NovelToon NovelToon

Belenggu Hasrat Kakak Angkat

Keluarga Baru Hanna

Disaat hujan turun dengan lebatnya. Seorang gadis kecil dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil mewah oleh seorang pria yang merupakan ayah kandungnya.

Gadis kecil itu 'Hanna' tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Ayahnya sendiri menjualnya pada seorang Bos mafia demi melunasi hutang-hutangnya. Hanna ingin sekali menolaknya, tapi memangnya apa yang bisa dilakukan oleh bocah berusia 10 tahun selain pasrah.

"Paman, apakah ayahku menjual ku untuk dijadikan seorang budak?" tanya Hanna pada salah seorang pria yang menjemputnya.

Pria itu menoleh dan lalu menggeleng. "Maaf, gadis kecil. Paman sendiri tidak tau, karena kami berdua hanya diperintahkan oleh bos besar untuk menjemputmu. Sebaiknya kau berdoa saja, semoga kau tidak mendapatkan kesialan hidup." Ujar pria itu.

mendengar jawaban pria itu membuat Hanna terdiam. Dia bingung harus berkata dan menjawab apa, Hanna ingin tau bagaimana nasibnya setelah ini. Apakah dia akan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari hidupnya selama ini, atau malah sebaliknya.

"Gadis kecil, apa yang sedang kau pikirkan? Ayo turun, kita sudah sampai." Suara itu menginterupsi Hanna, gadis kecil itu mengangkat wajahnya dan mengangguk.

Di luar sedang hujan lebat sekali. Dan salah satu dari kedua pria itu telah berdiri di depan pintu dengan sebuah payung ditangannya. Dia tersenyum dan mengulurkan tangan padanya.

"Ayo, Paman akan memayungi-mu. Kau bisa basah kuyup karena tidak memiliki payung." Ujar pria itu dan membuat senyum Hanna mengembang lebar.

Meskipun dia seorang Mafia, tapi paman itu sangat ramah dan begitu baik padanya. Dan pandangan Hanna tentang Mafia berubah seketika, ternyata Mafia tidak selamanya jahat apalagi menyeramkan.

"Selamat datang, Nona."

Hanna terkejut setibanya di dalam dia langsung disambut oleh beberapa pelayan dan karpet merah dengan berhiaskan kelopak bunga mawar. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ada sebuah banner besar bertuliskan 'SELAMAT DATANG, NONA HANNA!!' dan Hanna tidak tau apa maksud dari semua ini.

"Selamat datang putriku yang cantik, Daddy dan kakak-kakakmu menyambut-mu di sini."

Seorang pria awal 40 tahunan terlihat menuruni tangga dengan tiga bocah laki-laki yang berjalan mengekor di belakangnya. Dua diantaranya terlihat tersenyum padanya, tapi anak laki-laki yang berdiri paling belakang justru memasang wajah dingin dan menatapnya dengan tatapan menusuk.

Pria itu menghampiri Hanna yang tampak kebingungan. "Hahaha..Pasti kau bingung dan bertanya-tanya kenapa kau bisa ada di sini. Sayang, mulai hari ini kami adalah keluarga barumu, dan aku adalah Daddy mu, mereka bertiga adalah kakakmu. Alex Nero, Cris Nero dan Nathan Nero. Dan aku sendiri adalah Hans Nero."

Cris dan Alex menghampiri Hanna sambil mengurai senyum lebar. "Selamat datang, Hanna. Mulai hari ini kau adalah putri bungsu keluarga Nero. Semoga kau betah dan nyaman berada di sini. Aku adalah Alex Nero, sulung dalam keluarga ini."

"Diantara kami bertiga, aku yang paling bijak dan paling tampan. Cris, meskipun kelihatannya tenang, tapi dia cukup tengil dan jahilnya minta ampun. Dan bocah kutub itu, aku harap kau tidak membeku dengan sikap dinginnya. Jangan kaget dan heran, dia memang seperti itu." ujar Alex panjang lebar.

Cris merangkul bahu Hanna sambil tersenyum lebar. "Ayo, Kakak akan menunjukkan kamar untukmu." Ucap Cris lalu membawa Hanna melihat kamar barunya.

Hans Nero hanya menggelengkan kepala melihat tingkah ketiga putranya. Sepertinya Cris dan Alex sangat bahagia, karena memang sejak lama mereka mendambakan seorang adik perempuan.

"Lapor, Bos."

Kedatangan seorang pria mengalihkan perhatian Hans Nero dari putra-putrinya. Ekspresi wajahnya berubah dingin dan senyum di bibirnya pudar, hanya ketegasan yang terlihat dari pria berusia 40 tahun tersebut.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan dimana lokasi mereka menyembunyikan barang-barang itu?"

"Sudah, saat ini barang-barang itu ada di sebuah gedung yang tak jauh dari pelabuhan. Dan saat ini anak buah saya sedang mengintai tempat tersebut."

"Bagus, dapatkan kembali barang itu. Dan habisi semua orang yang berani menghalangi jalanku!!"

"Baik, Bos!!"

Hans Nero. Adalah seorang Bos besar mafia yang berkuasa di tiga benua. Dia begitu ditakuti dan disegani oleh lawan-lawannya. Tapi tak sedikit yang berani mencari masalah dengannya.

Tidak ada satupun pihak berwajib yang berani ikut campur apalagi menyinggung seorang Hans Nero. Dan mereka selalu tutup mata dengan semua kejahatan dan aksi kriminal yang Hans lakukan. Mereka memilih jalan aman daripada berakhir di tiang gantungan

-

-

"Hanna, ini adalah kamarmu. Mulai sekarang dan seterusnya, kau akan tinggal disini, semoga kau menyukainya." Ucap Cris.

"Ini lemari pakaianmu, dan Daddy sudah menyiapkan segala macam yang kau butuhkan. Mulai dari pakaian sampai hal-hal kecil yang disukai anak perempuan. Sebaiknya kau istirahat saja, kau pasti lelah. Kami bertiga akan keluar sekarang." Kata Alex masih dengan senyum lebarnya.

"Kalian berdua keluar duluan. Aku masih ada hal penting yang harus dibicarakan dengannya."

Sontak Alex dan Cris saling bertukar pandang. Mereka memiliki firasat buruk. Dan mereka berdua hanya berdoa semoga Nathan tidak melakukan hal buruk pada Hanna.

"Jangan aneh-aneh, apalagi melakukan sesuatu yang nantinya akan membuat Daddy marah. Hanna, sebaiknya kau berhati-hati ya. Jika bocah ini melakukan sesuatu yang tidak baik. Sebaiknya langsung berteriak atau pukul saja kepalanya dengan Vas bunga yang ada di atas meja itu." Saran Cris memberi nasehat.

"Jangan berlebihan, aku juga masih memiliki batasan!!" geram Nathan.

Tidak ingin membeku dengan tatapan dan sorot mata Nathan yang kelewat dingin. Mereka berdua pun buru-buru pergi sebelum dibekukan oleh adik bungsunya itu.

Hanna mundur beberapa langkah saat melihat Nathan yang semakin mendekat. Gadis kecil itu tampak ketakutan ketika melihat sorot mata Nathan yang begitu tajam.

"Aku hanya ingin memperingatkanmu, jangan karena semua orang disini baik padamu, terutama ayahku. Maka kau bisa besar kepala, sadari posisimu disini dan jangan sampai melewati batasanmu!! Ingat itu baik-baik,"

Kemudian Nathan meninggalkan kamar Hanna dan pergi begitu saja. Dan gadis kecil itu hanya bisa menatap kepergian Nathan dengan gamang. Terlihat jelas dari sikap dan cara dia menatapnya, Nathan memang tidak menyukai dirinya.

Dan mampukah Hanna bertahan dalam situasi semacam ini? Hidup satu atap dengan orang yang membencinya. Apakah Hanna akan bertahan, atau justru menyerah. Kita serahkan saja pada waktu.

-

-

Bersambung.

Kembalinya Hanna

13 tahun kemudian.

-

Seorang gadis cantik terlihat meliukkan tubuhnya di sebuah bandara internasional Incheon. Gadis itu menyeret sebuah koper besar di tangan kirinya. Sesekali pandangannya menyapu kesegala penjuru arah, seperti mencari keberadaan seseorang. Tapi orang yang dia cari tak juga menunjukkan batang hidungnya.

Gadis itu mengeluarkan sebuah benda tipis dari tas hitamnya dan berusaha menghubungi seseorang yang seharusnya datang menjemputnya.

"Kakak, kau dimana? Kenapa aku tidak melihat batang hidungmu?" Ucap gadis itu sambil terus menyapukan pandangannya.

"Dasar bodoh, sedari tadi aku berdiri disisi kirimu tapi kau malah tidak mengenaliku!!"

"Ehh?! Benarkah?" Ucapnya.

Kemudian gadis itu menoleh. Seorang pemuda dalam balutan pakaian serba hitam terlihat melotot padanya. Gadis itu terkekeh, kemudian dia memutuskan sambungan telfonnya dan berlari menghampiri pemuda tersebut.

Tubuh si pemuda terhuyung kebelakang karena pelukan gadis itu yang begitu tiba-tiba. Dan pemuda itu juga membalas pelukan gadis tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah adik angkatnya.

"Aku merindukan, Kakak." Bisik gadis itu yang pastinya adalah Hanna.

Pemuda itu menutup matanya. "Aku juga merindukanmu gadis manja." Kemudian Nathan melonggarkan pelukannya. Dia menatap wajah Hanna dari dengan seksama. Tidak ada yang berubah pada gadis ini, Hanna tetap secantik terakhir kali mereka bertemu.

"Papa dan yang lain sudah menunggu kepulanganmu. Ayo, jangan membuat mereka menunggu." Hanna mengangguk dengan antusias.

Ini adalah kepulangan pertama Hanna sejak dia melanjutkan studinya di London beberapa tahun yang lalu. Usia Hanna saat ini sudah 23 tahun. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, ceria dan mandiri. Berbeda dengan ketika dia masih anak-anak dulu yang seorang pendiam.

Sedangkan sikap Nathan tak berubah sedikit pun. Dia tetap saja dingin dan irit bicara, dan sekalinya bicara kata-kata tajam dan menyakitkan yang keluar dari mulutnya. Dan hanya pada keluarganya dia bisa bersikap berbeda, terutama Hanna.

Saat masih anak-anak. Sikap Nathan pada Hanna sangat dingin dan kasar. Tapi sikapnya berubah seiring berjalannya waktu, apalagi Hanna pernah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan dirinya ketika Nathan terjebak di tengah kobaran api.

Dan karena kenekatannya itu, Hanna mengalami luka bakar pada paha punggung sebelah kirinya. Itulah kenapa dia tidak pernah memakai pakaian yang terbuka di bagian punggungnya.

-

"Daddy, I'm home!!!"

Suara cempreng bak kura-kura itu menggema di seluruh penjuru ruangan bernuansa gold tersebut. Hanna meninggalkan Nathan begitu saja dan berlari ke dalam untuk bertemu dengan sang ayah. Hanna sudah sangat-sangat merindukannya.

Dan suara Hanna tentu saja langsung sampai di telinga ayah serta kedua kakaknya. Mereka menuruni tangga kamar masing-masing dan menghampiri Hanna yang sedang merentangkan tangannya.

"Putri Daddy yang cantik, huaaa... Daddy sangat merindukanmu,"

"Aku juga sangat merindukan, Daddy. Tapi kenapa Daddy terlihat semakin tua saja, apa selama ini mereka bertiga tidak merawat Daddy dengan baik?"

Hans Nero mengangguk. "Benar sekali. Nathan terlalu sibuk dengan dunianya, Alex sibuk dengan tumpukan dokumen yang penuh uang dikantornya. Dan si mesum Cris, dia malah sibuk dengan kucing-kucing peliharaannya. Daddy sudah semakin tua, tapi anak-anak Daddy malah tidak ada yang peduli. Huhuhu," Hans Nero mencoba menarik simpatik dari Hanna.

Lalu Hanna menoleh dan menatap ketiga kakaknya itu satu persatu. "Astaga, ada apa dengan kalian bertiga. Kenapa kalian bisa Setega itu pada Daddy, dia semakin tua dan kalian malah tidak memperhatikannya." Alhasil ketiganya mendapatkan Omelan telak dari Hanna.

Alex dan Cris mencoba menjelaskan pada Hanna, sedangkan Nathan memilih untuk pergi karena malas dengan drama ayahnya. Dia mengenal sang ayah dengan sangat baik.

Mungkin dimata orang lain dia adalah orang yang paling ditakuti, tapi ketika di rumah bersama keluarganya, Hans Nero akan berubah menjadi sosok yang lembut dan penyayang. Dan sifatnya itu menurun pada putra bungsunya, yakni Nathan.

-

Tokk... Tokk.. Tokk...

Ketukan pada pintu menyita perhatian Nathan yang sedang mengganti perban pada dadanya yang mengalami cidera. Lukanya kembali terbuka karena pelukan Hanna tadi, gadis itu memeluknya terlalu erat.

Nathan memakai kembali kemejanya sambil berjalan ke arah pintu. Pintu terbuka lebar dan sosok Hanna berdiri di sana sambil menenteng sebuah paper bag, yang kemudian dia berikan pada Nathan.

"Kakak, ini oleh-oleh untukmu. Spesial, jadi Bukalah." Pinta Hanna antusias.

Nathan menetap gadis Itu sekilas lalu kembali pada paper bag di tangannya. Sebuah kotak hitam yang berisi jam tangan mewah Nathan keluarkan dari paper bag tersebut.

"Stt, jangan bilang pada kak Cris dan kak Alex kalau aku memberikan oleh-oleh jam tangan ini untukmu. Karena hadiah untuk mereka sedikit berbeda."

Nathan memicingkan matanya. "Kenapa?"

"Karena kau special. Kau adalah Kakakku yang paling baik, meskipun terkadang sikapmu menyebalkan, tapi percayalah jika kau yang paling aku sayangi diantara kalian bertiga setelah Daddy." Ujar Hanna panjang lebar.

Nathan menarik tengkuk Hanna dan membawa gadis itu kedalam pelukannya. Hanna yang tidak tau apa maksud Nathan hanya tersenyum simpul. Kemudian dia mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Nathan.

"Kakak, apa kau tau. Kau adalah orang yang paling aku rindukan setelah Daddy selama aku di London. Aku ingin sekali segera menyelesaikan studi ku agar aku bisa segera pulang." Ujar Hanna sambil mengeratkan pelukannya.

"Gadis bodoh. Jika kau merindukanku, seharusnya kau menghubungiku dan memintaku untuk datang mengunjungimu. Tapi kau tidak pernah melakukannya," bisik Nathan sambil mengusap punggung Hanna naik-turun.

Kemudian Hanna mengangkat wajahnya dan menatap Nathan yang juga menatap padanya. Gadis itu tersenyum lebar. "Aku tidak ingin membuat calon kakak ipar salah paham dan cemburu padaku!!"

"Dasar aneh. Seharusnya kau paling tau jika aku tidak pernah memikirkan hal-hal semacam itu. Percintaan terlalu merepotkan,"

Hanna mengangguk. "Betul juga. Kakak, bisakah kau melepaskanku sekarang? Aku tidak bisa bernapas." Rengek Hanna memohon.

Nathan mendengus geli. "Dasar kau ini!!" Dengan gemas dia menjitak kepala Hanna."Pergilah istirahat, kau pasti lelah." Pinta Nathan yang kemudian dibalas anggukan oleh Hanna.

"Baiklah. Kakak, aku keluar dulu." Hanna mencium pipi Nathan lalu pergi begitu saja.

Nathan hanya mendengus dan menggelengkan kepala melihat tingkah adik angkatnya tersebut. Sudut bibir Nathan tertarik ke atas membentuk lengkungan indah di wajah tampannya.

Nathan melanjutkan aktifitasnya yang tertunda. Pemuda itu melepas kembali kemejanya, raut kesakitan terlihat jelas pada mimik mukanya ketika dia mengikat simpul pada perbannya.

Lukanya kembali terbuka karena pelukan Hanna tadi. Tadi Nathan tidak bisa mengeluh apalagi mengatakan yang sebenarnya pada gadis itu jika dia memiliki luka yang masih basah ditubuhnya.

-

Bersambung.

Calon Istri Nathan

"Selamat pagi calon ayah mertua dan para calon kakak ipar,"

Perhatian tiga pria yang sedang berkumpul di meja makan teralihkan oleh kemunculan seorang perempuan muda berambut pendek dan berpakaian minim. Hans Nero menyambutnya dengan baik, tapi tidak dengan Alex dan Cris yang tampak acuh dan dingin padanya.

Dia adalah Amelia Cesar, putri tunggal dalam keluarga Cesar sekaligus gadis yang di tunangkan dengan Nathan. Tapi sayangnya Nathan selalu bersikap acuh dan dingin padanya, karena sejak awal dia menentang keras perjodohan tersebut.

"Ayah mertua, lihatlah apa yang aku bawakan untukmu. Ini adalah cake kesukaanmu dan aku membelinya di toko kue langganan Ibu, semoga Ayah Mertua menyukainya."

"Anak baik, seharusnya kau tidak perlu repot-repot membawakan ku kue segala. Tapi terimakasih ya, kau memang sangat baik dan selalu memperhatikanku."

Amelia tersenyum dan tersipu malu. "Ayah Mertua terlalu memuji, kau membuatku malu. Oya, Ayah Mertua, dimana Kak Nathan? Apa dia belum bangun?" Tanya Amelia karena tidak menemukan keberadaan Nathan.

"Mungkin masih di kamarnya. Sebentar lagi juga akan turun, bagaimana kalau kau ikut sarapan bersama kami?" Usul Tuan Nero.

"Wah, sepertinya bukan ide buruk. Dan kebetulan sekali aku memang sangat lapar."

Alex dan Cris hanya memutar jengah matanya. Mereka benar-benar muak dengan tingkah dan perilaku wanita itu. Dia terlalu munafik dan penuh tipu muslihat, dan sampai kadal Beranak biawak, mereka tidak akan setuju jika Amelia menjadi bagian dari keluarga Nero.

-

Tokk... Tokk.. Tokk...

"Kakak, apa kau sudah bangun?"

Nathan menoleh setelah mendengar suara ketukan pada pintu dan seruan keras seseorang di depan pintu kamarnya. Tanpa keluar melihatnya, tentu saja Nathan tau siapa yang berteriak dan mengetuk pintu sekeras itu.

"Masuklah, pintunya tidak di kunci." Sahut Nathan menimpali.

Sosok Hanna yang dalam balutan dress putih bermotif bunga Daisy terlihat meliukkan kakinya memasuki kamar bernuansa biru laut tersebut. Senyum di bibir Hanna mengembang sangat lebar. Kemudian pandangannya jatuh pada lengan kanan Nathan.

"Eo...!! Kak, apakah tribal ini asli?" Tanya Hanna sambil menyentuh tribal tatto yang menghiasi lengan kanan Nathan. Pagi ini Nathan memakai kemeja lengan terbuka sehingga Hanna bisa melihat tribal itu dengan jelas. "Kakak, kenapa kau diam dan hanya menatapku saja. Jawab, apakah tribal ini asli?" Tanya Hanna sekali lagi.

"Hm," Nathan mengangguk. "Kenapa? Apakah terlihat jelek?"

Hanna menggeleng. "Sangat indah, tribal ini sangat pas dengan kepribadianmu yang dingin dan kejam. Dan yang jelas aku sangat menyukainya." Ujar Hanna sambil tersenyum lebar.

Nathan mengacak rambut Hanna dengan gemas. Dimatanya gadis ini memang selalu menggemaskan. "Ayo turun, Papa dan yang lain mungkin sudah menunggu kita untuk sarapan." Ujar Nathan yang kemudian di balas anggukan oleh Hanna.

Hanna dan Nathan berjalan beriringan meninggalkan kamar tersebut dan pergi turun untuk menyantap sarapannya bersama keluarganya yang lain.

-

"Ayah mertua, boleh aku memanggilnya?" Tanya Amelia dengan begitu bersemangat.

"Aku rasa tidak perlu. Karena Nathan sudah datang bersama Princess kami!!" Jawab Cris menimpali.

Kemudian Amelia menoleh dan mendapati Nathan yang sedang menuruni tangga bersama seorang gadis cantik. Mereka terlihat sangat mesra, dan si gadis memeluk lengan terbuka pemuda itu. Melihat hal tersebut membuat Amelia menjadi kesal dan marah.

Baru saja Amelia hendak menghampiri mereka berdua dan membuat perhitungan dengan Hanna. Tiba-tiba saja gadis itu melepaskan pelukannya dari lengan Nathan lalu berlari menghampiri Hans Nero.

"Morning, Dad." Sapa Hanna lalu memeluk dan mencium pipi Tuan Nero.

"Morning Too, Dear. Bagaimana tidurmu semalam, Sayang? Apakah tidurmu nyenyak?" Tanya Tuan Nero pada putri bungsunya itu.

Hanna mengangguk. "Sangat, aku belum pernah tidur senyenyak semalam sejak kepergianku ke London beberapa tahun lalu." Jawab Hanna menuturkan.

"Princess, mana ucapan good morning untuk kami? Masa cuma sama Papa saja? Kau membuat kami iri." Cris mempoutkan bibirnya.

Hanna terkekeh geli. Kemudian dia menghampiri kedua Kakaknya, lalu memeluknya. "Kenapa kalian harus iri pada, Daddy, sih. Seharusnya kalian berdua tahu, jika Daddy adalah cinta pertamaku," ucap Hanna sambil memeluk kedua Kakaknya itu.

"Tentu saja kami iri, karena kau selalu tidak ada pada kami. Yang selalu kau utamakan adalah papa dan Nathan, padahal diantara Kami berempat, kita berdua yang paling menyayangimu." tegas Alex.

"Enak saja kalian berdua, mengaku paling menyayangi Hanna. Apa pernah saat dia sakit kalian begadang semalaman untuk menjaganya, papa yang paling diantara kita berempat!!" sahut Hans Nero tak mau kalah.

Melihat perdebatan ayah dan kedua Kakaknya, buat Nathan menghela nafas panjang. Mereka memang seperti itu jika sudah berhubungan dengan Hanna. Mereka selalu berebut Siapa yang paling menyayangi gadis itu. Dan jika sudah begitu, pasti tidak ada yang mau mengalah.

Semua orang dalam keluarga Nero begitu menyayangi dan memanjakan Hanna, terutama Hans Nero. Meskipun Hanna bukan Putri kandungnya, tetapi dia sangat menyayanginya selalu memanjakan Hanna.

Dulu saat Hanna masih kecil, dan ketika dia sakit Hans selalu menjaganya dan tidak tidur sepanjang malam hanya untuk menemani putrinya itu. Begitu pula dengan ketiga kakaknya, mereka juga sangat menyayangi dan memanjakan Hanna.

Nathan yang awalnya begitu dingin, satu-satunya orang yang tidak menerima keberadaan Hanna dalam keluarga Nero. Ini menjadi sangat menyayanginya, Nathan selalu menjadi pelindung Hanna sejak gadis itu berusia 15 tahun.

"Kak, Nathan. Siapa sebenarnya gadis itu?! Kenapa semua orang begitu menyayanginya, bahkan kau tidak marah ketika dia memeluk lengan mu!!" Amelia yang merasa penasaran, langsung bertanya pada Nathan.

Nathan menoleh dan menatap dingin, perempuan di sampingnya. Lebih tepatnya pada lengan kanannya, yang dipeluk oleh Amelia. Jangan kasar nathan menyentak tangan Amelia, dia tidak suka gadis itu bersikap manja padanya. Meskipun dia berstatus sebagai tunangannya.

"Jangan sembarangan menyentuhku!! Sebaiknya jaga batasan mu!! Dan jika kau ingin tahu siapa dia, dia adalah Hanna, putri bungsu keluarga Nero!!" ucap Nathan dan pergi begitu saja.

Amelia mengepalkan tangannya, dia kesal karena Nathan selalu bersikap dingin dan acuh padanya. Padahal telah bertunangan. Amelia tidak tahu dengan cara apa lagi, harus meluluhkan pemuda itu agar mau melirik sedikit padanya.

Lalu pandangan Amelia bergulir pada Hanna, sebuah seringai tercetak di bibir merahnya. Dia tahu harus melakukan apa. Amelia berjalan menghampiri Hanna lalu mengulurkan tangan padanya.

"Halo, kau Hanna kan. Perkenalkan, aku adalah Amelia, tunangan Kak Nathan." Ucap amelia memperkenalkan diri.

Hanna menoleh. Gadis itu mengurai senyum lebar. "Hai, calon kakak ipar. Salam kenal, semoga kakakku bersikap baik padamu." Ucap Hanna dengan senyum mengejek. Dia tau jika Nathan tidak menyukai gadis ini, karena Nathan sudah banyak bercerita tentangnya.

-

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!