, sedih.
...----------------...
"Apa ini?" tanyaku, ketika melihat apa yang mereka sebut dengan makanan itu, aku mengangkat ikan, yah ikan, bentuknya agak aneh.
"Itu namanya ikan lele goreng, nama makanan ini adalah pecel lele, awas itu ada sambelnya, kalo ngga suka pedes...."
"Ini apa?? Pedas sekali...."sahutku, "kenapa dijelasinnya ngga sebelum makan sih om?" protesku.
"Mohon maaf, aku tadi lagi jelasin, kamu aja yang ngga dengerin, dan satu lagi, aku bukan om, aku baru 27 tahun!" jawabnya.
"Kamu sudah harus menikah kalau kamu ada di jaman kami" sahut Kai.
"Semua jaman sama yah, umur 27 tahun wajib menikah. Aku menolak, aku penganut sekte Married free, Child free!" sahutnya, dan ada rasa bangga dalam suaranya, tapi wajahnya tidak tampak sebangga suaranya.
"Aku rasa kamu kesepian" jawabku. Dan pria itu tersedak, "Uhuk...uhuk...uhuk..." dia memukul-mukul dadanya, "Sembarangan kalo ngomong...suka bener..hahahaha.. tapi, nggalah. Aku menikmati kesendirianku, ngga masalah" jawabnya santai.
Selesai makan makanan itu, perutku rasanya ingin meledak keluar, baru pertama kali dalam hidupku, aku merasakan makan hingga penuh seperti ini. Pria itu memperhatikan kami, "Jadi, ceritakan tentang diri kalian, karena aku harus melaporkan kepada polisi kalo ada laporan kehilangan anak" katanya. Aku dan Kai berpandangan lagi, baiklah aku akan menjelaskan dengan perlahan kepada pria yang tampak bodoh ini.
"Kami berasal dari tahun 3264, kami terjebak di pusaran waktu saat kami menghindari kejaran para penjaga" sahutku menjelaskan, pria itu menyimak, menegakkan tubuhnya, "Tunggu...tunggu..kalian dalam pengejaran? Kalian penjahat?" tanyanya.
"Ngga lah, kami bukan penjahat, kalo penjahat kami ngga mungkin berpakaian seperti orang normal" jawabku, "pakaian kalian bukan pakaian orang normal di jaman sekarang" sahutnya, memutus pembicaraanku.
"Di tahun kami hidup, ketika kamu sudah mencapai usia 20 tahun, kamu akan menjalankan tes kecocokan. Untuk mengetahui siapa pasangan 100%mu, dan dia nanti yang akan menikah denganmu, tapi saat umurku 20 dan 21 tahun, entah sistemnya eror atau tidak berfungsi, aku juga ngga paham, tidak ada pasangan 100% untukku, namun hari ini, aku tepat berumur 22 tahun, dan saat tes kecocokan, ada calon pasanganku, yang presentase kecocokannya 100% denganku" kataku, mengakhiri penjelasanku. Pria itu hanya mengangguk-angguk, "Kenapa kalian harus kabur? Kan enak, kalian sudah mendapatkan pasangan yang cocok untuk menikah, kalo aku jadi kamu, aku akan dengan senang hati menerimanya." sahutnya, dan inilah yang kusebut dengan kebodohan alami.
"Aku tidak suka perjodohan, apalagi perjodohan melalui mesin." jawabku. Dan pria itu bertanya lagi, "Tapi di jaman kalian harusnya sudah serba modern, kenapa harus ada perjodohan?" tanyanya.
"Karena kekurangan habitat manusia. Yang aku tau dari sejarah, banyak manusia mati akibat wabah, virus, dan bakteri baru, dan itu semua efek dari global warming, kutub-kutub mulai mencair di jaman nenek moyang, dan ikut mengakibatkan virus dan bakteri baru dan mereka menyebar dengan cepat. Tapi ada juga yang mati karena perang yang tak kunjung selesai selama bertahun-tahun, dan paling banyak kematian karena faktor ekonomi, itu yang aku pelajari" jawabku.
"Kamu bener. Karena itu, aku daritadi memakai masker saat keluar rumah kan?" kata pria itu kepadaku, "Tapi kenapa kamu menolak untuk menikah dan datang kesini?" tanyanya lagi. Aku menghela nafas, ternyata menjelaskan itu sulit, butuh kesabaran.
"Aku ingin merasakan jantungku berdebar-debar, pipiku memerah karena pernyataan cinta, dan aku ingin ciuman sejati yang membuat kakiku akan terangkat satu ke atas, bukan karena kalkulator bodoh itu. Dan perlu diingat, kami tidak serta merta datang kesini, kami terjebak, tinggal menunggu kapan petugas satuan waktu mencari kami" jawabku, menundukkan kepala. Pria itu memegang tanganku, "Hei anak kecil, dengar, cinta itu ngga semudah yang kamu bayangkan dan ngga selalu indah seperti ucapanmu." katanya, menatap mataku tajam.
Deeeggg .
Aku melepaskan tanganku, dan merasakan debaran kencang di jantungku, "Ttt... tapi aku ingin merasakan debaran seperti kata nenek moyang" sahutku. Pria itu mendekatiku, dan matanya tidak melepaskanku, "Apa kamu mau merasakan berdebar-debar?" tanyanya, dan semakin mendekat ke arahku, dan kemudian bibirnya hanya berjarak sekian sentimeter dari bibirku. Kai berdiri dan menarik pria aneh yang ternyata juga dia mesum "Hei, kamu ngapain, lepaskan dia" kata Kai, berusaha menarik badan pria itu untuk menjauh, tapi pria itu tidak bergeming. "Sudah berdebar-debar?" tanya pria itu dalam bisikan, dan aku bisa mendengar setiap helai nafasnya....kemudian dia menjauh, "Seperti itu yang kamu maksud?" tanyanya lagi setelah menjauh dariku. Pria itu tertawa, dan aku hampir bisa mendengar detak jantungku. Kai melihat ke arahku, "Kamu ngga papa Dream?" tanyanya khawatir dan mendekatkan dirinya kepadaku. Aku menngangguk. "Bbb..bukan seperti itu tau, itu bukan cinta namanya, dasar pria mesum!" sahutku marah. Pria itu hanya tersenyum, kemudian berdiri, berjalan ke arah kotak panjang, dan mengeluarkan 2 helai pakaian, satu dilemparkannya ke Kai dan satu lagi dia berikan kepadaku, "Pakai ini sementara, dan namaku V, panggil V saja", aku mengambil baju yang V berikan kepadaku, "Hanya satu untukku? Tidak ada celananya?" tanyaku.
"Celanaku akan kebesaran semua di pinggangmu," dia lantas mengambil sepotong celana, mengajakku berdiri, dan dia merangkul pinggangku dari belakang, "Lihat? Kebesaran sekali bukan?" tanyanya lagi dengan suara lembut, kemudian dia terkekeh. Aku merasakan panas di wajahku, "Dream, wajahmu memerah" sahut Kai mendekatiku. Aku memegang kedua pipiku, dan terasa panas disana.
"Pakai itu aja, itu akan menutupimu hingga semata kaki" katanya, "Segeralah tidur besok pagi aku harus bekerja. Dan Kai, kamu bisa tidur bersamaku malam ini" sahutnya lagi. Kai segera bergegas mengekor di belakang V, dan meninggalkanku sendirian disini.
Aaahhh...aku benci pria itu, aku benci V. Perlahan tapi pasti, suara lembut V mengisi seluruh ruang di jantungku dan aku memegang dadaku, aku masih bisa merasakan peningkatan pada detak jantungku.
EPILOGUE
Kai POV
"Hai V ajari aku bagaimana caranya membuat orang yang kita sukai berdebar-debar?" tanyaku kepada V. Kami sedang menunggu tangis Dream reda.
"Kamu suka sama Dream?" tanyanya, dan aku mengangguk, aku ragu tapi aku rasa aku menyukainya, "Apa yang dimaksud dengan cinta itu?" tanyaku lagi
"Cinta? Aku juga ngga paham, tapi dari pengalamanku, cinta itu ketika kita menyukai seseorang, dan kita akan bahagia melihat orang yang kita sukai juga bahagia" jawabnya.
"Seperti itu? Tampak bodoh menurutku" sahutku. V mengangguk dan tertawa, "Ya memang, tapi begitulah cinta, membuat orang menjadi bodoh" jawabnya lagi, "Nanti malam, aku akan mengajarkanmu bagaimana membuat seorang wanita berdebar-debar" kata V.
Aku mengangguk setuju
...----------------...
"Kai, apakah menurutmu V orang baik?" tanyaku pada Kai malam itu.
"Iya menurutku, kalo dia bukan orang baik, sudah pasti dia akan membiarkan kita terlantar di jalanan keras itu,bukan?" sahut Kai.
"Iya juga sih, tapi dia membuatku merasa aneh" kataku lagi, "Entahlah, aku takut padanya, Kai. Dia ngga kayak kamu" sahutku lagi. Kai tidak pernah membuatku merasa seperti ini.
"Kamu berdebar-debar karena V?" tanya Kai. Aku menghela nafasku.
"Aku ngga tau Kai. Aku pikir ini bukan debaran karena cinta. Berdasarkan apa yang udah aku baca, manusia jaman sekarang ini, akan memutuskan untuk menikah itu kalau udah ada cinta, tapi untuk memunculkan cinta, prosesnya lama" jawabku, "Mungkin ini debaran karena aku takut" jawabku lagi, berusaha menenangkan hatiku sendiri.
"Kenapa harus takut sama V? Dia memberikan pelajaran untukku hari ini." sahut Kai. Aku langsung menoleh ke arahnya, "Hah?! Pelajaran apa?" tanyaku kaget.
"Rahasia pria, kata V aku ngga boleh kasih tau ke kamu" jawabnya, "Aku ngantuk Dream, ayo kita tidur. Dadah" sahutnya lagi dan pergi menuju kamar V.
Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan rasa takutku ini yah? Aahhh..entahlah. Semakin aku mengingat V, semakin jantungku memberontak keluar. Aku menggelengkan kepalaku, dan membenamkan diriku ke dalam selimut, aku rasa aku tidak akan bisa tidur malam ini, pikirku.
......................
"Woi..Dream bangun...Dream.." aku mendengar suara Kai membangunkanku, "Dream ayo... V mau berangkat bekerja, aku mau ikut. Ayo bangun, Dream!" sahutnya lagi. Aku menggeliat di atas kasurku, dan aku melihat Kai sudah berdiri di samping tempat tidurku. "Baiklah...aku pergi untuk bersiap-siap dulu" aku turun dari tempat tidurku, dan pergi mencari kamar mandi. Aku terhuyung-huyung berjalan mencari kamar mandi, "Hei V, dimana kamar mandimu?" tanyaku, tapi tidak ada jawaban dari si empunya rumah, "Hei...V..aku butuh ke kamar mandi" sahutku lagi. Ah, ada ruangan, mungkin disana, aku membuka pintunya perlahan, ternyata ini kamar V dan Kai, aku menutup pintunya lagi. Tidak jauh dari kamar itu, ada sebuah ruangan lagi, mungkin itu, pikirku. Aku segera membukanya, dan "Aaaaaaaaaaarrrrrrgggghhhh!!!" teriakku, aku segera menutup pintu ruangan itu.
Mataku berdosa!! Tidak...tidak... Bayangan V dalam keadaan basah, di bawah siraman air, membuatku terus memikirkannya, dan damn! Jantung sialan ini tidak dapat diajak bekerja sama, debarannya semakin kencang, atau aku sakit jantung karena aku ngga cocok dengan cuaca di tahun ini...ah..pikirku lemah.
Tiba-tiba V keluar dari kamar mandi, tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka, kali ini aku melihat semakin jelas tubuh kekarnya. Aku ingin bersandar di dadanya, dan aku menatap tubuh bagian bawahnya, hatiku kian menjerit....aku ingin menjadi handuk yang menutupi bagian bawahnya itu....aaahhh...otakku diamlah!!
"Kamu diajarin untuk mengetuk ngga di tahun 3000an itu?" tanya V kepadaku. Aku tersentak kaget, "Mmma..maafkan aku V..maaf, aku udah di ujung sekali." jawabku meminta maaf, sekaligus meminta maaf atas pikiran kotorku.
"Kenapa wajahmu memerah, Dream? Kamu demam?" tanya V, dia mendekatkan diri kepadaku, tangannya yang nampak lebih kekar terjulur, dan memegang kening serta leherku. Aku meleleh saat tangan V menyentuhku.. Oh Tuhan, tolong aku... pintaku dalam hati.
Deeggg.. jantungku semakin berdebar, dan aku segera menekapkan tanganku di dadaku, aku takut jantungku melompat keluar. "Im oke V, im oke" jawabku, menepis tangannya.
"Bener ngga papa?" tanyanya lagi. Aku mengangguk, dan segera masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintunya kencang. Aku membasuh wajahku, menbasuh leherku, "Sadar Dream, sadar" aku menepuk-nepuk wajahku. Aku membenamkan wajahku ke dalam handuk, dan ingatan tentang V dibawah siraman air, tubuh V yang kekar dan indah, serta sentuhannya di kening dan leherku, muncul kembali. Dan saat ini tidak hanya debaran jantung, tapi aku juga merasakan desiran aneh di tubuhku. Perasaan apa ini?
Saat ini, kami sudah duduk di meja kecil untuk sarapan. Kai dan V sudah asik mengobrol, layaknya kakak dan adik yang cukup dekat. "Kasih tau aku lagi, kamu keluar darimana?" tanya V.
"Di lorong tempat dekat rumahmu V, aku ngga tau bagaimana bisa kami tiba-tiba terjatuh disitu" jawab Kai.
"Oke, nanti coba kita cek, apa mungkin disana ada pintu waktu?" sahut V, "Hebat sekali kalo pintu waktu ada disana, aku bisa bepergian ke masa remajaku, lalu aku akan mengubah masa depanku, dan pusaran waktu? Itu mustahil buatku" jawab V santai. Aku duduk di sebelah Kai dan mengambil benda putih kecoklatan, "apa ini?" tanyaku kepada Kai, namun V menjawabnya untukku, "roti bakar, cobalah, itu manis" jelasnya. Aku menggigit satu gigitan roti, dan benar kata V, ini manis dan gurih.
"Enak kan?" tanyanya lagi, "Aku membuatnya sendiri, nih, habiskanlah untuk kalian berdua" katanya lagi, dan memberikan 2 potongan roti lagi kepadaku dan Kai.
"Hari ini aku akan bekerja, kalian di rumah aja" katanya lagi. "Bolehkah kami ikut?" tanya Kai. Namun V menggeleng, "Ngga perlu. Lagipula apa yang bisa kalian kerjakan?" tanyanya. V kemudian pergi ke kamarnya, dan membawa 2 kotak berukuran besar, dan memberikannya kepada kami, "Ini baju ganti untuk kalian, pakailah, dan ingat, ini tidak gratis, di masing-masing kotak sudah kutuliskan nomor rekening pribadiku, atau kalo kalian mau membayar cash, aku juga menerimanya, oh, dan ada total harga semua bajunya" kata V, dan kemudian dia bersiap-siap untuk kerja.
"Kamu bekerja sebagai apa?" tanyaku. Dia tersenyum, bangkit berdiri, dan tersenyum ke arahku, "Chef" katanya. "Dan kamu harus pergi?" tanyaku, V tertawa, "Iyalah, bagaimana aku bisa bekerja kalo aku tetap di rumah?" tanyanya.
"Di jaman kami, semua orang bekerja tanpa meninggalkan rumah mereka. Kami bekerja secara virtual, sekolah atau kuliah juga serta virtual. Dan jika kamu harus benar-benar keluar rumah itu adalah saat acara keluarga, atau pemilihan presiden, tidak disarankan memakai surrogate" terang Kai. V memandang Kai, berdecak kagum, "Wowh, akan sehebat itukah peradaban manusia nantinya?" tanya V. Aku dan Kai mengangguk. Dan V tersenyum, "Seperti kalian tau, saat ini kalian ada di peradaban kuno, jadi aku harus keluar rumah, dan pergi bekerja" kata V menjelaskan. Kemudian V berpamitan, "Aku pergi bekerja dulu, kunci pintu rumahnya yah, aku akan cepat pulang" katanya.
...----------------...
"Apa yang akan kita lakukan Kai?" tanyaku, Kai mengangkat bahunya, "Entahlah, boleh aku pinjam cincinmu itu Dream?" tanya Kai. Kemudian aku melepasnya dan memberikannya kepada Kai. Kai mengutak ngatik dan mengetuk-ngetuk cincin itu, "Aku ngga percaya, kenapa ini bisa tidak berfungsi yah?" tanyanya. Gantian, aku yang kali ini mengangkat bahuku, "Apa mungkin sinyalnya berbeda yah Kai?" tanyaku, Kai mengangguk, "Mungkin saja, itu bisa terjadi, tapi aku kagum, masyarakat peradaban ini bisa hidup hanya dengan sinyal 4G" sahutnya. Aku membelakkan mataku, "Oh yah?" aku ngga bisa mempercayai cerita Kai. Sinyal 4G itu seperti masuk ke dalam tengah hutan, banyak pepohonan, dan gelap, dan bagaimana bisa menangkap sinyal selemah itu di tengah hutan, ya kan? Aku berkeliling di rumah V, ada banyak buku berjejer rapi, dan kebanyakan buku tentang masakan, waahh..ternyata dia benar-benar seorang chef.. pikirku. Aku mengambil salah satu bukunya, dan ada selembar foto keluar dan terjatuh di lantai, aku mengambil dan memungutnya. V bersama seorang wanita cantik, siapa dia? Pasangannya kah? Aku memberengutkan bibirku, dan meletakkan foto itu kembali ke tempatnya. Entah kenapa, segelintir rasa nyeri muncul di dadaku, apa aku benar-benar sakit jantung? Mengerikan!! Pikirku lagi. Aku harus segera meninggalkan abad ini.
...----------------...
EPILOG
Dream POV..
Malam ini aku benar-benar tidak bisa tidur...ah, apa yang harus aku lakukan, baiklah aku akan ke kamar Kai, dan mengeceknya apakah dia sudah tidur atau belum, pikirku. Aku membuka pintu kamarku sepelan mungkin, supaya tidak membangunkan V, aku keluar dan berjingkat-jingkat supaya langkahku tidak terdengar. Dan ketika aku hendak menuju kamar Kai, aku mendengar suara aneh, ternyata V tidak tidur di dalam kamar. Dia tertidur di sofa, aku mendekatinya dan memandanginya. Dia tampan, pikirku. Selimut kainnya terjatuh, aku mengambilnya, dan menyelimuti tubuh V dengan selimut kain itu.
Katakanlah aku gila, aku memberanikan diri, membelai rambutnya, dan kemudian, aku membelai wajahnya dengan jari telunjukku, jariku turun perlahan-lahan, dari keningnya, terus turun hingga ke mata dan hidungnya, dan sampailah jariku ke bibirnya. V mempunyai bibir yang tipis, pantas saja kata-katanya sedikit tajam, pikirku, tanpa sadar aku tersenyum, aku mengusap bibirnya dengan jariku, dan tiba-tiba V menangkap tanganku, menggenggamnya erat. Aku terkejut, kulepaskan tanganku, dan aku segera berlari berjingkat kembali ke kamarku.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!