NovelToon NovelToon

The Conqueror'S Journey

bab 1 awal mula

Kekaisaran Uttarian adalah kekaisaran yang memiliki wilayah yang besar dan luas, wilayahnya tidak bisa di bandingkan dengan kekaisaran di sekitarnya yaitu kekaisaran ungu salah satunya. dataran kekaisaran Uttarian meliputi lembah, sungai, hutan lebat dan kota-kota yang indah.

Sekarang adalah jaman keemasan kekaisaran Uttarian, mereka memiliki ekonomi yang baik, sistem pemerintahan yang tertata, peraturan yang berlaku yang hampir tidak ada yang di langgar, tetapi kejayaan kekaisaran lenyap dalam semalam seperti di hancurkan oleh meteor yang begitu besar, membuatnya tidak seperti dahulu, semua penduduk kekaisaran membeku termasuk semua wilayahnya. Di lembah yang biasanya asri kini sudah tidak ada kehidupan yang terlihat, semuanya membeku. Sekarang yang tersisa hanya udara dingin yang selalu bernafas menghiasi sekitarnya.

Di kota Uttarian yang menjadi ibukota kekaisaran, tidak jauh berbeda, semuanya membeku termasuk istana kekaisaran Uttarian yang dulunya berwarna coklat sekarang berwarna putih es. meskipun begitu istana jauh lebih indah dari sebelumnya.

Penyebabnya adalah putri Kamaniya yang bisa mengubah semuanya menjadi es dalam sekejap. Semua orang yang berhasil selamat memilih untuk mengungsi, tetapi beda halnya dengan Jendra Daniel, dia bersama pasukannya yang sudah tiba dari tugasnya menjaga perbatasan berusaha menghentikan putri Kamaniya dengan sekuat tenaga. Mereka mencari putri Kamaniya segala wilayah kekuasaan kekaisaran hingga akhirnya bertemu di wilayah pegunungan yang tinggi dan pastinya semuanya menjadi es.

Saat bertemu, semua pasukan di bawa dengan mudahnya dia bantai layaknya melawan anak-anak kecil yang tidak bisa bertarung.

“Keluar dari anakku!” ujar Daniel kepada Kamaniya yang melayang di depannya. Daniel tahu bahwa anaknya tidak mungkin memiliki kekuatan itu dan dia sangat percaya bahwa putrinya tidak sekejam itu. “pasti ada yang merasukinya.” Gumanya dalam hati.

Mereka berdua berada di tempat yang di kelilingi pegunungan es. Di setiap meter es-es itu di penuhi pedang yang masih tertancap dengan baik.

Hangatnya darah yang mengalir dari setiap daging membuat es tersebut memerah. Hangat perpaduan dingin yang bertemu hangat yang meresapi es tersebut bagaikan es merah darah.

Bagi anak-anak atau orang dewasa yang tidak mengetahui bahwa es itu berwarna, karena darah, mungkin orang itu akan mengambil mengira itu barang yang langka dan langsung menjualnya, tetapi sebaliknya bagi orang yang mengetahui itu adalah darah mereka langsung saja berlari. Karena mereka tahu bahwa ada pembunuhan. Jika pembunuh itu mengetahui mereka, mungkin saja mereka harus membayar dengan nyawanya–hanya orang bodoh saja yang mengambilnya.

Kamaniya adalah putrinya, seorang gadis cantik, rambut putih panjang selutut, di kedua tangan dan kakinya melingkar gelang emas yang elok dan halus, pita sampul kupu-kupu di kanan kepalanya dan penjepit rambut bunga seruni tiga warna di kiri kepalanya serta memakai gaun berwarna putih yang selaras dengan kulitnya membuatnya tampak seperti dewi.

Matanya memperlihatkan kebencian mendalam yang telah menelannya dari cahaya kebahagiaan yang begitu lama. Dia hanya menatap Daniel dengan tajam dengan kekejaman yang sangat terlihat di matanya.

Daniel adalah ayahnya, seorang laki-laki rambut putih, tubuh yang besar dan elegan yang di selimuti zirah emas. Dia sekarang memegang pedangnya sebagai penopang tubuhnya. nafasnya terburu-buru yang menandakan dia sudah pernah melawan Kamaniya, tetapi dia tidak sebanding dengannya.

Angin dingin berembus membuat rambut keduanya melambai lambai.

Kamaniya tersenyum menyeringai. “aku ingin melihat seberapa kuat jendral sang penakluk.” Lalu mengarahkan tangannya ke depan.

Daniel berdiri dengan cepat melesat.

“Trank” bunyi bilah pedang yang mengenai tentakel yang muncul di depan kamaniya,

Kamaniya hanya diam menatap Daniel dengan ekspresi dingin

Tentakel itu berwarna hitam yang di penuhi retakan-retakan putih dan sekeras es.

“Brukk.” Suara Daniel yang menghantam es karena terkena beberapa tentakel yang muncul dari lubang hitam di belakang kamaniya.

Daniel perlahan lahan berdiri. darah segar mengalir dari sudut bibirnya dengan cepat mengusapnya.

Butiran cahaya muncul dari tangan kirinya membentuk sebuah pedang yang memiliki dua bagian warna berbeda, yang kanan berwarna putih dan kiri hitam. pedang itu, bernama pedang penyegelan yang memiliki aura hitam dan putih.

Daniel melempar pedang di tangan kanannya.

Kamaniya yang melayang hanya memiringkan kepalanya seolah-olah itu hanya serangan biasa, namun dengan cepat Daniel muncul di belakangnya dan mengayunkan pedang itu.

“Trank!!” Bunyi bilah pedang yang beradu dengan tentakel yang mendadak muncul. Daniel hendak melompat tetapi dia di lilit oleh tentakel yang muncul di belakangnya.

Zrak.” Bunyi tentakel yang menusuk jantung Daniel.

“Aku pikir ini menarik, tetapi ternyata Jendral sang penakluk tidak lebih hanya seorang ksatria amatir dan baru berlatih bertarung. Maka sekarang pergi lah ke neraka!!” dengan cepat, Kamaniya mengarahkan pukulannya.

Daniel menekan giginya menahan sakit. Darah segar mengalir dari dua lubang di tubuhnya “Sudah selesai.” Ucapnya menahan sambil menahan sakit.

Kamaniya yang mendengar itu, terkejut karena dia baru menyadari bahwa itu hanya sebagai umpan.

Daniel memegang tangan Kamaniya dengan erat. Wajah Daniel di penuhi senyuman kemenangan.

Seketika semuanya terhenti dalam beberapa detik. Dari tubuh Daniel muncul pedang penyegelan, pedang itu melayang dan mengeluarkan aura yang berbeda; putih dan hitam, ini adalah salah satu kemampuan pedang penyegelan yang dapat menghentikan gerak hingga beberapa meter dalam waktu 10 detik. “ Selamat tinggal anakku.” Ucapnya dengan nada rendah dan serak

Saat Daniel mengeluarkan pedang penyegelan, dia tidak bermaksud menggunakannya untuk menyerang, melainkan untuk mempersiapkan kemampuannya.

Lalu muncul lingkaran sihir besar di bawahnya kemudian di susul oleh rantai berwarna merah yang mengikat Kamaniya. lalu menariknya.

Dan seketika semuanya kembali normal.

“Tidakkk!!!” teriak Kamaniya beberapa detik sebelum akhirnya menghilang bersamaan dengan pedang penyegelan yang menusuknya.

Lantai es di bawahnya bergetar beberapa detik. Lalu muncul bangunan tinggi yang terbuat dari es, bangunan itu, megah, memiliki 9 lantai yang menjulang tinggi seperti pagoda. Di depannya ada pintu yang di rantai dari empat arah. Cahaya kuning yang menembus awah perlahan lahan menyinari bangunan itu.

Kamaniya telah terkurung di dalam bangunan itu. Es-es di sekitar tidak mengalami perubahan apa pun setelah Kamaniya tersegel, itu adalah kekuatan es abadi yang tidak akan hancur jika pemiliknya tidak mati. Mengapa Daniel tidak membunuh Kamaniya?

alasannya karena dia adalah putrinya dan dia sudah di rasuki oleh roh jahat, menyegelnya adalah satu satunya cara untuk menahannya.

Tentakel-tentakel itu, perlahan lahan menghilang. Lalu Daniel terjatuh diri bersama pedang di tangannya yang terlepas dari genggamannya, dia sudah tidak memiliki tenaga. Darah yang di keluarkan sangat banyak, satu satunya yang terjadi mungkin kematian yang akan menghampirinya, “maaf kan ayah.” Gumanya dalam hati, dia pergi dengan perasaan bersalah kepada anaknya. Dia tidak becus menjadi ayah yang baik.

Di dalam hatinya, andaikan waktu bisa kembali mungkin dia akan memperbaiki kesalahannya. Perlahan lahan dia memejamkan matanya dan mulai tidak sadarkan diri.

Sebelum menyentuh es, tubuhnya melayang lalu muncul sosok pria tua dengan jenggot dan rambut panjang memakai jubah putih bersih menutupi tubuhnya, dia adalah guru Daniel, Daniel sering menyebutnya guru long

Guru long lalu membawanya dan menyembuhkan Daniel beberapa saat

bab 2 kunjungan

Daniel membuka matanya perlahan lahan lalu bangun memandang sekitarnya. Dia masih dapat merasakan tubuhnya terasa sakit yang membuatnya lega, dengan merasakan itu, berarti bahwa dirinya masih hidup. “ syukurlah.” Gumanya Daniel lalu memeriksa bagian tubuh yang terluka. Saat memeriksa tubuhnya, Daniel terkejut melihat tubuhnya tidak ada yang luka. Bahkan tidak ada bekas sedikit pun. Dia lalu memandang sekitar. Dia melihat pedangnya, tetapi yang lebih membuatnya tertarik adalah seseorang pria lanjut usia yang tidak jauh berada darinya “ guru.” Ujar Daniel kepada guru long yang tak jauh darinya sedang bersemadi di atas balok es.

Guru long perlahan-lahan membuka matanya. “ apa kau masih merasakan sakit?” tanyanya dengan tenang seperti air yang tenang di suatu danau.

Daniel mendekat lalu duduk di depan gurunya. “tidak guru, terima kasih karena sudah menolongku.” Daniel menurunkan kepalanya memberi hormat.

“Itu sudah menjadi kewajiban ku, sebagai guru untuk menolong muridnya. Jika kau ingin anakmu kembali, kau harus mencari seorang yang dapat menghilangkan kebencian di dalam hati putrimu.”

Daniel sedikit terkejut saat mendengar perkataan gurunya, yang dia tahu dia tidak pernah memberitahu bahwa dia memiliki seorang putri, tetapi itu tidak perlu dipikirkan baginya jika dia bisa menyelamatkan putrinya itu sungguh keajaiban yang di inginkannya. Tiba-tiba dia berpikir bagaimana cara mencari orang yang di bicarakan gurunya, dia memutuskan untuk bertanya, “Tapi guru bagaimana aku mencarinya?” Dengan wajah bingung.

Guru long mengangkat tangan kanannya sedikit. Dari telapak tangannya muncul sebuah kristal merah. “ gunakan ini.”

Daniel berjinjit dan menyatukan kedua tangannya di depan dengan hormat saat tiba di depan gurunya.

Guru long lalu memberikannya.

“Jika kristal itu menyala itu menandakan bahwa dirimu sudah menemukannya. Kau juga bisa menyalurkan energimu untuk melacaknya, dengan begitu akan lebih cepat akan menemukannya.’

“Baik guru dan terima kasih atas pertolongan guru.”

“Sama-sama, semoga kamu bisa mengembalikan putrimu seperti sedia kala.” Lalu gurunya menghilang menjadi butiran-butiran debu.

Setelah itu, Daniel berdiri memandang bangunan es itu dengan mata yang memperlihatkan kesedihan. “tunggu ayah, ayah akan menyelamatkanmu.” Dia lalu mengambil pedangnya kemudian perlahan lahan berjalan menjauh. Setiap langkah yang di lakukan, dia dapat melihat darah yang mengalir membuatnya sedih.

...****...

Daniel tiba di gerbang kota Uttarian, dia memandang sekitar, pohon-pohon, tumbuhan dan gerbang membeku, semuanya membeku. Saat melihatnya mengingatkan saat dulu, saat dia selalu mengunjungi gerbang ini menunggu ayahnya pulang kerja. Meskipun saat itu matahari mulai menutup cahayanya, dia masih bisa merasakan kehangatan dalam dirinya. Orang-orang lalu lalang masuk ke kota dengan wajah lelah. meskipun lelah mereka selalu menyapa Daniel yang menunggu ayahnya di depan gerbang.

Sekarang itu semua tidak ada, tidak ada orang yang lalu lalang, tidak ada cahaya Matahari yang menyinari, Hanya hawa dingin yang ada, hanya itu sekarang ada, itu yang membuat dia ingin merasakan udara hangat dari cahaya matahari dan kehangatan itu lagi. Kenapa setiap orang selalu menginginkan itu di saat itu tidak ada?

Hanya udara dingin terus berterangan yang membuatnya merasakan kedinginan mencekam. Hanya kehampaan di dalam dirinya yang dia rasakan sekarang. Berat rasanya dia menyapa tetapi ini adalah kotanya, tempatnya tinggalnya. Dengan suara bergetar dia berkata, “ kota Uttarian aku kembali,” Gumanya sambil memandang ke atas gerbang yang membeku, yang memperlihatkan tulisan kota Uttarian yang di selimuti es dingin.

Daniel perlahan lahan berjalan menuju istana. Setiap langkahnya dia dapat melihat orang-orang membeku dengan ekspresi wajah yang ketakutan dan hendak berlari membuat wajahnya sangat pucat dan tidak memiliki cahaya lagi.

Langit mendung yang tidak bercahaya lagi, dia sangat merindukan keramaian kota ini. Saat dia terakhir kali meninggalkan kota, keadaan saat itu sangat meriah dan ramai, yang paling dia Ingat pembicaraan bersama putrinya saat akan pergi. saat itu dia hendak pergi,.“ ayah jangan lama-lama ya.” Ujar kamaniya dengan ringan yang berlari dengan kencang mendekati Daniel.

Daniel yang berada di depan lengkap dengan zirahnya dan pasukannya lalu berbalik dan tersenyum. “ Ayah tidak akan lama kok.”

“Jangan lupa lagi!” ujarnya dengan kesal sambil menggelembungkan kedua pipinya dan meletakan kedua tangan di depan dadanya yang membuatnya semakin imut. Meskipun Kamaniya sudah berumur 16 tahun dia masih seperti anak-anak kecil yang selalu ingin kasih sayang dan suka marah-marah. Ayahnya selalu berbohong kepadanya yang sering mengatakan bahwa dia akan pulang dengan cepat, tetapi hingga 5 bulan ayahnya belum pulang, yang membuatnya kesal. Kamaniya juga sudah sering mendengar kata-kata seperti itu, yang membuatnya semakin tidak mempercayai ayahnya itu.

“Tenang saja kali ini ayah akan pulang cepat,” jawabnya dengan ramah sambil mengelus elus kepala kamaniya dengan lembut.

“Ayah!, aku bukan anak kecil lagi.”

Melihat itu, Danel tertawa“ tetapi kamu masih anak kecil bagi ayah.”

“Ayah!”

Daniel tertawa. “baiklah ayah pergi dulu.” kamaniya dengan cepat memeluk Daniel dengan erat. “ayah jaga diri baik-baik ya.”

Daniel membalas pelukan kamaniya. “Ayah pasti akan menjaga diri baik-baik, apa kamu lupa bahwa ayahmu ini seorang jendral.”

“Tapi, aku selalu khawatir dengan ayah saat pergi.”

Saat mendengar putrinya, Daniel merasakan kekawatiran dalam perkataan putrinya. “ jangan khawatir, kali ini ayah janji akan pulang cepat.”

Kamaniya mengaguk lalu tersenyum.

“Semuanya telah terlambat.” Gumanya dalam hati dengan perasaan tergores-gores silet Meskipun tipis, tetapi itu sangat menderita.

“Kamaniya, ayah kembali.” Ucapnya sambil memandang gerbang istana.

Gambar itu lenyap seketika. “Apa yang terjadi dengan mu kamaniya?” gumanya meskipun tidak ada yang menjawab dia merasa lebih tenang saat berkata seperti itu.

Dia lalu memandang ke kiri, ke dalam air yang sudah membeku termasuk buaya-buayanya. Dia membuang nafas panjang lalu berjalan masuk.

Dia tidak pergi ke ruangan utama, tetapi pergi ke kamar putrinya. Saat tiba di kamar kamaniya yang tidak ada yang berubah saat dia berkunjung membuatnya merasa lega. Kamarnya sangat rapi, 1 tempat tidur, meja belajar, rak-rak buku dan lemari pakaian tata letaknya tidak ada yang berubah, hanya saja semuanya membeku.

Daniel berjalan masuk, dia menyadari bahwa tidak ada yang dia cari, tetapi sesuatu yang seperti magnet yang menariknya ke sana.

Daniel menaruh pedang dan kristal di tangannya lalu membuka jendela, dia membutuhkan tenaga yang lebih besar saat membuka jendela.

Saat membuka jendela tidak ada cahaya, tidak ada kehangatan yang masuk, hanya langit mendung yang menghampirinya. Langit yang sudah ternodani oleh gumpalan-gumpalan awan hitam yang tidak terhitung jumlahnya.

Daniel mengingat putrinya saat membuka jendela ini, saat dia hendak membaca buku ke sukanya.

Saat itu, dia selalu bersama putrinya, kebersamaan yang tidak pernah dia lupakan seumur hidupnya. Meskipun kamaniya adalah putri angkatnya, Daniel selalu menumpahkan segalon kasih sayang kepadanya.

Saat istrinya meninggal, dia merasa bahwa hidupnya sudah tidak berguna, dia selalu hidup di dalam kehampaan sampai akhir dia bertemu dengan kamaniya putri angkatnya yang hendak di buang, ini adalah berkah baginya. Mulai saat itu dia merasakan kebahagiaan lagi, namun sekarang itu lagi-lagi menghilang, yang membuat kembali kepada kehampaan hidup.

“Bug” Sura buku jatuh yang membuat Daniel memalingkan wajah. “ bagaimana bisa buku itu tidak membeku?” gumanya sambil berjalan mengambil buku itu.

Buku itu memiliki judul, “ceritaku”

Daniel membuka buku itu satu-persatu. Buku itu terasa sangat dingin, tetapi masih dalam keadaan kering. Begitu aneh, saat buku yang berada di lemari beku tidak basah dan hanya dingin saja.

Setelah puas melihat lihat, dia langsung pergi bersama tiga barang di tangannya “ayah akan menolong mu.” Gumanya dalam hati, pergi meninggalkan kekaisaran Uttarian.

bab 3 kebenaran yang menyakitkan

Daniel tengah duduk di bawah pohon beringin yang berdekatan dengan jurang besar, yang telah berubah dengan cepat. Kehidupan, keramaian dan keasrian lembah telah lenyap menjadi es yang dingin yang selalu menusuk tulang.

Dia terlihat kelelahan dari perjalanannya meninggalkan kota,

Dia merencanakan akan mencarinya dari kekaisaran uttarian daerah barat yang belum membeku lalu ke kaisaran barat dan ke Utara ke kaisaran ungu.

Daniel mengambil buku anaknya lalu mengusap usap sampul buku itu dengan lembut. Setiap dia melihat buku itu, wajah putrinya selalu terbayang-bayang dalam benaknya dengan ekspresi kesedihan. Wajah itu menghantui Daniel yang tidak bisa menjaga dan menuruti permintaan putrinya.

Daniel menarik nafas panjang, lalu membuka buku.

...****...

Cerita pertama

Saat berumur 4 tahun aku tumbuh layaknya anak-anak yang lainya, yang selalu berlari ke sana kemari, melihat berbagai hal yang baginya itu sungguh mengagumkan dan mengherankan. Saat tumbuh lebih besar aku bermain dengan kelinci, kucing, anjing dan lain-lain, tetapi suatu hari saat aku mengejar Seekor kucing aku melihat saudara saudaraku yang lain bermain petak umpet membuatku ingin merasakannya. Saat itu, aku tidak tahu bahwa itu saudaraku.

Aku berjalan mendekati mereka. “bolehkah aku ikut?” tanya ku dengan keras membuat Mereka semua memandangku dengan dalam tanpa ekspresi. Apa ada yang salah denganku? Lalu mereka berkumpul mendiskusikan sesuatu.

Dari jauh dapat kudengar mereka berbicara, “apa dia yang di katakan ibu?”

“Ya”

“apa kamu tidak lihat, dia mempunyai rambut putih.”

“Kita apakan dia?”

“Biar aku saja.”

Lalu mereka bubar dan memandangku. Salah satu dari mereka maju, dia adalah saudara perempuan ku. Dia memandangku dengan tajam, dapat aku lihat ada kebencian dan kemarahan dalam matanya saat itu, tapi aku tidak mengetahuinya, yang membuat ku memandangnya penuh dengan harapan indah. “Tidak! kamu tidak boleh ikut, kata ibu kami: kamu itu anak pembawa sial. Kami tidak ingin itu terjadi kepada kami.” Ujarnya dengan lantang menjelaskan.

Saat pertama kali aku mendengar kata anak pembawa sial, aku tidak tahu maksudnya jadi aku pun bertanya, “apa itu anak pembawa sial?” dengan polosnya.

“Kamu tidak tahu ya? Bersyukur kamu tidak tahu.” Balasnya dengan ketus.

kulihat saudara-saudaraku yang lain mengangguk membenarkan.

Apa yang terjadi, jika aku mengetahuinya? Apakah aku akan celaka jika mengetahuinya? Saat itu.

“Kami tidak ingin berurusan dengan mu.” Ucap saudara perempuan ku lalu pergi dan diikuti dengan yang lainya meninggalkan ku sendirian. Mereka seperti kawanan semut-semut, yang selalu mengikuti ratu mereka.

Saat aku mulai memikirkannya, nama bibi yu terlintas begitu saja dalam pikiran ku. “bibi yu pasti tahu apa itu anak pembawa sial.” Tanpa banyak berpikir aku langsung berlari pergi ke dapur mencari bibi yu. Aku harus melewati ruangan utama, taman besar untuk mencapai dapur.

Karena aku sangat antusias saat itu, aku berlari dengan lugasnya, membuat semua penjaga memandangku kecuali burung merpati yang berada di taman besar, yang sedang berdiskusi membuatnya harus menghentikan diskusinya sejenak dan berterbangan. Mungkin sesekali aku jadi pengacau. Pikirku

Saat aku tiba, semua pelayan dapur memandang ku. Mereka memilih meninggalkan pekerjaannya demi memandang ku. meskipun mereka semua diam memandang ku, Untungnya bau-bau makanan menyapaku dengan ramah. Di antaranya berbisik, meski dia berbisik dapat ku dengar dia berbicara, “bukankah dia putri pembawa mala petaka.” Aku tidak mempedulikannya, yang terpenting bagiku sekarang menemukan bibi yu.

aku berjalan di antar pelayan-pelayan dapur yang melanjutkan perkerjaannya. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke dapur, yang membuatku kesulitan itu mencari bibi yu.

Saat melihat bibi yu di antara pelayan itu, aku bergegas menghampirinya. “tua putri mengapa Anda di sini?” salamnya lembut sembari memperlihatkan senyuman indah di wajahnya, menyadari aku datang.

“bibi apa itu anak pembawa sial?” tanya ku dengan gembira.

Wajah bibi berubah 100%; dari senyumnya yang ramah berubah pucat pasi seakan ia kehabisan darah.

Apa mungkin aku melakukan kesalahan? dengan cepat aku menundukkan kepala. “maaf, apa Niya salah?” ucapku dengan sedih. Meskipun aku tidak tau kesalahanku, aku tetap akan meminta maaf, bagiku orang tua akan lebih mengetahui di bandingkan diriku.

“Kamu salah telah lahir di dunia ini!” ujar dari salah satu pelayan wanita.

Tanpa aku sadari aku menoleh ke sumber suara itu, “ maksud bibi?.” Tanyaku heran dan bingung.

“Maksudku....”

“Jangan di lanjutkan lagi!” Bentak bibi yu dengan cepat.

Aku terkejut, ini adalah pertama kalinya aku mendengar bibi yu membentak. “Ada apa bibi?”

Bibi yu tersenyum lalu membungkuk dengan cepat kedua tangannya menyentuh rambutku dengan lembut. “tuan putri, anda tidak boleh mengetahuinya.” Ucapnya lembut membuatku nyaman.

“Jika aku tidak mau?” jawabku cepat dengan nada menggoda.

“Jika anda mengetahui, ayah anda bisa marah. Nanti jika ayah anda marah, bibi yu yang nanti kena sasarannya.”Jawabnya dengan nada menggoda.

Aku pun mengangguk dengan senyuman di wajahku. “ ok bibi, aku tidak akan mencari tahunya.”

“Tuan putri memang pintar.” Pujinya dengan suara ramah.

“Apa anda ingin makan?” lanjutnya.

“Tidak bibi. ngomong-ngomong kenapa bibi memanggilku tuan putri?” aku sering mendengar kata tuan putri, itu adalah panggilan untuk seseorang gadis anak raja atau sejenisnya yang selalu aku dengar.

Saat itu, aku belum mengetahui jika aku adalah anak kaisar yang terbuang.

“Anda, tuan putri jendral jadi sewajarnya bibi memanggil anda tuan putri.” Jawab bibi yu, yang saat itu aku tidak tahu.

Karena aku tidak tahu jadi aku mengatakan “Baiklah bibi, Aku pergi dulu.”

“Anda tidak makan dulu.” Ucapnya menggodaku lagi. Bibi yu memang selalu menggodaku.

“Tidak bibi, aku tidak lapar.” Jawabku dengan nada ringan lalu tersenyum.

“Baiklah jika anda tidak mau, tetapi ini permintaan bibi, masa tuan putri tidak mau.” Ucapnya menggoda lagi.

Dasar bibi yu. “baiklah bi.” jawabku dengan singkat. Walaupun aku tidak ingin, tetapi jika itu permintaan bibi yu pasti aku akan lakukan.

Saat bibi yu mendengar jawabanku ia tersenyum, dapat kulihat wajahnya yang cantik. meskipun ada beberapa kerutan di sudut-sudut wajahnya, bagiku bibi yu sangat cantik.

Dia lalu membungkus makanan yang biasanya aku suka yaitu nasi ketan isi gula. Meskipun itu dapat merusak gigi, aku selalu bisa menjaga pola makan jadi tidak masalah bagiku.

Ia memberikannya kepada ku, aku menerimanya dengan tulus. “terima kasih.”

Bibi yu tersenyum lalu berkata, “sama-sama.”

“Bibi, aku pergi dulu.” Lapor ku cepat lalu berlari.

“Hati-hati tuan putri.” Teriaknya dari jauh.

Aku tidak menjawab, aku terus berlari keluar dari dapur. Meskipun agak sedikit tidak sopan, tetapi bibi yu tidak pernah komentar, dan aku tau bibi yu pasti memakluminya.

Saat aku keluar aku melihat selir ke kedua dan ketiga tengah berbicara, aku berjalan perlahan-lahan dan memberi hormat lalu melewati mereka.

“Kamu!” ujar dari selir kedua dan memberikan Kode kepada selir ketiga untuk meninggalkannya.

Yang membuatku berbalik. “ada yang bisa saya bantu?” tanyaku lembut.

“Kamu anak pembawa sial itu kan?”

Anak pembawa sial lagi, gumam ku dalam hati. “aku? Tidak, tetapi anak-anak yang aku temui tadi menyebutku begitu.”

“Iya! itu kamu memang benar kamu anak pembawa sial.” Ujar selir kedua.

Apakah ini kesempatanku. “ apa anda tahu apa itu anak pembawa sial?” tanyaku ragu ragu.

“anak pembawa sial itu anak yang tidak seharusnya ada!”

Aku terkejut. “ maksud anda?”

“Kamu itu sebenarnya anak permaisuri yang telah meninggal dan kamu penyebabnya. Kamu itu seharusnya tidak lahir!”

Aku lebih terkejut saat mendengar perkataan itu, jantungku berdetak lebih cepat, keringat dingin mulai keluar dariku. Kesedihan mulai menghampiri diriku.

“bagaimana bisa begitu?” tanyaku.

“Kami tidak perlu bertanya seperti itu!”

Lalu ia meninggalkan ku.

Sedih, sakit, sekarang yang aku rasakan. Aku pikir anak pembawa sial itu adalah nama yang tidak begitu jelek ternyata itu lebih parah dari jelek. Air mataku mulai mengalir. Aku langkahkan kakiku untuk terus berjalan, kaki ini terasa sulit dan malas aku langkahi. Kata-kata itu terus berputar di pikiranku, anak yang tidak seharusnya ada... meskipun aku masih kecil aku tahu apa namanya ada dan tidak ada, apa aku seharusnya tidak ada? Aku tidak bisa memikirkannya sekarang. Yang paling menyakitkan bahwa aku penyebab ibuku meninggal, sungguh sedih, sakit dan perih, rasanya. Air mata ini terus mengalir membasahi pipiku.

Apakah aku lebih baik bunuh diri saja? atau aku harus pergi menghadap kaisar, tidak ayahku dan menerima hukuman.

...****...

Air mata Daniel tidak bisa terbendung lagi; air matanya mulai mengalir beberapa tetes membasahi buku anaknya. Dia pikir saat membaca pertama kali buku itu, anaknya mengetahui identitas dengan baik, tetapi itu menyayat hatinya yang kecil itu.

Sungguh kejam jika seorang wanita dewasa berkata seperti itu kepada anak-anak, sungguh! tetapi Daniel sebagai seorang ayah tidak mengetahui hal itu, yang dia tahu anaknya tidak mengetahui asal usulnya yang sebenarnya dan yang dia tahu juga bahwa anaknya selalu senang saat dia bersamanya, ternyata itu hanya topeng yang di pakainya.

“putriku kenapa kamu menyembunyikannya?” suaranya bergetar dan di penuhi kesedihan yang mendalam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!