NovelToon NovelToon

Aku Bukan Penggoda

Part 1 - Kenyataan Pahit

Hari ini tepat satu tahun hubungan Rania bersama Rangga. Laki-laki itu mengajaknya kerumah untuk merayakan aniversari mereka yang pertama setelah pulang dari kampus.

Rania mengekori kekasihnya berjalan menuju pintu utama setelah turun dari mobil. Langkah Rania  berhenti tepat di belakang Rangga saat seorang wanita membuka pintu dengan senyuman hangat menyambut kedatangan mereka.

Entah siapa wanita itu, baru kali ini Rania melihatnya di rumah Rangga.

"Suamiku, akhirnya kamu pulang juga."

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut wanita lain, berhasil membuat hati Rania bagai terhimpit bongkahan batu besar.

Laki-laki yang berstatus sebagai kekasihnya di panggil suami oleh wanita lain. Hati siapa yang tidak sakit mendengar kalimat itu?

Rania tak bisa membendung air matanya, apa lagi saat Rangga pasrah di gandeng oleh wanita itu masuk kerumah tanpa memperdulikan dirinya.

Tak sanggup melihat kemesraan keduanya, Rania memutuskan pergi dari rumah mewah itu. Di dalam taksi, tangisnya pecah, ia menepuk dadanya yang terasa sesak.

"Tega kamu Rangga bohongin aku selama ini. Seandainya aku tahu kau sudah menjadi milik orang lain, tidak mungkin aku melabuhkan hatiku begitu dalam," lirih Rania dengan air mata membanjiri pipinya.

Dirinya tidak pernah menyangka, orang yang selama ini ia percaya dan cintai tega membohonginya dan menjadikannya yang kedua.

Gadis itu jadi teringat dengan ucapan Agas sahabat Rangga saat pertama kali menjalin hubungan.

Jika kamu tidak ingin sakit hati, makan menjauhlah dari Rangga, dia bukan laki-laki yang bisa di pacari oleh siapapun!

Namun, karena rasa cintanya pada laki-laki itu, ia menulikan pendengarannya dan menganggap Agas hanya tidak suka jika ia pacaran dengan Rangga.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Rangga sudah mengambil semua yang aku punya," lirih Rania mengusap air matanya kasar.

Ia terlalu bodoh karena begitu percaya akan bujuk rayuan Rangga, hingga dengan rela ia menyerahkan tubuhnya saat laki-laki itu meminta.

Hatinya bagai di remas tangan tak kasak mata, mendapati kenyataan yang ada. Sekarang Rania berada di titik paling terendah sebagai seorang perempuan, kehilangan mahkotanya, juga menjadi selingkuhan tanpa ia sadari.

Rania memejamkan matanya demi menetralisir rasa sakit dalam hatinya.

***

Satu tahun yang Lalu ...

Rania Nestiana  gadis cantik dari desa, mendapat beasiswa di bidang kedokteran adalah anugrah untuknya. Ia tidak pernah menyangka akan menginjakkan kaki di kota bandung sebagai mahasiswa baru di sebuah universitas negeri.

Gadis cantik dengan lesung pipi di wajahnya membuat senyum gadis itu terlihat sangat manis. Ia menghidupi dirinya sendiri di kota berbekal pengalaman yang ada. Rania bekerja part time di salah satu cafe dekat kampusnya.

Berjalan terburu-buru membuatnya tersandung batu hingga jatuh tersungkur tepat di depan pagar. Rania mendongak saat seseorang mengulurkan tangannya. Dengan senang hati gadis cantik nan ramah itu menerima uluran tangan seseorang.

"Terimakasih Kak," ucap Rania sembari menepuk roknya yang sedikit kotor.

"Lain kali kalau jalan hati-hati," ucap seorang laki-laki yang menolong Rania tadi.

Merasa mengenal suara itu, Rania segera mendongak, senyumnya mengembang melihat siapa pria yang baru saja menolongnya. Dia adalah Rangga, kakak tingkatnya juga kakak pembimbingnya beberapa bulan yang lalu saat Masa orientasi siswa berlangsung.

"Kak Rangga," lirih Rania.

Rangga hanya mengacak-acak rambut Rania setelah itu berlalu begitu saja. Perlakuannya berhasil mengudang senyum di wajah Rania.

Itulah awal terjalinnya hubungan Rania dan Rangga. Semakin hari hubungan keduanya semakin dekat, hingga beberapa bulan kemudian Rangga mengajaknya pacaran. Rania yang dari awal mengangumi laki-laki tampan itu menerimanya dengan senang hati.

Tapi siapa yang menyangka rasa kagumnya pada laki-laki itu membawa petaka untuknya.

...****************...

Part 2 - Istri di Atas Kertas

Rangga, laki-laki itu tidak pernah menyangka rencana yang telah ia susun serapi mungkin untuk merayakan hari aniversari pertama mereka harus hancur karena kedatangan Melisha Istrinya yang tiba-tiba.

Merasa syok melihat sang istri di depan pintu, membuat Rangga linglung dan melupakan Rania. Ikut masuk bergitu saja saat di gandeng oleh Melisha.

Rangga mengerdarkan pandangannya ke segala penjuru rumah mencari seseorang, tapi tak mendapati siapapun.

"Di mana ayah?" Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya di sertai wajah datar dan dingin. Tak seperti saat bersama Rania, wajahnya akan berseri-seri dan penuhi senyuman.

"Ayah nggak ikut," jawab Melisha.

Mendapat jawaban yang di ingingkan, Rangga langsung menghempaskan tangan Melisha kasar. Ia tidak pernah mencintai istrinya walau pernikahan mereka sudah berjalan dua tahun.

Rangga terpaksa menikahi Melisha karena keinginan sang ayah, juga demi cita-citanya menjadi seorang dokter.

Dengan menikahi Melisha, maka ia di bebaskan untuk mencapai cita-citanya, setidaknya sampai sarjana. Dan setelah itu mungkin ke ahliannya akan sia-sia karena harus menjabat di perusahaan sang ayah yang ada di ibu kota.

"Sepertinya kamu lelah mas," ucap Melisha lembut. Memang dasarnya wanita yang berstatus sebagai istrinya sangatlah lembut juga cantik. Namun, entah kenapa Rangga tidak tertarik sedikitpun.

Terlepas karena ia di paksa, Rangga tidak suka dengan Melisha, karena wanita itu sedikit cepu dan tidak pernah mendukung keinginannya.

Rangga kembali menepis tangan Melisha yang hendak membuka kemejanya. "Aku bisa sendiri," ujar Rangga kemudian berlalu ke kamarnya tanpa mempertanyakan keadaan sang istri, padahal mereka berpisah hampir 6 bulan terakhir.

"Shiitt!" umpat Rangga mengusap wajahnya kasar. "Rania pasti sedang menangis sekarang," gumam Rangga.

Ia melepas kemejanya asal menyisakan kaos hitam. Berdiri menghadap jendela yang terhubung ke taman. Tempatnya selalu menghabsikan waktu saat berdua dengan sang kekasih.

"Mas, kopi nya ...."

"Siapa yang nyuruh kamu masuk ke kamar aku!" bentak Rangga membuat Melisha terperanjat. "Aku tidak butuh di layani olehmu, sekarang keluar sebelum aku menyeretmu!" ancamnya.

Melisha bergeming dengan segelas kopi hangat di tangannya. Dirinya tidak pernah mengerti akan sikap yang di tunjukkan Rangga padanya.

"Aku istrimu kalau kamu lupa Mas, aku punya hak masuk di kamar ini," jawab Melisha.

Rangga senyum sinis. "Istri di atas kertas kalau kamu lupa. Kenapa kamu masih ingin bertahan dalam rumah tangga ini?" tanya Rangga.

"Karena aku mencintaimu!" jawab Melisha lugas tulus dari hati. Walau pernikahan mereka berawal karena paksaan, tetapi lambat laun cinta di hatinya tumbuh untuk Rangga tanpa di minta. Karena cintanya, ia mengesampingnya sikap Rangga terhadapnya.

"Kapan kau akan pulang?"

"Aku tidak akan pulang Mas, aku akan disini melayanimu."

"Aku tidak butuh di layani oleh siapapun!"

Melisha meletakkan kopi di atas nakas. "Sepertinya kamu lelah mas, istirahatlah dulu," ucap Melisha, setelah itu menutup pintu rapat-rapat.

Sepeninggalan Melisha, Rangga merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya.

Memikirkan langkah apa yang akan ia ambil agar hubungannya dengan Rania tetap berjalan. Hanya gadis itu yang selalu mengerti dirinya, selalu mendukung apa yang ia ingingkan.

Selalu ada saat ia butuh, terlebih Rangga sangat mencintai gadis itu.

Rangga merongoh saku celananya, mengambil benda pipih untuk menelpon sang kekasih. Tidak ada jawab hingga panggilan ke 5 membuat Rangga menghembuskan napas kasar.

"Maaf, aku bohongin kamu selama ini," lirih Rangga menatap wajah cantik Rania yang menjadi walpaper ponselnya.

...****************...

Part 3 - Merasa Indah

Rania mengabaikan telpon Rangga begitu saja. Ia masih kecewa akan kebohongan laki-laki itu. Mungkin menghindar adalah jalan terbaik untuk membenahi hatinya yang sedang hancur.

Terlebih status Rangga bukan lagi seorang bujang seperti yang ada di pikirannya. Kekasihnya sudah mempunyai seorang istri, dan mungkin saja ia hanya pelampiasan semata.

Untuk dirinya yang telah ternoda, itu konsekuensi karena terlena akan dunia, bahkan melupakan tujuan utamanya ke Bandung.

Merasa risih dengan ponsel yang terus berdering, Rania menonaktifkan benda pipih itu dan meletakkannya di dalam laci.

Menghapus air matanya kasar, kemudian beranjak ke kamar mandi, sebentar lagi ia akan berangkat kerja, hari ini Rania mendapat shif malam.

Usai bersiap-siap, Rania meninggalkan kontrakannya tanpa membawa ponsel. Sesampainya di Cafe tempatnya bekerja, ia langsung keruang ganti untuk menyimpan barang bawaanya.

Selain menjadi waiters, Rania juga memanfaatkan suaranya untuk bernyanyi, lumayan gajinya.

"Cukup sepi ya," gumam Rania setelah sampai di kasir, duduk di samping teman kerjanya.

"Iya. Gimana kalau lo nyanyi siapa tau ada yang mau mampir," ujar Dewi.

"Benar juga, panggil aja kalau ada tamu."

"Sip." Dewi mengacungkan jempolnya tanda setuju.

Rania berjalan ke atas panggung, memangku sebuah gitar dan mulai memainkannya. Ia membawakan lagu Merasa Indah - Tiara Andini.

***

Di sisi lain, perasaan Rangga mulai kalut saat hari mulai gelap. Namun, ponsel Rania tak kunjung aktif. Takut terjadi apa-apa pada kekasihnya, laki-laki itu memutuskan untuk menemui Rania.

Saat menuruni anak tangga ia tidak sengaja berpapasan dengan Melisha istrinya.

"Mas Rangga mau kemana? Rapi banget," tegur Melisha.

"Bukan urusan kamu," sahut Rangga sedikit jutek sembari memasang arloji di pergelangan tangannya.

"Apa mas Rangga mau bertemu wanita itu?" lirih Melisha dengan hati sedikit tersayat.

Rangga bergeming, tak ada niatan menjawab pertanyaan Melisha. "Siapa wanita itu mas? Apa dia pacar mas Rangga?"

"Mas, aku itu istri kamu. Hati aku sakit saat liat kamu bersama wanita lain."

Rangga menghiraukan kalimat Melisha, menyambar kunci mobil di dekat Tv dan berlalu pergi begitu saja. Di pikirannya hanya ada Rania dan Rania.

Rangga melajukan mobilnya sedikit cepat menuju kontrakan sang kekasih, ia ingin menjelaskan semuanya agar Rania tidak salah paham dan berakhir membencinya. Hanya Rania satu-satunya orang yang membuatnya menjadi manusia dan di butuhkan.

Ia mengetuk pintu kontrakan Rania berkali-kali. Namun, tak ada jawaban sama sekali, hingga tetangga di sebalah rumah Rania keluar.

"Nyari neng Rania ya, Mas?" tanya tetangga Rania.

"Iya, bu."

"Neng Rania pergi sekitar setengah jam yang lalu, kayaknya ada shif malam," ucap ibu-ibu itu. Salah satu tetangga yang berbaik hati pada Rania.

Sesuai yang di katakan tetangga Rania, Rangga langsung menuju cafe dekat kampus yang tak jauh dari kontrakan, di tempuh dengan berjalan kaki juga tidak masalah.

Tepat saat ia membelokkan mobilnya kehalaman kafe, suara yang sangat ia kenal mengalung indah di sertai iringan gitar.

Pedih ku saat merasa indah

Semua hilang dan usai

Bila cinta ini tak nyata

Jangan engkau beri harapan

Sudah cukup kini kusadari

Terlalu cepat jatuhkan hati oh

Tepat saat Rania menyanyikan lirik itu tatapannya tak sengaja bertemu dengan Rangga yang baru saja memasuki Cafe. Ia segera melempar tatapannya ke pengunjung lain.

Kukira hanya sebuah lagu, ternyata kisahku

Rania tetap membawakan lagu itu hingga selesai walau dadanya terasa sesak setiap mengingat kalimat ....

Suamiku, akhirnya kamu pulang juga.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!